Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
STATUS PASIEN
IDENTITAS PENDERITA
Nama Penderita
Jenis Kelamin
Umur
Tanggal periksa
ANAMNESIS (alloanamnesis)
Keluhan Utama
Kedua mata gatal sejak kurang lebih 3 bulan yang lalu
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien mengaku kedua mata gatal sejak 3 bulan yang lalu, terutama pada
malam hari sehingga susah tidur, dan kedua mata pasien agak kemerahan, orang tua
pasien mengaku anaknya sering mengucek-ngucek matanya karena gatal, mata berair
terus menerus, mata tidak berbayang, pandangan tidak kabur, pada kedua mata tidak
mengeluarkan kotoran banyak, hanya pada pagi hari saja, berwarna putih tidak
lengket dan sedikit, orang tua pasien mengaku anaknya kadang-kadang ada demam
tetapi tidak sering, tidak batuk, tidak pilek, tidak habis mengalami benturan, nafsu
makan masih mau, BAB dan BAK tidak ada gangguan.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Orang tua pasien mengaku anaknya tidak pernah mengalami hal seperti ini, ini
baru pertama kali dialami.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada yang menderita hal seperti ini, orang tua pasien ayah, ibu, kakek
dan nenek menyangkal memiliki riwayat alergi.
Riwayat Pengobatan
Belum pernah berobat sebelumnya
Riwayat kehamilan dan persalinan
OS anak ke 2 dari 2 bersodara, lahir 38-39 minggu lahir normal pervaginam
persentase kepala, tidak ada penghabat persalinan, KPD (-), PEB (-), perdarahan (-).
BBL : 3020 gram, PBL : 50 cm
Kesan : bayi lahir normal tanpa ada penyilit kehamilan dan persalinan
Riwayat Imunisasi
DASAR
BCG
DPT
POLIO
Riwayat Alergi :
Obat (-), makanan (-), bulu dan debu (-)
Riwayat kebiasaan :
Anak suka bermain di luar rumah, dirumah banyak boneka dan memakai
bantal kapuk.
PEMERIKSAAN FISIK
STATUS OFTALMIKUS
OD
OS
6/6
Visus
6/6
Orthoporia
Kedudukan Bola
Mata
Orthoporia
Pergerakan Bola
Mata
Palpebra Superior
Palpebra Inferior
Konjungtiva Tarsalis
Superior
Konjungtiva Bulbi
Konjungtiva Tarsalis
Inferior
Jernih
Kornea
Jernih
Sedang
COA
Sedang
Iris
Pupil
Jernih
Lensa
Jernih
Tidak di evaluasi
Vitreous Humor
Tidak di evaluasi
RESUME
Seorang pasien perempuan berusia 5 tahun datang ke RSUD dengan keluhan
mata gatal dan kemerahan pada kedua mata sejak 3 bulan yang lalu. Pasien juga
mengeluhkan matanya berair dan gatal terutama pada malam hari, pada kedua mata
tidak mengeluarkan kotoran banyak, hanya pada pagi hari saja, berwarna putih tidak
lengket dan sedikit, orang tua pasien mengaku anaknya kadang-kadang ada demam
Visus OD
: 6/6
Visus OS
: 6/6
VIII. PENATALAKSANAAN
Vernasel 4 x 1tetes / hari ODS
Polidex 4 x 1 tetes / hari ODS
Edukasi
-
BAB II
PEMBAHASAN
KONJUNGTIVITIS
Anatomi Konjungtiva.
Morfologi konjungtiva.
Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang
membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan
permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva bersambungan dengan
kulit pada tepi palpebra (suatu sambungan mukokutan) dan dengan epitel kornea di
limbus.
Lapisan epitel konjungtiva terdiri atas 2 hingga 5 lapisan sel epitel silindris
bertingkat, superfisial dan basal. Lapisan epitel konjungtiva di dekat limbus, di atas
caruncula dan di dekat persambungan mukokutan pada tepi kelopak mata terdiri atas
sel-sel epitel skuamosa bertingkat. Sel-sel epitel superfisial mengandung sel-sel
goblet bulat atau oval yang mensekresi mukus. Mukus yang terbentuk mendorong inti
sel goblet ke tepi dan diperlukan untuk dispersi lapisan air mata prakornea secara
merat. Sel-sel epitel basal berwarna lebih pekat dibandingkan dengan sel-sel
superfisial dan didekat limbus dapat mengandung pigmen.
Stroma konjungtiva dibagi menjadi 1 lapisan adenoid (superfisial) dan 1
lapisan fibrosa (profundus). Lapisan adenoid mengandung jaringan limfoid dan
dibeberapa tempat dapat mengandung struktur semacam folikel tanpa sentrum
germinativum. Lapisan in tidak berkembang sampai setelah bayi berumur 2 atau 3
bulan. Lapisan fibrosa tersusun dari jaringan penyambung yang melekat pada
lempeng tarsus. Lapisan ini tersusun longgar pada bola mata.
