Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Mutazilah merupakan bentuk penyerahan ikhtiar yang ekstrim dan juga menafikan
ikhtiar dari Dzat-Nya.
Dalam pandangan Asyariyah, Tuhan itu adil, sedangkan pandangan Mutazilah
standar adil dan tidak adil dalam pandangan manusia untuk menghukumi Tuhan,
sebab segala sesuatu yang bekenaan dengan kebaikan manusia hukumnya wajib
bagi Allah.
Tetapi bagaimanapun Al-Asyari meninggalkan paham Mutazilah ketika golongan
ini sedang berada dalam fase kemunduran dan kelemahan. Setelah Al-Mutawakkil
membatalkan putusan Al-Mamun tentang penerimaan aliran Mutazilah sebagai
madzhab Negara, kedudukan kaum Mutazilah mulai menurun, apalagi setelah AlMutawakkil mengunjukan sikap penghargaan dan penghormatan terhadap diri Ibn
Hanbal, lawan Mutazilah terbesar waktu itu.
Dalam suasana demikianlah Al-Asyari keluar dari golongan Mutazilah dan
menyusun teologi baru yang sesuai dengan aliran orang yang berpegang kuat pada
hadits. Disini timbul pertanyaan, apakah tidak mungkin bahwa Al-Asyari
meninggalkan paham Mutazilah karena melihat bahwa aliran Mutazilah tidak
dapat diterima umumnya umat Islam yang bersifat sederhana dalam pemikiranpemikiran ? Dan pada waktu itu tidak ada aliran teologi lain yang teratur sebagai
gantinya untuk menjadi pegangan mereka. Dengan kata lain, tidaklah mungkin
bahwa Al-Asyari melihat bahayanya bagi umat Islam kalau mereka ditinggalkan
tidak mempunyai pegangan teologi yang teratur. Rasanya hal inilah, ditambah
dengan perasaan syak tersebut diatas yang mendorong Al-Asyari untuk
meninggalkan ajaran-ajaran Mutazilah dan membentuk teologi baru setelah
puluhan tahun ia menjadi penganut setia aliran Mutazilah.
manusia, adapun bentuk atau sifat dari gerak itu dihasilkan oleh manusia itu
sendiri.
Pernyataan-pernyataannya mengarah pada extrim, dalam mengikuti suatu
pendapat dan dalam memberikan dukungan dan pembelaan, sebab premis rasional
tidak pernah disebutkan dalam al-Quranmaupun sunnah, ruang geraknya luas dan
pintunya terbuka lebar. Metode yang ditempuhnya juga banyak. Boleh saja
seseorang sampai kepada bukti-bukti dari berbagai penalaran akal dan
menghasilkan berbagai konklusi melalui berbagai eksperimen yang tidaklah buruk
selama tidak bertentangan dengan konklusi yang dicapainya dan pemikiran yang
dihasilkannya.
Tuhanlah yang menciptakan daya dan perbuatan. Dan daya untuk berbuat lebih
menyerupai impotensi.
Selanjutnya ia-pun menyatakan bahwa Tuhan dapat dilihat, sebab setiap yang
mempunyai wujud dapat dilihat. Selanjutnya ajaran yang disampaikannya adalah
penolakan tentang paham keadilan yang diajarkan oleh Mutazilah. Tuhan tidak
berkewajiban menjaga kemashlahatan (al-salah wa al-ashlah) manusia, tidak wajib
memberi upah atau ganjaran kepada manusia atas perbuatan-perbuatannya,
bahkan Tuhan boleh memberi beban yang tidak mungkin dikerjakan manusia.
BAB II
PERSAMAAN DAN PERBEDAAN
ANTARA AL-ASYARIYAH DAN AL-MATURIDIYAH
A. PERSAMAANNYA
1. Kedua aliran ini lahir akibat reaksi terhadap paham aliran Mutazilah.
2. Mengenai sifat-sifat Tuhan, kedua aliran ini menyatakan bahwa Tuhan
mempunyai sifat-sifat dan Tuhan mengetahui bukan dengan dzat-Nya tetapi
mengetahui dengan pengetahuan-Nya.
3. Keduanya menentang ajaran Mutazilah mengenai al-Salah wal Aslah dan
beranggapan bahwa al-Quran adalah kalam Tuhan yang tidak diciptakan, tetapi
bersifat qadim.
4. Al-Asyari dan Al-Maturidi juga berkeyakinan bahwa manusia dapat melihat Allah
pada hari kiamat dengan petunjuk Tuhan dan hanya Allah pula yang tahu
bagaimana keadaan sifat dan wujud-Nya. Hal ini mengingat nash al-Quran pada
surat al-Qiyamah : 23 :
Wajah-wajah orang mukmin pada hari kiamat akan berseri-seri. Kepada Tuhannya
mereka melihat.
5. Persamaan dari kedua aliran ini adalah karena keduanya sering menggunakan
istilah ahlu sunnah wal jamaah. Dan dikalangan mereka kebanyakan mengatakan
bahwa madzhab salaf ahlu sunnah wal jamaah adalah apa yang dikatakan oleh AlAsyari an Al-Maturidi. Sebagian dari mereka mengatakan bahwa ahlu sunnah wal
jamaah adalah Asyariyah dan Maturidiyah dan salaf. Az-Zubaidi mengatakan :
Jika dikatakan ahlu sunnah, maka yang dimaksud dengan mereka itu adalah
Asyariyah dan Maturidiyah.(Ittihafus Sadatil Muttaqin 2 : 6)
aqaid ahlu sunnah wal jamaah atas dasar ucapan dua kutub, yakni Al-Asyari dan
Al-Maturidi.(Ar-Raudhatul Bahiyyah oleh Abi Hudibah hal.3)
B. PERBEDAANNYA
1. Tentang perbuatan manusia. Al-Asyari menganut paham Jabariyah sedangkan AlMaturidi menganut paham Jabariyah.
2. Tentang fungsi akal. Akal bagi aliran Asyariyah tidak mampu untuk mengetahui
kewajiban-kewajiban manusia sedangkan menurut pendapat Maturidiyah akal dapat
mengetahui kewajiban-kewajiban manusia untuk berterima kasih kepada Tuhan.
3. Tentang Janji dan ancaman Tuhan. Al-Asyari berkeyakinan bahwa Allah bisa saja
menyiksa orang yang taat, memberi pahala kepada orang yang durhaka,
sedangkan Al-Maturidi beranggapan lain, bahwa orang yang taat akan
mendapatkan pahala sedangkan orang yang durhaka akan mendapat siksa, karena
Allah tidak akan salah karena Ia Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui