Você está na página 1de 16

Pengertian Taubat

1. Kembali dari kemaksiatan kepada ketaatan atau kembali dari jalan yang
jauh dari Allah keada jalan yang lebih dekat kepada Allah.
1. Membersihkan hati dari segala dosa
2. Mendingkalkan keinginan untuk melakukan kejahatan, seperti yang
pernah dilakukan karena mengagungkan nama Allah SWT dan
merjauhkan diri dari kemukaan-Nya.

Hukum taubat adalah wajib bagi setip muslim atau muslimah yang sudah mukallaf (balig
dan berakal). Allah SWT berfirman:
Bertaubatlah kumu sekalian kepada Allah hai orang-orang yang beriman. Supaya kamu
beruntung. (QS. An-nur 24:31)
Taubat baru dinggap sah dan dapat menghapus dosa apabila telah memenuhi syarat yang
telah di tentukan. Bila dosa itu terhadap Allah SWT. Maka syarat taubatnya ada tiga
macam, yaitu :
1. Menyesal terhadap perbuatan maksiat yang telah diperbuat
2. Meninggalakan perbuatan maksiat itu
3. Bertekan dan berjanji dengan sungguh-sungguh tidak akan mengulangi lagi
perbuatan maksiat itu.
Namun bila dosa itu terhadap sesama manusia, maka syarat taubatnya ditambah dua lagi
yaitu :
1. Meminta maaf terhadap orang yang dizalimi atau dirugikan
2. Mengganti kerugian setimbang dengan kerugian yang dialaminya akibat
perbuatan zalim itu atau minta kerelaannya.
Dosa terhadap sesama manusia akibat perbuatan zalim itu hendaknya disellesaikan di
dunia ini juga. Karena kalau tidak., pelaku dosanya di alam akhirat termasuk orang yang
merugi bahkan celaka. Apabila seorang telah terlanjur berbuat dosa, kemudian bertaubat
dengan sebenar-benarnya, tentu ia akan memperoleh banyak hikmah dan manfaat. Tentu
saja taubat yang dilakukan harus memenuhi syarat taubat seperti tersebut. Adapu hikmah
daan manfaat yang diperoleh dari taubat itu antara lain: dosanya diampuni, memperolah
rahmat Allah, dan bimbingan untuk masuk surga. Allah SWT berfirman:
Wahai orang-orang yang beriman bertaubatlah kepada Allah dengan taubat semurnimurninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan
memasukkan kamu ke dalam surga. (Q.S At-Tahrim, 66 :
Perlu diketahui dan disadari oleh setiap orang yang telah terlanjur berbuat dosa, bahwa
seorang yang telah membaca istigfar (mohon ampunan dosa kepada Allah), tetapi terus

menerus berbuat dosa, maka ia akan dianggap telah mengolok-ngolok Tuhannya.


Demikian juga seorang yang berbuat dosa dan baru bertaubat ketika sakaratul maut
maka taubatnya tidak akan diterima Allh SWT.

SYARAT TAUBAT
Setiap kita pasti pernah terjerumus dalam dosa, termasuk pula dosa besar. Namun sebaikbaik hamba adalah yang terus menerus menyesali dosa yang telah ia lakukan. Penjelasan
singkat berikut akan menerangkan sedikit tentang syarat-syarat taubat.
Allah Taala berfirman,


Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa
(taubat yang semurni-murninya). (QS. At Tahrim: 8)
Dijelaskan oleh Ibnu Katsir rahimahullah bahwa makna taubat yang tulus (taubatan
nashuhah) sebagaimana kata para ulama adalah,
Menghindari dosa untuk saat ini. Menyesali dosa yang telah lalu. Bertekad tidak
melakukannya lagi di masa akan datang. Lalu jika dosa tersebut berkaitan dengan hak
sesama manusia, maka ia harus menyelesaikannya/ mengembalikannya.[1]
Berdasarkan penjelasan Ibnu Katsir di atas, syarat taubat yang mesti dipenuhi oleh
seseorang yang ingin bertaubat dapat dirinci secara lebih lengkap sebagai berikut.
1. Taubat dilakukan dengan ikhlas, bukan karena makhluk atau untuk tujuan
duniawi.
2. Menyesali dosa yang telah dilakukan dahulu sehingga ia pun tidak ingin
mengulanginya kembali. Sebagaimana dikatakan oleh Malik bin Dinar,
Menangisi dosa-dosa itu akan menghapuskan dosa-dosa sebagaimana angin
mengeringkan daun yang basah.[2] Umar, Ali dan Ibnu Masud mengatakan
bahwa taubat adalah dengan menyesal.[3]
3. Tidak terus menerus dalam berbuat dosa saat ini. Maksudnya, apabila ia
melakukan keharaman, maka ia segera tinggalkan dan apabila ia meninggalkan
suatu yang wajib, maka ia kembali menunaikannya. Dan jika berkaitan dengan
hak manusia, maka ia segera menunaikannya atau meminta maaf.
4. Bertekad untuk tidak mengulangi dosa tersebut di masa akan datang karena jika
seseorang masih bertekad untuk mengulanginya maka itu pertanda bahwa ia tidak
benci pada maksiat. Hal ini sebagaimana tafsiran sebagian ulama yang
menafsirkan taubat adalah bertekad untuk tidak mengulanginya lagi.[4]