Kelenjar lakrimal aksesorius (kelenjar krause dan wolfring) yang struktur dan
fungsinya mirip kelenjar lakrimal, letaknya di dalam stroma. Sebagian besar kelenjar
krause berada di forniks atas, sisanya ada di forniks bawah. Kelenjar wolfring terletak
di tepi atas tarsus atas.
A. DEFINISI
Konjungtivitis merupakan radang konjungtiva atau radang selaput lendir yang
menutupi belakang kelopak dan bola mata, dalam bentuk akut maupun kronik.
(Ilyas,Sidarta)
Konjungtivitis merupakan suatu peradangan pada konjungtiva, biasanya terdiri
dari hyperemia konjungtiva disertai dengan pengeluaran sekret.
B. KLASIFIKASI
Berdasarkan Penyebab :
1. Konjuntivitis Bakteri : gonokokus, pneumokokus, stafilokokus, difteri.
2. Konjuntivitis Virus : Adenovirus tipe 3,7,8,19, Herpes Simpleks,
Enterovirus tipe 70.
Viral
Bakteri
Klamidia
Alergika
Gatal
Minimal
Minimal
Minimal
Hebat
Hiperemi
Generalisata
Generalisata
Generalisata
Generalisata
Mata Berair
Banyak
Sedang
Sedang
Minimal
Eksudasi
Minimal
Banyak
Banyak
Minimal
Adenopati
Sering
Jarang
Hanya pada
Tidak ada
Klinsi Umum
periaurikular
konjungtivitis
inklusi
Pada kerokan
Monosit
Bakteri,PMN
PMN, sel
dan eksudat
plasma, adan
yang dipulas
inklusi
Eosinofil
Disertai sakit
Seringkali
Sering Kali
Tak Pernah
Takpernah
tenggorokan
dan demam
1. Konjungtivitis Kataral
Etiologi :
Biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri, antara lain stafilokok aureus,
Pneumokok, Diplobasil Morax Axenfeld dan basil Koch Weeks. Bisa juga
disebabkan oleh virus, misalnya Morbili, atau bahan kimia seperti bahan kimia
basa (keratokonjungtivitis) atau bahan kimia yang lain dapat pula menyebabkan
tanda-tanda konjungtivitis kataral. Herpes Zoster Oftalmik dapat pula disertai
konjungtivitis.
Gambaran Klinis
Injeksi konjungtiva, hiperemi konjungtiva tarsal, tanpa folikel, tanpa cobblestone, tanpa flikten, terdapat sekret baik serous, mukus, mukopurulen (tergantung
penyebabnya). Dapat disertai blefaritis atau obstruksi duktus lakrimal.
Pengobatan
Pengobatan Konjungtivitis Kataral tergantung kepada penyebabnya. Apabila
penyebabnya karena inf. bakteri maka dapat diberikan antibiotik, seperti :
tetrasiklin, kloromisetin, dan lain-lain. Pada infeksi virus dianjurkan pemakaia
sulfasetamid atau obat anti-virus seperti IDU untuk infeksi Herpes Simplek.
2. Konjungtivitis Purulen, Mukopurulen
Etiologi
Pada orang dewasa disebabkan oleh infeksi gonokok, pada bayi (terutama
yang berumur di bawah 2 minggu) bila dijumpai konjungtivitis purulen, perlu
dipikirkan dua kemungkinan penyebab, yaitu infeksi golongan Neisseria
(gonokok atau meningokok) dan golongan klamidia (klamidia okulogenital).
Gambaran Klinis
Pengobatan
Pengobatan konjungtivitis purulen harus intensif.
Penderita harus dirawat diruang isolasi. Mata harus selalu dibersihkan dari sekret
sebelum pengobatan.
Antibiotik lokal dan sistemik
AB sistemik pd dewasa :
Cefriaxone IM 1 g/hr selama 5 hr + irigasi saline atau Penisilin G 10 juta
IU/IV/hr selama 5 hr + irigasi
AB sistemik pd neonatus :
Cefotaxime 25 mg/kgBB tiap 8-12 jam selama 7 hr atau Penisilin G 100.000
IU/kgBB/hr dibagi dl 4 dosis selama 7 hr + irigasi saline
3. Konjungtivitis membran
Etiologi
Konjungtivitis Membran dapat disebabkan oleh infeksi Streptokok hemolitik
dan infeksi difteria. Konjungtivitis Pseudomembran disebabkan oleh infeksi yang
hiperakut, serta infeksi pneumokok.
Gambaran Klinis
Penyakit ini ditandai dengan adanya membran/selaput berupa masa putih pada
konjungtiva tarsal dan kadang juga menutupi konjungtiva bulbi. Massa ini ada
dua jenis, yaitu membran dan pseudomembran.
