Você está na página 1de 78

Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan thesis ini dengan
baik dan tepat pada waktu yang telah ditentukan. Tujuan dari penulisan thesis ini
merupakan salah satu syarat untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai
derajat Sarjana S-2. Dalam penyusunan Thesis yang berjudul Analisis pengaruh
likuiditas, kebijakan hutang, operating leverage terhadap price to book value pada
perusahaan manufaktur ini, penulis tidak terlepas dari kesulitan-kesulitan yang
dihadapi. Akan tetapi, kesulitan-kesulitan tersebut dapat diatasi berkat bimbingan
dan bantuan dari orang-orang di sekitar penulis.
Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan rasa terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Lincolin Arsyad, Ph.D. selaku direktur dari pengelola
program Magister Manajemen Universitas Gadjah Mada.
2. Bapak Prof. Dr. Indra Wijaya Kusuma, MBA. selaku Dosen pembimbing
dan juga yang telah banyak meluangkan waktunya untuk mengajar mata
kuliah Business Research Method di Program studi MM UGM Jakarta.
3. Keluarga penulis, bapak dan ibu yang tidak pernah berhenti memberikan
dukungan baik secara material dan moril.
4. Keluarga penulis yang ada di Yogyakarta, Bapak Yusrin Nicoriawan, SH,
Bapak Drs. H. M.Yusron, Ibu Titiek Mutiah, Bsc, Intan Dhyaksari, dan
lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang selalu mendukung
penulis dalam mengikuti program MM UGM
5. Sahabat terbaik penulis, Bapak Helmi, ibu Catur Rahayu, yang telah
memberikan semangat kepada penulis selama mengikuti program MM
UGM..
6. Teman-teman MMUGM regular 27 dan MMUGM lainnya yang tidak
dapat disebutkan satu - persatu yang selalu menyemangati penulis dalam
mengikuti program MM UGM.

iv

7. Teman Teman Alumni Trisakti dan SMU 22 (Imam, Novan, Chika,


Angel, Retno, Ratih, Wulan) dan lainnya yang tidak dapat disebutkan satu
persatu yang telah memberi penulis support dalam mengikuti program
MM UGM

DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL....................... i
LEMBAR PENGESAHAN ii
LEMBAR PERNYATAAN iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR LAMPIRAN.. x
INTISARI xi
ABSTRACT xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang...... 1
1.2. Rumusan Masalah 6
1.3. Tujuan Penelitian... 6
1.4. Manfaat Penelitian. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Analisis rasio keuangan. 8
a. Definisi Analisis Rasio Keuangan 8
b. Jenis-Jenis Rasio Keuangan . 9
2.2. Nilai perusahaan. 10
a. Definisi Nilai Perusahaan ..... 10
b. Pengukuran Nilai Perusahaan ............................................................. 11
2.3. Likuiditas 13

vi

a. Definisi likuiditas .... 13


b. Pengukuran likuiditas ......................................................................... 14
2.4. Kebijakan hutang 15
a. Definisi hutang .. 15
b. Jenis-Jenis dan Pengukuran Hutang ................................................. 16
2.5. Operating leverage. 19
a. Definisi leverage .. 19
b. Jenis-Jenis dan Teori-Teori Leverage .............................................20
2.6. Penelitian terdahul 22
2.7. Kerangka pemikiran....... 23
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian... 27
3.1.1 Sampel penelitian 27
3.1.2 Populasi .. 27
3.1.3 Sampel 27
3.2. Tehnik pengumpulan data..28
3.3. Variabel dan pengukurannya. 28
3.4. Definisi operasional Variabel 29
3.5. Metode Analisis Data. 31
3.5.1. Statistik deskriptif... 31
3.5.2 Uji normalitas. 32
3.5.3. Uji Awal atau Uji Klasik. 32
a. Uji Multikolinieritas . 32
b. Uji Autokorelasi............ 33

vii

c. Uji Heterokedastisitas... 34
3.5.4. Uji Hipotesis... 35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi statistik.. 37
4.2. Uji Normalitas dan Uji Asumsi Klasik......... 39
4.2.1. Uji Normalitas data. 40
4.2.2. Uji Asumsi Klasik 41
4.2.2.1. Uji Multikolinearitas 41
4.2.2.2 Uji autokorelasi .. 42
4.2.2.3. Uji Heterokedastisitas.. 44
4.3. Uji Hipotesis.................................. 45
2

4.5. Koefisien Determinasi (R ) 47


4.6. Variabel dominan 48
4.7 Analisis dan pembahasana . 49
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan 52
5.2. Saran.. 52
5.3. Keterbatasan Penelitian. 54
Daftar Pustaka. 55

viii

DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Statistik Deskriptif 37
Tabel 4.2. Uji normalitas................................... 40
Tabel 4.3. Hasil Uji Multikolinieritas ...... 42
Tabel 4.4. Uji Durbin Watson.. 43
Tabel 4.5. Hasil Uji Heteroskedastisitas 44
Tabel 4.6. Model Regresi.. 45
2

Tabel 4.7. Koefisien Determinasi (R ).. 47


Tabel 4.8. Uji variabel dominan 48

ix

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I. Daftar Perusahaan
yang dapat dipakai untuk penelitian.. 58
Lampiran II. Uji Normalitas.. 61
Lampiran III. Uji Durbin-Watson.. 62
Lampiran IV. Uji Multikolenieritas.. 63
Lampiran V. Uji Heterokedastisitas...64
Lampiran VI. Uji hipotesis... 65
Lampiran VII. Statistik Deskriptif

66

INTISARI

Maksud dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh likuiditas,


kebijakan hutang, dan operating leverage terhadap price to book value. Penelitian ini
menggunakan data perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
sebanyak 156 perusahaan. Penelitian ini menggunakan metode yang dibuat oleh Ulupui
(2006) untuk melihat pengaruh dari likuiditas, operating leverage terhadap return saham .
Dengan melihat return saham kita juga bisa menganalisis price to book value untuk
menilai suatu kinerja perusahaan
Kata Kunci: likuiditas, operating leverage, kebijakan hutang, price to book value

xi

ABSTRACT

The purpose of this study was to analyze the effect of liquidity, debt policies, and
operating leverage to the price to book value. This study uses data of
manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange (BEI) as many
as 156 companies. This study uses the method created by Ulupui (2006) to see the
impact of liquidity, operating leverage on stock returns. By looking at the returns
we can also analyze the stock price to book value for assessing a company's
performance

Keywords: liquidity, operating leverage, debt policy, price to book value

xii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Dalam era globalisasi ini, semakin banyak perusahaan yang menggunakan pasar

modal sebagai salah satu alternatif dalam menghimpun dan mengumpulkan modal
dari

masyarakat

pemodal

atau

investor.

Perusahaan-perusahaan

tersebut

melakukannya dengan menerbitkan saham di bursa efek. Dana yang diperoleh


melalui pasar modal tersebut kemudian dapat digunakan untuk perkembangan usaha
atau ekspansi, penambahan modal kerja dan sebagainya. Pasar modal juga bertindak
sebagai penghubung antara investor yang ingin menginvestasikan dananya dengan
perusahaan yang memerlukan dana tersebut. Bagi investor, pasar modal menyediakan
alternatif investasi lain selain tabungan, deposito, properti, maupun emas. Investasi di
pasar modal memungkinkan para investor melakukan diversifikasi atas investasinya
ke berbagai aset keuangan maupun non-keuangan. Para investor dapat turut serta
memiliki sebagian perusahaan-perusahaan besar dengan manajemen dan pengelolaan
yang baik dengan membeli saham yang diterbitkan perusahaan tersebut melalui bursa
efek.
Bagi perusahaan go public, nilai pasar wajar perusahaan ditentukan mekanisme
permintaan dan penawaran di bursa, yang tercermin dalam listing price. Harga pasar
merupakan cerminan berbagai keputusan dan kebijakan manajemen, dengan demikian
1

nilai perusahaan merupakan akibat dari tindakan manajemen. Go public merupakan


salah satu cara badan usaha untuk memperoleh dana yaitu dengan cara menjual dan
menawarkan untuk melepaskan hak atas saham dengan pembayaran. Badan usaha
dapat go public dengan cara menjual saham baru yang berasal dari modal dasar
maupun saham lama yang berasal dari modal dasar maupun saham lama yang berasal
dari modal yang sudah disetor (Sumantoro, 1990 : 64).
Banyaknya jumlah perusahaan yang sudah go public membuat investor
kebingungan dalam menentukan keputusan investasi. Oleh karena itu, investor perlu
mengumpulkan informasi yang lengkap dan tepat mengenai perusahaan yang akan
dipilih sebagai tempat investasi. Informasi ini dapat diperoleh dengan menganalisis
laporan keuangan yang diterbitkan secara periodik oleh perusahaan. Maka dari itu,
perusahaan melakukan penyajian laporan keuangan secara tepat waktu untuk
memperoleh keunggulan kompetitif dalam menunjang keberhasilan perusahaan dan
image perusahaan dimata publik menjadi lebih baik serta menunjukkan kualitas
kinerja perusahaan dan kredibilitas kualitas informasi akuntansi yang tinggi atas apa
yang dilaporkannya, yang kemudian diharapkan timbulnya kepercayaan publik
terhadap kualitas informasi yang disajikan oleh pihak perusahaan.
Permasalahan menjadi menarik pada pihak manajemen. Ketika pemegang
saham mempercayakan pengelolaan investasi kepada pihak lain, para pemilik
mengharapkan pihak manajemen akan berjuang sekuat tenaga untuk meningkatkan
nilai perusahaan, yang akhirnya akan meningkatkan kemakmuran pemegang saham.
2

Para pemegang saham membayar jasa profesional pihak manajemen untuk


mengedepankan kepentingan pemegang saham, yaitu kesejahteraan pemegang saham.
Agency theory menyatakan berbeda, pihak manajemen bisa saja bertindak
mengutamakan kepentingan dirinya sendiri (Suharli dan Oktorina, 2006 : 24). Teori
ini akan mempengaruhi kedua pihak untuk untuk memaksimalkan kesejahteraannya
masing-masing sehingga terjadilah konflik anatara pemegang saham dan pihak
manajemen. Pemegang saham berusaha mengatasi masalah tersebut dengan
melakukan

pengawasan

terhadap

manajer.

