Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Oleh :
Kelompok 7
Aisyah Nur Ridha
Titen Pinasti
1306481991
1306482054
TEORI DASAR
Sifat koligatif larutan
adalah sifat larutan
yang tidak tergantung
pada macamnya
zat terlarut tetapi
semata - mata hanya
ditentukan oleh
banyaknya zat terlarut.
TEORI DASAR
Sifat Koligatif Larutan
Kenaikan Titik Didih
Penurunan Titik Beku
Kenaikan Tekanan Uap
Tekanan Osmotik
PROSEDUR
Prosedur disamping dilakukan
untuk mengukur titik didih
pelarut murni (akuades) dan 3
macam zat, yaitu:
1. NaCl
2. KCl
3. Zat yang belum diketahui
massa molekul nya (diberikan
oleh assisten)
DATA PENGAMATAN
Percobaan 1
NaCl
Percobaan 2
Percobaan 1
KCl
Percobaan 2
Percobaan 1
Zat X
Percobaan 2
T0
101oC
T1
103oC
T0
100oC
T1
104oC
T0
104oC
T1
102oC
T0
100oC
T1
102oC
T0
100oC
T1
101oC
T0
100oC
T1
101oC
PERHITUNGAN
Menghitung nilai Kb untuk NaCl Percobaan I
T= 103oC 101oC = 2oC
Massa NaCl = 0,6 gram
Massa H2O = 200 mL = 200 gram
Molalitas =
0,6
58,5
1000
200
T = m.Kb. I
Kb
2
=
0,05132
= 19,49
= 0,0513
PERHITUNGAN
Menghitung nilai Kb untuk NaCl Percobaan II
T= 104oC 100oC = 4oC
Massa NaCl = 0,6 gram
Massa H2O = 200 mL = 200 gram
Molalitas =
0,6
58,5
1000
200
T = m.Kb. I
Kb
4
=
0,05132
= 38,99
= 0,0513
PERHITUNGAN
Menghitung nilai Kb untuk KCl Percobaan I
T= 104oC 102oC = 2oC
Massa NaCl = 0,6 gram
Massa H2O = 200 mL = 200 gram
Molalitas =
0,6
74,5
1000
200
T = m.Kb. I
Kb
2
=
0,04032
= 24,81
= 0,0403
PERHITUNGAN
Menghitung nilai Kb untuk KCl Percobaan II
T= 104oC 102oC = 2oC
Massa NaCl = 0,6 gram
Massa H2O = 200 mL = 200 gram
Molalitas =
0,6
74,5
1000
200
T = m.Kb. I
Kb
2
=
0,04032
= 24,81
= 0,0403
PERHITUNGAN
Menghitung massa molekul senyawa yang belum
diketahui
Kb rata-rata = 27,025
T1= 101oC 100oC = 1oC,
T2= 101oC 100oC = 1oC
T rata-rata = 1oC
Massa zat yang belum diketahui = 0,6 gram
Massa H2O = 200 mL = 200 gram
T = m.Kb. I
0,6
1000
200
1 =27,025
2
Mr = 162,15 gram/mol
ANALISIS PERCOBAAN
o Peralatan yang digunakan bersih dan kering
bertujuan untuk menghindari kesalahan
akibat kontaminan, karena kontaminan dapat
mempengaruhi titik didih pelarut murni.
Akuades digunakan karena telah diketahui
nilai Kb
NaCl dan KCl digunakan karena berupa
elektrolit kuat dan faktor van hoff bernilai 1
sesuai dengan jumlah ion nya.
ANALISIS PERHITUNGAN
Penambahan zat terlarut menyebabkan
kenaikan titik didih
Perhitungan untuk kenaikan titik didih:
=
Perhitungan untuk Kb:
=
1000
ANALISIS KESALAHAN
Penggunaan termometer raksa sehingga
kurang akurat dalam pengukuran suhu larutan
Kesalahan pembacaan skala pada termometer
Adanya penguapan pada pelarut murni akibat
pendidihan sehingga massa akan berkurang
dan
menyebabkan
kesalahan
pada
perhitungan
JAWABAN PERTANYAAN
1. Mengapa tekanan uap larutan lebih rendah
daripada tekanan uap pelarut murni?
Tekanan uap zat cair dipengaruhi oleh fraksi mol
zat cair tersebut. Apabila zat tersebut murni,
maka X=1 dan P=Po. Sedangkan jika terdapat zat
terlarut maka akan mengurangi fraksi dan
menurunkan nilai tekanan uap nya.