Pengobatan
4. Konjungtivitis Folikular
Dikenal beberapa jenis konjungtivitis follikular, yaitu konjungtivitis viral,
konjungtivitis klamidia, konjungtivitis follikular toksik dan konjungtivitis
follikular yang tidak diketahui penyebabnya.
dapat
menetap
berminggu-minggu,
berbulan-berbulan
bahkan
2. Demam Faringo-Konjungtiva
Etiologi : Penyebab paling sering adalah adenovirus tipe 3
Gambaran Klinis
Pengobatan
Tidak ada pengobatan yang spesifik
Timbulnya akut, disertai gejala subjektif seperti ada pasir, berair dan
diikuti rasa gatal, biasanya dimulai pada satu mata dan untuk beberapa
jam atau satu dua hari kemudian diikuti peradangan akut mata yang
lain.
Penyakit ini berlangsung 5-10 hari, terkadang sampai dua minggu.
Pengobatan
Tidak dikenal obat yang spesifik, tetapi dianjurkan pemberian tetes mata
sulfasetamid atau antibiotik.
Gambaran Klinis
Pengobatan
Tidak ada pengobatan yang efektif, tetapi dapat diberi antibiotik untuk
mencegah infeksi sekunder.
5. Inclusion Konjungtivitis
Etiologi : Klamidia okulo-genital, masa inkubasi 4-12 hari
Gambaran Klinis
Pengobatan
Diberikan tetrasiklin sistemik, dapat pula diberikan sulfonamid atau
eritromisin.
6. Trachoma
Etiologi : Klamidia trakoma
Gambaran Klinis
Gambaran klinik terdapat empat stadium :
1. Stadium Insipiens atau permulaan
Folikel imatur kecil-kecil pada konjungtiva tarsal superior, pada kornea di
daerah limbus superior terdapat keratitis pungtata epitel dan subepitel.
Kelainan kornea akan lebih jelas apabila diperiksa dengan menggunakan
tes flurosein, dimana akan terlihat titik-titik hijau pada defek kornea.
2. Stadium akut (trakoma nyata)
Terdapat folikel-folikel di konjungtiva tarsal superior, beberapa folikel
matur berwarna abu-abu
3. Stadium sikatriks
Sikatriks konjungtiva pada folikel konjungtiva tarsal superior yang terlihat
seperti garis putih halus. Pannus pada kornea lebih nyata.
4. Stadium penyembuhan
trakoma inaktif, folikel, sikatriks meluas tanpa peradangan
Pengobatan
Pemberian salep derivat tetrasiklin 3-4 kali sehari selama dua bulan. Apabila
perlu dapat diberikan juga sulfonamid oral
5. Konjungtivitis Flikten
Etiologi :
Gejala klinis
Pengobatan
6. Konjungtivitis Vernalis
Konjungtivitis vernalis
adalah
konjungtivitis
akibat
reaksi
Etiologi
Konjungtivitis vernal terjadi akibat alergi dan cenderung kambuh pada
musim panas. Konjungtivitis vernal sering terjadi pada anak-anak, biasanya
dimulai sebelum masa pubertas dan berhenti sebelum usia 20.
Patofisiologi
konjungtiva
juga
memperlihatkan
perubahan
akibat
vasodilatasi dan hipertropi yang menghasilkan lesi fokal. Pada tingkat yang
berat, kekeruhan pada limbus sering menimbulkan gambaran distrofi dan
menimbulkan gangguan dalam kualitas maupun kuantitas stem cells limbus.
Kondisi yang terakhir ini mungkin berkaitan dengan konjungtivalisasi pada
penderita keratokonjungtivitis dan di kemudian hari berisiko timbulnya
pterigium pada usia muda. Di samping itu, juga terdapat kista-kista kecil yang
dengan cepat akan mengalami degenerasi.
Gambaran Histopatologik
Tahap awal konjungtivitis vernalis ditandai oleh fase prehipertrofi.
Dalam kaitan ini, akan tampak pembentukan neovaskularisasi dan
pembentukan papil yang ditutup oleh satu lapis sel epitel dengan degenerasi
mukoid dalam kripta di antara papil serta pseudomembran milky white.
Pembentukan papil ini berhubungan dengan infiltrasi stroma oleh sel-sel
PMN, eosinofil, basofil, dan sel mast.
Hasil penelitian histopatologik terhadap 675 konjungtivitis vernalis
mata yang dilakukan oleh Wang dan Yang menunjukkan infiltrasi limfosit dan
Konjungtiva tampak putih seperti susu, dan terdapat banyak papilla halus di
konjungtiva tarsalis inferior. Konjungtiva palpebra superior sering memiliki
papilla raksasa mirip batu kali. Setiap papil raksasa berbentuk poligonal,
dengan atap rata, dan mengandung berkas kapiler.
