Você está na página 1de 15

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNIK IRIGASI DAN DRAINASE


ANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI TANAMAN JAGUNG MANIS DI
DAERAH HALIM PERDANA KUSUMA JAKARTA DENGAN
MENGGUNAKAN APLIKASI CROPWAT 8.0
Oleh :
KELOMPOK 4

1.
2.
3.
4.

Arya Satria Utama


Risda Gustriani Rahayu
Mochamad Rizky Ramadhan
Benna banowati

F44110030
F44110031
F44110036
F44100038

Dosen Pengajar :
Dr. Ir. Prastowo, M.Eng.
Prof. Dr. Ir. Budi Indra Setiawan, M.Agr.
Andik Pribadi, STP., M.Sc.
Asisten Praktikum :
1. Muhammad Ihsan Sitepu
2. Hendy Kusuma Rajasa
3. M. Chandra Yuwana

F44100003
F44100010
F44100043

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014

I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini, irigasi memiliki berbagai fungsi baik konservasi, penyimpanan
sumber air, membawa air dari sumber ke area irigasi dan distribusi air ke lahan.
Hal tersebut berpengaruh pada banyak kasus, diantaranya untuk suplai air ke
permukaan, membawa air dari ground water, dan juga menaikkan air dengan
memompa atau dengan kata lain mengairi lahan yang tidak dapat diraih oleh
aliran gravitasi sumber air. Selain itu, masalah fisik yang dipengaruhi irigasi dan
pertanyaan seputar ekonomi juga harus dipertimbangkan. Pertanyaan-pertanyaan
ini mempengaruhi estimasi pada nilai lahan yang akan diirigaskan dan sebuah
perbandingan harga proyek konstruksi irigasi. Oleh karena itu, diperlukan
keahlian dan kematangan desain dalam perencanaan akan nilai ekonomi dan
fungsi irigasi sehingga kebutuhan akan air irigasi bisa optimal (Newel dan
Murphy 1913).
Bagi kelangsungan hidup manusia, kebutuhan akan air sangatlah penting.
Tidak hanya untuk minum, mandi dan kebutuhan rumah tangga, melainkan juga
untuk memenuhi kebutuhan air tanaman dan irigasi. Hal tersebut tidak terlepas
dari upaya teknik irigasi dalam memberikan air dengan kondisi tepat mutu, tepat
ruang, dan tepat waktu melalui cara yang ekonomis dan efektif. Kebutuhan
masyarakat Indonesia terhadap tanaman pangan terus meningkat seiring dengan
pertumbuhan penduduk yang terus meningkat. Kebutuhan air irigasi merupakan
banyaknya air dalam liter/det/ha yang dibutuhkan di sawah untuk jenis tanaman
tertentu dan pada tahap pertumbuhan tertentu pula. Salah satu tanaman pangan
yang dibudidayakan di Indonesia adalah tanaman jagung. Agar diversivikasi
pangan di Indonesia bisa terlaksana secara optimal, maka dibutuhkan inovasi
bahan pangan lain, salah satunya jagung. Pertumbuhan jagung yang optimal
sangat berkaitan dengan suplai kebutuhan air, sehingga dibutuhkan analisis
kebutuhan air bagi tanaman jagung dan sarana infrastruktur yang menaunginya
(Halim, dkk 2012).
Kebutuhan air tanaman dan irigasi dapat dihitung dengan mudah dan cepat
melalui bantuan program Cropwat 8.0. Cropwat 8.0 for Windows adalah sebuah
program untuk menghitung kebutuhan air tanaman dan kebutuhan irigasi dari data
tanaman, iklim terbaru maupun yang sudah ada. Lebih jauh lagi, program ini
memberikan pengembangan dari penjadwalan irigasi bagi kondisi manajemen
berbeda dan perhitungan skema suplai air bagi berbagai jenis tanaman (FAO
2009).
1.2 Tujuan
Tujuan dari analisis ini adalah untuk mengetahui kebutuhan air tanaman (Etc)
dan kebutuhan air irigasi bagi tanaman jagung yang akan ditanam di sekitar area
Bandar Udara Halim Perdanakusuma Jakarta.

II METODOLOGI
Pertama, disiapkan terlebih dahulu data iklim selama 10 tahun dengan
parameter iklim curah hujan, kecepatan angin, lama penyinaran, kelembaban
udara, dan temperatur. Data iklim yang didapat pada analisis ini adalah data iklim
yang dikeluarkan pada tahun 1980 -1989. Kedua, dilakukan studi kasus pada
tanaman jagung dan area di sekitar wilayah Bandar Udara Halim Perdanakusuma
Jakarta untuk mengetahui karakteristik dan kondisi wilayahnya. Ketiga,
parameter-parameter iklim tersebut dimasukkan ke dalam program Cropwat 8.0
dengan terlebih dahulu mengisi Climate/Eto, Rain, Crop, Soil, dan
CWR. Terakhir, nilai kebutuhan air tanaman (Etc) dan air irigasi dapat
dianalisis.

III HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Kondisi iklim daerah studi kasus
Jakarta memiliki suhu udara yang panas dan kering atau beriklim tropis.
Terletak di bagian barat Indonesia, Jakarta mengalami puncak musim penghujan
pada bulan Januari dan Februari dengan rata-rata curah hujan 350 milimeter
dengan suhu rata-rata 27 C. Curah hujan antara bulan Januari dan awal Februari
sangat tinggi dan pada saat itulah Jakarta dilanda banjir setiap tahunnya. Puncak
musim kemarau di Jakarta terjadi pada bulan Agustus dengan rata-rata curah
hujan 60 milimeter. Bulan September dan awal Oktober adalah hari-hari yang
sangat panas di Jakarta dengan suhu udara mencapai 40 C. Suhu rata-rata
tahunan berkisar antara 25-38 C (77-100 F). Bandar Udara Internasional
Halim Perdanakusuma adalah sebuah bandar udara di Jakarta, Indonesia. Bandar
udara ini juga digunakan sebagai markas Komando Operasi Angkatan Udara
I (Korps AU I) TNI-AU. Sebelumnya bandar udara ini bernama Lapangan Udara
Cililitan (Withmarsh 2012).
3.2 Kondisi umum tanaman jagung manis
Tanaman jagung manis akan tumbuh baik pada area geografis 50 LU - 40 LS
dengan ketinggian tempat sampai 3000 m dpl. Secara umum, jagung manis
memerlukan air sebanyak 200-300 mm/bulan dan suhu yang baik sekitar 21C30C. Jagung manis juga dapat tumbuh pada suhu terendah 16C dan suhu
tertinggi 35C. Kemasaman tanah (pH) yang baik bagi pertumbuhan jagung manis
berkisar antara 5,5 sampai 7,0. Tetapi, tanaman ini memiliki tingkat adaptasi yang
tinggi, sehingga jagung manis dapat tumbuh mulai dari dataran rendah hingga
pegunungan dengan ketinggian mencapai 1800 m dpl. Tanaman jagung manis ini
dapat tumbuh dengan baik di daerah Halim Perdana Kusuma Jakarta Timur. Hal
ini disebabkan oleh karakteristik lingkungan yang mendukung. Jagung manis
dapat tumbuh dengan kondisi air terbatas dan suhu tinggi, sehingga untuk
karakteristik wilayah DKI Jakarta, jagung manis dapat tetap berproduksi secara
normal. (Anggana 2013).

3.3 Kebutuhan Air Irigasi Tanaman


Pertama, untuk menentukan kebutuhan air irigasi bagi tanaman jagung manis,
maka dibutuhkan data iklim minimal 10 tahun (lihat lampiran 1 sampai 5).
Selanjutnya, data iklim tersebut dimasukkan ke dalam program Cropwat 8.0
dengan memilih Climate/Eto seperti pada gambar di bawah ini.

Gambar 1. Data iklim yang dimasukkan ke dalam program Cropwat 8.0

Metode perhitungan yang digunakan adalah metode Penman-Monteith melalui


masukan data iklim bulanan. Berdasarkan data pada lampiran 1 sampai 5, untuk
memasukkan parameter-parameter iklim di atas, digunakan nilai rata-rata dari
setiap tahun. Data yang didapat dari stasiun klimatologi tidak semuanya memiliki
satuan yang sama dengan satuan Cropwat 8.0, sehingga dibutuhkan konversi
satuan seperti pada kecepatan angin (knot menjadi km/hari) dan lama penyinaran
(% menjadi jam). Nilai lama penyinaran harus dikoreksi terlebih dahulu melalui
persamaan:
S = 0,6.Z + 0,12.......(1)
Keterangan:
S = Nilai lama penyinaran terkoreksi
Z = Lama penyinaran dari data asli
Koreksi nilai lama penyinaran dilakukan karena pada aplikasi Cropwat 8.0
menggunakan lama penyinaran selama 12 jam penuh, yang pada dasarnya lama

penyinaran matahari di wilayah tropis selama 12 jam itu jarang sekali terjadi.
Nilai radiasi dan evaporasi acuan merupakan nilai keluaran yang ingin didapat
nilainya melalui data iklim yang ada. Radiasi eksternal merepresentasikan radiasi
yang diterima atmosfer bagian atas pada permukaan horizontal dan bergantung
pada latitude, tanggal, dan waktu dalam satu hari. Satu-satunya faktor yang
mempengaruhi Eto adalah parameter-parameter iklim. Akibatnya, Eto adalah
parameter iklim dan dapat dihitung nilainya dari data cuaca. Eto menunjukkan
daya evaporasi dari atmosfer pada lokasi dan waktu spesifik dan tidak
mempertimbangkan karakteristik tanaman dan faktor tanah.