5. Taubat dilakukan pada waktu diterimanya taubat yaitu sebelum datang ajal atau
sebelum matahari terbit dari arah barat. Jika dilakukan setelah itu, maka taubat
tersebut tidak lagi diterima.[5]
Semoga kita dapat memenuhi syarat-syarat ini sehingga Allah pun menerima setiap
taubat kita. Wallahu waliyyut taufiq.

Hakikat taubat adalah kembali tunduk kepada Allah dari bermaksiat kepada-Nya kepada
ketaatan kepada-Nya. Taubat ada dua macam: taubat mutlak dan taubat muqayyad
(terikat). Taubat mutlak ialah bertaubat dari segala perbuatan dosa. Sedangkan taubat
muqayyad ialah bertaubat dari salah satu dosa tertentu yang pernah dilakukan.
Syarat-syarat taubat meliputi: beragama Islam, berniat ikhlas, mengakui dosa, menyesali
dosa, meninggalkan perbuatan dosa, bertekad untuk tidak mengulanginya,
mengembalikan hak orang yang dizalimi, bertaubat sebelum nyawa berada di
tenggorokan atau matahari terbit dari arah barat. Taubat adalah kewajiban seluruh kaum
beriman, bukan kewajiban orang yang baru saja berbuat dosa. Karena Allah berfirman,

Dan bertaubatlah kalian semua wahai orang-orang yang beriman supaya kalian
beruntung. (QS. An Nuur: 31) (lihat Syarh Ushul min Ilmil Ushul Syaikh Al Utsaimin
rahimahullah, tentang pembahasan isi khutbatul hajah).
Allah Maha Pengampun, Maha Penerima Taubat dan Maha Penyayang
Allah menyifati diri-Nya di dalam Al Quran bahwa Dia Maha pengampun lagi Maha
Penyayang hampir mendekati 100 kali. Allah berjanji mengaruniakan nikmat taubat
kepada hamba-hambaNya di dalam sekian banyak ayat yang mulia. Allah taala
berfirman,


Allah menginginkan untuk menerima taubat kalian, sedangkan orang-orang yang
memperturutkan hawa nafsunya ingin agar kalian menyimpang dengan sejauh-jauhnya.
(QS. An Nisaa: 27)
Allah taala juga berfirman,


Dan seandainya bukan karena keutamaan dari Allah kepada kalian dan kasih sayangNya (niscaya kalian akan binasa). Dan sesungguhnya Allah Maha penerima taubat lagi
Maha bijaksana. (QS. An Nuur: 10)
Allah taala berfirman,

Sesungguhnya Tuhanmu sangat luas ampunannya. (QS. An Najm: 32)
Allah taala berfirman,


Rahmat-Ku amat luas meliputi segala sesuatu. (QS. Al Araaf: 156)
Oleh Karenanya, Saudaraku yang Tercinta
Pintu taubat ada di hadapanmu terbuka lebar, ia menanti kedatanganmu Jalan orangorang yang bertaubat telah dihamparkan. Ia merindukan pijakan kakimu Maka
ketuklah pintunya dan tempuhlah jalannya. Mintalah taufik dan pertolongan kepada
Tuhanmu Bersungguh-sungguhlah dalam menaklukkan dirimu, paksalah ia untuk
tunduk dan taat kepada Tuhannya. Dan apabila engkau telah benar-benar bertaubat
kepada Tuhanmu kemudian sesudah itu engkau terjatuh lagi di dalam maksiat, sehingga
memupus taubatmu yang terdahulu, janganlah malu untuk memperbaharui taubatmu
untuk kesekian kalinya. Selama maksiat itu masih berulang padamu maka teruslah
bertaubat.
Allah taala berfirman,


Karena sesungguhnya Dia Maha mengampuni kesalahan hamba-hamba yang benarbenar bertaubat kepada-Nya. (QS. Al Israa: 25)
Allah taala juga berfirman,


