Você está na página 1de 50

Laporan Praktikum

Kimia Fisika dan Kimia Analitik


Semester Ganjil 2013/2014

Aisyah Nur Ridha (1306481991)


Titen Pinasti (1306482054)
Kelompok 7

Laboratorium Proses Dasar


Departemen Teknik Kimia
Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN


(PERCOBAAN-IV)

Oleh :
Kelompok 7
Aisyah Nur Ridha
Titen Pinasti

1306481991
1306482054

TUJUAN & PRINSIP DASAR


Tujuan

Untuk menentukan berat molekul suatu zat


dengan metode kenaikan titik didih
Prinsip Dasar

Berdasarkan pada hukum Raoult, dimana


kenaikan titik didih sebanding dengan jumlah zat
terlarut.

TEORI DASAR
Sifat koligatif larutan
adalah sifat larutan
yang tidak tergantung
pada macamnya
zat terlarut tetapi
semata - mata hanya
ditentukan oleh
banyaknya zat terlarut.

TEORI DASAR
Sifat Koligatif Larutan
Kenaikan Titik Didih
Penurunan Titik Beku
Kenaikan Tekanan Uap
Tekanan Osmotik

PROSEDUR
Prosedur disamping dilakukan
untuk mengukur titik didih
pelarut murni (akuades) dan 3
macam zat, yaitu:
1. NaCl
2. KCl
3. Zat yang belum diketahui
massa molekul nya (diberikan
oleh assisten)

DATA PENGAMATAN
Percobaan 1
NaCl

Percobaan 2
Percobaan 1

KCl

Percobaan 2
Percobaan 1

Zat X

Percobaan 2

T0

101oC

T1

103oC

T0

100oC

T1

104oC

T0

104oC

T1

102oC

T0

100oC

T1

102oC

T0

100oC

T1

101oC

T0

100oC

T1

101oC

PERHITUNGAN
Menghitung nilai Kb untuk NaCl Percobaan I
T= 103oC 101oC = 2oC
Massa NaCl = 0,6 gram
Massa H2O = 200 mL = 200 gram
Molalitas =

0,6
58,5

1000
200

T = m.Kb. I
Kb

2
=
0,05132

= 19,49

= 0,0513

PERHITUNGAN
Menghitung nilai Kb untuk NaCl Percobaan II
T= 104oC 100oC = 4oC
Massa NaCl = 0,6 gram
Massa H2O = 200 mL = 200 gram
Molalitas =

0,6
58,5

1000
200

T = m.Kb. I
Kb

4
=
0,05132

= 38,99

= 0,0513

PERHITUNGAN
Menghitung nilai Kb untuk KCl Percobaan I
T= 104oC 102oC = 2oC
Massa NaCl = 0,6 gram
Massa H2O = 200 mL = 200 gram
Molalitas =

0,6
74,5

1000
200

T = m.Kb. I
Kb

2
=
0,04032

= 24,81

= 0,0403

PERHITUNGAN
Menghitung nilai Kb untuk KCl Percobaan II
T= 104oC 102oC = 2oC
Massa NaCl = 0,6 gram
Massa H2O = 200 mL = 200 gram
Molalitas =

0,6
74,5

1000
200

T = m.Kb. I
Kb

2
=
0,04032

= 24,81

= 0,0403

PERHITUNGAN
Menghitung massa molekul senyawa yang belum
diketahui
Kb rata-rata = 27,025
T1= 101oC 100oC = 1oC,
T2= 101oC 100oC = 1oC
T rata-rata = 1oC
Massa zat yang belum diketahui = 0,6 gram
Massa H2O = 200 mL = 200 gram
T = m.Kb. I
0,6

1000
200

1 =27,025
2
Mr = 162,15 gram/mol

ANALISIS PERCOBAAN
o Peralatan yang digunakan bersih dan kering
bertujuan untuk menghindari kesalahan
akibat kontaminan, karena kontaminan dapat
mempengaruhi titik didih pelarut murni.
Akuades digunakan karena telah diketahui
nilai Kb
NaCl dan KCl digunakan karena berupa
elektrolit kuat dan faktor van hoff bernilai 1
sesuai dengan jumlah ion nya.

