Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
B.
KLASIFIKASI DAN ETIOLOGI ANEMIA
emia mikrositik hipokrom
a)
Anemia defisiensi besi
Kebutuhan Fe dalam makanan sekitar 20 mg sehari, dari jumlah ini hanya kira kira
2 mg yang diserap. Jumlah total Fe dalam tubuh berkisar 2 4 g, kira kira 50 mg/
kg BB pada pria dan 35 mg/kg BB pada wanita. Umumnya akan terjadi anemia
dimorfik, karena selain kekurangan Fe juga terdapat kekurangan asam folat.
Etiologi : anemia ini umumnya disebabkan oleh perdarahan kronik. Di Indonesia
paling banyak disebabkan oleh infestasi cacing tambang (ankilostomiasis). Infestasi
cacing tambang pada seseorang dengan makan yang baik tidak akan menimbulkan
anemia. Bila disertai malnutrusi, baru akan terjadi anemia penyebab lain dari anemia
defisiensi adalah :
Diet yang tidak mencukupi
Absorpsi yang menurun
Kebutuhan yang meningkat pada kehamilan, laktasi
Perdarahan pada saluran cerna, donor darah
Hemoglobinuria
Penyimpanan besi yang berkurang, seperti pada hemosiderosis paru.
b)
Anemia penyakit kronik
Anemia ini dikenal pula dengan nama sideropenic anemia with reticuloendothelial
siderosis. Anemia pada penyakit kronik merupakan jenis anemia terbanyak kedua
setelah anemia yang dapat ditemukan pada orang dewasa di Amerika Serikat.
Penyebab :
Penyakit ini banyak dihubungkan dengan berbagai penyakit infeksi, seperti infeksi
ginjal, paru (bronkiektasis, abses, empiema, dll).
Inflamasi kronik, seperti artritis reumatoid
Neoplasma, seperti ilmfoma malignum, dan nekrosis jaringan.
2.
a.
Anemia makrositik
Difesiensi vitamin B12
Kekurangan vitamin B12 bisa disebabkan oleh faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.
Kekurangan vitamin B12 akibat faktor intrinsik terjadi karena gangguan absorpsi
vitamin yang merupakan penyakit herediter autoimun, sehingga pada pasien
mungkin dijumpai penyakit penyakit autoimun lainnya. Kekurangan vitamin
B12 karena faktor intrinsik ini tidak dijumpai di Indonesia. Yang lebih sering dijumpai di
Indonesia adalah penyebab in
trinsik karena kekurangan masukan vitamin B 12 dengan gejala gejala yang tidak
berat.
b. Defisiensi asam folat
Asam folat terutama terdapat dalam daging, susu, dan daun daun yang hijau.
Umumnya behubungan dengan manultrisi. Penurunan absorpsi asam folat jarang
ditemukan karena absorpsi terjadi di seluruh saluran cerna. Juga berhubungan
dengan sirosis hepatis, karena terdapat penurunan cadangan asam folat.
3.
4.
a.
Anemia hemolitik
Anemia hemolitik
Pada anemia hemolitik terjadi penurunan usia sel darah merah (normal 120), baik
sementara atau terus menerus. Anemia terjadi hanya bila sumsusm tulang telah
tidak mampu mengatasinya karena usia sel darah merah sangat pendek, atau bila
kemampuannya terganggu oleh sebab lain.
Penyebab :
1)
Intrinsik
Kelainan membran, seperti sferositosis herediter, hemoglobinuria noktural
paroksismal.
Kelinan glikolisis, seperti defisisensi piruvat kinase.
Kelainan enzim, seperti defisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD).
Hemoglobinopati, seperti anemia sel sabit, methemoglobinemia.
2)
Ekstrinsik
Gangguan sistem imun, seperti pada penyakit autoimun, penyakit limoproliferatif,
keracunan obat.
Mikroangiopati, seperti pada purpura trombotik trombositopenik, koagulasi
intravaskular diseminata (KID).
Infeksi, seperti akibat plasmodium, klostrodium, borrelia.
Hipersplenisme.
Luka bakar.
b. Anemia hemolitik autoimun
Anemia hemolitik autoimun (Autoimun Hemolitic Anemia, AIHA) merupakan
kelaianan darah yang di dapat, di mana autoantibodi IgG yang dibentuk terikat pada
1.
2.
membran sel darah merah (SDM). Antibodi ini umumn ya berhadapan langsung
dengan komponen dasar dari sistem Rh dan sebenarnya dapat terlihat pada SDM
semua orang.
Klasifikasi :
Warm-antibody immunohemolytic anemia
Cold antibodyimmunohemolytic anemia
5.
Anemia Aplastik
Terjadi karena ketidaksanggupan sumsum tulang untuk membentuk sel sel darah.
Penyebab : bisa kongenital (jarang), idiopatik (kemungkinan autoimun), LES,
Kemoterapi, radioterapi, toksin, seperti benzen, toluen, insektisid, obat obat seperti
kloramfenikol, sulfonamid, analgesik (pirazolon), antiepileptik (hidantoin), kinakrin,
dan solfonilurea, pascahepatitis, kehamilan, dan hemoglobinuria paroksimal
noktural.
(Kapita Selekta Kedokteran, 1999)
C.
POTOFISIOLOGI
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel
darah merah secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum dapat terjadi
akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat
penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan
atau hemplisis (destruksi), hal ini dapat akibat defek sel darah merah yang tidak
sesuai dengan ketahanan sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah
merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam
sistem retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limfa. Hasil sampingproses ini
adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel
darah merah atau hemolisis segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin
plasma (konsentrasi normal 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik
pada sklera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan
hemklitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma / hemoglobinemia. Apabila
konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat
untuk hemoglobin bebaas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi
dalam glomerus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinnuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh
penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak
mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan dasar : 1. hitung retikulosit dalam
sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang
dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya
hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.
D.
MANIFESTASI KLINIK
Penderita anemia biasanya merasa sangat lelah, sakit kepala dan jika anemia timbul
dengan cepat,penderita mengeluh penglihatan berkunang kunang (dizzyness).
Gejal;a yang paling penting adalah gejala pada jantung dan paru paru. Darah
dengan konsentrasi Hb yang rendah harus beredar dalam sirkulasi lebih sering dari
biasanya.
Bila kadar Hb 15 gr / % maka pada keadaan istirahat curah jantung 5 1/menit sudah
cukup. Jika kadar Hb turun menjadi 5 gr %, curah jantung yang dibutuhkan adalah
15 1/menit untuk mencukupi oksigen yang sama untuk jaringan. Orang yang tidak
terlatih dapat meninggikan curah jantung sampai 12 13 1/menit. Jika dibutuhkan
curah jantung yang lebih tinggi maka jantung akan mengalami kegagalan.
Mekanisme kegagalan jantung adalah sebagai berikut :
Jaringan memerlukan O2 lebih banyak daripada yang dapat disediakan oleh darah.