Katakanlah kepada hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap diri-diri mereka,
janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni
semua dosa, sesungguhnya Dialah Zat Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Maka kembalilah kepada Tuhanmu dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datangnya
azab kemudian kalian tidak dapat lagi mendapatkan pertolongan. (QS. Az Zumar: 5354)
Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda yang artinya, Seandainya kalian berbuat
dosa sehingga tumpukan dosa itu setinggi langit kemudian kalian benar-benar bertaubat,
niscaya Allah akan menerima taubat kalian. (Shahih Ibnu Majah)
Maka di manakah orang-orang yang bertaubat dan menyesali dosanya? Di manakah
orang-orang yang kembali taat dan merasa takut siksa? Di manakah orang-orang yang
ruku dan sujud?
Berbagai Keutamaan Taubat

Pada hakikatnya taubat itulah isi ajaran Islam dan fase-fase persinggahan iman. Setiap
insan selalu membutuhkannya dalam menjalani setiap tahapan kehidupan. Maka orang
yang benar-benar berbahagia ialah yang menjadikan taubat sebagai sahabat dekat dalam
perjalanannya menuju Allah dan negeri akhirat. Sedangkan orang yang binasa adalah
yang menelantarkan dan mencampakkan taubat di belakang punggungnya. Beberapa di
antara keutamaan taubat ialah:
Pertama: Taubat adalah sebab untuk meraih kecintaan Allah azza wa jalla.
Allah taala berfirman,

Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orangorang yang suka membersihkan diri. (QS. Al Baqarah: 222)
Kedua: Taubat merupakan sebab keberuntungan.
Allah taala berfirman

Dan bertaubatlah kepada Allah wahai semua orang yang beriman, supaya kalian
beruntung. (QS. An Nuur: 31)
Ketiga: Taubat menjadi sebab diterimanya amal-amal hamba dan turunnya ampunan atas
kesalahan-kesalahannya.
Allah taala berfirman

Dialah Allah yang menerima taubat dari hamba-hambaNya dan Maha mengampuni
berbagai kesalahan. (QS. Asy Syuura: 25)
Allah taala juga berfirman


Dan barang siapa yang bertaubat dan beramal saleh maka sesungguhnya Allah akan
menerima taubatnya. (QS. Al Furqaan: 71) artinya taubatnya diterima
Keempat: Taubat merupakan sebab masuk surga dan keselamatan dari siksa neraka.
Allah taala berfirman,






Maka sesudah mereka (nabi-nabi) datanglah suatu generasi yang menyia-nyiakan
shalat dan memperturutkan hawa nafsu, niscaya mereka itu akan dilemparkan ke dalam
kebinasaan. Kecuali orang-orang yang bertaubat di antara mereka, dan beriman serta
beramal saleh maka mereka itulah orang-orang yang akan masuk ke dalam surga dan
mereka tidaklah dianiaya barang sedikit pun. (QS. Maryam: 59, 60)
Kelima: Taubat adalah sebab mendapatkan ampunan dan rahmat.
Allah taala berfirman,

Dan orang-orang yang mengerjakan dosa-dosa kemudian bertaubat sesudahnya dan
beriman maka sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Maha Pengampun dan Penyayang.
(QS. Al Araaf: 153)
Keenam: Taubat merupakan sebab berbagai kejelekan diganti dengan berbagai kebaikan.
Allah taala berfirman,





Dan barang siapa yang melakukan dosa-dosa itu niscaya dia akan menemui
pembalasannya. Akan dilipatgandakan siksa mereka pada hari kiamat dan mereka akan
kekal di dalamnya dalam keadaan terhina. Kecuali orang-orang yang bertaubat dan
beriman serta beramal saleh maka mereka itulah orang-orang yang digantikan oleh
Allah keburukan-keburukan mereka menjadi berbagai kebaikan. Dan Allah maha
pengampun lagi maha penyayang. (QS. Al Furqaan: 68-70)
Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Seorang yang bertaubat dari suatu dosa
sebagaimana orang yang tidak berdosa. (HR. Ibnu Majah, dishahihkan oleh Al Albani)
Ketujuh: Taubat menjadi sebab untuk meraih segala macam kebaikan.
Allah taala berfirman,

Apabila kalian bertaubat maka sesungguhnya hal itu baik bagi kalian. (QS. At
Taubah: 3)
Allah taala juga berfirman,


Maka apabila mereka bertaubat niscaya itu menjadi kebaikan bagi mereka. (QS. At
Taubah: 74)
Kedelapan: Taubat adalah sebab untuk menggapai keimanan dan pahala yang besar.
Allah taala berfirman,