Salah

satu

bentuk

mekanisme

pengawasannya yaitu kebijakan dividen kas. Pemegang saham berusaha menjaga agar
pihak manajemen tidak terlalu banyak memegang kas karena kas yang banyak akan
menstimulus pihak manajemen untuk menikmati kas tersebut bagi kepentingan
dirinya sendiri. Pihak manajemen akan membatasi arus kas keluar berupa dividen kas
yang berjumlah terlalu besar dengan alasan mempertahankan kelangsungan hidup,
menambah investasi untuk pertumbuhan atau melunasi hutang (Suharli dan Oktorina,
2006 : 24).
Secara umum, terdapat dua jenis analisis yang digunakan para investor dalam
menentukan keputusan investasi. Yang pertama, disebut sebagai analisa teknikal.
Analisa teknikal ini menggunakan grafik maupun indikator-indikator teknis dalam
menilai suatu saham, dengan menitikberatkan pada penggunaan data historis
terutama harga dan volume saham. Analisa teknikal ini juga dapat digunakan dalam
menilai saham-saham secara individu maupun pasar (indeks) secara keseluruhan.
3

(Husnan, 2001 : 315). Yang kedua, disebut sebagai analisa fundamental, yang
menitikberatkan pada rasio-rasio keuangan dan informasi-informasi lainnya yang
terkait dengan perusahaan yang mungkin dapat mempengaruhi kinerja perusahaan
tersebut. Analisa fundamental dilakukan dengan memperhitungkan variabel-variabel
fundamental perusahaan seperti penjualan, laba, tingkat hutang, dividen, biaya-biaya,
arus kas, dan sebagainya dalam menilai suatu saham.
Para investor, sebelum melakukan investasi, akan melakukan perhitungan
terhadap risiko yang dihadapi dan imbal hasil atau return yang akan diperolehnya.
Oleh karena itu, investor terlebih dahulu akan melakukan analisis dalam menentukan
perusahaan mana yang akan diinvestasikan. Hal ini bertujuan untuk memaksimalkan
keuntungannya baik melalui peningkatan nilai investasi maupun melalui dividen yang
diterima. Semakin tinggi return yang diberikan oleh perusahaan kepada investor
berarti semakin meningkatnya nilai perusahaan. Semakin banyak investor yang
menanam saham akan berdampak harga saham yang akan meningkat tinggi pula.
Nilai perusahaan adalah nilai yang mencerminkan berapa harga yang bersedia dibayar
oleh investor untuk suatu perusahaan, yang biasanya diukur dengan Price to book
value (PBV). Nilai perusahaan didefinisikan sebagai persepsi investor terhadap
tingkat keberhasilan perusahaan dalam mengelola sumber daya (Sujoko dan Ugy,
2007 : 44).
Dalam kaitannya dengan nilai perusahaan (price to book value), likuiditas
mempengaruhi harga saham. Bila likuiditas meningkat maka investor dapat membeli
4

saham dengan harga yang relatif lebih rendah. Semakin tinggi tingkat likuiditas maka
akan semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk membayar dividen yang
dapat mempengaruhi nilai perusahaan (Suharli, 2007 : 12). Penggunaan hutang
diharapkan dapat mengurangi konflik keagenan. Penambahan hutang dalam struktur
modal dapat mengurangi penggunaan saham sehingga mengurangi biaya keagenan
ekuitas. Perusahaan memiliki kewajiban untuk mengembalikan pinjaman dan
membayar beban bunga secara periodik. Kondisi ini menyebabkan manajer bekerja
keras untuk meningkatkan laba sehingga dapat memenuhi kewajiban dari penggunaan
hutang. Sebagai konsekuensi dari kebijakan ini, perusahaan menghadapi biaya
keagenan hutang dan resiko kebangkrutan. Semakin tinggi proporsi hutang semakin
tinggi harga saham, namun pada titik tertentu peningkatan hutang akan menurunkan
nilai perusahaan karena manfaaat yang diperoleh dari penggunaan hutang lebih kecil
daripada biaya yang ditimbulkannya (Soliha dan Taswan, 2002 : 149).
Operating leverage merupakan penggunaan aktiva atau operasi perusahaan
yang disertai dengan biaya tetap. Operating leverage yang menguntungkan kalau
pendapatan setelah dikurangi biaya variabel (contribution to fixed cost) lebih besar
dari biaya tetapnya. Oleh sebab itu operating leverage adalah seberapa jauh
perubahan tertentu dari volume penjualan berpengaruh terhadap laba operasi bersih.
Dalam suatu perusahaan tingkat operating leverage pada suatu tingkat hasil akan
ditunjukan oleh perubahan dalam volume penjualan yang mengakibatkan adanya
perubahan yang tidak proporsional dalam laba atau rugi operasi (Riyanto, 1997).
5

Peningkatan operating leverage mengakibatkan peningkatan resiko dan tingkat


keuntungan sehingga penggunaannya mempengaruhi nilai perusahaan. Dalam hal ini,
pihak manajemen harus mengetahui bagaimana mengukur dan mengevaluasi
operating leverage.
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan, maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: ANALISIS PENGARUH
LIKUIDITAS, KEBIJAKAN HUTANG, DAN OPERATING LEVERAGE
TERHADAP

PRICE

TO

BOOK

VALUE

PADA

PERUSAHAAN

MANUFAKTUR.
1.2

Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang, penulis mencoba merumuskan masalah penelitian

seperti dibawah ini; apakah likuiditas, kebijakan hutang, operating leverage


mempunyai pengaruh terhadap price to book value Pada perusahaan Manufaktur?
1.3

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh likuiditas, kebijakan

hutang, dan operating leverage terhadap price to book value perusahaan go public.
1.4

Manfaat Penelitian
Berdasarkan latar belakang, masalah penelitian serta tujuan, manfaat yang dapat

diperoleh dari penelitian ini adalah :

Bagi investor adalah sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan


untuk membeli, menjual atau menahan saham berdasarkan operating leverage
dan hutang perusahaan yang ada pada perusahaan manufaktur.

Bagi akademisi penelitian ini dapat menjadi literatur tambahan yang dapat
berguna sebagai pembelajaran dan pengetahuan mengenai nilai dari suatu
perusahaan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Analisis Rasio Keuangan


A. Definisi Analisis Rasio Keuangan
Analisis Rasio keuangan sangat bermaanfaat bagi manajemen untuk perencanaan
dan pengevaluasian prestasi dan kinerja (performance) perusahaan bila dibandingkan
dengan rata rata industri, sedangkan bagi para kreditor dapat digunakan untuk
memperkirakan potensi resiko yang akan dihadapi dikaitkan dengan adanya jaminan
kelangsungan pembayaran bunga dan pemngembalian pokok pinjamannya. Analisis
rasio juga bermanfaat bagi para investor dalam mengevaluasi nilai saham dan adanya
jaminan atas keamanan dana yang akan ditanamkan pada suatu perusahaan
(Munawir, 2002 : 79).
Salah satu tujuan dan keunggulan dari rasio adalah dapat digunakan untuk
membandingkan hubungan return dan risiko dari perusahaan dengan ukuran yang
berbeda. Rasio juga dapat menunjukkan profil suatu perusahaan, karakteristik
ekonomi, strategi bersaing dan keunikan karakteristik operasi, keuangan dan
investasi. Menurut Usman (2003), analisis ini berguna sebagai analisis intern bagi
manajemen perusahaan untuk mengetahui hasil keuangan yang telah dicapai guna
8

perencanaan yang akan datang dan juga untuk analisis intern bagi kreditur dan
investor untuk menentukan kebijakan pemberian kredit dan penanaman modal suatu
perusahaan
B. Jenis-Jenis Rasio Keuangan
Untuk mengukur kinerja keuangan suatu perusahaan, kita membutuhkan suatu
alat atau cara yang disebut rasio keuangan. Brigham dan Houston (2004 : 77)
membagi rasio-rasio keuangan menjadi 5 kelompok :
1. Rasio likuiditas (liquidity ratios) terdiri dari current ratio dan quick ratio
2. Rasio manajemen aset (asset management ratios) terdiri dari rasio Inventory
turnover, day sales outstanding (DSO), fixed asset turnover, dan total Asset
turnover
3. Rasio manajemen utang (debt management ratio) terdiri dari rasio total debt
to total assets,time interers earned (TIE), dan EBITDA coverage.
4. Rasio profitabilitas (profitability ratios) terdiri dari rasio profit margin on
sales, basic earning power, return on total assets (ROA), dan return on
equity (ROE).
5. Rasio nilai pasar (market values ratios) terdiri dari rasio price/earnings (P/E),
price cash flow, dan market/book (M/B).

2.2 Nilai Perusahaan


A. Definisi Nilai Perusahaan
Dalam melakukan aktivitas dan pengambilan keputusan, perusahaan selalu
berpatokan pada tujuan utamanya. Nilai perusahaan merupakan persepsi investor
terhadap perusahaan, yang sering dikaitkan dengan harga saham. Harga saham yang
tinggi membuat nilai perusahaan juga tinggi. Harga saham merupakan harga yang
terjadi pada saat saham (Fakhruddin & Hadianto, 2001). Nilai perusahaan lazim
diindikasikan dengan price to book value. Price to book value yang tinggi akan
embuat pasar percaya atas prospek perusahaan ke depan. Hal itu juga yang menjadi
keinginan para pemilik perusahaan, sebab juga tinggi perusahaan yang tinggi
mengindikasikan kemakmuran pemegang saham juga tinggi (Soliha & Taswan,
2002). Dalam realitasnya tidak semua perusahaan mengingikan harga saham tinggi
(mahal), karena takut tidak laku dijal atau tidak menarik investor untuk membelinya.
Nilai perusahaan merupakan konsep penting bagi investor, karena nilai
perusahaan merupakan indikator bagaimana perusahaan pasar menilai perusahaan
secara keseluruhan. Nilai perusahaan cenderung mencerminkan secara relatif
penilaian pemegang saham biasa atas keseluruhan aspek dari kinerja perusahaan
dimasa lampau dan perkiraan dimasa yang akan datang yang digunakan untuk
menangkap nilai atau karakteristik daya tarik dari suatu perusahaan. Mengenai nilai
perusahaan para pemegang saham yang merupakan cerminan dalam hal mengukur
10

nilai perusahaan, dilihat dari market value ratio. Menurut Margaretha (2004 : 21),
market value ratio merupakan rasio yang meningkatkan harga saham perusahaan
dengan labanya dan nilai buku perusahaan. Bila rasio likuiditas, kebijakan hutang,
dan operating leverage baik maka rasio nilai pasar akan menjadi tinggi dan harga
saham akan setinggi sesuai yang diharapkan.
B. Pengukuran Nilai Perusahaan
Dalam mengukur nilai perusahaan dapat dilihat dari market value ratio. Menurut
Astuti (2004 : 38-39), jenis-jenis market value ratio yaitu :
1. Price Earning Ratio (PER)
Price earning ratio (PER) adalah rasio antara harga saham per lembar yang
berlaku di pasar modal dengan tingkat keuntungan bersih yang tersedia bagi
pemegang saham (Shayroni, 2006). Menurut Jogiyanto (2000), PER adalah rasio
harga saham terhadap earnings-nya, dengan kata lain menunjukkan berapa besar
pemodal menilai harga saham terhadaap kelipatan earnings. Kegunaan dari PER
adalah melihat bagaimana pasar menghargai kinerja saham suatu perusahaan
terhadap kinerja perusahaan yang tercermin oleh EPS-nya. Semakin besar PER
suatu saham maka menyatakan saham tersebut semakin mahal terhadap
pendapatan bersih per sahamnya.