Pada jaringan yang mengalami hipoksia, CO 2 dan juga asam laktat akan tertimbun.
Asidosis setempat ini akan menyebabkan dilatasi arteriol. Akibatnya tahanan arteri
perifer akan turun. Aliran darah pada jaringan akan bertambah, tatapi pada waktu
yang bersamaan tekanan darah pada arteri akan turun juga. Jika ini terjadi, maka
refleks dari sinus karotikusakan segera bekerja dan medula dari kelenjar adrenal
akan dirangsang untuk mensekreasi katekolamin. Hal ini akan menyebabkan denyut
jantung akanlebih kuat dan lebih cepat. Penderita akan merasa berdebar debar
(Palpitasi). Frekuensi nadi bertambah. Pada waktu yang bersamaan darah akan
lebih banyak kembali ke jantung dari sebelumnya. Berdasarkan hukum Straling, ini
akan meninggikan curah jantung. Jika curah jantung yang maksimum telah tercapai,
pengisian jantung lebih lanjut akan menyebabkan curah jantungh makin rendah,
ditambah lagi pada anemia terdapat degenerasi lemak pada miokardium yang
melemahkan jantung. Pengisisan yang berlebihan dari sirkulasi pulmonal akan
terjadi dan menyebabakan dispne, mula mula hanya pada waktu bekerja, kemudia
pada waktu istirahat. Bila anemia berat dibiarkan tidak diobati, penderita dapat
meninggal oleh karena gagal jantung (high output failure), asidosis asam laktat yang
disebabkan oleh anoksia atau kerusakan otak akibat anoksia.
Pada pemeriksaan, penderita kelihatan pucat terumata pada telapak tangan dan
lidah. Nadi cepat dan denyut nadi biasanya keras. Tekanan darah normal tetapi
tekanan diastolok dapat rendah. Dispne biasanya berat. Pada auskultasi, sering
ditemukan bising mendengung (humming) yang terus menerus pada vena vena
dileher, di atas klavikula.
Pada jantung terutama pada daerah aorta dan a. pulmonalis terdengar bising sistolik
yang keras oleh karena aliran darah yang cepat meimbulkan efek turbulensi.Hal ini
jangan dikatakan dengan bising yang disebabkan kelainan katup jantung. Pada
pemeriksaan laboratorium ditemukan konsentrasi Hb dan eritrosit yang rendah. (Dr.
W. Herdin Sibuea dkk, 1992).
E.
KOMPLIKASI
Komplikasi umum akibat anemia adalah :
Gagal jantung
Parestisia
Kejang
F.
PENATALAKSANAAN
1. Keperawatan
berikan diet TKTP
erikan diet gizi serat, dan buah buahan yang cukup
awasi kegiatan anak
erikan oksigen
onitor hasil laborat (Hb dan Ht)
erikan transfusi (setelah kolaborasi dengan dokter)
2. Medis
1)
5)
1.
a.
b.
1)
2)
3)
4)
c.
1)
2)
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
d.
1)
Imunoglobulin dosistinggi intravena (500 mg/kg BB/hari selama 1-4 hari) mungkin
mempunyai efektivitas tinggi dalam mengontrol hemolisis. Namun efek pengobatan
ini hanya sebentar (1-3 minggu) dan sangat mahal harganya. Dengan demikian
pengobatan ini hanya digunakan pada situasi gawat darurat dan bila pengobatan
dengan prednison menrupakan kontraindikasi.
Anemia aplastik
Tujuan utama terapi adalah pengobatan yang disesuaikan dengan etiologi dari
anemianya. Berbagai teknik pengobatan dapat dilakukan, seperti :
Transfusi darah, sebaiknya diberikan packed red cell. Bila diperlukan trombosit,
berikan darah segar atau platelet concentrate.
Atasi komplikasi (infeksi) dengan antibiotik. Higiene yang baik perlu untuk mencegah
timbulnya infeksi.
Kortikosteroid, dosis rendah mungkin bermanfaat pada perdarahan akibat
trobositopenia berat.
Androgen, seperti fluokrimesteron, testoteron, metandrostenolon, dan nondrolon.
Efek samping samping yang mungkin terjadi virilisasi, retensi air dan garam,
perubahan hati, dan amenenore.
Imunosupresi, seperti siklosporin, globulin antimosit. Champlin, dkk menyarankan
penggunaannya pada pasien > 40 tahun yang tidak dapat menjalani transplantasi
sumsum tulang dan pada pasien yang telah mendapat transfusi berulang.
Tranlantasi sumsum tulang.
G.
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
Identitas
Riwayat kesehatan
Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) lelah, sakit
kepala, penglihatan berkunang kunang, berdebar debar.
Riwayat kesehatan sekarang (Riwayat kesehatan yang diderita pasien saat masuk
rumah sakit).
Riwayat kesehatan yang lalu (Riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang
pernah diderita pasien) apakah mafsu makan pasien turun, apakah pasien
mempunyai penyakit dengan perdarahan terus menerus.
Riwayat kesehatan keluarga (Riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain baik
bersifat genetik atau tidak). Apakah dikeluarga ada yang sakit hemofili.
Pemeriksaan persistem
Keadaan Umum : keadaran, vital sign, status gizi (BB, TB)
Sistem persepsi sensori kunjungtiva anemis
Sistem persyaratan : sakit kepala, kunang kunang, proses pikir lambat.
Sistem pernafasan : nafas pendek, disyna
Sistem kardiovaskuler : nadi cepat dan denyut nadi biasanya keras, tekanan darah
normal tetapi tekanan diastolik dapat rendah.
Sistem gastrointestinal :
Sistem integumen : kulit lembab dan dingin, biasanya pucat.
Sistem perkemihan
Sistem muskoloskeletal : lemah secara umum.
Pola fungsi kesehatan
Pola pesepsi dan pemeliharaan kesehatan :
Kebiasaan bab di WC? Personal hygine? Sanitasi?
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
2. Pemeriksaan Penunjang
Kadar Hb, hematokrit, indek sel darah merah, penelitian sel darah putih,
kFe,pengukuran kapasitas ikatan besi, kadar folat, vitamin B 12, hitung trombosit,
waktu perdarahan, waktu protombin dan waktu tromboplastin parsial.
Aspirasi dan biopsy sumsum tulang. Unsaturated iron binding capacity serum.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
H.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Intolelansi aktivitas b.d. kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan O 2.
Takut b.d. prosedur transfusi, hospitalisasi, pengalaman lingkungan yang kurang
bersahabat.
Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d. faktor biologis.
Kurang pengetahuan tentang anemia b.d. kurang informasi.
Resiko infeksi, faktor resiko pertahanan sekunder tidak adekuat (penurunan Hb).
Resiko jatuh.
K anenia .
N
o
1.
Diagnosa Kep
Intoleransi aktivitas b.d
ketidakseimbangan
suplai & kebutuhan O2,
kelemahan.