ANALISIS PERHITUNGAN
Penambahan zat terlarut menyebabkan
kenaikan titik didih
Perhitungan untuk kenaikan titik didih:
=
Perhitungan untuk Kb:

=
1000

ANALISIS KESALAHAN
Penggunaan termometer raksa sehingga
kurang akurat dalam pengukuran suhu larutan
Kesalahan pembacaan skala pada termometer
Adanya penguapan pada pelarut murni akibat
pendidihan sehingga massa akan berkurang
dan
menyebabkan
kesalahan
pada
perhitungan

JAWABAN PERTANYAAN
1. Mengapa tekanan uap larutan lebih rendah
daripada tekanan uap pelarut murni?
Tekanan uap zat cair dipengaruhi oleh fraksi mol
zat cair tersebut. Apabila zat tersebut murni,
maka X=1 dan P=Po. Sedangkan jika terdapat zat
terlarut maka akan mengurangi fraksi dan
menurunkan nilai tekanan uap nya.

JAWABAN PERTANYAAN
2. Mengapa titik didih larutan lebih tinggi
daripada titik didih pelarut murni?
Karena partikel-partikel zat terlarut akan
menghalangi terjadinya penguapan dan untuk
memutuskan ikatan antara pelarut dengan zat
terlarut membutuhkan energi yang didapatkan
dari suhu. Sehingga dibutuhkan suhu yang lebih
tinggi untuk menguapkan larutan dibandingkan
dengan pelarut murni.

JAWABAN PERTANYAAN
3. Bagaimana persamaan untuk menentukan
kenaikan titik didih pada teori jika larutannya
adalah larutan elektrolit (gunakan persamaan ini
untuk menghitung hasil percobaan yang
menggunakan larutan elektrolit).
Persamaan untuk menentukan kenaikan titik didih
pada larutan elektrolit:
=
Dengan = 1 + ( 1), untuk elektrolit kuat =1
sedangkan elektrolit lemah 0<<1

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan yang telah
dilakukan didapatkan berat molekul senyawa
sebesar 162,15 gram/mol

DAFTAR PUSTAKA
Atkins, P.W. 1999. Kimia Fisika. Jilid I. Oxford.
Tim Dosen Kimia Fisika dan Kimia Analitik. 2012.
Modul Praktikum Kimia Fisika dan Kimia
Analitik. Universitas Indonesia. Departemen
Teknik Kimia.

KONDUKTOMETRI
(PERCOBAAN-X)

Oleh :
Kelompok 7
Aisyah Nur Ridha
Titen Pinasti

1306481991
1306482054

1.

2.

Mengetahui titik akhir titrasi dengan metode konduktometri dengan alat


konduktometer dengan memanfaatkan kemampuan suatu larutan
elektrolit dalam menghantarkan arus listrik.
Melakukan analisis kuantitatif menggunakan teknik konduktometri.

Melakukan titrasi asam basa dengan buret, konduktometer


sebagai alat acuan untuk menentukan titik akhir titrasi.
Dimana konduktometer tersebut telah dikalibrasi dengan
larutan yang cocok dengan larutan yang akan di titrasi.

Titrasi konduktometri merupakan metode untuk menganalisa larutan berdasarkan


kemampuan ion dalam menghantarkan muatan listrik di antara dua
elektroda.Pengukuran konduktovitas (hantaran) dapat pula digunakan untuk penentuan
titik akhir titrasi.

Daya hantar listrik (G) berbanding lurus dengan luas permukaan elektroda (A)
dan berbanding terbalik dengan jarak kedua elektroda (l).

Konduktivitas suatu larutan elektrolit, pada setiap temperatur hanya


bergantung pada ionion yang ada, dan konsentrasi ionion tersebut. Bila
larutan suatu elektrolit diencerkan, konduktivitas akan turun karena lebih
sedikit ion berada per cm3 larutan untuk membawa arus.