11

2. Price to Book Value (PBV)


Rasio ini memberikan indikasi bahwa perusahaan dengan tingkat pengembalian
atas ekuitas yang relatif tinggi biasanya menjual saham beberapa kali lebih tinggi
dari nilai bukunya, dibandingkan perusahaan dengan tingkat pengembalian yang
rendah. Menurut Ratnasari (2003), nilai price to book balue (PBV) yang semakin
besar menunjukkan harga pasar dari saham tersebut semakin tinggi pula. Jika
harga pasar dari suatu saham semakin tinggi, maka capital gain (actual return)
juga akan semakin tinggi. Perusahaan yang kinerjanya baik biasanya nilai rasio
PBV-nya diatas satu, hal ini menunjukkan bahwa nilai pasar saham lebih tinggi
dari nilai bukunya.
PBV menunjukkan komposisi nilai perusahaan dari apa yang telah dan sedang
ditanamkan oleh pemilik perusahaan, semakin tinggi PBV semakin besar
tambahan kesejahteraan yang dinikmati oleh pemilik perusahaan (Husnan, 1994 :
567). Dengan demikian, price to book value mempunyai pengaruh terhadap nilai
perusahaan dimana nilai PBV melebihi angka 1.0 maka semakin baik manfaat
yang didapat perusahaan untuk masa depan karena investor mampu bersedia
membayar lebih saham yang dimiliki perusahaan tersebut.

12

2.3 Likuiditas
A. Definisi Likuiditas
Menurut Riyanto (2001:25), likuiditas adalah berhubungan dengan masalah
kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban financial-nya yang segera
harus dipenuhi. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa likuiditas adalah
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat
jatuh tempo dan dalam menjalankan operasi perusahaan. Perusahaan yang dapat
memenuhi kewajiban perusahaan tepat pada waktunya berarti perusahaan tersebut
mempunyai alat pembayaran ataupun aktiva lancar yang lebih besar daripada hutang
jangka pendeknya. Jumlah aktiva lancar yang dimiliki oleh suatu perusahaan pada
saat tertentu merupakan kekuatan membayar kewajiban jangka pendek dari
perusahaan yang bersangkutan.
Likuiditas mengacu pada kas perusahaan dan posisi surat berharga dan dipasarkan
kemampuannya untuk memenuhi kewajiban jatuh tempo (Brigham & Ehrhardt, 2005
: 967). Sebuah aset cair adalah setiap aset yang dapat dengan cepat dijual dan diubah
menjadi uang tunai. Rasio likuiditas merupakan kemampuan aktiva untuk diubah ke
dalam bentuk tunai tanpa adanya konsesi harga yang signifikan. Nilai dari suatu aset
juga bergantung pada likuiditasnya, yang artinya kemudahan untuk menjual aset dan
mengubahnya menjadi uang tunai pada suatu nilai pasar yang wajar.

13

B. Pengukuran Likuiditas
Pengukuran dasar likuiditas (Margaretha, 2004 : 19) yaitu :
a. Rasio lancar (current ratio)
Rasio yang menunjukkan sampai sejauh mana tagihan-tagihan jangka pendek
dari para kreditor dapat dipenuhi dengan aktiva yang diharapkan akan dikonversi
menjadi uang tunai dalam waktu dekat. Current ratio sendiri merupakan salah
satu indikator dari rasio likuiditas. Current ratio merupakan rasio antara lancar
dengan hutang lancar yang dimiliki oleh perusahaan. rasio ini mengukur aktiva
yang dimiliki perusahaan dalam hutang lancar perusahaan (Husnan, 1994).
Menurut Weston (1995), current ratio digunakan untuk mengukur penyelesaian
hutang jangka pendek perusahaan, dengan melihat berapa lama tagihan kreditur
jangka pendek dapat dipenuhi oleh aktiva yang diharapkan dapat dikonversi ke
kas dalam jangka waktu yang kira-kira sama dengan jatuh tempo tagihan.
Rasio lancar adalah menunjukkan sejauh mana kewajiban saat ini ditutupi
oleh mereka aset diharapkan akan dikonversi menjadi kas dalam waktu dekat
(Brigham & Ehrhardt, 2005 : 962). Hal ini ditemukan dengan membagi aset
lancar dengan kewajiban lancar. Semakin tinggi current ratio berarti semakin
besar kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek
(Sartono, 1998 : 122). Penulis memilih current ratio sebagai variabel penelitian
dalam pengaruhnya terhadap nilai perusahaan (price to book value). Current ratio
14

ini dipilih sebagai penelitian karena untuk melihat kekayaan sebuah perusahaan
yang dapat langsung dikonversikan menjadi uang tunai untuk kemampuan mereka
membayar kewajibannya. Semakin besar current ratio perusahaan maka
kemampuan mereka untuk membayar kewajibannya semakin baik juga dan itu
berdampak pada kinerja perusahaan.
b.

Rasio cepat (quick or acid test ratio)


Menurut Sartono (2006 : 62), quick ratio (acid test ratio) adalah rasio antara
aktiva lancar dikurangi persediaan dibagi hutang lancar. Rasio ini mengukur
solvabilitas jangka pendek tetapi tidak memperhitungkan persediaan karena
persediaan merupakan aktiva lancar yang kurang liquid. Sedangkan menurut
Horne (2005:69), acid test ratio memberikan ukuran yang mendalam tentang
likuiditas daripada rasio lancar. Pengertian likuiditas mengandung dua dimensi,
yaitu waktu yang diperlukan untuk mengubah aktiva dan kepastian harga yang
akan terjadi (Sartono, 2006 : 124).
2.4 Kebijakan Hutang
A. Definisi Hutang
Munawir (2004 : 18) menyatakan bahwa hutang adalah semua kewajiban
keuangan perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini
merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang berasal dari kreditor.
Kewajiban merupakan hutang perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa
15

lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya


perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi (Ghozali dan Chairiri, 2007). Dari
pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hutang atau kewajiban
merupakan pengorbanan manfaat ekonomi perusahaan saat ini yang timbul dari
transaksi atau peristiwa masa lalu untuk mendapatkan pendanaan dalam bentuk uang,
jasa, atau aktiva lainnya.
Hutang merupakan salah satu sumber pembiayaan eksternal yang digunakan oleh
perusahaan untuk membiayai kebutuhan dananya. Dalam pengambilan keputusan
akan penggunaan hutang ini harus mempertimbangkan besarnya biaya tetap yang
muncul dari hutang berupa bunga yang akan menyebabkan semakin meningkatnya
leverage keuangan dan semakin tidak pastinya tingkat pengembalian bagi para
pemegang saham biasa. Dalam kaitannya dengan analisis kredit, maka kebijakan
hutang dijelaskan pada analisis solvabilitas yang berhubungan dengan likuiditas dan
leverage.
B. Jenis-Jenis dan Pengukuran Hutang
Menurut Soemarso (2004 : 230), hutang digolongkan menjadi 2, yaitu:
a. Hutang Lancar
Merupakan hutang-hutang yang akan jatuh tempo dalam waktu 1 tahun atau
dalam waktu siklus kegiatan normal perusahaan, contoh : hutang dagang, hutang
gaji. Menurut Djarwanto (2004 : 34-35), hutang yang jatuh temponya masuk
16

siklus akuntansi yang sedang berjalan. Jadi hutang lancar merupakan kewajiban
jangka pendek yang diperkirakan akan diselesaikan dalam janga waktu siklus
normal opersai perusahaan atau jatuh tempo dalam jangka waktu 12 bulan dari
tanggal neraca.
b. Hutang Jangka Panjang
Merupakan hutang yang jatuh temponya lebih dari 1 tahun, contoh: hutang
obligasi. Menurut Husnan (1998 : 445), jangka waktu pinjaman mempengaruhi
besar kecilnya biaya bunga pada penggunaan hutang dan keputusan perusahaan
dalam menentukan apakah perusahaan akan tetap terus berjalan atau bangkrut,
disamping itu, faktor ketidaksempurnaan pasar juga berpengaruh terhadap
pemilihan jangka waktu hutang. Jadi, jangka waktu pinjaman mempengaruhi
besar kecilnya biaya bunga pada penggunaan hutang.
Menurut Wild, Subramanyam, dan Hasley (2005 : 41), ada 3 pengukuran, yaitu :
a. Total Debt to Equity Ratio (DER)
Rasio yang mengukur proporsi relatif dari klaim pemberi pinjaman terhadap hak
kepemilikan dan digunakan sebagai ukuran peranan hutang. Hutang bisa berarti
buruk bisa juga berarti bagus. Selama ekonomi sulit dan suku bunga tinggi,
perusahaan yang memiliki debt to equity ratio yang tinggi dapat mengalami
masalah keuangan, sebaliknya juga selama ekonomi baik dan suku bunga rendah
hutang dapat meningkatkan keuntungan. Total debt merupakan total liabilities
17

(baik

utang

jangka

pendek

maupun

jangka

panjang);

sedangkan

total

shareholdersequity merupakan total modal sendiri (total modal saham yang disetor
dan laba yang ditahan) yang dimiliki perusahaan. Rasio ini menunjukkan komposisi
dari total hutang terhadap total ekuitas.
Semakin tinggi DER menunjukkan komposisi total hutang semakin besar dibanding
dengan total modal sendiri, sehingga berdampak semakin besar beban perusahaan
terhadap pihak luar/(kreditur) (Ang, 1997). Untuk mengukur sejauh mana

perusahaan dibiayai dengan hutang salah satunya dapat dilihat melalui debt to
equity ratio. Debt to equity ratio mencerminkan besarnya proporsi antara total
debt (total hutang) dengan total shareholders equity (total modal sendiri).
Total debt merupakan total liabilities (baik utang jangka pendek maupun jangka
panjang): sedangkan total shareholders equity merupakan total modal sendiri
(total modal saham yang di setor dan laba yang ditahan) yang dimiliki
perusahaan. Menurut Ang (1997), rasio ini menunjukkan komposisi dari total
hutang terhadap total ekuitas. Wild, Subramanyam, dan Hasley (2005 : 222)
menjelaskan Rasio lancar juga memastikan penilaian solvabilitas jangka panjang
(DER). Helfert (1997: 95) menjelaskan Dari sudut pandang pemberi pinjaman
terdapat anggapan bahwa semakin tinggi nilai rasio lancar, maka semakin baik
posisi pemberi pinjaman. Dari penjelasan diatas DER merupakan rasio yang
dapat memberikan perbandingan terhadap nilai ekuitas suatu perusahaan.