NOC / Tujuan
Klien dapat
menoleransi
aktivitas &
melakukan ADL
dengan baik.
NIC / Intervensi
1. Menentukan
penyebab
intoleransi
aktivitas &
menentukan
Batasan karakteristik :
apakah penyebab
Laporan verbal :
Kriteria hasil :
dari fisik,
kelelahan dan
Berpartisipasi
psikis/motivasi
kelemahan
dalam aktivitas fisik 2. Kaji kesesuaian
Respon terhadap
dengan TD, HR,
aktivitas &
aktivitas menunjukan
RR yang sesuai
istirahat klien
nadi dan tekanan darah Warna kulit
sehari hari
abnormal.
normal, hangat dan 3. Tingkatkan
Perubahan EKG
aktivitas secara
kering
menunujukkan aritmia Memverbalisasika bertahap, biarkan
atau disritmia.
klien
n pentingnya
Dispna dan
berpartisipasi
aktivitas secara
ketidaknyamanan yang
dapat perubahan
bertahap
sangat.
2.
Setelah dilakukan
Cioping
tindakan
enhancement
keperawatan
(5230)
selama 3hari
1. Kaji respon
perasaan takut
takut pasien :
pasien berkurang
data objektif dan
atau hilang.
subjektif
Batasan karakteristik :
2. Jelaskan
Panik
Fear kontrol :
pasien/keluarga
1. Pasien mencari
Teror
tentang proses
Perilaku menghindar
informasi untuk
penyakit
mengurangi takut 3. Terangkan
atau menyerang
2. Pasien tidak
Implusif
pasien / keluarga
menyerang atau
Nadi, respirasi, tD
tentang semua
menghindar
dari
sistolik meningkat
pemeriksaan dan
sumber yang
Anoreksia
pengobatan
menakutkan
Mual, muntah
4. Dorong orang
3. Pasien
Pucat
tua untuk selalu
menggunakan
Stimulus sebagai
menemani anak
teknik relaksasi
ancaman
5. Berikan pilihan
untuk mengurangi
Lelah
yang realistic
takut
Otot tegang
tentang aspek
Keringat meningkat 4. Durasi takut
perawatan
menurun
Gempar
6. Dorong pasien
5. Pasien mampu
untuk melakukan
Ketegangan
mengontrol
respon
aktivitas social
meningkat
takut
dan komunitas
Menyatakan takut
7. Dorong
Anxiety control
penggunaan
(1402)
sumber spiritual
Kriteria :
Anxiety
Tidur pasien
Reduction (5820)
adekuat
1. Jelaskan semua
Tidak ada
prosedur
manifestasi fisik
termasuk
Tidak ada
manifestasi perilaku perasaan yang
mungkin dialami
selama menjalani
prosedur
2. Berikan objek
yang memberikan
rasa aman
3. Jaga peralatan
pengobatan
diluar penglihatan
pasien
4. Dengarkan
pasien dengan
penuh perhatian
5. Ciptakan
suasana saling
percaya
6. Dorong pasien
mengungkapkan
perasaan,
persepsi dan
takut secara
verbal
7. Berikan
aktivitas /
peralatan yang
menghibur untuk
mengurangi
ketegangan
8. anjurkan pasien
menggunakan
teknik relaksasi
3.
Ketidakseimbangan
nutrisi : kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan dengan
faktor biologis
Batasan Karakteristik :
Berat badan 20 %
atau lebih di bawah ideal
Dialaporkan adanya
berat badan
Monitor jenis
dan jumlah
latihanyang
dilaksanakan
Monitor respon
emosional pasien
ketika
ditempatkan pada
suatui keadaan
yang ada
makanan
Monitor
lingkungan
tempat makan
Amati rambut
yang kering dan
mudah rontok
Monitor mual
dan muntah
Amati tingkat
albumen, protein
total hemoglobin,
dan hematokrit
Monitor tingkat
energi rasa tidak
enak badan,
keletihan dan
kelemahan
Mati jaringan
penghubung
yang pucat,
kemerahan dan
kering
Monitor
masukan kalori
dan bahan
makanan
MANAJEMEN
NUTRISI
Kaji apakah
pasien ada alergi
makanan
Kerjasama
dengan ahli gizi
dalam
menentukan
jumlah kalori,
protein dan lemak
secara tepat
sesuai dengan
kebutuhan pasien
Anjurkan
masukan kalori
sesuai kebutuhan
Ajari pasien
tentang diet yang
benar sesuai
kebutuhan tubuh
Monitor catatan
makanan yang
masuk atas
kandungan gizi
dan jumlah kalori
Timbang berat
badan secara
teratur
Anjurkan
penambahan inti
protein, zat besi
dan vitamin C
yang sesuai
Pastikan bahwa
diet mengandung
makanan yang
berserat tinggi
untuk mencegah
sembelit
Beri makan
protein tinggi,
kalori tinggi dan
makanan bergizi
yang sesuai
Pastikan
kemampuan
pasien untuk
memenuhi
kebutuhan
gizinya
TERAPI GIZI
Monitor
masukan cairan
dan makanan
dan hitung kalori
makanan dengan
tepat
Berikan
pendidikan
4.
Kurang pengetahuan
tentang anemia b.d
kurangnya informasi
kesehatan
tentang
pentingnya gizi
Kolaborasi ahli
gizi
Pastikan diet
gizi serat dan
buah buahan
yang cukup
Pantau lab.
Jika perlu
Evaluasi tanda
tanda
kekurangan gizi
Setelah dilakukan
Teaching :
penjelasan selama Disease Process
3 x pertemuan,
1. Berikan
pasien / keluarga
penilaian tentang
Batasan Karakteristik :
mengetahui tentang
tingkat
Mengungkapkan
penyakitnya.