Titrasi
Konduktometri

Titrasi frekuensi rendah


Titrasi konduktometri yang
dilakukan dengan frekuensi arus
rendah (maksimum 300Hz).

Titrasi frekuensi tinggi


Titrasi yang dilakukan dengan menggunakan
frekuensi arus tinggi disebut titrasi frekuensi
tinggi. Metode ini sesuai untuk sel yang terdiri
atas sistem kimia yang dibuat bagian dari atau
di pasangkan dengan sirkuit osilator beresonasi
pada frekuensi beberapa mega hertz.

TITRASI ASAM LEMAH DAN BASA KUAT

Mengkalibrasi alat
konduktometri dengan
NaCl 0.1 N

Mengencerkan HCl 0.1


sebanyak 15 mL dengan 15
mL aquades hingga 0.05 M

25 mL HCl 0.05 M ke
beaker glass lalu
menambahkan 150 mL
aquades

Mencatat TE dari larutan


tersebut dan mengukur
konduktansinya

Melakukan titrasi
larutan dengan NaOH
0.2 M (interval 0.2 mL)

Mengukur konduktansi
larutan sebelum dititrasi
dengan konduktometer

Mengkalibrasi alat
konduktometri dengan
NaCl 0.1 N

Mengencerkan 10 mL NaOH 0.1


dengan 30 aquades hingga 0.05 M

25 mL NaOH 0.05 M ke
beaker glass lalu
menambahkan 150 mL
aquades

Mencatat TE dari larutan


tersebut dan mengukur
konduktansinya

melakukan titrasi
larutan tersebut dengan
CH3COOH 0.2 M
(interval 0.2 mL)

Mengukur konduktansi
larutan sebelum dititrasi
dengan konduktometer

Mengkalibrasi alat
konduktometri dengan
NaCl 0.1 N

Mengencerkan 15 mL CH3COOH
0.1 dengan 15 aquades hingga
0.05 M

Mencatat TE dari larutan


tersebut dan mengukur
konduktansinya

Melakukan titrasi
larutan dengan NaOH
0.2 M (interval 0.2 mL)

25 mL CH3COOH 0.05 M
ke beaker glass lalu
menambahkan 150 mL
aquades

Mengukur konduktansi
larutan sebelum dititrasi
dengan konduktometer

Titrasi Asam kuat dan Basa kuat


Asam kuat : HCl 0.05 M + 150 mL
aquades
Basa kuat (titran) : NaOH 0.2 M

Titrasi asam lemah dengan basa kuat


Asam lemah : CH3COOH 0.05 M
+ 150 aquades
Basa kuat (titran): NaOH 0.2 M

Volume
NaOH (mL)

Konduktansi
(ms)

Volume
NaOH (mL)

Konduktansi
(ms)

3.26

100.7

0.2

3.10

0.2

90.1

0.4

2.85

0.4

93.1

0.6

2.70

0.6

105.1

0.8

2.51

0.8

121.4

2.42

1.2

2.28

Titrasi basa kuat dengan asam lemah


Basa kuat : NaOH 0.05 M + 150 aquades
Asam lemah (titran): CH3COOH 0.2 M
V. CH3COOH (mL)

Konduktansi (ms)

613

1170

3.2

583

0.2

1161

3.4

541

0.4

1161

3.6

525

0.6

1027

3.8

500

0.8

987

474

967

4.2

460

1.2

922

1.4

892

4.4
4.6

459
458

1.6

850

4.8

458

1.8

809

458

779

5.2

458

2.2

750

5.4

458

2.4

713

5.6

458

2.6

692

5.8

458

2.8

664

458

A.