18

b. Long Term Debt to Equity


Rasio yang mengukur hubungan antara utang jangka panjang (kewajiban tak
lancar) terhadap modal ekuitas.
c. Times Interest Earned (TIE)
Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi pembayaran
bunga tahunan, rasio laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) terhadap beban
bunga. Menurut Husnan (1998 : 561), TIE mengukur seberapa banyak laba
operasi mampu membayar bunga hutang.Semakin besar laba operasi yang
dihasilkan, semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar bunga
hutang.
2.5 Operating Leverage
A. Definisi leverage
Dalam manajemen keuangan, leverage adalah penggunaan aset dan sumber dana
(source of fund) oleh perusahaan yang memiliki biaya tetap dengan maksud agar
meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham. Perusahaan yang baik
mestinya memiliki komposisi modal yang lebih besar dari hutang, nilai perusahaan
yang tidak mempunyai hutang untuk pertama kali akan naik pada saat kebutuhan
tambahan modal dipenuhi oleh hutang sehingga nilai tersebut akan mencapai
puncaknya dan akhirnya nilai itu akan menurun setelah penggunaan hutang
berlebihan. Menurut Tampubolon (2005 : 37), menjelaskan bahwa leverage
19

digunakan untuk menjelaskan penggunaan hutang untuk membiayai sebagian dari


aktiva perusahaan. Penggunaan hutang juga memberikan subsidi pajak atas bunga
yang dapat menguntungkan pemegang saham.
B. Jenis-Jenis dan Teori-Teori Leverage
Menurut Astuti (2004 : 138-144), leverage dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
1.

Financial leverage merupakan penggunaan dana dengan beban tetap dengan


harapan untuk memperbesar pendapatan per lembar saham biasa. Financial
leverage juga mempengaruhi laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa.
Financial leverage merupakan pembiayaan sebagian dari aset perusahaan dengan
sekuritas berbiaya tetap dalam rangka meningkatkan pengembalian akhir bagi
pemegang saham. Menurut Husnan (1998 : 620), semakin besar hutang yang
digunakan oleh perusahaan, semakin tinggi tingkat financial leverage dan
perubahan laba operasi pada laba setelah pajak.

2.

Operating leverage merupakan penggunaan aktiva dengan biaya tetap dengan


harapan bahwa revenue yang dihasilkan oleh penggunaan aktiva itu akan cukup
untuk menutupi biaya tetap dan biaya variabel. Dalam suatu perusahaan tingkat
operating leverage pada suatu tingkat hasil akan ditunjukan oleh perubahan dalam
volume penjualan yang mengakibatkan adanya perubahan yang tidak proporsional
dalam laba atau rugi operasi (Riyanto, 2001). Pengukuran yang digunakan dalam

leverage operasi adalah degree of operating leverage (DOL) yaitu rasio


20

persentase perubahan EBIT terhadap persentase perubahan penjualan. DOL bagi


sebuah perusahaan lebih merupakan fungsi dari proses produksi. Perubahan yang
relatif kecil dalam penjualan akan mengakibatkan perubahan laba operasi yang
relatif besar. Perusahaan yang menggunakan leverage operasi yang kecil, beban
tetapnya juga kecil namun biasanya biaya variabel per unitnya cukup tinggi.
Semakin besar DOL berarti semakin besar pula pengaruh perubahan penjualan
terhadap EBIT yang dapat mempengaruhi perubahan hutang dan laba dalam
nilai perusahaan (Husnan, 1998 : 615).
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa DOL mempengaruhi
perubahan penjualan terhadap EBIT, semakin besar DOL semakin besar pula
pengaruh perubahan penjualan terhadap perubahan EBIT yang didapat. Untuk
mengukur pengaruh perubahan volume penjualan terhadap profitabilitas maka
perlu dihitung tingkat leverage operasi dengan mengukur tingkat degree of
operating leverage. EBIT (laba sebelum bunga dan pajak) merupakan jumlah
yang diterima setelah total biaya operasi dikurangkan dari total pendapatan, tetapi
sebelum bunga atau pajak yang dibayarkan. Total biaya operasi termasuk biaya
pabrik langsung, ditambah biaya administrasi, penjualan dan distribusi overhead.
EBIT bagian dari dari ditribusi sebagian laba yang dihasilkan selama periode
berjalan sehingga mempengaruhi penilaian investor terhadap suatu perusahaan.

21

2.6 Penelitian Terdahulu


Melihat dari penelitian tedahulu sangat penting sebagai bahan acuan yang
membantu penulis dalam merumuskan asumsi dasar untuk pengembangan kajian.
Berdasarkan studi pustaka dan observasi yang dilakukan, penulis menemukan
beberapa referensi penelitian terdahulu dengan pendekatan yang sama metodologi,
yaitu (joko dan ugi, 2007), struktur kepemilikan saham, leverage, faktor intern dan
faktor ekstern berpengaruh terhadap suatu nilai perusahaan. Faktor ekstern yang di
jadikan acuan yaitu seperti tingkat suku bunga, keadaan pasar modal dan
pertumbuhan pasar dengan melihat peluang bisnis yang ada di Indonesia. Sedangkan
faktor ekstern sendiri yang dijadikan acuan yaitu seperti rasio profitabilitas dari suatu
perusahaan, pembayaran deviden perusahaan kepada pemegang saham, pangsa pasar
relatif dan melihat ukuran perusahaan dengan melihat dari total aktiva.
Selain itu juga penulis melihat referensi penelitihan terdahulu (Ulupui, 2006)
dengan judul penelitian analisis pengaruh rasio likuiditas, leverage, aktivitas dan
profitabilitas terhadap return saham. Yang menjadi acuan penilaian suatu perusahaan
yaitu dengan melihat pengaruh variabel tersebut terhadap return saham. Dalam
penulis yang berjudul analisis pengaruh Likuiditas, kebijakan hutang, operating
leverage terhadap Price to Book Value pada perusahaan manufaktur secara garis
besar membahas tentang faktor apa saja yang dapat kita lihat untuk melihat dari suatu
perusahaan. Dengan melihat Likuiditas suatu perusahaan kita dapat melihat

22

kemampuan perusahaan dalam membayar hutang hutangnya. Semakin baik


perusahaan dapat dilihat dari hutang mereka yang dapat dilunasi.
Selain itu juga kita dapat melihat dengan kebijakan hutang yang ada diperusahaan
tersebut. Karena setiap perusahaan mempunyai proporsi hutang tersendiri untuk
setiap kebutuhan dana perusahaannya itu sendiri. Apakah perusahaan memenuhi
kebutuhannya dengan hutang, penjualan saham atau bisa dari penerimaan hasil
produksi. Yang terakhir adalah operating leverage yaitu sebuah perusahaan dapat
memanfaatkan biaya tetap agar mendapatkan pendapatan dari perubahan penjualan
suatu perusahaan. Penulis memberikan sebuah contoh untuk melihat tingkat
operating leverage, seperti perusahaan yang membeli mesin lebih bagus di
bandingkan dengan membeli mesin yang biasa akan lebih baik mesin yang bagus.
Karena dengan biaya depresiasi yang sama akan tetapi mempunyai ketahanan barang
dan produktifitas yang berbeda.
2.7

Kerangka Pemikiran
Sebelum memutuskan untuk melakukan investasi pada suatu perusahaan, para

investor hendaknya melihat dan mempertimbangkan nilai dari perusahaan tersebut.


Nilai perusahaan sangat penting karena mencerminkan seberapa besar perusahaan
tersebut dapat memberikan keuntungan bagi investor. Nilai perusahaan dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, oleh karena itu pada penelitian ini penulis akan
meneliti faktor yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan.

23

Faktor yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan yang akan diteliti dalam
penelitian ini antara lain : likuiditas, kebijakan hutang, operating leverage. Variabel
tersebut dapat dilihat dalam gambar berikut :
Gambar 2.1

Likuiditas

H1

Price to

Kebijakan
Hutang

H2

Book Value

Operating
Leverage

H3

Gambar tersebut menunjukkan bahwa adanya pengaruh likuiditas, kebijakan


hutang dan operating leverage terhadap price to book velue. Dengan seorang investor
memilih dalam berinvestasi mereka melihat tingkat likuiditas suatu perusahaan.
Karena semakin tinggi tingkat likuiditas suatu perusahaan maka kemampuan suatu
perusahaan dalam membayar kewajibannya semakin baik. Sebuah perusahaan yang
mempunyai tingkat kemampuan dalam membayar kewajibannya tersebut maka
kinerja dari perusahaan tersebut juga akan baik. Dengan kinerja suatu perusahaan

24

tersebut akan baik maka tingkat price to book value mereka juga akan meningkat.
Dengan penjelasan diatas maka terjadilah hipotesa dibawah ini
H1 : Ada pengaruh likuiditas terhadap price to book value
Kebijakan hutang di setiap perusahaan itu berbeda beda. Perusahaan dapat
memperoleh dana dalam memenuhi kebutuhan produksinya bias dari pinjaman bank
maupun penjualan saham. Di dalam Kebijakan hutang ini dapat dilihat komposisi
pemenuhan kebutuhan dana suatu perusahaan apakah lebih besar dari modal sendiri
atau lebih besar dari pinjaman. Apabila semakin besar dari pinjaman maka sebuah
perusahaan akan semakin banyak terkena biaya bunga pinjaman. Dengan melihat
komposisi seperti ini maka akan mempengaruhi kinerja keuangan suatu perusahaan.
Semakin kecil perusahaan memperoleh dana dari pinjaman maka kinerja mereka akan
semakin baik. Dengan hal ini akan mempengaruhi nilai price to book Value mereka.
Dengan penjelasan diatas maka terjadilah hipotesa dibawah ini
H2 : Ada pengaruh kebijakan hutang terhadap price to book value
Setiap biaya operasional suatu perusahaan dapat dilihat dari biaya tetap dan biaya
variabel dari perusahaan. Dengan mereka memakai suatu barang yang bagus dalam
kegiatan produksinya kemungkinan perusahaan akan dapat mengurangi biaya
variabel mereka. Dengan melihat tingkat operating leverage perusahaan, maka
investor dapat melihat bagaimana perusahaan bias memanfaatkan biaya tetap agar
mendapatkan pendapatan dari perubahan penjualan suatu perusahaan. Contoh seperti
25

perusahaan yang membeli mesin lebih bagus di bandingkan dengan membeli mesin
yang biasa akan lebih baik mesin yang bagus. Karena dengan biaya depresiasi yang
sama akan tetapi mempunyai ketahanan barang dan produktifitas yang berbeda.
Dengan perusahaan dapat mengurangi biaya variabel mereka maka kinerja
perusahaan akan semakin baik. Itu akan berdampak pada nilai price to book value
mereka. Dengan penjelasan diatas maka terjadilah hipotesa dibawah ini
H3

: Ada pengaruh operating leverage terhadap price to book value

26

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Data dan Sampel
3.1.1

Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek
Indonesia yang dipilih dengan teknik pemilihan sampel purposive (judgemental)
(Hermawan, 2006 : 155). Purposive judgemental sampling ini adalah penarikan
sampel berdasarkan adanya kriteria kriteria tertentu. Teknik pemilihan ini dipilih
atas dasar kesesuaian karakteristik sampel dengan kriteria pemilihan yang ditentukan
sebagai berikut :

Perusahaan yang dipilih adalah industri manufaktur

Perusahaan tetap aktif di pasar modal sampai sekarang.

