Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
CaO / KI / -Al2O3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
Manfaat Penelitian
Kebaruan Penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
tahun 2014 harga minyak mentah dunia berkisar dengan harga US $ 105,8/ barrel
( www.opec.org. 2014). Hal ini diperparah dengan krisis energi dunia terutama yang
berasal dari bahan bakar minyak. Sedangkan cadangan minyak bumi dunia
diperkirakan hanya 1.526 miliar barel. Ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan
minyak di 15 Negara (USA, Cina, Jepang, Rusia, Saudi Arabia, India, Prancis, Iran,
UK, Brazil, Meksiko, Korea Selatan, Kanada, German, Indonesia). Cadangan tersebut
diperkirakan akan habis dalam waktu 15-20 tahun mendatang (Dewan Energi
Nasional, 2014)
Kebutuhan bahan bakar minyak terbesar adalah bahan bakar diesel/solar,
karena Indonesia telah mengimpor bahan bakar diesel/solar. Data konsumsi minyak
solar di Indonesia pada tahun 2000-2012 dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Konsumsi Minyak Bumi 2000-2012
No
Tahun
1
2000
2
2001
3
2002
4
2003
5
2004
6
2005
7
2006
8
2007
9
2008
10
2009
11
2010
12
2011
13
2012
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2014
ton
13971000
11750500
15116000
13588600
15971500
21065200
18657800
19475700
22391200
19732000
25123900
28840300
28534500
dengan produksi sekitar 17,39 juta ton/tahun dan terus mengalami peningkatan sebesar
1000 ton/tahun. Peningkatan produksi minyak sawit di Indonesia dapat dilihat pada
Tabel 2.2. Akibatnya limbah minyak goreng bekas jumlahnya melimpah. Sedangkan
apabila minyak goreng bekas nantinya dibuang di sungai maka kadar 40 persen di
perairan mampu mematikan hampir 50 persen ikan di sungai. Minyak goreng bekas ini
dapat menyebabkan berkurangnya ketersediaan oksigen di dalam air. Minyak goreng
bekas dapat menyebabkan pencemaran terhadap tanah dan air, sehingga dapat
mengganggu biota darat dan air.
Tabel 2.2 Produksi Minyak Sawit Indonesia
no
Tahun
1
2
3
4
5
2009
2010
2011
2012
2013
Indonesia Produksi
(ribu ton)
13872.60
14038.10
15198.05
16,817.80
17 390.50
2.3.
Biodiesel
Biodiesel merupakan sumber energi alternatif pengganti solar yang terbuat dari
minyak tumbuhan, tidak mengandung sulfur dan tidak beraroma. Penelitian yang telah
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri
ITATS 2014
b.
c.
d.
e.
b.
c.
transesterifikasi
trigeiserida
dari
minyak
nabati.
Transesterifikasi
merupakan
penggantian gugus alkohol dari ester dengan alkohol lain. Metanol umumnya
digunakan untuk proses transesterifikasi karena harganya lebih murah dan mudah untuk
direcovery. Transesterifikasi merupakan reaksi kesetimbangan, yang mana untuk
mendorong reaksi agar bergerak kekanan untuk menghasilkan metil ester (biodiesel)
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri
ITATS 2014
2.
3.
Pemisahan
Gambar 2.1 menunjukkan reaksi transesterifikasi trigeliserida dengan metanol
reaksi kimia yang mendekati kesetimbangan dimana katalis tersebut tidak terlibat secara
permanen (Agustine., 1996). Katalis meningkatkan laju reaksi dengan cara
mempengaruhi energi pengaktifan suatu reaksi kimia. Keberadaan katalis akan
menurunkan energi pengaktifan, sehingga reaksi dapat berjalan dengan cepat (Utomo,.
2007).