Titrasi asam kuat dan basa kuat


(titrasi HCl oleh NaOH)

L HCl awal = 3.26 mS


V larutan = V HCl + V H2O
= 25 mL + 150 mL
= 175 mL
L NaCl

= titik ekivalen x faktor koreksi


= titik ekaivalen x (v + V)/v
= 9.98 x (173+3)/175
= 10.15 mS

Mol [H+ ] = mol [OH-] saat titrasi


V1 x M1 = V2 x M2 saat titik ekivalen
175 x M1 = 3 x 0.2
175 x M1 = 0.6
M1
= 3.42 x 10-3 M konsentrasi
HCl setelah pengenceran
Konsentrasi HCl sebelum pengenceran :
Mol [H+] = mol [OH-]
V1 x M1 = V2 x M2
25 x M1 =175 x 3.42 x 10-3
25 M1 = 0.5985
M1
= 0.02394

B. Titrasi asam lemah dan asam kuat


(Titrasi CH3COOH oleh NaOH )
L CH3COOH awal = 100.7 S
Reaksi yang terjadi : CH3COOH + NaOH
CH3COONa + H2O
V larutan = V CH3COOH + V H2O
= 25 mL + 150 mL = 175 mL
L CH3COOH = TE x faktor koreksi

= titik ekaivalen x (v + V)/v


= 9.01 x (175+0.2)/175
= 9.01 x 1.001
= 90.20 S

Konsentrasi CH3COOH setelah


pengenceran

Mol [H+ ] = mol [OH-]


V1 x M1 = V2 x M2
175 x M1 =0.2 x 0.2
175 M1 = 0.04
M1
= 2.28 x 10-4

Konsentrasi CH3COOH sebelum


pengenceran
V1 x M1 = V2 x M2
25 x M1 = 175 x 2.902 X 10-3
25 M1 = 0.507
M1
= 0.02

= 84, 93 %

C. Titrasi basa kuat dengan asam lemah


(titrasi NaOH oleh CH3COOH )
L NaOH awal = 1170 S
Reaksi yang terjadi : NaOH + CH3COOH
CH3COONa + H2O
V larutan = V NaOH + V HCl
= 25 mL + 150 mL = 175 mL
L CH3COOH = TE x faktor koreksi
= titik ekaivalen x (v + V)/v
= 458 x (175x 9.2)/175
= 458 x 1.05
= 482.077 S

Saat mencapai titik ekivalen


Karena titran merupakan asam lemah,
maka:

Konsentrasi NaOH setelah pengenceran

Konsentrasi NaOH sebelum pengenceran

A. Grafik konduktansi HCl vs NaOH 0.2 M

B. Grafik konduktansi CH3COONa vs NaOH 0.2 M

C. Grafik konduktansi NaOH vs CH3COOH 0.2 M

1. Analisis Percobaan
Bertujuan untuk mengetahui konsentrasi dari larutan titrat
atau sampel dengan cara mengetahui titik ekivalen.
Titik ekivalen didapat dari pengukuran konduktansi larutan
titrat yang dititrasi oleh titran.
Percobaan ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Titrasi HCl oleh NaOH (asam kuat basa kuat)
b. Titrasi CH3COOH oleh NaOH (asam lemah basa kuat)
c. Titrasi NaOH oleh CH3COOH (basa kuat asam lemah)

Nilai konduktansi dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya adalah:


a. Temperatur
Saat temperatur dinaikkan, kerapatan pelarut (dalam hal ini H2O) akan berkurang
dan membuat ion-ion dapat bergerak bebas. Peningkatan suhu ini akan
meningkatkan nilai konduktansi sebesar 1 2%.
b. Konsentrasi Larutan
Perbedaan konsentrasi larutan, baik dari segi jumlah, muatan, ukuran ion-ion yang
berada dalam larutan dapat menyebabkan peningkatan konduktansi. Namun
pengaruhnya berbeda untuk setiap jenis larutan yang berbeda.
c. Karakteristik pelarut, misal viskositas
Oleh karena itu, jika larutan mengandung ion-ion dalam jumlah banyak yang
bergerak bebas, maka konduktivitas larutan tinggi. Sebaliknya, jika ion-ion
berjumlah sedikit dan tidak dapat bergerak bebas, konduktivitasnya akan rendah.
Pergerakan ion tersebut dinamakan mobilitas.