Semua data yang dibutuhkan dalam penelitian lengkap.

3.1.2

Populasi
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dalam rentang waktu 2008 sampai
2010
3.1.2

Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan dari

perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia,


27

Perusahaan manufaktur yang tergabung dalam Bursa Efek Indonesia seluruhnya ada
156 perusahaan. Namun keterbatasan data yang ada, sehingga data yang dapat
dijadikan sebagai sampel hanya 64 perusahaan.
3.2 Tehnik Pengumpulan Data
Semua data yang diperlukan dalam penelitian merupakan data sekunder yang
diperoleh melalui bursa efek Indonesia. Data sekunder ini dikumpulkan dari publikasi
berupa laporan keuangan tahunan yang diterbitkan oleh Bursa Efek Indonesia untuk
periode tahun 2008 sampai dengan tahun 2010.
3.3 Variabel dan Pengukurannya
1. Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel
independen dari penelitian ini, yaitu :
a. Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan diukur dengan menggunakan skala rasio (ratio scale)
2. Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi
variabel lainnya, yaitu :
a. Likuditas
Likuditas diukur dengan menggunakan skala rasio (ratio scale).
28

b. Kebijakan Hutang
Kebijakan hutang diukur dengan menggunakan skala rasio (ratio scale).
c. Degree of Leverage
Degree of leverage diukur dengan menggunakan skala rasio (ratio scale).
Skala rasio memiliki definisi yaitu nilai pada variabel dapat dibandingkan,
dapat dihitung jaraknya (ditambah, dikurangi, dikali dan dibagi) tetapi nilai
nol (0) pada skala rasio bersifat absolut. Contoh : usia, lama bekerja,
pendapatan, penjualan, biaya, keuntungan merupakan skala rasio.
3.4 Definisi Operasional Variabel
Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan price to book value (PBV)
ratio. Price to book value (PBV) ratio adalah rasio yang digunakan untuk
menentukan nilai perusahaan dan mengambil keputusan investasi dengan cara
membandingkan harga saham dengan nilai buku perusahaan. Dalam penelitian
ini, price to book value (PBV) ratio dihitung dengan rumus :

Market Price per Share


Price to Book Value (PBV) Ratio =
Book Value

29

Total Asset Total Liabilities


Book Value per Share =
The Number Shares of Stock Outstanding

Likuiditas ( X1 )
Likuditas dalam penelitian ini diukur dengan current ratio karena rasio ini
memberikan indikator terbaik atas besarnya klaim kreditor jangka pendek yang
ditutup oleh aktiva yang diharapkan akan dikonversi menjadi kas dalam jangka
pendek. Dari sudut pandang investor, semakin tinggi nilai rasio lancar akan
memberikan perlindungan terhadap kemungkinan kerugian drastis bila terjadi
kegagalan perusahaan.
Current Asset
Current Ratio =
Current Liabilities

Kebijakan Hutang ( X2 )
Kebijakan hutang dalam penelitian ini diukur dengan total debt to equity ratio
adalah suatu upaya memperlihatkan, dalam format lain, proporsi relatif dari klaim
pemberi pinjaman terhadap hak kepemilikan dan digunakan sebagai ukuran
peranan hutang.

30

Total Liabilities
DER

=
Shareholders Equity

Operating Leverage ( X3 )
Operating leverage dapat didefinisikan sebagai persentase perubahan laba
sebelum bunga dan pajak sebagai akibat persentase perubahan penjualan. DOL
bagi sebuah perusahaan lebih merupakan fungsi dari proses produksi.

% Perubahan EBIT
DOL =
% Perubahan Penjualan

3.5 Metode Analisis Data


Metode statistik yang digunakan untuk menganalisis likuiditas, kebijakan hutang,
dan operating leverage terhadap nilai perusahaan manufaktur adalah dengan metode
regresi berganda dimana untuk melihat pengaruh dari sejumlah variabel independent
terhadap variabel dependent yang masing-masing memiliki skala rasio/interval.
3.5.1 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah bagian dari statistik yang mempelajari cara
pengumpulan dan penyajian data sehingga mudah dipahami. Pada dasarnya statistik
31

dekriptif ini bertujuan untuk menjelaskan atau menggambarkan karakteristik dari


data yang akan diolah. Statistik deskriptif hanya berhubungan dengan menguraikan
atau memberikan keterangan-keterangan mengenai suatu data yang akan diolah,
keadaan atau fenomena.
3.5.2. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah variabel pengganggu atau
residual memiliki distribusi normal. Sebagai dasar bahwa uji t dan uji F
mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini
dilanggar maka model regresi dianggap tidak valid dengan jumlah sampel yang ada.
Ada dua cara yang biasa digunakan untuk menguji normalitas model regresi tersebut
yaitu dengan analisis grafik (normal P-P plot) dan analisis statistik (analisis Z skor
skewness dan kurtosis) one sample Kolmogorov-Smirnov Test. Uji statistik
Kolmogorov-Smirnov bertujuan untuk menguji normalitas residual dilakukan dengan
cara menguji distribusi dari data residualnya, yaitu dengan menganalisis nilai
Kolmogorov-Smirnov dan signifikasinya. Jika nilai signifikansi dari nilai K-S di
bawah 0.05 ( = 5%), berarti data residual terdistribusi tidak normal (Ghozali, 2011).
3.5.3 Uji Asumsi Klasik, terdiri dari :
a) Uji Multikolinieritas
Multikolinearitas berarti adanya hubungan linear yang sempurna atau pasti,
diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari model regresi
32

(Gujarati, 2003). Konsekuensi dari adanya multikolinearitas adalah: apabila


ada kolinearitas sempurna diantara variabel independen, koefisien regresinya
tidak tertentu dan kesalahan standarnya tidak terhingga. Jika kolinearitas
tingkatnya tinggi tetapi tidak sempurna , penaksiran koefisien regresi adalah
mungkin, tetapi kesalahan standarnya cenderung besar. Hal ini mengakibatkan
nilai populasi dari koefisien tidak dapat ditaksir dengan tepat.Uji multikolinier
dilakukan dengan menghitung nilai variance inflation factor (VIF) dari tiaptiap variabel independen.
Dasar pengambilan keputusan :
1.

jika VIF > 10, maka terdapat multikolinier

2.

jika VIF < 10, maka tidak terdapat multikolinier

b) Uji Autokorelasi
Secara harafiah autokorelasi berarti adanya korelasi antara anggota seri
observasi yang disusun menurut urutan waktu (time series), atau urutan
tempat (cross section) atau korelasi yang timbul pada dirinya sendiri. Uji
autokorelasi merupakan pengujian asumsi dalam regresi di mana variabel
dependen tidak berkorelasi dengan nilai variabel itu sendiri, baik nilai periode
sebelumnya maupun nilai periode sesudahnya. Jika terjadi korelasi maka
dapat dikatakan terdapat problem autokorelasi. Untuk mendeteksi gejala
autokorelasi, dapat dilakukan dengan menggunakan besaran nilai Durbin

33

Watson (D-W). Uji ini menghasilkan nilai DW hitung (d) dan nilai DW tabel
(dL dan du), Aturan pengujiannya adalah (Ghozali, 2011):
d < dL

: terjadi masalah autokorelasi positif yang perlu perbaikan

d L < d < du

: ada masalah autokorelasi positif tetapi lemah, di mana


perbaikan akan lebih baik

du < d < 4-du

: tidak ada masalah autokorelasi

4-du < d < 4-dL : masalah autokorelasi lemah, di mana dengan perbaikan akan
lebih baik
4-dL < d

: masalah autokorelasi serius

c) Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas terjadi apabila varian dari setiap kesalahan pengganggu
untuk variabel-variabel bebas yang diketahui tidak mempunyai varian yang
sama untuk semua observasi. Akibatnya penaksiran ordinary least square
(OLS) tetap tidak bias dan tidak efisien, (Ghozali, 2011). Untuk mendeteksi
ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan uji Glejser. Uji Glejser dapat
dilakukan dengan meregresi nilai absolut residual seagai variabel dependen
dengan semua variabel independen dalam model. Dasar pengambilan
keputusan adalah :
1.

jika signifikan < 0.05, maka terjadi heteroskedastisitas


34

2.

jika signifikan > 0.05, maka tidak ada heteroskedastisitas

3.5.4. Uji Hipotesis


a) Uji Hipotesis dilakukan secara Uji t
Uji t yaitu tes dengan pendekatan penentuan tingkat signifikan (the test of
significance approach). Tes ini menguji hipotesa dengan menentukan tingkat
kesalahan atau a, mencari nilai statistik (p-value) dari tingkat signifikan yang
sudah ditentukan, dan membandingkan dengan hasil perhitungan p-value
signifikan dengan tingkat kesalahan atau a (0.05). Uji-t ini berfungsi untuk
melihat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
Cara pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut :
1. apabila p-value < a (0.05), maka Ho ditolak dan Ha diterima
2. apabila p-value > a (0.05), maka Ho diterima dan Ha ditolak
Dari seluruh uraian diatas, maka model persamaan regresi yang digunakan
untuk menguji hipotesis :

Y = a + b 1X1 + b2X2 + b3X3+

Keterangan :
Y =

nilai perusahaan yang diukur dengan Price to Book Value


35

a
b1

=
=

intercept atau konstanta


koefisien regresi, yaitu besarnya perubahan Y apabila X1 berubah
sebesar 1 satuan

X1 =
b2

likuiditas yang diukur dengan Current Ratio


koefisien regresi, yaitu besarnya perubahan Y apabila X2 berubah
sebesar 1 satuan

X2 =

kebijakan hutang yang diukur dengan Total Debt to Equity

b3

koefisien regresi, yaitu besarnya perubahan Y apabila X3 berubah

sebesar 1 satuan
X3 =

operating leverage yang diukur dengan Degree of Leverage


faktor pengganggu.