Kecuali orang-orang yang bertaubat, memperbaiki diri dan berpegang teguh dengan
agama Allah serta mengikhlaskan agama mereka untuk Allah mereka itulah yang akan
bersama dengan kaum beriman dan Allah akan memberikan kepada kaum yang beriman
pahala yang amat besar. (QS. An Nisaa: 146)
Kesembilan: Taubat merupakan sebab turunnya barakah dari atas langit serta
bertambahnya kekuatan.
Allah taala berfirman,


Wahai kaumku, minta ampunlah kepada Tuhan kalian kemudian bertaubatlah kepadaNya niscaya akan dikirimkan kepada kalian awan dengan membawa air hujan yang lebat
dan akan diberikan kekuatan tambahan kepada kalian, dan janganlah kalian berpaling
menjadi orang yang berbuat dosa. (QS. Huud: 52)
Kesepuluh: Keutamaan taubat yang lain adalah menjadi sebab malaikat mendoakan
orang-orang yang bertaubat.
Hal ini sebagaimana difirmankan Allah taala,


Para malaikat yang membawa Arsy dan malaikat lain di sekelilingnya senantiasa
bertasbih dengan memuji Tuhan mereka, mereka beriman kepada-Nya dan memintakan
ampunan bagi orang-orang yang beriman. Ya Rabb kami, rahmat dan ilmu-Mu maha
luas meliputi segala sesuatu, ampunilah orang-orang yang bertaubat dan mengikuti
jalan-Mu serta peliharalah mereka dari siksa neraka. (QS. Ghafir: 7)
Kesebelas: Keutamaan taubat yang lain adalah ia termasuk ketaatan kepada kehendak
Allah azza wa jalla.

Hal ini sebagaimana difirmankan Allah taala,




Dan Allah menghendaki untuk menerima taubat kalian. (QS. An Nisaa: 27). Maka
orang yang bertaubat berarti dia adalah orang yang telah melakukan perkara yang
disenangi Allah dan diridhai-Nya.
Kedua belas: Keutamaan taubat yang lain adalah Allah bergembira dengan sebab hal itu.
Hal ini sebagaimana disabdakan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam yang artinya,
Sungguh Allah lebih bergembira dengan sebab taubat seorang hamba-Nya ketika ia
mau bertaubat kepada-Nya daripada kegembiraan seseorang dari kalian yang menaiki
hewan tunggangannya di padang luas lalu hewan itu terlepas dan membawa pergi bekal
makanan dan minumannya sehingga ia pun berputus asa lalu mendatangi sebatang
pohon dan bersandar di bawah naungannya dalam keadaan berputus asa akibat
kehilangan hewan tersebut, dalam keadaan seperti itu tiba-tiba hewan itu sudah kembali
berada di sisinya maka diambilnya tali kekangnya kemudian mengucapkan karena
saking gembiranya, Ya Allah, Engkaulah hambaku dan akulah tuhanmu, dia salah
berucap karena terlalu gembira. (HR. Muslim)
Ketiga belas: Taubat juga menjadi sebab hati menjadi bersinar dan bercahaya.
Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda yang artinya: Sesungguhnya seorang hamba
apabila berbuat dosa maka di dalam hatinya ditorehkan sebuah titik hitam. Apabila dia
meninggalkannya dan beristighfar serta bertaubat maka kembali bersih hatinya. Dan
jika dia mengulanginya maka titik hitam itu akan ditambahkan padanya sampai menjadi
pekat, itulah raan yang disebutkan Allah taala,

Sekali-kali tidak akan tetapi itulah raan yang menyelimuti hati mereka akibat apa yang
telah mereka kerjakan. (QS. Al Muthaffifin: 14) (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah dan
dihasankan Al Albani)
Oleh karena itu, saudaraku yang kucintai
Sudah sepantasnya setiap orang yang berakal untuk bersegera menggapai keutamaan dan
memetik buah memikat yang dihasilkan oleh ketulusan taubat itu, Saudaraku:
Tunaikanlah taubat yang diharapkan Ilahi
demi kepentinganmu sendiri
Sebelum datangnya kematian dan lisan terkunci

Segera lakukan taubat dan tundukkanlah jiwa


Inilah harta simpanan bagi hamba yang kembali taat dan baik amalnya
Tingkatan Jihad Melawan Syaitan
Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan: Jihad melawan syaitan itu ada dua tingkatan.
Pertama, berjihad melawannya dengan cara menolak segala syubhat dan keragu-raguan
yang menodai keimanan yang dilontarkannya kepada hamba.
Kedua, berjihad melawannya dengan cara menolak segala keinginan yang merusak dan
rayuan syahwat yang dilontarkan syaitan kepadanya.
Maka tingkatan jihad yang pertama akan membuahkan keyakinan sesudahnya.
Sedangkan jihad yang kedua akan membuahkan kesabaran.
Allah taala berfirman,