pengetahuan
masalah
pasien tentang
Tidak tepat mengikuti Kriteria Hasil :
proses penyakit
Pasien dan
perintah
yang spesifik
Tingkah laku yang
keluarga
2. Jelaskan
berlebihan (misalnya
menyatakan
patofisiologi dari
histeris, sikap
pemahaman
penyakit dan
bermusuhan, agitasi,
tentang penyakit,
bagaimana hal ini
apatis)
kondisi, pronogsis,
berhubungan
dan program
dengan anatomi
pengobatan
dan fisiologi,
Pasien dan
dengan cara
keluarga mampu
yang tepat
melaksanakan
3. Gambarkan
prosedur yang
tanda dan gejala
dijelaskan dengan
yangbiasa
benar
muncul pada
Pasien dan
penyakit, dengan
keluarga mampu
cara yang tepat
menjelaskan
4. Gambarkan
kembali apa yang
proses penyakit,
dijelaskan perawat /
dengan cara
tim kesehatan
yang tepat
5. Identifikasi
kemungkinan
penyebab,
dengan cara
yang tepat
6. Berikan
informasi pada
pasien tentang
kondisi, dengan
cara yang tepat
7. Sediakan bagi
keluarga atau SO
informasi tentang
kemajuan pasien
dengan cara
yang tepat
8. Sediakan
informasi tentang
pengukuran
diagnostik yang
tersedia, dengan
tepat
9. Diskusikan
perubahan gaya
hidup yang
mungkin
diperlukan untuk
mencegah
komplikasi di
masa yang akan
datang atau
proses
pengontrolan
penyakit
10. Diskusikan
pilihan terapi atau
penanganan
11. Gambarkan
pilihan terapi
rasional
rekomendasi
manajemen
terapi /
penanganan
12. Dukung pasien
untuk
mengeksplorasi
atau
mendapatkan
second opinion
dengan cara
yang tepat atau
diindikasi
13. Eksplorasi
kemungkinan
sumber atau
dukungan,
dengan cara
yang tepat
14. Rujuk pasien
mengenai tanda
dan gejala untuk
melaporkan pada
pemberi
perawatan
kesehatan,
dengan cara
yang tepat
15. Instruksikan
pasien mengenai
tanda dan gejala
untuk melaporkan
pada pemberi
perawatan
kesehatan,
dengan cara
yang tepat
16. Sediakan
telepon untuk
memanggil jika
komplikasi terjadi
17. Kuatkan
informasi yang
disediakan oleh
anggota tim
kesehatanlain,
dengan cara
yang tepat
5.
6.
7.
K Anemia
Dapat
1. Anjuran untuk
meminimalkan atau menggunkan
mengatasi
sikat gigi yang
komplikasi anemia
halus dan
selama perawatan
menghindari
3x24 jam
menghembuskan
nafas dengan
ditandai dengan :
keras melalui
Hb > atau sama hidung,
dengan 10 gr%
konstipasi dan
Toleransi
olahraga kontak
terhadap aktifitas
Konjungtiva
tidak anemis
Tidak sianosis
tubuh,
2. Bila klien
dengan terapi
alpha eportin,
pantau :
TD minimal 3
x seminggu
Kadar HMT
dan retikulosit
setiap minggu
Fe, kapasitas
ikatan Fe total
dan nilai feritin
total
Kalium serum
3. Bila pada terapi
alpha epoeitin,
HMT turun
evaluasi
Status Fe
Kadar
aluminium
Anjuran untuk
menyingkirkan
antasida
luminium
Resiko
kehilangan darah
Kaji penyebab
yang mendasari
4. Pantau tanda
dan gejala
anemia
Hb > 10 gr/dl
Wajah pucat,
sklera icteric,
konjungtiva
anemis
Perubahan
fungsi mental,
gelisah
Kulit dingin,
lembab
Gangguan
hemodianmik
5. Kolaborasi
dokter untuk
pemberian
Terapi
intravena, tranfusi
Askep Anemia
BAB II
TINJAUAN TEORISTIS
A. KONSEP DASAR
1. Pengertian:
Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar hemoglobin (HB)
atau hematokrit (HT) dibawah normal. Anemia menunjukkan suatu status penyakit atau
perubahan fungsi tubuh. Terdapat banyak perbedaan jenis anemia. Beberapa menyebabkan
ketidak adekuatan pembentukan sel sel darah merah ( eritropoiesis); SDM prematur atau
penghancuran SDM yang berlebihan (hemolisi); kehilangan darah( penyebab yang paling
umum ); faktor-faktor etiologi lainnya yaitu defisit zat besi dan nutrien, faktor faktor
hereditas, dan penyakit kronis. (brunner dan suddarth, 2000, Hal : 22)
2. Etiologi
Anemia terjadi sebagai skibat gangguan, atau rusaknya mekanisme produksi sel darah
merah. Penyebab anemia adalah menurunnya produksi sel darah merah. Penyebab anemia
adalah menurunnya produksi sel-sel darah merah karena kegagalan dari sumsum tulang,
meningkatnya penghancuran sel-sel darah merah, perdarahan, dan rendahnya kadar
ertropoetin, misalnya pada gagal ginjal yang parah. Gejala yang timbul adalah kelelahan,
berat badan menurun, letargi, dan membran mukosa menjadi pucat. Apabila timbulnya
anemia perlahan (kronis), mungkin hanya timbul sedikit gejala, sedangkan pada anemia akut
yang terjadi adalah sebaliknya. Pasien yang menderita anemia kronis lebih dapat mentolerir
tindakan bedah dibandingkan dengan penderita anemia akut. Faktor penatalaksanaan yang
patut dipertimbangkan untuk penderita anemia terpusat pada penurunan kemampuan darah
untuk menganggkut oksigen, dan pada beberapa kasus, mengenai kecendrungan rusaknya
mekanisme pertahanan selular.( Pedersen, G. W 1996, Hal : 114 ).
3. Patofisiologi :
Menurut Wiwik, h., & Hariwibowo, A. S (2008, hal : 92) patofisiologi pada klien anemia
ialah timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang atau kehilangan sel
darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum tulang dapat terjadi akibat
kekurangan nutrisi. Pajanan toksik, invasi tumor, atau akibat penyebab yang tidak diketahui.
Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis. Lisis sel darah merah terjadi
dalam sel fagostik atau dalam sistem retikulo endothelial, terutama dalam hati dan limpa.
Sebagai hasil sampingan dari proses tersebut, billirubin yang terbentuk dalam fagosit akan
memasuki aliran darah. Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi,
maka hemoglobin akan muncul dalam plasma. Apabila konsentrasi plasmanya melebihi
kapasitas hemoglobin plasma, hemoglobin akan berdifusi dalam glumerulus ginjal dan ke
dalam urine.
Pada dasarnya gejala anemia timbul karena dua hal berikut (1)Anoksia organ target
karena berkurangnya jumlah oksigen yang dapat dibawa oleh darah ke jaringan.
(2)Mekanisme kompensasi terhadap anemia.
4. Gambaran klinis
gejala awal yang tersembunyi dan derajat beratnya anemia dapat timbul pada saat
menentukan diagnosis. Biasa terjadi diare dan berat badan yang berkurang, pireksia
ringan ikterus karena hemolisis dan warna pucat membuat kulit berwarna kuning lemon,
lidah halus, atrofi dan dapat nyeri tekan. Splenomegali merupakan hal yang lazim. Perubahan
degeneratif pada saluran medula spinalis posterior dan lateral dapat menyebabkan degenerasi
kombinasi subakut dengan kerusakan sensasi permukaan seperti sarung tangan dan kaus
kaki dengan hilangnya rasa vibrasi dan proprioseptif. Reflek tendo cepat tetapi sentakan
pergelanngan kaki sering berkurang. Refleks plantar berupa ekstensor. Ataksia dan keadaan
konfusional toksik dapat timbul. Jika tidak diberikan terapi, demensia akan timbul.( hayes P,
C & mackay T, W. 1997, Hal ; 353)
5. Tanda dan gejala
Meurut harirson ( 1999, Hal : 56) Presentase klinis dari pasien yang anemik bergantung
pada penyakit yang mendasarinya, demikian juga dengan keparahan serta kronisitasnya
anemia. Manifestasi anemia dapat dijelaskan melalui prinsip-prinsip patofisologik, sebagian
besar tanda dan gejala anemia mewakili penyesuaian kardiovaskuler dan ventilasi yang
mengkompensasi penurunan massa sel darah merah.