JAWABAN PERTANYAAN
2. Mengapa titik didih larutan lebih tinggi
daripada titik didih pelarut murni?
Karena partikel-partikel zat terlarut akan
menghalangi terjadinya penguapan dan untuk
memutuskan ikatan antara pelarut dengan zat
terlarut membutuhkan energi yang didapatkan
dari suhu. Sehingga dibutuhkan suhu yang lebih
tinggi untuk menguapkan larutan dibandingkan
dengan pelarut murni.
JAWABAN PERTANYAAN
3. Bagaimana persamaan untuk menentukan
kenaikan titik didih pada teori jika larutannya
adalah larutan elektrolit (gunakan persamaan ini
untuk menghitung hasil percobaan yang
menggunakan larutan elektrolit).
Persamaan untuk menentukan kenaikan titik didih
pada larutan elektrolit:
=
Dengan = 1 + ( 1), untuk elektrolit kuat =1
sedangkan elektrolit lemah 0<<1
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan yang telah
dilakukan didapatkan berat molekul senyawa
sebesar 162,15 gram/mol
DAFTAR PUSTAKA
Atkins, P.W. 1999. Kimia Fisika. Jilid I. Oxford.
Tim Dosen Kimia Fisika dan Kimia Analitik. 2012.
Modul Praktikum Kimia Fisika dan Kimia
Analitik. Universitas Indonesia. Departemen
Teknik Kimia.
KONDUKTOMETRI
(PERCOBAAN-X)
Oleh :
Kelompok 7
Aisyah Nur Ridha
Titen Pinasti
1306481991
1306482054
1.
2.
Daya hantar listrik (G) berbanding lurus dengan luas permukaan elektroda (A)
dan berbanding terbalik dengan jarak kedua elektroda (l).
Titrasi
Konduktometri
Mengkalibrasi alat
konduktometri dengan
NaCl 0.1 N
25 mL HCl 0.05 M ke
beaker glass lalu
menambahkan 150 mL
aquades
Melakukan titrasi
larutan dengan NaOH
0.2 M (interval 0.2 mL)
Mengukur konduktansi
larutan sebelum dititrasi
dengan konduktometer
Mengkalibrasi alat
konduktometri dengan
NaCl 0.1 N
25 mL NaOH 0.05 M ke
beaker glass lalu
menambahkan 150 mL
aquades
melakukan titrasi
larutan tersebut dengan
CH3COOH 0.2 M
(interval 0.2 mL)
Mengukur konduktansi
larutan sebelum dititrasi
dengan konduktometer
Mengkalibrasi alat
konduktometri dengan
NaCl 0.1 N
Mengencerkan 15 mL CH3COOH
0.1 dengan 15 aquades hingga
0.05 M
Melakukan titrasi
larutan dengan NaOH
0.2 M (interval 0.2 mL)
25 mL CH3COOH 0.05 M
ke beaker glass lalu
menambahkan 150 mL
aquades
Mengukur konduktansi
larutan sebelum dititrasi
dengan konduktometer
Volume
NaOH (mL)
Konduktansi
(ms)
Volume
NaOH (mL)
Konduktansi
(ms)
3.26
100.7
0.2
3.10
0.2
90.1
0.4
2.85
0.4
93.1
0.6
2.70
0.6
105.1
0.8
2.51
0.8
121.4
2.42
1.2
2.28
Konduktansi (ms)
613
1170
3.2
583
0.2
1161
3.4
541
0.4
1161
3.6
525
0.6
1027
3.8
500
0.8
987
474
967
4.2
460
1.2
922
1.4
892
4.4
4.6
459
458
1.6
850
4.8
458
1.8
809
458
779
5.2
458
2.2
750
5.4
458
2.4
713
5.6
458
2.6
692
5.8
458
2.8
664
458
A.
= 84, 93 %
1. Analisis Percobaan
Bertujuan untuk mengetahui konsentrasi dari larutan titrat
atau sampel dengan cara mengetahui titik ekivalen.
Titik ekivalen didapat dari pengukuran konduktansi larutan
titrat yang dititrasi oleh titran.
Percobaan ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Titrasi HCl oleh NaOH (asam kuat basa kuat)
b. Titrasi CH3COOH oleh NaOH (asam lemah basa kuat)
c. Titrasi NaOH oleh CH3COOH (basa kuat asam lemah)
Langkah:
1. Pertama yang dilakukan pada setiap bagian adalah pengenceran larutan titrat.
2. 2 mL dari setiap larutan dipindahkan ke gelas ukur yang berbeda. Kemudian
masing-masing ditambahkan aquades 150 mL.