Maka Kami jadikan di antara mereka para pemimpin yang memberi petunjuk dengan
perintah Kami karena mereka bisa bersabar dan senantiasa meyakini ayat-ayat Kami.
(QS. As Sajdah: 24)
Allah mengabarkan bahwasanya kepemimpinan dalam agama hanya bisa diperoleh
dengan bekal kesabaran dan keyakinan. Kesabaran akan menolak rayuan syahwat dan
keinginan-keinginan yang merusak, sedangkan dengan keyakinan berbagai syubhat dan
keragu-raguan akan tersingkirkan.
Washallallahu ala Nabiyyina Muhammadin wa ala aalihi wa shahbihi wa sallam. Wal
hamdu lillaahi Rabbil aalamiin.
(disadur dari Ya Ayyuhal Muqashshir mata tatuubu, Qismul Ilmi Darul Wathan dan
tambahan dari sumber lain)
Jogjakarta, 9 Rabiuts Tsani 1427 Hijriyah

TAUBAT NASUHA
Bulan Muharrom merupakan taubat. Setiap tanggal 10 Muharom warga
Shiddiqiyyah melaksanakan Taubat Bersama. Momentum Taubat Bersama ini
begitu penting bagi kita untuk dijadikan starting point koreksi diri atas segala
kesalahan dan kekhilafan kita selama ini.

Posisi taubat
Kata taubat dalam bahasa arab yang berasal dari pokok kata taaba-yatuubu-taubatan
yang berarti kembali. Kembali kepada jati diri, kembali bersih, tidak mengotori dengan
perbuatan mashiyat lagi. Taubat adalah ajaran yang paling mendasar dalam agama Islam,
serta menduduki posisi paling awal sebelum menjalankan ibadah-ibadah lainnya,
sebagaimana diisyaratkan dalam Alquran:
Orang-orang yang bertaubat, orang-orang yang beribadah, orang-orang yang memuji,
orang-orang yang berjalan mencari ilmu, orang-orang yang ruku, orang-orang yang
sujud, orang-orang yang berbuat maruf, orang-orang yang mencegah mungkar, orangorang yang menjaga batas-batasnya Allah, dan gembirakanlah orang-orang yang
beriman. (At Taubat / 112).
Dalam ayat ini, sebelum menyebut ibadah-ibadah yang lain, taubat disebut paling
awal. Hal ini mengandung maksud bahwa masalah taubat adalah menduduki posisi yang
paling pertama dan mendasar, serta menjadi kuncinya segala ketaatan kepada Allah Taala.
Segitu pula di didalam kitab Al Adzkiya karangan Syekh Zainuddin Al Malibari, pada
bait ke 21 disebutkan. Taubat itu adalah kunci bagi tiap-tiap thoat, dan taubat itu
dasarnya segala kebaikan.
Kewajiban Bertaubat
Perintah bertaubat berulang-ulang disebutkan didalam beberapa ayat Alquran.
Perintah yang hukumnya wajib ain, bukan wajib kifayah, apalagi sunnah. Artinya, setiap
manusia di dunia ini tanpa kecuali harus melaksanakan taubat. Baik laki atau perempuan,
kaya atau miskin, tua atau muda. Orang sibuk atau tidak sibuk, faham ilmu agama atau
tidak, semuanya tanpa terkecuali harus mau bertaubat. Hal ini juga tidak boleh ditundatunda, tidak boleh ditawar-tawar, apalagi diwakilkan. Karena kesempatan taubat hanya di
dunia sementara datangnya maut tidak bisa disangka-sangka.
Diantara sekian banyak perintah taubat dalam Alquran, diantaranya disebutkan:
Wahai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang
sungguh-sungguh, mudah-mudahan Tuhanmu menutupi kesalahan-kesalahanmu dan
memasukkan kamu kedalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. (At
Tahrim / 8). Dan bertaubatlah kamu semua kepada Allah hai orang-orang yang beriman,

supaya kamu mendapatkan keberuntungan. (An Nur / 31).