36

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Setelah melalui beberapa tahap kegiatan penelitian, dalam bab IV ini


diuraikan analisis hasil penelitian yang terbagi dalam gambaran umum responden,
deskripsi data penelitian, pengujian hipotesis, dan pembahasan hasil penelitian.
4.1. Deskripsi Statistik
Berikut akan dijelaskan analisis deskriptif yaitu menjelaskan deskripsi data
dari seluruh variabel yang akan dimasukkan dalam model penelitian. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1
Statistik Deskriptif
Minimum

Maximum

Mean

Std.
Deviation

Current ratio
Debt

0.001

85.44

3.17

7.21

Equity 0.004

22.90

1.51

2.41

2262.43

13.45

193.57

510

18.57

45.31

Ratio
Degree

-868.87

Operating
Leverage
Price

Book 0.59

Value
Sumber: Data Olahan
37

Skor terendah atau minimum yang diperoleh untuk variabel current ratio
adalah 0,0010 (0,10%). Kondisi ini memberi makna, bahwa pada perusahaan
manufaktur periode 2008-2010, current ratio terendah diperoleh PT. Budi Acid Tbk
pada tahun 2008. Skor tertinggi (maksimum) = 85,4388 (8.543,88%) artinya bahwa
pada perusahaan manufaktur periode 2008-2010, current ratio tertinggi diperoleh PT.
Intan Wijaya International Tbk pada tahun 2010. Adapun nilai mean atau rata-rata
current ratio pada perusahaan manufaktur periode 2008-2010 sebesar 3,1731
(317,31%) dan standar deviasinya sebesar 7,2136 (721,36%).
Skor terendah atau minimum yang diperoleh untuk variabel debt equity ratio
adalah 0,0040 (0,40%). Kondisi ini memberi makna, bahwa pada perusahaan
Manufaktur periode 2008-2010, debt equity ratio terendah diperoleh PT. Inti Agri
Resources Tbk pada tahun 2008 Skor tertinggi (maksimum) = 22,9009 (2.290%)
artinya bahwa pada perusahaan manufaktur periode 2008-2010, debt equity ratio
tertinggi diperoleh PT. Scheering Plough Indonesia Tbk pada tahun 2008. Adapun
nilai mean atau rata-rata debt equity ratio pada perusahaan manufaktur periode 20082010 sebesar 1,5079 (150,79%). Standar deviasinya sebesar 2,4143 (241,43%).
Skor terendah atau minimum yang diperoleh untuk variabel degree operating
leverage adalah -868,8747 , kondisi ini memberi makna, bahwa pada perusahaan
manufaktur periode 2008-2010, degree operating leverage terendah diperoleh PT.
Champion Pacific Indonesia Tbk pada tahun 2008. Skor tertinggi (maksimum) =
38

2.262,4336. artinya bahwa pada perusahaan Manufaktur periode 2008-2010, degree


operating leverage tertinggi diperoleh PT. Siantar Top Tbk pada tahun 2009.
Adapun nilai mean atau rata-rata degree operating leverage pada perusahaan
manufaktur periode 2008-2010 sebesar 13,4597 dan standar deviasinya sebesar
193,5709
Skor terendah atau minimum yang diperoleh untuk variabel price book value
adalah Rp. 0,5934, kondisi ini memberi makna, bahwa pada perusahaan manufaktur
periode 2008-2010, price to book value terendah diperoleh PT. Multipolar Tbk pada
tahun 2010. Skor tertinggi (maksimum) = Rp. 510 artinya bahwa pada perusahaan
manufaktur periode 2008-2010, price to book value tertinggi diperoleh PT. Inti Agri
Resources Tbk pada tahun 2010. Adapun nilai mean atau rata-rata price to book
value pada perusahaan manufaktur periode 2008-2010 sebesar Rp. 18,5712 dan nilai
standar deviasinya sebesar Rp. 45,3076.
4.2.

Uji Normalitas dan Uji Asumsi Klasik


Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji regresi linier berganda.

Untuk dapat diperoleh model regresi yang terbaik, maka dibutuhkan sifat tidak bias
linier terbaik (BLUE/Best Linear Unbiased Estimator) dari penaksir atau prediktor.
Serangkaian uji dapat dilakukan agar persamaan regresi yang terbentuk dapat
memenuhi persyaratan BLUE ini, yaitu uji gejala multikolinieritas, uji gejala
autokorelasi, dan uji gejala heteroskedastisitas.

39

4.2.1. Uji Normalitas Data


Uji normalitas bertujuan ingin mengetahui apakah distribusi sebuah data
mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data dengan bentuk
lonceng (bell shaped). Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti
distribusi normal, yakni distribusi data tidak menceng ke kiri atau menceng ke kanan.
Pada penelitian kali ini menggunakan Metode Kolmogorov-Smirnov, menurut
Ghozali (2011), pedoman pengambilan keputusan normal atau tidak sebuah distribusi
data:
1. Nilai signifikansi atau probabilitas < 0,05, distribusi adalah tidak
normal.
2. Nilai signifikansi atau probabilitas > 0,05, distribusi adalah normal.
Pengujian normalitas data dilakukan menggunakan One Sample KolmogorovSmirnov Test dengan = 5%. Hasil pengujian disajikan pada Tabel berikut ini.
Tabel 4.2
Uji Normalitas
Unstandardized Residual
Kolmogorof-smirnov Z

1.172

Asymp. Sig. (2-tailed)

0.128

Sumber: laporan keuangan diolah SPSS


Dengan menggunakan uji One Sample Kolmogorov-Smirnov dalam menguji
normalitas penelitian, dibutuhkan pengujian hipotesis dimana:

40

H0: Data diambil dari populasi berdistribusi normal.


H1: Data diambil dari populasi tidak berdistribusi normal.
Maka, dari hasil analisis pada tabel 4.2 menunjukkan seluruh variabel
penelitian bersifat normal. Hal ini dapat dilihat karena nilai signifikansi > 0.05, pada
variabel curent ratio, DER, DOL, dan price book value pada nilai asymp. sig 0.128 >
0.05, artinya populasi berdistribusi normal atau H0 diterima.
4.2.2. Uji Asumsi Klasik
4.2.2.1. Uji Multikolinieritas
Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui variabel bebas yang satu tidak
boleh mempunyai hubungan kuat atau berkorelasi tinggi dengan variabel bebas yang
lainnya dalam suatu model (Santoso, 2001). Dalam uji multikolinieritas ini ada 3
(tiga) variabel bebas yang diuji dari masing-masing objek penelitian dan pengujian
dilakukan dengan cara mendeteksi diantara seluruh variabel, mana yang memiliki
korelasi yang tinggi. Bila dari hasil pengujian dengan VIF menunjukkan bahwa
masing-masing variabel bebas tersebut memiliki tolerance value kurang dari 0,10 dan
nilai VIF nya lebih dari 10, maka variabel tersebut di eliminasi.

41

Tabel 4.3
Uji Multikolinieritas
Model

VIF

Current Ratio

1.174

Debt Equity Ratio

1.170

Degree Operaating Leverage

1.014

Sumber: Hasil Olah Data


Dari hasil pengujian multikolinieritas pada tabel diatas, tidak ada variabel
yang tereliminasi.karena semua variable independen (current ratio, debt equity ratio
dan degree operating leverage) memiliki nilai tolerance lebih besar dari 0,1 dan
memiliki nilai VIF lebih kecil dari 10, sehingga semua variabel bebas dapat dipakai
untuk penelitian selanjutnya.
4.2.2.2. Uji Autokorelasi
Uji ini dimaksudkan untuk menguji terdapatnya korelasi diantara kesalahan
pengganggu (e) dari satu observasi ke observasi lainnya. Pengujian ada tidaknya
autokorelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin-Watson (DW Test) dimana nilai DW
table (du dan dL) ditentukan pada tingkat signifikansi atau = 5% dan derajat
kebebasan atau df = k (jumlah variabel independen), jumlah = n (Gujarati, 1995).
Kriteria pengujian adalah:
1. Nilai dhit< dL terdapat autokorelasi.
42

2. Nilai dU dhit dL tidak dapat disimpulkan.


3. Nilai dU dhit 4 - dU tidak ada autokorelasi.
4. Nilai 4- dU dhit 4 - dL tidak dapat disimpulkan.
5. Nilai dhit > 4-dL terdapat autokorelasi
Data tabel untuk observasi untuk industri manufacture sebanyak (n=192)
dengan jumlah variabel independen (k=3), diperoleh nilai dL = 1,61 dU = 1,74 dan
nilai DW hitung 1,974. Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi harus
berdasarkan pembagian daerah statistik daerah Durbin Watson yang digunakan
sebagai pedoman.
Tabel 4.4
Hasil Uji Durbin Watson
Durbin-Watson
1.974

Dari tabel 4.4, terlihat hasil analisis dengan jelas bahwa DW hitung variabel
current ratio, debt equity ratio, degree operating leverage dan price book value
berada didaerah tidak menolak H0 atau H1, berarti tidak terjadi autokorelasi, angka
Durbin Waton berada pada daerah hasil uji Nilai dU dhit 4 - dU tidak ada
autokorelasi

43

4.2.2.3. Uji Heteroskedastisitas


Uji ini pada prinsipnya ingin menguji apakah sebuah grup (data kategori)
mempunyai varians yang sama diantara anggota grup tersebut. Jika varians sama,
maka dikatakan ada heteroskedastisitas. Sedangkan jika varians tidak sama maka
terjadi homoskedastisitas.
Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan uji
Glejser. Uji Glejser dapat dilakukan dengan meregresi nilai absolut residual seagai
variabel dependen dengan semua variable independen dalam model.

Dasar

pengambilan keputusan adalah :


1. jika signifikan < 0.05, maka terjadi heteroskedastisitas.
2. jika signifikan > 0.05, maka tidak ada heteroskedastisitas
Tabel 4.5
Uji Heteroskedastisitas
Model

Koefisien Std. Error

Sig.

(Constant)

0.397

0.159

2.492

0.014

Current Ratio

0.17

0.049

0.495

0.501

Debt Equity Ratio

0.02

0.072

0.282

0.778

Degree Operating Leverage

0.002

0.003

0.528

0.598

44

Dalam uji heterokedastisitas, pada tabel diatas terlihat bahwa Current ratio
mempunyai p_value 0,501, debt equity ratio mempunyai p_value 0,778 dan degree
operating leverage

mempunyai p_value

0,598. Oleh karena semua variabel

mempunyai p_value lebih besar dari > 0,05 maka semua variabel dikatakan tidak
terjadi heteroskedastisitas.
4.3. Uji Hipotesis
Pengujian terhadap hipotesis penelitian bertujuan untuk membuktikan adanya
pengaruh antara current ratio, debt equity ratio, degree operating leverage dengan
price book value. Hasil analisis regresi dengan = 5% terhadap variabel penelitian
disajikan pada tabel 4.6 berikut ini:
Tabel 4.6
Hasil Perhitungan Regresi Sederhana
Model

Koefisien

Std. Error

Sig.