Langkah:
1. Pertama yang dilakukan pada setiap bagian adalah pengenceran larutan titrat.
2. 2 mL dari setiap larutan dipindahkan ke gelas ukur yang berbeda. Kemudian
masing-masing ditambahkan aquades 150 mL.
*

Pengenceran untuk meminimalisir interaksi ion dalam larutan. Sehingga ion


dapat menghantarkan listrik sebagai partikel tunggal selain itu juga bertujuan
untuk menimalkan faktor koreksi.
Faktor koreksi adalah faktor penyesuaian dari kondisi ideal ke kondisi sebenarnya

3. Kalibrasi terlebih dahulu konduktometer dengan NaCl hingga nilai konduktansinya


1413 mS. Tujuannya agar pengukuran konduktansi tidak melenceng.
* Saat proses titrasi, larutan yang dititrasi diaduk dengan menggunakan magnetic
stirer. Tujuannya untuk mempercepat proses difusi ion sehingga konsentrasi pada
tiap bagian pada larutan akan merata.
4. Titrasi dilakukan pada interval yang sangat kecil, yakni 0,2 mL. Setiap penambahan
0,2 mL titran, konduktansi larutan sampel diukur.
* Penambahan sedikit titran ini bertujuan untuk meningkatkan keakuratan dari
pembacaan grafik.

2. Analisis Hasil Perhitungan dan Grafik


a. Titrasi Konduktometri Asam Kuat oleh Basa Kuat
Pengukuan konduktansi (L) HCl awal adalah 3260 S. Nilai ini lebih besar
daripada pengukuran L CH3COOH, karena HCl merupakan asam kuat yang
memiliki derajat ionisasi = 1.

Setelah itu, menghitung nilai L NaCl yang diperoleh dari titik ekivalen pada
kurva titrasi. Titik terendah berada pada L= 998 S, nilai L ini dikalikan dengan
faktor koreksi, karena pengenceran cuplikan oleh titran menyebabkan nilai
konduktansi yang terbaca lebih kecil dari yang sebenarnya. L NaCl setelah
dikalikan dengan faktor koreksi adalah 1015 S. Setelah mendapatkan end
point, diperoleh bahwa konsentrasi sampel setelah pengenceran (volume 175
mL) adalah 3,42 x 10-3 M dan konsentrasi sampel sebelum pengenceran
(volume 25 mL) adalah 0,02394 M.

Grafik konduktometri asam kuat dan basa kuat menunjukkan bahwa


koduktansi berkurang seiring dengan penambahan volume NaOH, lalu
mecapai titik terendah pada 3 mL NaOH dan kembali naik setelah titik
ekivalen. Pada titik titrasi asam kuat dan basa kuat

b. Titrasi Konduktometri Asam Lemah oleh Basa Kuat


Larutan yang diamati konduktivitasnya adalah asam asetat (CH3COOH).
Pengukuran L CH3COOH awal adalah 100,7 S. Nilai ini lebih kecil daripada
L HCl dan L NaOH, karena CH3COOH merupakan asam lemah yang
mempunyai < 1. Setelah itu, menghitung nilai L CH3COONa yang
diperoleh dari titik terrendah kurva titrasi. Titik terendah berada pada L=
90,10 S. Setelah dikalikan dengan faktor koreksi, nilai L = 90,20 S.
Ka yang digunakan adalah Ka literatur, yakni 1,8 x 10-5. Didapat bahwa
konsentrasi sampel setelah pengenceran (volume 175 mL) adalah 2,902 x
10-3 M. Lalu konsentrasi sampel sebelum pengenceran (volume 25 mL)
adalah 0,02 M.
Grafik memperlihatkan penurunan konduktansi yang landai seiring dengan
penambahan volume NaOH 0,2 mL, namun hasil naik lagi dengan konstan
setelah penambahan NaOH 0,4 mL.
CH3COOH tidak dapat terionisasi sempurna, sedangkan NaOH dapat
terionisasi sempurna menjadi Na+ dan OH-. Oleh karena itu, percobaan (b)
ini sangat dipengaruhi oleh NaOH dan sedikit sekali dipengaruhi oleh
CH3COOH.