Sementara dalam hadits Rosululloh juga bersabda: Bertaubatlah kamu kepada
Allah Taala, maka sesungguhnya aku (Muhammad) bertaubat kepadaNya dalam setiap
hari seratus kali. (Keterangan dari Shohabat Ibnu Umar, H.R. Bukhori fil Adab).
Nabi Muhammad yang terjaga (mashum) dan tidak memiliki dosa saja tetap
melaksanakan taubat setiap hari, apa yang diamalkan Rosulullah ini tidak lain adalah
untuk memberi contoh kepada kita semua agar tidak meninggalkan ibadah taubat. Bahkan
didalam surat Al hujurot ayat 11 disebutkan bahwa barang siapa yang tidak bertaubat
maka mereka itu adalah orang-orang yang dholim. Ayat ini jelas menunjukkan bahwa
taubat itu hukumnya wajib ain, wajib dilaksanakan oleh setiap manusia, tanpa kecuali.
Maha Besar Ampunan Allah
Allah adalah Dzat Yang Maha Menerima taubat. Ampunan Allah lebih besar dari
apapun yang ada di dunia ini, maka siapapun yang bertaubat dengan sungguh-sungguh
(nashuha) pasti akan mendapat Ampunan dari Allah Taala.
1. Dan sesungguhnya Aku (Allah) adalah Penerima ampun bagi orang yang bertaubat,
dan beriman, dan beramal sholeh, kemudian tetap di jalan yang benar. (Thoha / 82).
2. Rosulullah SAW bersabda: Walaupun kamu mengerjakan kesalahan/dosa sehingga
banyaknya sampai memenuhi langit, kemudian kamu menyesali akan perbuatan itu, maka
Allah akan menerima taubat kamu kembali. (H.R. Ibnu Majah)
3. Shohabat Anas bin Malik berkata: Saya mendengar Rosulullah SAW bersabda:
Allah Taala berfirman: Hai Bani Adam, sungguh seandainya kamu tidak minta kepadaKu
dan berharap kepadaKu, Aku sudah mengampuni dosamu dan Aku tidak mempedulikan
lagi. Hai Bani Adam, kalau toh dosamu itu sebanyak awan di langit kemudian engkau
minta ampun kepadaKu maka Akupun mengampuni kamu dan Aku sudah tidak
mempedulikan lagi dosamu. Hai Bani Adam, kalau toh engkau datang kepadaKu dengan
dosa sebesar lengkung bumi kemudian engkau berjumpa kepadaKu sedang engkau tidak
menyekutukan Aku dengan sesuatu apapun niscaya Aku menjumpaimu dengan Ampunan
sebesar lengkung bumi juga. (H.R. Tirmidzi).
Kesempatan Taubat
Hidup manusia di dunia hanyalah sementara. Kesempatan bertaubat hanyalah
saat hidup di dunia dan sebelum datangnya sakarotul maut. Jika sudah dalam keadaan
sakarotul maut kesempatan taubat itu dinyatakan sudah habis, maka taubat tidak akan
diterima oleh Allah Taala. Sebagaimana sabda Rosulullah SAW: Sesungguhnya Allah
Taala itu menerima taubatnya hamba selama ruh belum sampai ke kholqum/urat leher

(yughorghir/sakarotul maut).
Oleh karena datangnya sakarotul maut itu tak dapat diduga-duga, bila Allah
menghendaki maka maut bisa datang sewaktu-waktu kepada siapa saja dan dengan
perantaraan sebab apa saja. Maka sudah sepatutnya manusia tidak menunda-nunda untuk
bertaubat. Jangan lagi berdalih karena masih muda sehingga menganggap belum saatnya,
toh orang yang mati masih muda juga banyak. Jangan pula karena badan masih segar
bugar sehingga menganggap belum perlu bertaubat, toh orang mati tanpa sakit-sakitan
juga banyak.
Unsur Taubat
Didalam kitab Ihya Ulumuddin Bab Taubat, Imam Ghozali RA menerangkan
bahwa taubat itu mengandung tiga unsure yang tidak dapat dipisah-pisahkan, yaitu:
pertama unsur ilmu, kedua unsur khal, dan ketiga unsur amal.
Pertama unsur ilmu, artinya ia mengetahui bahwa perbuatan yang sudah
dikerjakan itu adalah perbuatan dosa yang dilarang oleh Allah Taala. Jadi mempunyai
pengertian yang membenarkan bahwa dosa itu adalah suatu hal yang merusakkan,
menyesatkan dan menjerumuskan, serta mempunyai pengertian yang menguatkan dan
menghilangkan keragu-raguan akan hal tersebut. Kedua unsur khal, yaitu dari unsur ilmu
yang kemudian muncul khal atau kesadaran bathin. Jeritan didalam hati berupa perasaan
menyesal terhadap segala perbuatan dosa yang telah dilakukannya.
Ketiga unsur amal, yaitu dengan adanya dua unsur di atas barulah lahir amal yang
didahului dengan niat yang kuat dan sungguh-sungguh bahwa akan mohon ampun dan
tidak akan melakukan dosa itu kembali pada hari-hari yang akan datang. Dari niat ini lalu
diwujudkan dalam amal perbuatan. Inilah tiga unsur taubat.
Niat Taubat
Ada beberapa dorongan sehingga seseorang itu meninggalkan perbuatan
dosa/maksiyat diantaranya: Ada manusia yang tidak mengulangi perbuatan mashiyatnya
lagi, disebabkan ia sudah tidak mempunyi kesempatan berbuat dosa, mungkin karena
sibuk dalam pekerjaan atau sibuk urusan lain. Ada juga karena sudah tidak punya modal
lagi, harta untuk dihambur-hamburkan ke lembah kemashiyatan. Ada yang karena
fisiknya sudah tidak kuat lagi untuk berbuat mashiyat.
Selain itu, ada manusia yang tidak mengulangi perbuatan mashiyatnya karena
takut namanya jatuh di masyarakat. Jaim alias jaga image di masyarakat. Adapula yang
karena takut hilang pekerjaannya atau takut tidak dapat harta benda atau takut tidak dapat
penghargaan dari orang lain. Semua dorongan-dorongan tersebut bukan taubat nasuha
namanya karena mereka meninggalkan perbuatan mashiyat bukan niat karena menjauhi
larangan-larangannya Allah.