Gambar 2. Data curah hujan bulanan dan nilai dari curah hujan efektif bulanan

Curah hujan merupakan data masukan primer yang membutuhkan informasi


dari nilai hujan bulanan, dekade, atau harian. Bagi produksi pertanian, curah hujan
efektif merujuk pada bagian curah hujan yang secara efektif dapat digunakan bagi
tanaman. Hal ini menunjukkan bahwa tidak semua curah hujan dapat digunakan
bagi tanaman karena hilangnya air melalui run off dan perkolasi. Metode yang
dignakan untuk menentukan curah hujan efektif adalah metode USDA Soil
Conservation Service Method. Metode tersebut menggunakan cara perhitungan
sebagai berikut:
Peff = Pmonth * (125 - 0.2 * Pmonth) / 125 ...... (untuk Pmonth <= 250 mm)..(2)
Peff = 125 + 0.1 * Pmonth ...................................(untuk Pmonth > 250 mm)....(3)
Keterangan:
Peff
Pmonth

= Curah hujan efektif (mm)


= Curah hujan bulanan (mm)

Gambar 3. Data masukan tanaman jagun manis

Berdasarkan gambar 3 di atas, rencana penanaman jagung manis adalah pada


tanggal 7 Maret 2014. Nilai koefisien tanaman (Kc) mengintegrasikan efek dari
sifat yang membeda-bedakan tanaman spesifik dari tanaman acuan. Kc
dipengaruhi oleh tipe tanaman dan luasan (area) tumbuh tanaman tersebut di
bawah iklim dan evaporasi tanah. Nilai Kc yang dimasukkan pada program
Cropwat 8.0 di atas didapat dari referensi tanaman yang dikeluarkan oleh FAO.
Nilai waktu tumbuh, mulai dari inisial sampai musim panen juga didapat dari
referensi tanaman yang dikeluarkan oleh FAO. Panjang akar pada masa inisial,
secara normal diambil nilai 0,25 0,30 m yang merepresentasikan kedalaman
tanah efektif berdasarkan kemampuan benih dalam meyerap air. Panjang akar
pada perkembangan maksimal dimulai pada tengah musim. Bagi tanaman yang
butuh irigasi dalam jumlah besar, nilainya bervariasi dari 1,0 1,40 m. Critical
depletion (fraction) merepresentasikan tingkat kelembaban tanah kritis ketika
terjadi stress akibat kekeringan pertama yang mempengaruhi evapotranspirasi
tanaman dan produksi tanaman. Nilainya ditunjukkan sebagai fraksi dari total
ketersediaan air (TAW) dan secara normal bervariasi antara 0,4 dan 0,6. Semakin
kecil nilanya, maka tanaman tersebut semakin sensitif dengan sistem perakaran
yang terbatas di bawah kondisi evaporatif tinggi. Semakin tinggi nilai TAW, maka
akar tanaman semakin dalam dan padat, serta laju evaporasinya rendah.
Berdasarkan data referensi tanaman jagung manis, nilai critical depletion
(fraction) diambil sebesar 0,55. Nilai ini tentu akan lebih kecil saat masa
perkecambahan, dan lebih besar pada saat siap dipanen karena jagung merupakan
tanaman yang tidak sensitif dan tahan dengan kurangnya irigasi. Oleh karen itu,
diambil nilai 0,5 sebagai nilai awal critical depletion (fraction). Lalu, untuk nilai
yield response fraction juga didapat dari data referensi tanaman jagung manis
yang dikeluarkan oleh FAO, dengan nilai Ky sebesar 1,25. Respon ketahanan
terhadap sumber air dihitung melalui faktor respon ketahanan (Ky) yang
berkurang relatif terhadap defisit evaporasi. Tinggi tanaman maksimum juga
didapat dari referensi tanaman jagun manis yang dikeluarkan FAO sebesar 1,5 m.
Parameter tinggi tanaman tidak diharuskan untuk dimasukkan dalam perhitungan.

Parameter ini hanya menyesuaikan nilai koefisin tanaman di bawah kondisi nonstandar.

Gambar 4. Data karakteristik tanah loam

Jenis tanah pada lokasi yaitu loam. Nilai dari jumlah kelembaban tanah
tersedia merupakan hubungan dari kapasitas lapang (FC) dan titik layu permanen
(WP) (lihat di lampiran 6). Laju infiltrasi maksimum merepresentasikan
kedalaman air yang dapat diinfiltrasikan ke dalam tanah selama 24 jam, sebagai
fungsi tipe tanah, kelas kemiringan dan curah hujan atau intensitas irigasi (lihat di
lampiran 7). Nilai maksimum kedalaman akar diambil secara sembarang (default)
yang telah ditetapkan oleh FAO sebesar 900 cm. Hal ini mengindikasikan bahwa
tanah tidak memiliki karakteristik signifikan yang dapat membatasi pertumbuhan
akar. Inisiasi deplesi kelembaban tanah diekspresikan sebagai persentase dari
jumlah air tersedia (TAW), dan deplesi dari kapasitas lapang. Nilai sembarang
sebesar 0% merepresentasikan profil tanah basah (FC), dan 100% pada saat titik
layu permanen (WP).

Gambar 5. Hasil akhir berupa kebutuhan air tanaman (Etc) dan kebutuhan air untuk irigasi

Berdasarkan gambar di atas, terlihat bahwa untuk periode Maret awal sampai
Mei dekade pertama, tidak dibutuhkan irigasi. Hal ini disebabkan oleh curah

hujan efektif yang nilainya lebih besar dibandingkan kebutuhan air tanaman (Etc).
Namun pada bulan Mei dekade kedua, dibutuhkan air untuk irigasi sebesar 1,6
mm/dec karena tanaman sedang mengalami masa vegetatif setelah melewati masa
generatif yang berakibat pada maksimalnya kebutuhan air bagi tanaman jagung
manis. Mei dekade 3 juga membutuhkan irigasi sebesar 1,9 mm/dec karena curah
hujan efektif yang sangat sedikit, hal ini disebabkan karena periode Mei akhir
telah memasuki musim kemarau.

IV KESIMPULAN DAN SARAN


4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis kebutuhan air irigasi tanaman jagung manis di
daerah Halim Perdanakusuma, Jakarta, didapat bahwa periode Maret awal sampai
Mei dekade pertama tidak dibutuhkan irigasi. Hal ini disebabkan oleh curah
hujan efektif yang nilainya lebih besar dibandingkan kebutuhan air tanaman (Etc).
Namun pada bulan Mei dekade kedua, dibutuhkan air untuk irigasi sebesar 1,6
mm/dec karena tanaman sedang mengalami masa vegetatif setelah melewati masa
generatif yang berakibat pada maksimalnya kebutuhan air bagi tanaman jagung
manis. Mei dekade 3 juga membutuhkan irigasi sebesar 1,9 mm/dec karena curah
hujan efektif yang sangat sedikikt. Hal ini disebabkan karena periode Mei akhir
telah memasuki musim kemarau.
4.2 Saran
Sebaiknya, untuk menentukan nilai parameter tanah dilakukan pengukuran
langsung ke lapangan. Hal ini diperlukan untuk mengetahui nilai tersebut secara
langsung karena nilai yang didapat dari literatur sangatlah kasar.

DAFTAR PUSTAKA
Anggana.2013. Analisa Kebutuhan Air Irigasi pada Tanaman di Daerah Irigasi
Poncowati dengan Menggunakan Software Cropwat 8.0. jurnal.
Universitas Brawijaya Fakultas Teknik Jurusan Teknik Pengairan Malang.
[FAO].2009.Cropwat Versions 8.0. Water Resources Development and
Management Service of FAO.
Haliem, dkk.2012. Studi Pola Penatagunaan Potensi Air Sumber Pintu di
Wilayah Kali Lajing sebagai Dasar Pengembangan Sumber Daya Air
Wilayah Sungan Amprong. Jurnal. 3(2):229-231.
Newell F.H., Murphy D.W. 1913. Principles of Irrigation Engineering.New
York: McGraw-Hill Book Company.
Whitmarsh, Andrew. 2012. Jakarta: 25 Excursions in and around the Indonesian
Capital.Jakarta:Tuttle.