c. Titrasi konduktometri Basa Kuat oleh Asam Lemah


Pengukuran L NaOH awal adalah 1170 S. Nilai ini lebih besar daripada
pengukuran L CH3COOH karena NaOH merupakan basa kuat yang mempunyai =1.
Artinya NaOH dapat sepenuhnya terionisasi menjadi Na+ dan OH-.

End point berada pada L= 458 S, dan setelah dikalikan faktor koreksi menjadi L=
482,07 S. Karena titran merupakan asam lemah, maka untuk mencari nilai H+
juga diperlukan Ka (tetapan ionisasi). Nilai Ka ini bergantung pada derajat disosiasi
() juga. Didapatkan bahwa konsentrasi sampel setelah pengenceran (volume 175
mL) adalah 9,936 x 10-5 M, dan konsentrasi sampel sebelum pengenceran (volume
25 mL) adalah 6,95 x 10-4 M.

Grafik titrasi konduktometri basa kuat oleh asam lemah ini menunjukkan bahwa
konduktansi terus berkurang seiring dengan penambahan volume CH3COOH, lalu
mencapai titik terrendah dan cenderung konstan mendatar sampai mencapai titik
ekivalen. Setelah mencapai titik ekivalen, grafik hanya naik 1 S dari 458 S ke 459
S.

Larutan yang terbentuk dari reaksi ini merupakan larutan Buffer. Larutan buffer
atau larutan penyangga mempunyai kecendrungan untuk mempertahankan pHnya walaupun ditambahkan sedikit asam atau basa. Pada proses titrasi, CH3COOH
ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam larutan NaOH. Seiring dengan
berjalannya titrasi, ion OH- tergantikan oleh ion CH3COO- sehingga menyebabkan
konduktansinya menurun dan hampir konstan. Penurunan ini akan terus
berlangsung sampai terjadinya pergantian ion-ion secara sempurna.

3. Analisis Kesalahan

Terdapat beberapa penyimpangan dalam percobaan ini, diantaranya adalah


penyimpangan nilai konsentrasi awal titrat/ sampel dan penyimpangan literatur
nilai tetapan disosiasi asam lemah (Ka). Kesalahan-kesalahan tersebut disebabkan
oleh beberapa hal, yaitu:

a. Kesalahan pada saat pengenceran larutan titrat, sehingga pengukuran nilai


konduktansi tidak sesuai dengan yang diharapkan
b. Sel konduktivitas yang tidak dibilas dengan bersih sehingga terdapat ion-ion
pengotonr yang menempel di sel konduktivitas yang berasal dari larutan
sebelumnya. Hal ini mengakibatkan terkontaminasinya larutan yang akan diukur
konduktansinya.
c. Tetesan larutan titrat menempel pada sel konduktivitas pada saat proses titrasi
berlangsung, sehingga akan menyebabkan ketidaksesuaian nilai konduktansi.

1.

Metode konduktometri dapat digunakan unutk menentukan konsentrasi suatu


larutan elektrolit dengan cara menentukan titik ekivalen dari proses titrasi
dengan pengukuran konduktivitas (daya hantar) larutan elektrolit tersebut.

2.

Konduktivitas bergantung pada temperatur, karakteristik pelarut, dan konsentrasi


ion-ion dalam larutan (jumlah, ukuran, muatan)

3.

L elektrolit lemah < L elektrolit kuat

4.

Elektrolit lemah mempunyai < 1, sedangkan elektrolit kuat mempunyai = 1.

5.