*
Setelah itu, menghitung nilai L NaCl yang diperoleh dari titik ekivalen pada
kurva titrasi. Titik terendah berada pada L= 998 S, nilai L ini dikalikan dengan
faktor koreksi, karena pengenceran cuplikan oleh titran menyebabkan nilai
konduktansi yang terbaca lebih kecil dari yang sebenarnya. L NaCl setelah
dikalikan dengan faktor koreksi adalah 1015 S. Setelah mendapatkan end
point, diperoleh bahwa konsentrasi sampel setelah pengenceran (volume 175
mL) adalah 3,42 x 10-3 M dan konsentrasi sampel sebelum pengenceran
(volume 25 mL) adalah 0,02394 M.
End point berada pada L= 458 S, dan setelah dikalikan faktor koreksi menjadi L=
482,07 S. Karena titran merupakan asam lemah, maka untuk mencari nilai H+
juga diperlukan Ka (tetapan ionisasi). Nilai Ka ini bergantung pada derajat disosiasi
() juga. Didapatkan bahwa konsentrasi sampel setelah pengenceran (volume 175
mL) adalah 9,936 x 10-5 M, dan konsentrasi sampel sebelum pengenceran (volume
25 mL) adalah 6,95 x 10-4 M.
Grafik titrasi konduktometri basa kuat oleh asam lemah ini menunjukkan bahwa
konduktansi terus berkurang seiring dengan penambahan volume CH3COOH, lalu
mencapai titik terrendah dan cenderung konstan mendatar sampai mencapai titik
ekivalen. Setelah mencapai titik ekivalen, grafik hanya naik 1 S dari 458 S ke 459
S.
Larutan yang terbentuk dari reaksi ini merupakan larutan Buffer. Larutan buffer
atau larutan penyangga mempunyai kecendrungan untuk mempertahankan pHnya walaupun ditambahkan sedikit asam atau basa. Pada proses titrasi, CH3COOH
ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam larutan NaOH. Seiring dengan
berjalannya titrasi, ion OH- tergantikan oleh ion CH3COO- sehingga menyebabkan
konduktansinya menurun dan hampir konstan. Penurunan ini akan terus
berlangsung sampai terjadinya pergantian ion-ion secara sempurna.
3. Analisis Kesalahan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Nilai konsentrasi sampel yang didapat setelah pengenceran adalah; M HCl= 3,42
x 10-3 M; M CH3COOH = 2,28 x 10-4 M; M NaOH = 9,936 x 10-5 M
7.
2. Jelaskan apa yang menyebabkan perbedaan kurva titrasi asam asetat dititrasi dengan
NaOH atau NaOH dititrasi dengan asam asetat? (membandingkan percobaan b dan c) !
Jawab:
Pada titrasi asam lemah dengan basa kuat, kurva titrasi menrun dengan landai kemudian
pada suatu titik meningkat dengan landai pula.
Pada titrasi basa kuat dengan asam lemah, kurva titrasi menurun secara tajam kemudian
mencapai titik terendah dan terlihat konstan mendatar pada nilai konduktansi terrendah
tersebut, lalu meningkat dengan sangat tidak signifikan.
Perbedaan ini terjadi karena pengaruh ionisasi dan mobilitas ion. Pada percobaan b, ion H+
akan sedikit terionisasi dalam air, sehingga OH- yang diperlukan untuk menetralisir H+ lebih
sedikit. Akibatnya, proses titrasi berlangsung dengan cepat dan volume NaoH yang
dibutuhkan juga lebih sedikit. Berbeda dengan percobaan c yang membutuhkan waktu lama
untuk mencapai titik ekivalen. Ion OH- dari NaOH berada dalam jumlah besar sehingga sulit
untuk dititrasi oleh H+ dari CH3OOH yang jumlahnya sedikit.
Setelah titik akhir, konduktansi percobaan b cenderung bertambah. Hal ini dikarenakan ion
OH- mempunyai mobilitas yang lebih tinggi daripada CH3COO-, sehingga mobilitas yang
rendah digantikan oleh mobilitas yang tinggi. Berbeda dengan percobaan c yang cenderung
konstan. Hal ini dikarenakan setelah titik ekivalen, larutan menjadi larutan buffer sehingga
cenderung mempertahankan pH-nya.