Derajat saat gejala-gejala timbul pada pasien anemik tergantung pada beberapa faktor
pendukung. Jika anemia timbul dengan cepat, mungkin tidak cukup waktu untuk
berlangsungnya penyesuaian kompensasi. Dan pasien akan mengalami gejala yang lebih jelas
dari pada jika anemia dengan derajat kesakitan yang sama, yang timbul secara tersamar.
Lebih lanjut, keluhan pasien tergantung pada adanya penyakit vaskuler setempat. Misalnya,
angina pektoris, klaudikasio intermiten, atau leukeumia serebral sepintas yang tersamar oleh
perjalanan anemia.
6. Penatalaksanaan terapi
Pada setiap kasus anemia perlu diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut ini :
a. Terapi spesifik sebaiknya diberikan setelah diagnosis ditegakkan.
b. Terapi diberikan atas indikasi yang jelas, rasional, dan efesien.
Jenis-jenis terapi yang dapat diberikan adalah
a. Pada kasus anemia dengan payah jantung atau ancaman payah jantung, maka harus segera
diberikan terapi darurat dengan transfuse sel darah merah yang dimampatkan (PRC) untuk
mencegah perburukan payah jantung tersebut.
b. Terapi khas untuk masing-masing anemia terapi ini bergantung pada jenis anemia yang di
jumpai, misalnya preperat besi untuk anemia defesiensi besi.
c. Terapi kausal, terapi kausal merupakan terapi untuk mengobati penyakit dasar yang menjadi
penyebab anemia misalnya anemia defesiensi besi yang disebabkan oleh infeksi cacingcacing tambang.
d. Terapi ex-juvantivus (empires) terapi yang terpaksa diberikan sebelum diagnosis dapat
dipastikan jika terapi ini berhasil berarti diagnosis dapat dikuatkan. Terapi. Terapi ini hanya
dilakukan jika tersedia fasilitas diagnosis yang mencukupi. Pada pemberian terapi jenis ini,
penderita harus diawasi dengan ketat. Jika terdapat respon yang baik, terapi diteruskan, tetapi
jika tidak terdapat respon, maka harus dilakukan evaluasi kembali. (Wiwik, h., &
Hariwibowo, A. S (2008, hal : 42)
7. Pemeriksaan diagnostic
Menurut wiwik, H., &Hariwibowo,A. S (2008, Hal : 41) pemeriksaan laboratorium pada
klien dengan anemia adalah sebagai berikut.
a. Pemeriksaan laboratorium hematolgis dilakukan secara bertahap sebagai berikut :
1) Tes penyaring, tes ini dikerjakan pada tahap awal pada setiap kasus anemia. Dengan
pemeriksaan ini, dapat dipastikan adanya anemia dan bentuk morfologi anemia tersebut.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
2.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
Perencanaan dilakukan sesuai dengan diagnosa yang telah ditentukan, adapun
perencanaan menurut Doengoes 1999 adalah sebagai berikut :
a. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang
diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
Tujuan : peningkatan perfusi jaringan
Kriteria hasil : menunjukkan perfusi adekuat, misalnya tanda vital stabil.
Intervensi Awasi tanda vital kaji pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa, dasar
kuku. Rasional : memberikan informasi tentang derajat/keadekuatan perfusi jaringan dan
membantu menetukan kebutuhan intervensi.
Intervensi Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi. Rasional : meningkatkan ekspansi
paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan seluler. Catatan : kontraindikasi bila
ada hipotensi.
Intervensi Awasi upaya pernapasan ; auskultasi bunyi napas perhatikan bunyi
adventisius. Rasional : dispnea, gemericik menununjukkan gangguan jantung karena
regangan jantung lama/peningkatan kompensasi curah jantung.
Intervensi Selidiki keluhan nyeri dada/palpitasi. Rasional : iskemia seluler mempengaruhi
jaringan miokardial/ potensial risiko infark.
Intervensi Hindari penggunaan botol penghangat atau botol air panas. Ukur suhu air mandi
dengan thermometer. Rasional : termoreseptor jaringan dermal dangkal karena gangguan
oksigen.
Intervensi Kolaborasi pengawasan hasil pemeriksaan laboraturium. Berikan sel darah merah
lengkap/packed produk darah sesuai indikasi. Rasional : mengidentifikasi defisiensi dan
kebutuhan pengobatan /respons terhadap terapi.
Intervensi Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi. Rasional : memaksimalkan transport
oksigen ke jaringan.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen
(pengiriman) dan kebutuhan.
Tujuan : dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.
Kriteria hasil : melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas sehari-hari)
- menunjukkan penurunan tanda intolerasi fisiologis, misalnya nadi, pernapasan, dan tekanan
darah masih dalam rentang normal.
Intervensi Kaji kemampuan ADL pasien. Rasional : mempengaruhi pilihan
intervensi/bantuan.
Intervensi Kaji kehilangan atau gangguan keseimbangan, gaya jalan dan kelemahan
otot. Rasional : menunjukkan perubahan neurology karena defisiensi vitamin B12
mempengaruhi keamanan pasien/risiko cedera.
Intervensi Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas. Rasional :manifestasi
kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen adekuat ke
jaringan.
Intervensi Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung, dan kurangi suara bising,
pertahankan tirah baring bila di indikasikan. Rasional : meningkatkan istirahat untuk
menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan regangan jantung dan paru.
Intervensi Gunakan teknik menghemat energi, anjurkan pasien istirahat bila terjadi kelelahan
dan kelemahan, anjurkan pasien melakukan aktivitas semampunya (tanpa memaksakan
diri). Rasional : meningkatkan aktivitas secara bertahap sampai normal dan memperbaiki
tonus otot/stamina tanpa kelemahan. Meingkatkan harga diri dan rasa terkontrol.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk
mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan
untuk pembentukan sel darah merah.
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil : menunujukkan peningkatan/mempertahankan berat badan dengan nilai
laboratorium normal. - tidak mengalami tanda mal nutrisi. - Menununjukkan perilaku,
perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau mempertahankan berat badan yang
sesuai. Intervensi Kaji
riwayat
nutrisi,
termasuk
makan
yang
disukai. Rasional :mengidentifikasi defisiensi, memudahkan intervensi.
Intervensi Observasi dan catat masukkan makanan pasien. Rasional : mengawasi masukkan
kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan.
Intervensi Timbang berat badan setiap hari. Rasional : mengawasi penurunan berat badan
atau efektivitas intervensi nutrisi.
Intervensi Berikan makan sedikit dengan frekuensi sering dan atau makan diantara waktu
makan. Rasional : menurunkan kelemahan, meningkatkan pemasukkan dan mencegah
distensi gaster.