Kurva konduktansi menunjukkan penurunan konduktansi seiring dengan


penambahan volume titran, kemudian mencapai titik ekivalen pada volume
tertentu dan kembali naik setelah end point.

6.

Nilai konsentrasi sampel yang didapat setelah pengenceran adalah; M HCl= 3,42
x 10-3 M; M CH3COOH = 2,28 x 10-4 M; M NaOH = 9,936 x 10-5 M

7.

Nilai konsentrasi sampel yang didapat sebelum pengenceran adalah; M HCl =


0,02394; MCH3COOH = 0,02 M; M NaOH = 6,95 x 10-4 M.

1. Jelaskan apa yang menyebabkan perbedanan kurva titrasi asam lemah


atau asam kuat dititrasi dengan basa kuat? (membandingkan percobaan
a dan b) !
Jawab:
Pada kurva terlihat bahwa penurunan konduktivitas pada percobaan b
membutuhkan volume NaOH yang jauh lebih sedikit daripada percobaan
a. Hal ini dikarenakan pengaruh derajat disosisasi. Pada percobaan a, HCl
terdisosiasi secara sempurna sehingga konsentrasi ion H+ besar. Mobilitas
Na+ lebih rendah daripada mobilitas H+ sehingga konduktivitas akan
menurun seiring dengan penambahan NaOH, kemudian naik lagi setelah
titik end point. Pada percobaan b, asam asetat tidak dapat terdisosiasi
secara sempurna, sehingga konsentrasi ion H+ kecil. Kecilnya konsentrasi
H+ membuat ion ini dengan cepat tergantikan oleh Na+. Pergantian yang
cepat ini menyebabkan konduktivitas ini hanya turun sampai volume
NaOH 0,2 mL dan kembali naik pada volume NaOH 0,4 mL. Untuk
membandingkan hasil, pada percobaan a konsentrasi ion H+ besar
sehingga konduktivitas menurun hingga volume NaOH 3 mL dan kembali
naik pada konsentrasi NaOH 3,2 mL.

2. Jelaskan apa yang menyebabkan perbedaan kurva titrasi asam asetat dititrasi dengan
NaOH atau NaOH dititrasi dengan asam asetat? (membandingkan percobaan b dan c) !
Jawab:
Pada titrasi asam lemah dengan basa kuat, kurva titrasi menrun dengan landai kemudian
pada suatu titik meningkat dengan landai pula.
Pada titrasi basa kuat dengan asam lemah, kurva titrasi menurun secara tajam kemudian
mencapai titik terendah dan terlihat konstan mendatar pada nilai konduktansi terrendah
tersebut, lalu meningkat dengan sangat tidak signifikan.

Perbedaan ini terjadi karena pengaruh ionisasi dan mobilitas ion. Pada percobaan b, ion H+
akan sedikit terionisasi dalam air, sehingga OH- yang diperlukan untuk menetralisir H+ lebih
sedikit. Akibatnya, proses titrasi berlangsung dengan cepat dan volume NaoH yang
dibutuhkan juga lebih sedikit. Berbeda dengan percobaan c yang membutuhkan waktu lama
untuk mencapai titik ekivalen. Ion OH- dari NaOH berada dalam jumlah besar sehingga sulit
untuk dititrasi oleh H+ dari CH3OOH yang jumlahnya sedikit.

Setelah titik akhir, konduktansi percobaan b cenderung bertambah. Hal ini dikarenakan ion
OH- mempunyai mobilitas yang lebih tinggi daripada CH3COO-, sehingga mobilitas yang
rendah digantikan oleh mobilitas yang tinggi. Berbeda dengan percobaan c yang cenderung
konstan. Hal ini dikarenakan setelah titik ekivalen, larutan menjadi larutan buffer sehingga
cenderung mempertahankan pH-nya.

Buku Panduan Praktikum Kimia Analitik


Braun, Robert D. 1985. Introduction to Chemical Analysis. Mc Graw Hill.
Day, Jr, R.A., Underwood, A.L. 1989. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta:
Erlangga.

Você também pode gostar