Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Kedaulatan Pangan
Kebijakan ketahanan pangan nasional sangat penting artinya untuk
menjamin kecukupan penyediaan pangan secara nasional. Tetapi karena kebijakan
ketahan pangan kurang menaruh perhatian terhadap upaya peningkatan
kesejahteraan petani, maka kita berpendapat kebijakan tersebut belum
mencukupi. Sebab, meskipun dalam kebijakan ketahanan pangan nasional petani
bukan merupakan pilar satu-satunya bagi ketahanan nasional, namun petani tetapi
merupakan pilar terpenting. Singkatnya, kebijakan ketahanan pangan adalah perlu
tetapi tidak mencukupi.
Oleh karena itu sebagai penyempurnaan, untuk tidak mengatakan sebagai
pengganti, kebijakan ketahanan pangan perlu dikembangkan dan diterapkan
kebijakan kedaulatan pangan. Secara konseptual, kedaulatan pangan berarti hak
setiap negara atau masyarakat untuk menentukan sendiri kebijakan pangannya,
melindungi sistem produksi pertanian dan perdagangan untuk mencapai sistem
pertanian yang berkelanjutan dan mandiri. Kedaulatan pangan mengatur produksi
dan konsumsi pertanian yang berorientasi kepada kepentingan lokal dan nasional,
bukan pasar global. Kedaulatan pangan mencakup hak untuk memproteksi dan
mengatur kebijakan pertanian nasional dan melindungi pasar domestik dari
dumping dan kelebihan produksi negara lain yang dijual sangat murah. Oleh
karena itu, petani kecil dan buruh tani harus diberikan akses terhadap tanah, air,
benih, dan sumber-sumber agraria lainnya.
Dengan demikian, kedaulatan pangan harus didahulukan di atas
kepentingan pasar. Sungguhpun demikian, kebijakan kedaulatan pangan tidak
melarang perdagangan, tetapi menekankan bahwa produksi pangan harus
pertanian, (7) hak atas perlindungan nilai-nilai budaya pertanian, (8) hak atas
keanekaragaman hayati, dan (9) hak atas kelestarian lingkungan.
Pada tingkat yang lebih tinggi dan dalam skala yang lebih makro,
kedaulatan pangan dan kedaulatan petani sangat dipengaruhi oleh kedaulatan
negara. Dalam konteks kedaulatan pangan, tingkat dan kapasitas kedaulatan
negara sangat bergantung kepada sejauhmana negara mampu membebaskan diri
dari rezim Dana Moneter Internasional (IMF), rezim Bank Dunia, dan rezim
Organisasi Perdagangan Dunia (WTO); ketiganya merupakan instrumen dari
neokolonialisme-imperialisme. Jika negara tidak mampu melepaskan diri dari
ketiga rezim IMF, Bank Dunia dan WTO, maka kedaulatan negara akan selalu
terkebiri. Kondisi ini pada gilirannya akan mengakibatkan kedaulatan petani
menjadi tereduksi dan kedaulatan pangan nasional menjadi mandul.
Dengan demikian, kedaulatan pangan, kedaulatan petani, dan kedaulatan
negara merupakan suatu kesatuan organik. Ketiganya saling mempengaruhi dan
saling
mendukung.
Tegasnya,
kebijakan
kedaulatan
pangan
nasional
air agar dapat digunakan oleh setiap orang sesuai dengan tingkat kebutuhannya,
dan mengatur tata niaga pertanian agar adil bagi semua.
Oleh karena itu, gerakan kedaulatan pangan, menurut Dwi Astuti (2008),
pada hakekatnya merupakan gerakan sosial yang mampu menyatukan seluruh
elemen gerakan: petani, nelayan, masyarakat adat, buruh, perempuan, kaum
miskin kota, dan lain-lain. Tentu saja peran pemerintah juga sangat penting dalam
gerakan kedaulatan pangan tersebut.
Dalam gerakan kedaulatan pangan tersebut, ada beberapa langkah yang
harus dilakukan oleh pemerintah bersama-sama dengan sejumlah elemen gerakan
masyarakat sipil, khususnya organisasi atau serikat-serikat tani. Langkah-langkah
dimaksud adalah:
a. Memprioritaskan produksi pangan untuk kebutuhan pangan keluarga dan
lokal, bukan berorientasi ekspor.
b. Melaksanakan reforma agraria/distribusi tanah kepada petani dan buruh
tani untuk menjamin agar tanah pertanian dimiliki dan dikerjakan sendiri
oleh petani.
c. Menjamin hak petani untuk menguasai dan memiliki sumber air, benih
dan kredit.
d. Melarang masuknya pangan impor dengan harga dumping, karena akan
merusak pangan lokal dan produksi lokal dan dalam negeri telah
mencukupi.
e. Menjamin harga panen petani dengan harga yang menjamin keberlanjutan
kehidupan petani untuk hidup dengan sejahtera.