(Constant)

2.246

0.228

9.83

0.00

Current Ratio

0.188

0.07

2.701

0.008

Debt Equity Ratio

-0.329

0.103

-3.199

0.002

Degree Operating
Leverage

0.009

0.004

2.163

0.032

Sumber: Hasil Olah Data

45

Model regresi yang terbentuk merupakan persamaan yang menunjukkan arah


hubungan dan besarnya pengaruh masing-masing variabel independen terhadap
variabel dependen. Berdasarkan hasil uji regresi pada Tabel 4.5 di atas, maka model
regresi yang terbentuk dapat dijabarkan dalam persamaan berikut:
= 2,246 + 0,188 current ratio - 0,329 debt equity ratio + 0,009 degree
operating leverage
Hasil uji asumsi klasik yang dilakukan terhadap model regresi menunjukkan bahwa
model regresi sudah memenuhi semua asumsi klasik, sehingga persamaan dinyatakan
telah memenuhi asumsi BLUE. Penjelasan dari model regresi di atas dapat dijabarkan
sebagai berikut:
1. Current ratio (X ) mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
1

price book value, dengan koefisien regresi sebesar 0,188. Dengan adanya
pengaruh yang positif ini, berarti bahwa antara current ratio menunjukkan
hubungan yang searah. current ratio yang semakin meningkat mengakibatkan
price to book value meningkat, begitu pula dengan current ratio yang semakin
menurun maka price to book value akan menurun.
2. Debt equity ratio (X ) mempunyai pengaruh yang negatif dan signifikan
2

terhadap price to book value, dengan koefisien regresi sebesar 0,329. Dengan
adanya pengaruh yang negatif ini, berarti bahwa antara debt equity ratio
menunjukkan hubungan yang tidak searah. debt equity ratio yang semakin
meningkat mengakibatkan price to book value menurun, begitu pula dengan
46

debt equity ratio yang semakin menurun maka price book value akan
meningkat.
3. Degree operating leverage (X ) mempunyai pengaruh yang positif dan
3

signifikan terhadap price to book value, dengan koefisien regresi sebesar


0,009. Dengan adanya pengaruh yang positif ini, berarti bahwa antara degree
operating leverage dan price to book value menunjukkan hubungan yang
searah, degree operating leverage yang semakin meningkat mengakibatkan
price to book value meningkat, begitu pula dengan degree operating leverage
yang semakin menurun maka price to book value akan menurun.
2

4.5. Koefisien Determinasi (R )


2

Besarnya koefisien determinasi (R ) menunjukkan sampai seberapa besar


proporsi perubahan variabel independen mampu menjelaskan variasi perubahan
variabel dependen. Semakin besar nilai koefisien determinasi menunjukkan bahwa
variabel independen yang digunakan sebagai prediktor nilai variabel dependen
memiliki ketepatan prediksi yang semakin tinggi.
Tabel 4.7
Koefisien Determinan
Model

R Square

0.399

0.159

Sumber: Hasil Olah Data

47

Berdasarkan hasil uji regresi pada Tabel 4.7 di atas, diperoleh nilai koefisien
determinasi sebesar 0,159. Hal ini menunjukkan bahwa variabel independen (current
ratio, debt equity ratio dan degree operating leverage) mampu menjelaskan variasi
perubahan variabel dependen (price to book value) sebesar 15,9 %, sedangkan
sisanya sebesar 84,1 % dijelaskan oleh variabel lain di luar variabel yang digunakan
dalam penelitian ini.
4.6. Variabel Dominan
Pengujian terhadap pengaruh dominan dari variabel independen terhadap
variabel dependen. Pengujian dilakukan dengan melihat besarnya nilai standarized
coefficients beta dari model regresi yang terbentuk.

Tabel 4.8
Uji Variabel Dominan
Model

Standardized
Coeffcients
Beta

Current ratio

0.196

Debt equity ratio

-0.231

Degree operating leverage

0.146

Sumber: Hasil olah SPSS


Berdasarkan hasil uji regresi, diperoleh nilai standarized coefficients beta
current ratio sebesar 0.196, debt equity ratio sebesar 0,231 dan degree operating
leverage sebesar 0,146. Oleh karena variabel debt equity ratio memiliki nilai

48

standarized coefficients beta terbesar, maka debt equity ratio memiliki pengaruh
paling dominan terhadap price to book value.
4.7 Analisis dan Pembahasan
Setelah dilakukan pengujian anlisis data untuk menjawab uji hiptesis
penelitian:
H1 = Likuiditas berpengaruh positif dan signifikan terhadap price to book value
Maka dari hasil anlisis yang dilakukan likuiditas memiliki pengaruh yang
positif dan signifikan terhadap price to book value. Hal ini pun dikatakan pula oleh
Ulupui (2006), yang menyatakan adanya hubungan positif antara likuiditas terhadap
return saham. Hal ini sejalan dengan penelitian yang diteliti namun variabel
dependen yang dipakai oleh peneliti yaitu price to book value
H2 = Kebijakan hutang berpengaruh negatif dan signifikan terhadap price to book
value
Hal ini pun sedikit bertentangan dengan Ulupui (2006), bahwa debt to equity
ratio tidak mempunyai hubungan yang signifikan terhadap return saham. Maka
penulis mencoba mengganti variabel dependen dengan price to book value, dan
dengan hasil analisis yang diuji debt to equity ratio punya pengaruh yang signifikan
terhadap price to book value walaupun pengaruhnya negatif.

49

H3 = Operation leverage berpengaruh positif dan signifikan terhadap price to book


value
Maka dari hasil anlisis yang dilakukan operation leverage memiliki pengaruh
yang positif dan signifikan terhadap price to book value pada perusahaan manufaktur.
Hal ini juga dikatakan dalam penelitian Joko dan Ugi (2007) bahwa leverage
mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.
Meskipun demikian tingkat operating leverage yang tinggi menunjukkan perusahaan
mempunyai potensi kerugian karena forecasting risk yaitu kesalahan peralaman
penjualan (misalnya penurunan sedikit penjualan) akan menyebabkan penurunan
proyeksi penjualan cashflow yang lebih besar. Hal ini terjadi karena struktur biaya
perusahaan mempunyai proporsi biaya tetap yang lebih tinggi dari pada biaya
variabel. Pada tingkat DOL yang tinggi maka perusahaan sedang melakukan investasi
yang bertujuan untuk menambah tingkat produksinya.
Secara umum seorang investor tidak menginginkan berinvestasi pada
perusahaan yang beresiko. Apabila perusahaan tersebut mempunyai resiko yang besar
maka investor menginginkan return yang besar pula. Perusahaan dengan Tingkat
operating leverage tinggi mempunyai forecasting risk yang tinggi sehingga investor
dapat memandang perusahaan mempunyai resiko yang besar. Apalagi perusahaan
tersebut tidak memiliki keunggulan bersaing dan kondisi permintaan/demand yang
sedang menurun. Sebagai konsekuensinya , investor meminta return yang besar atau
menghargai nilai saham perusahaan dengan price to book value yang lebih rendah.
50

Dengan hal tersebut maka perusahaan mempunyai resiko hutang dalam


investasinya. Resiko tersebut akan terjadi apabila tingkat keuntungan mereka tidak
sesuai dengan penambahan tingkat produksi dan itu berdampak pada harga per unit
setiap barangnya. Selain itu juga perusahaan mempunyai resiko dalam kemampuan
membayar setiap hutangnya, seperti contoh apabila sebuah perusahaan berinvestasi
dalam membeli suatu mesin produksi untuk menambah jumlah produksinya dan
apabila produksinya tersebut tidak laku maka perusahaan mempunyai kemungkinan
akan kesulitan dalam membayar hutang. Pada dasarnya semua perusahaan harus
melihat setiap peluang dan resiko yang ada pada perusahaan dalam berinvestasi.
Untuk menghindari hal ini, perusahaan harus menunjukkan kepada investor
bahwa forecasting/perkiraan penjualaan dihitung lebih baik dengan melihat kondisi
pasar yang ada dan menunjukkan bahwa produknya dapat menjadi leader atau dapat
bersaing dengan kompetitornya. Dengan perusahaan dapat menunjukkan dan
membuktikan hal tersebut maka investor akan percaya bahwa dengan nilai harga
saham tersebut sesuai dengan yang diharapkan investor. Dari analisis ini
menunjukkan bahwa tingkat operating leverage yang tinggi tidak selalu baik di mata
investor dan tidak selalu menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki nilai dan
kinerja yang baik.

51

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5. 1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Current ratio perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI mempunyai
pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan (PBV). Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa tingginya likuditas mempengaruhi
perusahaan untuk meningkatkan hutangnya. Dengan kata lain, perusahaan
melihat tingkat likuiditas dalam pengambilan kebijakan hutangnya. Hal ini
karena tingginya likuiditas suatu perusahaan bersumber bukan hanya dari
hutang lancar namun dapat berasal dari hutang jangka panjang atau modal
sendiri. Dengan demikian likuiditas terbukti berpengaruh signifikan
terhadap kebijakan hutang
2. Debt equity ratio perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI
mempunyai pengaruh negatif dan signifikan nilai perusahaan (PBV).
Tingginya risiko yang harus ditanggung perusahaan akan berimbas pada
ketidakpastian

penerimaan

pendapatan

yang

akan

menyebabkan

ketidakpastian kemampuan perusahaan dalam mengembalikan pinjaman

52

hutangnya. Dengan demikian risiko bisnis mempunyai pengaruh negatif


terhadap kebijakan hutang
3. Degree operating leverage perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI
mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan
(PBV). Semakin besar penjualan perusahaan maka perusahaan semakin
transparan dalam mengungkapkan kinerja perusahaan kepada pihak luar,
dengan demikian perusahaan semakin dipercaya oleh investor.
5.2 Saran
Berdasar kesimpulan diatas maka disarankan untuk:
1. Penelitian ke depan perlu dengan menambah variabel lain berupa variabel
(Kepemilikan managerial, sales growth, size company, dividend payout
ratio) yang dapat berpengaruh terhadap nilai perusahaan (PBV) sehingga
nilai koefisien determinasinya dapat ditingkatkan, sehingga permodelan
menjadi lebih baik.
2. Penelitian mendatang hendaknya mengarahkan penelitian pada obyek
penelitian yang lebih luas dengan mengambil obyek semua perusahaan
yang terdaftar di BEI dengan mengambil sampel yang lebih banyak atau
menambah tahun pengamatan. Dengan penambahan sampel atau tahun
pengamatan maka penelitian menjadi lebih baik karena unsur keterwakilan
data yang lebih tinggi dibandingkan pengambilan sampel yang lebih
sedikit.
53

5.3 Batasan penelitian


Dari penelitian yang dilakukan terdapat beberapa keterbatasan, yaitu:
1. Penelitian yang dilakukan hanya menggunakan jangka waktu sebesar 3 tahun
saja. Penambahan waktu untuk data dalam penelitian ini dapat memberikan
data yang lebih variatif dan pengolahan data yang lebih akurat dan juga lebih
valid dalam menyimpulkan hasil dari analisis data yang dilakukan dalam
penelitian ini.
2. Penelitian yang dilakukan hanya menggunakan 3 variabel independen, yaitu
likuiditas, kebijakan hutang dan operating leverage. Penelitian kedepan
sebaiknya mengambil variabel independen yang lain atau menambahkan
jumlah variabel independen dalam melakukan pengolahan data dalam
penelitian.