Intervensi Observasi dan catat kejadian mual/muntah, flatus dan dan gejala lain yang
berhubungan. Rasional : gejala GI dapat menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ.
Intervensi Berikan dan Bantu hygiene mulut yang baik ; sebelum dan sesudah makan,
gunakan sikat gigi halus untuk penyikatan yang lembut. Berikan pencuci mulut yang di
encerkan bila mukosa oral luka. Rasional : meningkatkan nafsu makan dan pemasukkan oral.
Menurunkan pertumbuhan bakteri, meminimalkan kemungkinan infeksi. Teknik perawatan
mulut khusus mungkin diperlukan bila jaringan rapuh/luka/perdarahan dan nyeri berat.
Intervensi Kolaborasi pada ahli gizi untuk rencana diet. Rasional : membantu dalam rencana
diet untuk memenuhi kebutuhan individual.
Intervensi Kolaborasi ; pantau hasil pemeriksaan laboraturium. Rasional :meningkatakan
efektivitas program pengobatan, termasuk sumber diet nutrisi yang dibutuhkan.
Intervensi Kolaborasi ; berikan obat sesuai indikasi. Rasional : kebutuhan penggantian
tergantung pada tipe anemia dan atau adanyan masukkan oral yang buruk dan defisiensi yang
diidentifikasi.
d. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi dan
neurologist.
Tujuan : dapat mempertahankan integritas kulit.
Kriteria hasil : mengidentifikasi factor risiko/perilaku individu untuk mencegah cedera
dermal.
Intervensi Kaji integritas kulit, catat perubahan pada turgor, gangguan warna, hangat local,
eritema, ekskoriasi. Rasional : kondisi kulit dipengaruhi oleh sirkulasi, nutrisi dan
imobilisasi. Jaringan dapat menjadi rapuh dan cenderung untuk infeksi dan rusak.
Intervensi Reposisi secara periodic dan pijat permukaan tulang apabila pasien tidak bergerak
atau ditempat tidur. Rasional : meningkatkan sirkulasi kesemua kulit, membatasi iskemia
jaringan/mempengaruhi hipoksia seluler.
Intervensi Anjurkan pemukaan kulit kering dan bersih. Batasi penggunaan
sabun.Rasional : area lembab, terkontaminasi, memberikan media yang sangat baik untuk
pertumbuhan organisme patogenik. Sabun dapat mengeringkan kulit secara berlebihan.
Intervensi Bantu untuk latihan rentang gerak. Rasional : meningkatkan sirkulasi jaringan,
mencegah stasis.
Intervensi Gunakan alat pelindung, misalnya kulit domba, keranjang, kasur tekanan
udara/air.
Pelindung
tumit/siku
dan
bantal
sesuai
indikasi.
(kolaborasi) Rasional :menghindari kerusakan kulit dengan mencegah /menurunkan tekanan
terhadap permukaan kulit.
e. Konstipasi atau Diare berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan proses
pencernaan; efek samping terapi obat.
Tujuan : membuat/kembali pola normal dari fungsi usus.
Kriteria hasil : menunjukkan perubahan perilaku/pola hidup, yang diperlukan sebagai
penyebab, factor pemberat.
Intervensi Observasi warna feses, konsistensi, frekuensi dan jumlah. Rasional :membantu
mengidentifikasi penyebab /factor pemberat dan intervensi yang tepat.
Intervensi Auskultasi bunyi usus. Rasional : bunyi usus secara umum meningkat pada diare
dan menurun pada konstipasi.
Intervensi Awasi intake dan output (makanan dan cairan). Rasional : dapat mengidentifikasi
dehidrasi, kehilangan berlebihan atau alat dalam pengidentifikasi defisiensi diet.
Intervensi Dorong
masukkan
cairan
2500-3000
ml/hari
dalam
toleransi
jantung.Rasional : membantu dalam memperbaiki konsistensi feses bila konstipasi. Akan
membantu memperthankan status hidrasi pada diare.
Intervensi Hindari makanan yang membentuk gas. Rasional : menurunkan distress gastric
dan distensi abdomen Kaji kondisi kulit perianal dengan sering, catat perubahan kondisi kulit
atau mulai kerusakan.
Intervensi Lakukan
perawatan
perianal
setiap
defekasi
bila
terjadi
diare. Rasional :mencegah ekskoriasi kulit dan kerusakan.
Intervensi Kolaborasi ahli gizi untuk diet siembang dengan tinggi serat dan
bulk.Rasional : serat menahan enzim pencernaan dan mengabsorpsi air dalam alirannya
sepanjang traktus intestinal dan dengan demikian menghasilkan bulk, yang bekerja sebagai
perangsang untuk defekasi.
Intervensi Berikan pelembek feses, stimulant ringan, laksatif pembentuk bulk atau enema
sesuai indikasi. Pantau keefektifan. (kolaborasi) Rasional : mempermudah defekasi bila
konstipasi terjadi.
Intervensi Berikan obat antidiare, misalnya Defenoxilat Hidroklorida dengan atropine
(Lomotil)
dan
obat
mengabsorpsi
air,
misalnya
Metamucil.
(kolaborasi). Rasional :menurunkan motilitas usus bila diare terjadi. .
f. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan sekunder
(penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan).
Tujuan : Infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil : mengidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan risiko infeksi. meningkatkan penyembuhan luka, bebas drainase purulen atau eritema, dan demam.
Intervensi Tingkatkan cuci tangan yang baik ; oleh pemberi perawatan dan pasien.Rasional :
mencegah kontaminasi silang/kolonisasi bacterial. Catatan : pasien dengan anemia
berat/aplastik dapat berisiko akibat flora normal kulit.
Intervensi Pertahankan
teknik
aseptic
ketat
pada
prosedur/perawatan
luka. Rasional :menurunkan risiko kolonisasi/infeksi bakteri.
Intervensi Berikan perawatan kulit, perianal dan oral dengan cermat. Rasional :menurunkan
risiko kerusakan kulit/jaringan dan infeksi.
Intervensi Motivasi perubahan posisi/ambulasi yang sering, latihan batuk dan napas
dalam. Rasional : meningkatkan ventilasi semua segmen paru dan membantu memobilisasi
sekresi untuk mencegah pneumonia.
Intervensi : Tingkatkan masukkan cairan adekuat. Rasional : membantu dalam pengenceran
secret pernapasan untuk mempermudah pengeluaran dan mencegah stasis cairan tubuh
misalnya pernapasan dan ginjal.
Intervensi Pantau/batasi
pengunjung.
Berikan
isolasi
bila
memungkinkan. Rasional :membatasi pemajanan pada bakteri/infeksi. Perlindungan isolasi
dibutuhkan pada anemia aplastik, bila respons imun sangat terganggu.
Intervensi Pantau suhu tubuh. Catat adanya menggigil dan takikardia dengan atau tanpa
demam. Rasional : adanya proses inflamasi/infeksi membutuhkan evaluasi/pengobatan.