Secara umum jenis katalis yang sering digunakan dalam proses transesterifikasi
yaitu :
1. Katalis homogen
2. Katalis heterogen
2.4.1 Katalis homogen
Gambar 2.2 Perbandingan Penggunaan Katalis Padat Pada Proses Konvensional Dan
Modern
Gambar 2.2 menunjukkan bahwa teknologi baru dengan katalis padat memiliki
skema proses yang lebih sederhana. Selain itu, keunggulan teknologi baru adalah
terbentuknya gliserin yang cukup tinggi kadarnya 98%.
2.5.
peningkatan terhadap aktivitas katalis dengan menggunakan promotor ganda CaO dan
KI (CaO/KI/-Al2O3). Uji katalitik menunjukakan bahwa aktivitas katalis meningkat
dengan baik, terbukti dari yield yang dihasikan mendekati 95%. Asri dkk.
Menggunakan minyak sawit dengan loading KI 35% (% berat yield alumina).
Kemampuan dari CaO untuk memisahkan H+ dari metanol membentuk
intermediate anionik merupakan ide dasar untuk proses transesterifikasi. Sesuai teori,
katalis dapat bertindak sebagai basa atau dengan mendonasikan pasangan elektron ke
reaktan seperti pada basa Lewis, membentuk inetermediate anionik yang menjalani
siklus katalitik dan memulai reaksi (Hattori., 2001). Mekanisme reaksi tampak seperti
pada Gambar 2.3. Mula-mula mekanisme dimulai dengan melepaskan H+ metanol
untuk membentuk intermediate anionik yang dikenal dengan ion metoksi. Grup
karbonil dari asam lemak kemudian diserang oleh metoksi dan melepaskan ikatan
antara gliserol dan asam lemak, menghasilkan metil ester dan digliserida. O - pada
digliserida akan melepas proton dari CaO membentuk grup OH. Reaksi ini akan
berlanjut sampai ketiga mol fatty acid metil ester dan gliserol terbentuk (Yacob dkk.,
2009).
10
Gambar 2.3 Mekanisme CaO sebagai katalis basa heterogen dalam transesterifikasi
trigliserida (Lam dkk., 2010)
Keterangan:
(1) Pelepasan proton dari metanol oleh basic site membentuk anion metoksid;
(2) Anion metoksid menyerang karbon karbonil dalam molekul trigliserida yang
menyebabkan terbentuknya intermediate alkoksikarbonil;
(3) Intermediate alkoksikarbonil selanjutnya dirubah menjadi bentuk yang lebih stabil:
FAME dan anion digliserida;
(4) Kation metoksid menyerang anion digliserida membentuk digliserida. Urutan
tersebut diulang dua kali untuk R2 dan R3.
11
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Bahan dan Alat
3.1.1 Bahan
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri
ITATS 2014
12
6. Kondensor reflux,
2. Magnetic stirer,
8. Termometer,
4. Karet sumbat,
9. Waterbath
2. Alat pendukung
1. Sendok timbang
2. Gelas arloji
9. Gelas kimia
3. Spatula
10. Pipet
4. Pipet ukur
13
6.
13. Buret
Oven
14. Desikator
: 65C
: 30%
: 7 jam
2.
Perbandingan Molar Minyak Metanol : 1:9; 1:12; 1:15; 1:18; 1:24; 1:30
14
Studi Literatur
Pemurnian
minyak goreng
bekas
Data : yield biodiesel
Reaksi transesterifikasi
dalam reaktor batch
dengan
katalis
CaO/KI/- Al2O3
15
16
17
( Pers. 3.1 )
Keterangan:
M1
: Massa biodiesel dalam piknometer
M2
: Massa piknometer kosong
Vpiknometer
: Volume piknometer kosong
B. Prosedur uji bilangan asam
Penentuan bilangan asam digunakan untuk mengukur jumlah asam lemak
bebas yang terdapat dalam minyak atau lemak. Besarnya bilangan asam
tergantung dari kemurnian dan umur dari minyak atau lemak tersebut. Berikut
ini prosedur pengujian bilangan asam:
1. Timbang sampel minyak seberat 0,8 1 gram, masukkan kedalam erlemeyer
250 mL
2. Tambahkan 60 mL alkohol setelah dinetralkan dengan NaOH 0,01N
3. Panaskan diatas hotplate dengan suhu 80C dan aduk dengan kecepatan 10
rpm hingga minyak larut, seperti pada lampiran Gambar 3.5
4. Tambahkan 3 - 5 tetes indikator phenolphthalein 1%
tercampur
5. Titrasikan dengan NaOH 0,01 N yang sudah distandarisasi ( kocok dengan
kuat hingga penampakan warna awal merah muda terbentuk ). Warna harus
tidak berubah selama 30 detik.