54

DAFTAR PUSTAKA
Ang, Robert, (1997), Buku Pintar: Pasar Modal Indonesia, Mediasoft Indonesia
Astuti, Dewi. (2004). Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta : PT. Ghalia
Indonesia.
Bambang Riyanto, (2001), Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi 4.
BPFE,Yogyakarta
Brigham, Eugene F. dan Ehrhardt, Michael C. (2005). Financial Management,
Theory and practice. 11th edition. . USA : South-Western.
Chairiri, Anis dan Ghozali, Imam. (2007). Toeri Akuntansi. Badan Penerbit
Universitas Diponegoro: Semarang.
Djarwanto, PS. (2004). Pokok-Pokok Analisis Laporan Keuangan. Edisi 2.
Yogyakarta : BPFE-Yogyakarta.
Fachruddin, M. dan M. Sopian Hadianto. (2001), Perangkat dan Model Analisis
Investasi di Pasar Modal, Buku Satu, PT Elex Media Komputindo, Jakarta.
Ghozali, H. I. (2011). aplikasi analisis multivariate dengan program IBM SPSS 19.
Semarang, Indonesia: Badan penerbit universitas Diponegoro.
Helfert, Erich A diterjemahkan oleh Wibowo, Herman. (1997). Teknik Analisa
Keuangan. Cetakan Pertama. Jakarta : PT. Gelora Aksara Pratama
Hermawan. Asep. (2006). Penelitian Bisnis Paradigma Kuantitatif. Jakarta: PT.
Gramedia Widia Sarana Indonesia
Husnan, Suad, (2001). Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, Edisi
Ketiga, UPP AMP YKPN, Yogyakarta.
Husnan, Suad. (1994), Manajemen Keuangan (Teori dan Penerapan Keputusan
Jangka Panjang), Edisi keempat, Yogyakarta : BPFE.
Jogiyanto, (2000). Teori portofolio dan analisis investasi, Edisi kedua, BPFE,
Yogyakarta
55

John J. Wild, K. R Subramanyam, Robert F Halsey. (2005). Financial Statement


Analysis. Jakarta: Salemba Empat.
Margaretha, Farah. (2004). Teori dan Aplikasi Manajemen Keuangan Jangka
Pendek. Jakarta : PT. Grasindo.
Munawir, S, (2002), Analisis informasi keuangan, Liberty, Yogyakarta
Ratnasari, Elza, (2003), Analisis Pengaruh Faktor Fundamental, Volume
Perdagangan, dan Nilai Kapitalisasi Pasar Tehadap Return Saham Di Bursa
Efek Jakarta (Studi Kasus Saham Perusahaan Manufaktur), Tesis, Magister
Manajemen Undip, Semarang.
Sartono, Agus. (1998). Manajemen Keuangan. Edisi 3. Cetakan Keempat.
Yogyakarta : BPFE Yogyakarta.
Sartono, Agus. (2006). Manajemen Keuangan, Yogyakarta : BPEE.
Suharli, Michell dan Oktorina. (2006). Studi Empiris terhadap Faktor yang
Mempengaruhi Nilai Perusahaan pada Perusahaan Go Public di Indonesia.
Jurnal Maksi. Volume 6 No.1 Januari 2006 : 23-41
Sujoko dan Soebiantoro, Ugy. (2007). Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham,
Leverage, Faktor Intern dan Faktor Ekstern pada Nilai Perusahaan. Jurnal
Manajemen dan Kewirausahaan. Volume 9 : 41-48.
Soemarso. (2004). Akuntansi suatu Pengantar. Edisi 5. Buku 1. Jakarta : Salemba
Empat.
Soliha, Eus dan Taswan, (2002). Pengaruh Kebijakan Hutang Terhadap Nilai
Perusahaan Serta Beberapa Faktor Yang Mempengaruhinya, Jurnal Bisnis
dan Ekonomi, Volume 9, No 2.
Syahroni, Ahmad. (2006). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi PER sahamsaham perusahaan yang terdaftar di bursa efek Jakarta, Thesis S-2 program
Studi Magister Manajemen UGM, Jakarta
Tampubolon, Manahan P. (2005). Manajemen Keuangan. Edisi Pertama. Jakarta :
Ghalia Indonesia.
Weston, J. Fred dan Thomas, E. Copeland. (1995). Manajemen Keuangan (Edisi
Rivisi), Edisi Kesembilan. Jakarta : Erlangga.

56

White G.I., Ashwinpaul C. Sondhi dan Dov Fried. (2003). The Analysis and Use of
Financial Statements. USA: John Wiley. pg. 119135.

57

Lampiran I
Daftar perusahaan yang dapat dipakai untuk penelitian :
NO

NTICB

NAMA PERUSAHAAN

ADES

PT. Ades Alfindo Putrasetia Tbk

CEKA

PT. Cahaya Kalbar Tbk

DLTA

PT. Delta Djakarta Tbk

FAST

PT. Fast Food Indonesia Tbk

INDF

PT. Indofood Sukses Makmur Tbk

STTP

PT. Siantar Top Tbk

TBLA

PT Tunas Baru Lampung Tbk

GGRM

PT Gudang Garam Tbk

HMSP

PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk

10

RDTX

PT Roda Vivatex Tbk

11

INDR

PT Indo-Rama Synthetics Tbk

12

PBRX

PT Pan Brothers Tex Tbk

13

BATA

PT Sepatu Bata Tbk

14

TIRT

PT Tirta Mahakam Plywood Industry Tbk

15

FASW

PT Fajar Surya Wisesa Tbk

16

SPMA

PT Suparma Tbk

17

AKRA

PT Aneka Kimia Raya Tbk

18

BUDI

PT Budi Acid Jaya Tbk

19

CLPI

PT Colorpak Indonesia Tbk

20

LTLS

PT Lautan Luas Tbk

58

21

SOBI

PT Sorini Corporation Tbk

22

UNIC

PT Unggul Indah Cahaya Tbk

23

EKAD

PT Ekadharma Tape Industries Tbk

24

INCI

PT Intanwijaya International Tbk

25

AMFG

PT Asahimas Flat Glass Co.Ltd.Tbk

26

DYNA

PT Dynaplast Tbk

27

IIKP

PT Inti Indah Karya Plasindo Tbk

28

IGAR

PT Kegeo Igar Jaya Tbk

29

TRST

PT Trias Sentosa Tbk

30

INTP

PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk

31

SMGR

PT Semen Gresik Tbk

32

CTBN

PT Citra Tubindo Tbk

33

JPRS

PT Jaya Pari Steel Tbk

34

LMSH

PT Lionmesh Prima Tbk

35

LION

PT Lion Metal Works Tbk

36

TIRA

PT Tira Austenite Tbk

37

ARNA

PT Arwana Citramulia Tbk

38

TOTO

PT Surya Toto Indonesia Tbk

39

KOMI

PT Komatsu Indonesia Tbk

40

SCCO

PT Supreme Cable Manufacturing Corporation


(SUCACO) Tbk

41

ASGR

PT Astra Graphia Tbk

42

MLPL

PT Multipolar Cotporation Tbk

43

ASII

PT Astra International Tbk

59

44

AUTO

PT Astra Otoparts Tbk

45

BRAM

PT Branta Mulia Tbk

46

GJTL

PT Gajah Tunggal Tbk

47

GDYR

PT Goodyear Indonesia Tbk

48

HEXA

PT Hexindo Adiperkasa Tbk

49

INDS

PT Indospring Tbk

50

INTA

PT Intraco Penta Tbk

51

NIPS

PT Nipress Tbk

52

SMSM

PT Selamat Sempurna Tbk

53

TURI

PT Tunas Ridean Tbk

54

UNTR

PT United Tractor Tbk

55

MDRN

PT Modern Photo Film Company Tbk

56

DVLA

PT Darya Varia Laboratoria Tbk

57

KLBF

PT Kalbe Farma Tbk

58

KAEF

PT Kimia Farma (Persero) Tbk

59

MERK

PT Merck Tbk

60

PYFA

PT Pyridam Farma Tbk

61

SCPI

PT Schering-Plough Indonesia Tbk

62

TSPC

PT Tempo Scan Pasific Tbk

63

MRAT

PT Mustika Ratu Tbk

64

UNVR

PT Unilever Indonesia Tbk

60

Lampiran II
Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

N
Normal Parameters a,b
Most Extreme
Differences

Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative

Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)

Unstandardiz
ed Residual
192
.0000000
1.12903302
.085
.085
-.069
1.172
.128

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.

61

Lampiran III
Uji Durbin-Watson

Model Summaryb
Model
1

R
.399 a

R Square
.159

Adjusted
R Square
.146

Std. Error of
the Estimate
1.13801

DurbinWatson
1.974

a. Predictors: (Constant), Degree Operating Leverage, Debt Equity Ratio,


Current Ratio
b. Dependent Variable: Price Book Value

62

Lampiran IV
Uji Multikoleniaritas

a
Coefficients

Unstandardized Standardized
Coefficients
Coefficients
Model
B
Std. Error
Beta
1
(Constant)
2.246
.228
Current Ratio
.188
.070
.196
Debt Equity Ratio -.329
.103
-.231
Degree Operating
.009
.004
.146
Leverage

t
9.830
2.701
-3.199
2.163

Collinearity Statistics
Sig.
Tolerance
VIF
.000
.008
.852
1.174
.002
.855
1.170
.032

.986

1.014

a. Dependent Variable: Price Book Value

63

Lampiran V
Uji Heterokedastisitas

Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Model
1

(Constant)

B
.397

Std. Error
.159

Current Ratio
Debt Equity Ratio

.170

.049

.020

.072

.002

.003

Degree Operating
Leverage

Standardized
Coefficients
Beta

t
2.492

Sig.
.014

.266

.495

.501

.021

.282

.778

.037

.528

.598

a. Dependent Variable: ABS_RES

64

Lampiran VI
Uji Hipotesis
Model

Koefisien

Std. Error

Sig.

(Constant)

2.246

0.228

9.83

0.00

Current Ratio

0.188

0.07

2.701

0.008

Debt Equity Ratio

-0.329

0.103

-3.199

0.002

Degree Operating
Leverage

0.009

0.004

2.163

0.032

65

Lampiran VII
Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics
Current Ratio
Debt Equity Ratio
Degree Operating
Leverage
Price Book Value
Valid N (listwise)

192
192

Minimum
.001
.0040

Maximum
85.439
22.9009

Mean
3.17315
1.507888

Std. Deviation
7.213620
2.4143475

192

-868.8747

2262.4336

13.459757

193.5709919

192
192

-510.0000

65000.00

349.0532

4690.4522436

66

Você também pode gostar