Intervensi Amati eritema/cairan luka. Rasional : indikator infeksi lokal. Catatan :
pembentukan pus mungkin tidak ada bila granulosit tertekan.
Intervensi Ambil
specimen
untuk
kultur/sensitivitas
sesuai
indikasi
(kolaborasi)Rasional : membedakan adanya infeksi, mengidentifikasi pathogen khusus dan
mempengaruhi pilihan pengobatan.
Intervensi Berikan antiseptic topical ; antibiotic sistemik (kolaborasi). Rasional :mungkin
digunakan secara propilaktik untuk menurunkan kolonisasi atau untuk pengobatan proses
infeksi local.
g. Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang terpajan/mengingat ; salah interpretasi
informasi ; tidak mengenal sumber informasi.
Tujuan : pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan rencana
pengobatan.
Kriteria hasil : pasien menyatakan pemahamannya proses penyakit dan penatalaksanaan
penyakit. Mengidentifikasi factor penyebab. Melakukan tiindakan yang perlu/perubahan pola
hidup.
Intervensi Berikan informasi tentang anemia spesifik. Diskusikan kenyataan bahwa terapi
tergantung pada tipe dan beratnya anemia. Rasional : memberikan dasar pengetahuan
sehingga pasien dapat membuat pilihan yang tepat. Menurunkan ansietas dan dapat
meningkatkan kerjasama dalam program terapi.
Intervensi Tinjau
tujuan
dan
persiapan
untuk
pemeriksaan
diagnostic. Rasional :ansietas/ketakutan tentang ketidaktahuan meningkatkan stress,
selanjutnya meningkatkan beban jantung. Pengetahuan menurunkan ansietas.
Intervensi Kaji
tingkat
pengetahuan
klien
dan
keluarga
tentang
penyakitnya. Rasional :megetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan
keluarga tentang penyakitnya.
Intervensi Berikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya dan kondisinya
sekarang.Rasional : dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan
keluarganya akan merasa tenang dan mengurangi rasa cemas.
Intervensi Anjurkan klien dan keluarga untuk memperhatikan diet makanan
nya.Rasional : diet dan pola makan yang tepat membantu proses penyembuhan.
Intervensi Minta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah
diberikan. Rasional : mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai
keberhasilan dari tindakan yang dilakukan.
4. Implementasi
Pelaksanaan merupakan tahap keempat dalam proses keperawatan dengan melaksanakan
berabagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah direncanakan dalam
rencana tindakan keperawatan. Dalam tahap ini perawat harus mengetahui berbagai hal
diantaranya bahaya-bahaya fisik dan perlindungan pada klien, teknik komunikasi,
kemampuan dalam prosedur tindakan, pemahaman tentang hak-hak dari pasien serta dalam
memahami tingkat perkembangan pasien (Hidayat, A, 2008. hal; 122).
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan
identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Dalam
melakukan evaluasi perawat harusnya memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam
memahami respons terhadap intervensi keperawatan, kemampuan menggambarkan
kesimpulan tentang tujuan yang dicapai serta kemampuan dalam menghubungkan tindakan
keperawatan pada kriteria hasil (Hidayat, A, 2008. hal; 124).
Daftar
pustaka
Pedersen, G. W. (1996) Buku Ajar praktis bedah Mulut. Alih bahasa : drg. Purwanto &
drg Basoeseno. Jakarta : EGC.
Baughman, D. C., & Hckley, J.C. (2000) Keperawatan medikal-bedah : buku saku
untuk brunner dan suddarth. alih bahasa : yasmin asih. Editor : Monica Ester.
Jakarta : EGC.
Wiwik. H., & Haribowo, A. S (2008) Buku ajar asuhan keperawatan pada klien dengan
gangguan sitem hematologi. Jakarta : Salemba Medika.
Hayes, P. C., & mackay, T.W. (1997). Buku saku diagnosis dan terapi. Alih bahasa :
devy. H. Jakarta : EGC
Harrison (1999) prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Editor edisi bahasa Indonesia :
Asdie, A. H. Jakarta : EGC.
HIDAYAT, A, A, A. ( 2008 ) PENGANTAR KONSEP DASAR KEPERAWATAN, EDISI
KEDUA. JAKARTA : SALEMBA MEDIKA.
ANEMIA
A.
Pengertian
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah,
elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah
merah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah (Doenges, 1999).
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan kadar
hemoglobin
dan
hematokrit
di
bawah
normal
(Smeltzer,
2002
935).
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah, kualitas
hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2006 :
256).
Dengan demikian anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau penyakit, melainkan
merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh dan perubahan
patotisiologis yang mendasar yang diuraikan melalui anemnesis yang seksama, pemeriksaan
fisik dan informasi laboratorium.
B.
Etiologi
Penyebab tersering dari anemia adalah kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk sintesis
eritrosit, antara lain besi, vitamin B12 dan asam folat. Selebihnya merupakan akibat dari
beragam kondisi seperti perdarahan, kelainan genetik, penyakit kronik, keracunan obat, dan
sebagainya.
Penyebab
umum
Perdarahan hebat
Akut (mendadak)
Kecelakaan
Pembedahan
Persalinan
Perdarahan hidung
Wasir (hemoroid)
Ulkus peptikum
dari
anemia:
Kekurangan vitamin C
Penyakit kronik
Pembesaran limpa
Sferositosis herediter
Elliptositosis herediter
Kekurangan G6PD
Penyakit hemoglobin C
Penyakit hemoglobin E
C.
Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau kehilangan sel darah
merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum tulang dapt terjadi akibat kekurangan
nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui.
Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang
disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan
ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah merah yang
menyebabkan
destruksi
sel
darah
merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau dalam system
retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin
yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi
sel darah merah (hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma
(konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada
sclera.
Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dan
sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa makanan dan oksigen ke seluruh
organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat
menghambat kerja organ-organ penting, Salah satunya otak. Otak terdiri dari 2,5 miliar sel
bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti komputer yang memorinya
lemah, Lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak bisa diperbaiki (Sjaifoellah, 1998).
D.
Manifestasi
klinis
Gejala klinis yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai sistem dalam tubuh
antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik (syaraf) yang dimanifestasikan dalam
perubahan perilaku, anorexia (badan kurus kerempeng), pica, serta perkembangan kognitif
yang abnormal pada anak. Sering pula terjadi abnormalitas pertumbuhan, gangguan fungsi
epitel, dan berkurangnya keasaman lambung. Cara mudah mengenal anemia dengan 5L, yakni
lemah, letih, lesu, lelah, lalai. Kalau muncul 5 gejala ini, bisa dipastikan seseorang terkena
anemia. Gejala lain adalah munculnya sklera (warna pucat pada bagian kelopak mata bawah).
Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa melayang.
Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan jantung(Sjaifoellah,
1998).
E.