6. Catat jumlah mL laruran NaOH 0,01 N yang digunakan.
7. Hitung nilai FFA dengan pers. 3.2
Perhitungan:
( Pers. 3.2 )
Keterangan:
N
: Normalitas NaOH
BM
: Massa Minyak
18
: Berat sampel
m2
19
20
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Uji GCMS Minyak Goreng Bekas
Minyak goreng bekas yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari restoran
siap saji CFC. Tujuan dilakukan uji GCMS yaitu, untuk mengetahui komponen asam
lemak yang terdapat dalam minyak goreng bekas sehingga berat molekul dari bahan
baku dapat dihitung. Lampiran Gambar 4.3 menunjukkan hasil uji GCMS minyak
goreng bekas restoran CFC, yang terdiri dari gliseril tri palmitat yaitu sebanyak 53,01%
dan gliseril tri oleat yaitu sebanyak 46,99%.
21
22
Gambar 4.1 Grafik Hubungan Antara Jumlah Katalis Terhadap Yield Biodiesel ( % )
Gambar 4.1 menunjukkan bahwa pada penggunaan jumlah massa katalis 1%
sampai 5% yield biodiesel tidak mengalami kenaikan yang signifikan dikarenakan
jumlah katalis terlalu sedikit untuk bereaksi dengan metanol dan minyak goreng bekas.
Namun pada penggunaan katalis 6% didapatkan yield biodiesel cukup tinggi. Kemudian
penggunaan katalis 7% yield biodiesel kembali menurun, hal ini dikarenakan apabila
jumlah katalis terlalu banyak, larutan akan menjadi kental dan menyebabkan penurunan
yield biodiesel. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa proses transesterifikasi
minyak goreng bekas restoran CFC bisa menghasilkan biodiesel yang optimal pada
penggunaan katalis 6% terhadap jumlah minyak goreng dengan katalis CaO/KI dan
-Al2O3. Seperti pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Asri., dkk ( 2013 ).
diperoleh 95% yield biodiesel dengan jumlah katalis 6%, namun penelitian itu
menggunakan bahan baku minyak goreng kelapa sawit. Untuk hasil analisa Gas
Chromatography ( GC ) dari pengaruh penggunaan jumlah % massa katalis dapat dilihat
pada Lampiran.