Lebih jelasnya, yang disebut taubat bukan sekedar lahiriyahnya meninggalkan


perbuatan mashiyat saja, tetapi taubat itu meninggalkan segala perbuatan mashiyat
karena niat lillahi taala, bukan niat seperti contoh-contoh diatas.
Syarat-syarat Taubat
Taubat juga tidak cukup hanya mengucap kalimat istighfar, ada beberapa syarat
yang harus dipenuhi agar taubat diterima oleh Allah Taala. Pertama, annadama artinya
menyesal. Harus betul-betul menyesali dalam hati akan perbuatan-perbuatan dosa yang
telah lakukan. Bukan penyesalan yang dibuat-buat, tetapi rasa penyesalan yang sungguhsungguh muncul dari lubuk hati. Kedua, mohon ampun kepada Allah dengan sepenuh hati,
bukan lesannya saja mengucap istighfar tetapi luar-dalam beristighfar. Ketiga, berjanji
dalam hati untuk tidak mengulangi segala perbuatan dosa yang dulu pernah dilakukan.
Dan terahir yang ke empat, bertekat untuk selanjutnya berusaha berbuat yang baik, taat
kepada Allah Taala.
Inilah syarat-syarat taubat nasuha agar taubat diterima, sebagaimana diterangkan
dalam kitab Ihya Ulumuddin karangan Imam Ghozali dan juga buku Taubat Nashuha
yang disusun oleh Almukarrom Kyai Moch.Muchtar Muthi. Keempat syarat di atas
bukan bersifat optional tetapi harus dipenuhi semuanya, bila kurang satu syarat saja maka
bukan taubat nashuha namanya dan tidak akan diterima oleh Allah Taala.
Maka apabila ada manusia yang belum diterima taubatnya, sesungguhnya-lah
bukan berarti Allah yang tidak menerima taubat hambanya, tetapi karena taubat manusia
tersebut belum lengkap syarat-syaratnya.
Syarat-syarat tersebut telah diterangkan dalam beberapa hadits Nabi: 1). Bersabda
Rosulullah SAW: Taubat nashuha itu ialah menyesal diri atas dosa tatkala kamu berbuat
dosa, maka lekaslah minta ampun kepada Allah Taala, kemudian tidak akan mengulangi
berbuat dosa untuk selamanya. (Keterangan dari Shohabat Ubayya. Diriwayatkan oleh
Ibnu Abi Hatim wa Ibnu Mardawaih) Kitab Jamius Shoghir / jilid 1 / bab huruf Ta / hal
231. 2). Bersabda Rosulullah SAW: Penyesalan itu itu adalah unsur taubat. 3). Bersabda
Rosulullah SAW: Orang yang minta ampun kepada Allah Taala tetapi dia masih tetap
bermukim di perbuatan dosa yang ia lakukan adalah seperti penghinaan kepada
Tuhannya. (Keterangan dari Shohabat Ibnu Abbas, Diriwayatkan oleh Imam Baihaqi fi
syubil iman) kitab Jamius Shoghir / jilid 1 / bab huruf Ta / hal 229. 4). Bersabda
Rosulullah SAW: Seorang yang memohonkan pengampunan dari dosanya, sedang ia
masih tetap mengekalkan perbuatan dosa itu, maka sama halnya dengan orang yang
mengejek-ejek ayat-ayat Allah. (H.R. Ibnu Abiddunya). 5). Bersabda Rosulullah SAW:
Orang yang mohon ampunan dengan lisan sedang dia terus menerus berbuat dosa adalah
seperti mengejek Tuhannya.
Ciri-Ciri Orang yang diterima Taubatnya.
Setiap orang yang mau bertaubat kepada Allah pasti akan diterima taubatnya