LAMPIRAN 1. Data temperatur selama 10 tahun


Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember

1980
25.9
26
26.3
27
27.4
27.1
26.5
26
27.2
26.7
26.9
26.1

198
1
25.2
26.3
26.5
26.9
27.1
27
26.5
26.5
27.1
26.9
26.7

198
2
26.4
26.5
26.8
27.5
26.6
26.3
26.1
26.9
27.7
28.3
27.2

198
3
26.6
26.6
27.1
27.5
27.2
27.3
26.6
26.7
27.7
27.3
26.9
26.6

Tahun
198 198
4
5
26
25.8 26.6
26.5
26.6 26.7
26.4 27.1
26.3 26.2
26.3 25.8
26.5 26.5
26.9 26.9
26.9 26.8
26.9 27.3
26.6 26.7

198
6
26
26.3
26.8
27.2
26.8
26.2
26.3
26.3
27.1
26.3
26.6

198
7
25.8
26.5
27
26.9
27
26.9
26.6
27.2
28
27.6
26.7

198
8
26.6
26.7
26.7
27.6
26.6
26.7
27.6
27.3
27.3
26

198
9
26.2
25.5
26.7
26.6
26.8
26.8
26.5
26.4
27.2
27.4
27.9
26.2

LAMPIRAN 2. Data kelembaban relatif selama 10 tahun


Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
Septemb
er
Oktober
Novembe
r
Desembe
r

19
80
83
83
80
79
78
76
77
76
76
77
78
81

82
82
83
78
80
77
72

19
83
86
85
84
82
85
78
76
76

Tahun
19
19
84
85
86
85
84
83
85
84
84
83
78
83
81
83
79
76

70

77

83

69

78

80

77

72

79

81

78

79

79

80

19
81
85
81
82
81
80
78
78
76

19
82

74

77
79
76
80

19
86

19
87
87

19
88
86
84
85
82

19
89
86
87
79
82
84
73
79
79

83
84
84
81
81
78
76

85
85
83
83
78
73

81

74

71

74

80

75

77

76

83

78

78

81

84

83

83

87

81
76

LAMPIRAN 3. Data curah hujan selama 10 tahun


Bulan
Januari
Februari
Maret

19
80
39
0
37
3
16
7

19
81
62
2
12
0
19
6
30
1

April

85

Mei

91

78

Juni

53

13
7

Juli

10
3

92

Agustus

99

29

Septemb
er

75

12
6

Oktober
Novembe
r
Desembe
r

17
3
25
8
15
4

19
82
15
5
10
2
61
24
1
13
4
2
41

27
21
2
34
4

33
4
21
0
27
6

19
83
31
6
40
6
32
4
50
4
10
3

1
16
7

40
8
11
2
21
8

Tahun
19
19
84
85
39
6
23
15
4
6
20
8
13
24
9
7
28
13
7
1
15
48
0
18
33
1
12
28
3
17
93
4
10
15
2
9
15
96
2
12
12
5
6

19
86
24
0
18
9
21
3
14
8
79
11
2
30
5
15
3
13
7
43
2
22
2

19
87
30
9
34
8
29
7
14
7
14
6
3

19
88
32
9
24
1
26
5
58

79

21

27

21
1

36
97
47
20
1
27
1

19
89
32
9
34
1
19
1
24
1
22
1

79
21
14
1
13
5
30
2

34
59
27
2
30
6

LAMPIRAN 4. Data lama penyinaran selama 10 tahun


Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
Septemb
er
Oktober
Novembe
r
Desembe
r

57
54
64
71
68
84
78

19
83
45
47
55
56
57
76
84
91

Tahun
19
19
84
85
47
35
48
56
55
48
58
68
80
58
68
62
73
86

53

80

53

80

64

19
80
28
40
67
62
83
80
75
76

19
81
26
48
61
61
66
67
59
73

19
82

72

56

57

19
86

19
87
19

49
42
62
76
68
77
65

63
57
77
66
89
95

19
88
45
47
55
56
57
76
84
91

19
89
41
25
56
73
66
65
75
77

70

55

79

80

75

55

65

53

79

64

60

54

36

70

43

55

58

47

60

43

60

32

44

42

57

40

57

54

35

57

38

LAMPIRAN 5. Data kecepatan angin selama 10 tahun


Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
Septemb
er
Oktober
Novembe
r
Desembe
r

Tahun
19
19
84
85
2
3
3
3
3
3
3
2
3
2
3
3
3
3

19
80
5
4
4
3
3
3
4
3

19
81
5
6
4
5
5
4
5
5

19
82
6
5
4
4
4
5
5

19
83
3
3
3
3
3
3
3
4

19
86

19
87
2

19
88
3
3
3
2

19
89
2
3
3
3
2
3
3
2

6
5
4
4
4
5
5

2
2
2
2
2
2

2
2

LAMPIRAN 6. Data kapasitas lapang dan titik layu permanen pada jenis tanah
loam

LAMPIRAN 7. Data laju infiltrasi maksimum pada jenis tanah loam

Você também pode gostar