4.3.2 Pengaruh Rasio Molar Minyak - Metanol Terhadap % Yield Biodiesel
Reaksi transesterifikasi merupakan reaksi kesetimbangan yang membutuhkan
metanol berlebih untuk mendorong reaksi kekanan (kearah produk). Dalam proses
kesetimbangan ini membutuhkan waktu yang lama untuk menghasilkan produk yang
sesuai. Untuk mengetahui pengaruh rasio molar minyak - methanol terhadap % yield
23
Gambar 4.2 Grafik Hubungan Antara Perbandingan Molar Minyak Metanol Terhadap
Yield Biodiesel (%)
Gambar 4.2 menunjukkan yield biodiesel mengalami peningkatan bertahap dari
rasio 1 : 9 ke rasio 1 : 12. Peningkatan terjadi signifikan pada rasio 1 : 15 dan hasil
tertinggi yaitu rasio 1 : 18. Kemudian terlihat adanya penurunan pada rasio 1 : 24 dan
1 : 30. Penurunan ini akibat dari terlalu banyaknya perbandingan metanol yang
digunakan. Dengan demikian reaksi antara metanol, minyak dan katalis tidak bisa
berjalan maksimal karena katalis lebih banyak bereaksi dengan metanol dan
menyebabkan terbentuknya gliserin. Akibatnya hasil reaksi transesterifikasi mengalami
penurunan yield biodiesel ( % ). Dapat di simpulkan bahwa hasil terbaik untuk
perbandingan molar minyak metanol yaitu pada rasio 1 : 18 dengan hasil kandungan
yield biodiesel ( % ) sebanyak 46,63 %. Hasil ini berbeda dengan hasil penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Asri.,dkk (2013) bahwa perbandingan rasio molar
minyak metanol terbaik yaitu pada perbandingan 1 : 24 dengan yield biodiesel sebesar
90%
menggunakan bahan baku minyak goreng sawit. Untuk hasil analisa Gas
24
No Nama
1
2
3
4
5
6
7
K1
K2
K3
K4
K5
K6
K7
Densitas
(g/cm3)
Angka
Asam (%)
Titik
Nyala
(C)
Titik
Kabut
(C)
0.8908
0.8876
0.8919
0.8897
0.8834
0.8809
0.8942
2.466
2.112
1.993
2.293
1.619
0.996
1.681
110
110
120
120
110
102
110
11
11
11
13
13
12
10
Keterangan:
K1 = jumlah katalis 1 %, : K2 = jumlah katalis 2 %,: K3 = jumlah katalis 3 %,: K4 =
jumlah katalis 4 %,: K5 = jumlah katalis 5 %,: K6 = jumlah katalis 6 %,: K7 = jumlah
katalis 7 %,
Hasil analisa karakteristik biodiesel yang sesuai dengan acuan SNI ditunjukkan
pada penggunaan katalis terbaik yaitu K6. Sehinggan K6 digunakan sebagai variabel
tetap untuk mencari pengaruh perbandingan molar rasio minyak metanol.
4.5 Hasil Analisa Karakteristik Biodiesel Perbandingan Molar Minyak - Metanol
Hasil perbandingan molar minyak - metanol juga dilakukan analisa untuk
mengetahui karakteristik biodiesel dan membandingkannya dengan acuan SNI yang
dapat dilihat pada Tabel 4.3. Berikut ini hasil analisa karakteristik biodiesel untuk
variabel perbandingan molar minyak - metanol.
25
R9
R12
R15
R18
R24
R30
Densitas
(g/cm3)
Angka
Asam (%)
Titik
Nyala
(C)
Titik
Kabut
(C)
0.8943
0.8537
0.8809
0.8645
0.8872
0.8879
1.302
1.741
0.996
1.511
1.285
1.282
134
134
102
110
120
125
14
11
12
14
15
13
Keterangan :
R9 = rasio molar 1 : 9, R 12 = rasio molar 1 : 12, R15 = rasio molar 1 : 15, R 18 = rasio
molar 1 : 18, R24 = rasio molar 1 : 24, R30 = rasio molar 1 : 30,
Hasil analisa karakteristik biodiesel yang sesuai dengan acuan SNI ditunjukkan
pada penggunaan perbandingan rasio molar minyak metanol 1 : 18. Hal ini juga
diikuti dengan hasil analisa GC yang menunjukkan sampel terbaik pada R18.
Parameter
Massa Jenis
Viskositas Kinematik 40 C
Titik Nyala
Titik Kabut
Angka Asam
Satuan
kg/m3
cSt
C
C
mg-KOH/g
Nilai
850 - 890
2,3 - 6,0
min. 100
max. 18
Max. 0,8
26
% massa
96,5
BAB V
KESIMPULAN
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan:
1. Jumlah katalis CaO/KI/ -Al2O3 bepengaruh terhadap yield biodiesel dengan
hasil terbaik diperoleh pada penambahan 6% jumlah katalis.
2. Perbandingan rasio molar minyak - metanol berpengaruh terhadap yield
biodiesel dengan hasil terbaik diperoleh pada perbandingan 1:18.
27
28