PENGOBATAN
Karena konjungtivitis vernalis adalah penyakit yang sembuh sendiri, perlu
diingat bahwa medikasi yang dipakai terhadap gejala hanya memberi hasil jangka
pendek, berbahaya jika dipakai jangka panjang.
Opsi perawatan konjungtivitis vernalis berdasarkan luasnya symptom yang
muncul dan durasinya. Opsi perawatan konjungtivitis vernalis yaitu :
1. Tindakan Umum
Dalam hal ini mencakup tindakan-tindakan konsultatif yang membantu
mengurangi keluhan pasien berdasarkan informasi hasil anamnesis. Beberapa
tindakan tersebut antara lain:
-
Pengganti air mata (artifisial). Selain bermanfaat untuk cuci mata juga
berfungsi protektif karena membantu menghalau allergen;
2. Terapi topikal
-
Untuk menghilangkan sekresi mucus, dapat digunakan irigasi saline steril dan
mukolitik seperti asetil sistein 10%20% tetes mata. Dosisnya tergantung
pada kuantitas eksudat serta beratnya gejala. Dalam hal ini, larutan 10% lebih
dapat ditoleransi daripada larutan 20%. Larutan alkalin seperti 1-2% sodium
karbonat monohidrat dapat membantu melarutkan atau mengencerkan musin,
sekalipun tidak efektif sepenuhnya.
-
Dekongestan
Antihistamin
Antihistamin
antibakteri
Siklosporin
3. Terapi Sistemik
- Pada kasus yang lebih parah, bisa juga digunakan steroid sistemik seperti
prednisolone asetat, prednisolone fosfat, atau deksamethason fosfat 23 tablet
4 kali sehari selama 12 minggu. Satu hal yang perlu diingat dalam kaitan
dengan pemakaian preparat steroid adalah gunakan dosis serendah mungkin
dan sesingkat mungkin.
- Antihistamin, baik lokal maupun sistemik, dapat dipertimbangkan sebagai
pilihan lain, karena kemampuannya untuk mengurangi rasa gatal yang dialami
pasien. Apabila dikombinasi dengan vasokonstriktor, dapat memberikan
kontrol yang memadai pada kasus yang ringan atau memungkinkan reduksi
dosis.
4. Tindakan Bedah
- Berbagai terapi pembedahan, krioterapi, dan diatermi pada papil raksasa
konjungtiva tarsal kini sudah ditinggalkan mengingat banyaknya efek
samping dan terbukti tidak efektif, karena dalam waktu dekat akan tumbuh
lagi.
Kesimpulan
Konjungtivitis vernalis adalah konjungtivitis akibat reaksi
hipersensitivitas (tipe I) yang mengenai kedua mata dan bersifat rekuren.
Konjungtivitis vernal terjadi akibat alergi dan cenderung kambuh pada musim
panas. Konjungtivitis vernal sering terjadi pada anak-anak, biasanya dimulai
sebelum masa pubertas dan berhenti sebelum usia 20.
Gejala yang spesifik berupa rasa gatal yang hebat, sekret mukus yang
kental dan lengket, serta hipertropi papil konjungtiva. Tanda yang spesifik
adalah Trantas dots dan coble stone. Terdapat dua bentuk dari konjungtivitis
vernalis yaitu bentuk palbebra dan bentuk limbal.
Konjungtivitis vernalis pada umumnya tidak mengancam penglihatan,
namun dapat menimbulkan rasa tidak enak. Penyakit ini biasanya sembuh
sendiri tanpa diobati. Namun tetap dibutuhkan perawatan agar tidak terjadi
komplikasi dan menurunkan tingkat ketidaknyamanan dari pasien. Perawatan
yang dapat diberikan menghindari menggosok-gosok mata, kompres dingin di
daerah mata, memakai pengganti air mata, memakai obat tetes seperti asetil
sistein, antihistamin, NSAID, steroid, stabilisator sel mast, dll; obat oral
(seperti antihistamin dan steroid), dan pembedahan.
Referensi
1. Ilyas S., 2006. Penuntun Ilmu Penyakit Mata edisi ke-3. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI, hlm : 133-134.
2. Vaughan, Daniel G., 2000. Oftalmologi Umum edisi ke-4. Jakarta :
Penerbit Widya Medika, hlm : 115-116.
3. Medicastore.
Konjungtivitis
Vernalis.
Available
on:
http://www.medicastore.com/penyakit/865/Keratokonjungtivitis_Vernalis.
html.
4. PubMed Central Journal list. Vernal Keratoconjunctivitis. Available on:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1705659/.
5. Optometry.
Vernal
Keratoconjunctivitis.
Available
on :
http://www.optometry.co.uk/articles/docs/0cd52f986c6c4d460c454802aa7
cc5b3_schmid20010223.pdf.