asalkan taubat dengan sungguh-sungguh, karena Allah adalah Dzat Yang Maha Menerima
taubat. Dialah (Allah) yang Maha Menerima taubat hamba-hambaNya, Maha
Memaafkan kesalahan-kesalahan, dan Maha Mengetahui apa yang kamu perbuat. (Asy
Syuro / 25).
Imam Ghozali RA dalam kitabnya Mukasyafatul Qulub menerangkan, diantara
alamat atau tanda-tanda secara lahiriyah bahwa taubat seseorang itu diterima oleh Allah
dianaranya sebagai berikut:
1. Orang tersebut selalu berusaha menjauhkan diri dari mashiyat.
2. Hatinya selalu lapang dan gembira, baik dalam keadaan sendirian maupun dalam
keadaan ramai.
3. Selalu bergaul dengan orang-orang yang baik dan menjauhi orang-orang yang
fasiq.
4. Hatinya tertarik dengan mengerjakan amal-amal kebajikan demi mengarungi
hidup yang kekal, dan sedikit sekali tertariknya dengan soal-soal keduniaan.
5. Senantiasa menjaga lidahnya, fikirannya berfikir akan ayat-ayat Allah yang ada di
sekitar untuk dijadikan pelajaran bagi dirinya, dan hatinya merasa takut kembali
kepada perbuatan-perbuatan mashiyat yang dahulu pernah dilakukannya.
Inilah diantara ciri-ciri bila taubat seseorang itu diterima oleh Allah, yang kami nukil dari
kitab Mukasyafatul Qulub karangannya Imam Ghozali RA.
Hikmah Taubat
Hikmah taubat sangatlah banyak, diantaranya:
1. Mendapat Ampunan Allah
Dan oran-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri
mereka sendiri, lalu mereka ingat akan Allah, kemudian memohon ampun atas dosadosa mereka, dan siapakah yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? Dan
mereka tidak meneruskan perbuatan keji yang mereka ketahui.
Mereka itulah orang-orang yang mendapat balasan Ampunan dari Tuhan mereka dan
surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya dan mereka kekal didalamnya. Dan
itulah sebaik-baik pahala untuk orang-orang yang beramal. (Ali Imron / 135-136)
2. Bersih dari Dosa
Bersabda Rosulullah SAW: Orang yang bertaubat dari dosa adalah seperti orang
yang tidak mempunyai dosa. (Keterangan dari Shohabat Ibnu Abbas, Diriwayatkan
oleh Imam Baihaqi fi syubil iman) kitab Jamius Shoghir / jilid 1 / bab huruf Ta / hal
229.

3. Keburukan diganti dengan Kebaikan


Orang-orang yang telah bertaubat dan beramal sholeh, maka kejahatan-kejahatan
orang itu diganti oleh Allah dengan kebaikan-kebaikan. (Al Furqon / 70).
4. Dibebaskan dari Kesusahan dan Tekanan
Bersabda Rosulullah SAW: Barang siapa yang menjadikan istighfar (taubat) itu
sebagai amalannya yang tetap, niscaya Allah akan membebaskannya dari segala rupa
kesusahan dan melepaskannya dari segala rupa tekanan, dan mengaruniakannya rezki
yang tidak terkira banyaknya.
5. Dibuka Pintu Rezkinya
Bersabda Rosulullah SAW: Sesungguhnya seseorang itu pasti akan tertutup rezkinya
dengan sebab dosa yang dilakukan olehnya. (H.R. Ibnu Majjah dari Al Hakim).
6. Mengetahu Ilmu Ghoib
Dalam kitab Ihya Ulumuddin dikisahkan: Suatu ketika Nabi Musa AS bertanya kepada
Nabi Khidlir AS: Karena apa Allah mentaqdirkan tuan bisa mengetahui ilmu ghaib?.
Jawab Nabi Khidlir AS: Sebab aku menjauhi perbuatan mashiyat karena Allah Taala
semata. Demikianlah sedikit uraian mengenai seluk-beluk taubat, semoga ada
manfaatnya bagi kita.* (hlj)

Você também pode gostar