Komplikasi
Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita anemia akan
mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek, gampang flu, atau gampang terkena infeksi
saluran napas, jantung juga menjadi gampang lelah, karena harus memompa darah lebih kuat.
Pada kasus ibu hamil dengan anemia, jika lambat ditangani dan berkelanjutan dapat
menyebabkan kematian, dan berisiko bagi janin. Selain bayi lahir dengan berat badan rendah,
anemia bisa juga mengganggu perkembangan organ-organ tubuh, termasuk otak (Sjaifoellah,
1998).
F.
Pemeriksaan
Jumlah
darah
lengkap
(JDL)
penunjang
hemoglobin
dan
hemalokrit
menurun.
Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (molume korpuskular rerata)
dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun dan mikrositik dengan eritrosit hipokronik
(DB),
peningkatan
(AP).
Pansitopenia
(aplastik).
Jumlah retikulosit : bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat (respons sumsum tulang
terhadap
kehilangan
darah/hemolisis).
Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat mengindikasikan
tipe
khusus
anemia).
LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal : peningkatan kerusakan sel
darah
merah
atau
penyakit
malignasi.
Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa anemia, misal : pada tipe
anemia
tertentu,
Tes
sel
darah
kerapuhan
merah
eritrosit
mempunyai
waktu
hidup
menurun
lebih
pendek.
(DB).
SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin meningkat
(hemolitik)
atau
menurun
(aplastik).
Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat (DB); normal atau tinggi (hemolitik)
Hemoglobin
elektroforesis
Bilirubin
serum
mengidentifikasi
(tak
tipe
terkonjugasi):
struktur
hemoglobin.
(AP,
hemolitik).
meningkat
Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan defisiensi
masukan/absorpsi
Besi
serum
TBC
tak
ada
serum
Feritin
serum
perdarahan
LDH
serum
schilling
tinggi
(DB)
meningkat
(DB)
memanjang
:
penurunan
(hemolitik)
meningkat
:
Masa
Tes
(DB);
(aplastik)
menurun
eksresi
vitamin
(DB)
B12
urine
(AP)
Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster, menunjukkan
perdarahan
akut
kronis
(DB).
Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam hidroklorik
bebas
(AP).
lemak
sumsum
dengan
penurunan
sel
darah
(aplastik).
Penatalaksanaan
Medis
umum
Tindakan
Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang
hilang.
1.
Transpalasi
2.
3.
sel
Antibiotik
Suplemen
diberikan
asam
folat
dapat
darah
untuk
merangsang
merah.
mencegah
pembentukan
infeksi.
sel
darah
merah.
Obati
Diet
kaya
Pengobatan
penyebab
perdarahan
besi
mengandung
(untuk
1.
yang
pengobatan
abnormal
daging
tergantung
Anemia
dari
bila
dan
ada.
sayuran
hijau.
penyebabnya)
defisiensi
:
besi
Penatalaksanaan
Mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan makanan yang diberikan seperti ikan,
daging,
telur
dan
Pemberian
preparat
Perrosulfat
3x
Peroglukonat
3x
2.
3.
sayur.
Anemia
Anemia
200mg/hari/per
200
asam
folat
oral
mg/hari
pernisiosa
:
:
fe
sehabis
/oral
pemberian
asam
folat
makan
sehabis
makan.
vitamin
5
B12
mg/hari/oral
4. Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan pemberian cairan dan
transfusi
darah.
MANAJEMEN
KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
Pengkajian
adalah
langkah
awal
dan
dasar
dalam
proses
keperawatan
secara
menyeluru(Boedihartono,
Pengkajian
1994).
pasien
dengan
1)
anemia
(Doenges,
Aktivitas
1999)
meliputi
istirahat
lain
yang
menunujukkan
keletihan.
2)
Sirkulasi
Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi berat
(DB), angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat endokarditis infektif kronis.
Palpitasi
(takikardia
kompensasi).
Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi
postural. Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen ST dan pendataran atau depresi
gelombang T; takikardia. Bunyi jantung : murmur sistolik (DB). Ekstremitas (warna) : pucat
pada kulit dan membrane mukosa (konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan:
pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti berlilin,
pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon terang (AP). Sklera : biru atau putih seperti mutiara
(DB). Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi
kompensasi) kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB). Rambut : kering,
mudah
putus,
menipis,
3)
tumbuh
uban
secara
premature
(AP).
Integritas
ego
darah.
Tanda
depresi.
4)
Eleminasi
Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB). Hematemesis,
feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran urine.
Tanda
distensi
abdomen.
5)
Makanan/cairan
Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan produk sereal
tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah,
dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah atau peka
terhadap
es,
kotoran,
tepung
jagung,
cat,
tanah
liat,
dan
sebagainya
(DB).
Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin B12).
Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas
(DB). Stomatitis dan glositis (status defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan
sudut
mulut
pecah.
(DB).
6)
Neurosensori
Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan berkonsentrasi.
Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk,
kaki
goyah
parestesia
tangan/kaki
(AP)
klaudikasi.
Sensasi
manjadi
dingin.
Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak mampu
berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik, AP). Epitaksis :
perdarahan dari lubang-lubang (aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar,
dan
posisi,
tanda
Romberg
positif,
paralysis
7)
(AP).
Nyeri/kenyamanan
Gejala
nyeri
abdomen
samara
sakit
kepala
8)
Gejala
(DB)
Pernapasan
:
riwayat
Tanda
TB,
abses
paru.
Napas
takipnea,
pendek
pada
istirahat
ortopnea,
dan
aktivitas.
dan
dispnea.
9)
Keamanan
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada radiasi;
baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran
terhadap dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan penglihatan, penyembuhan
luka
buruk,
sering
infeksi.
Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum. Ptekie dan
ekimosis
(aplastik).
10)
Seksualitas
Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB). Hilang libido
(pria
dan
Tanda
wanita).
serviks
B.
dan
Imppoten.
dinding
vagina
Diagnosa
pucat.
Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun
potensial
berdasarkan
data
yang
telah
dikumpulkan
(Boedihartono,
1994).
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan anemia (Doenges, 1999) meliputi :
1. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan sekunder
(penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan)).
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk
mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan untuk
pembentukan
sel
darah
merah.
dan
kebutuhan.
untuk
pengiriman
oksigen/nutrient
ke
sel.
5. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi
dan
neurologist.
6. Konstipasi atau Diare berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan proses
pencernaan;
efek
samping
terapi
obat.
tidak
C.
mengenal
sumber
informasi.
Intervensi/Implementasi
keperawatan
Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk
menanggulangi
masalah
sesuai
dengan
diagnosa
keperawatan
(Boedihartono,
1994)
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah
disusun
pada
tahap
perencanaan
(Effendi,
1995).
Intervensi dan implementasi keperawatan pasien dengan anemia (Doenges, 1999) adalah :
1) Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan sekunder
(penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan)).
Tujuan
Infeksi
tidak
terjadi.
cuci
tangan
&
baik ;
yang
oleh
pemberi
perawatan
IMPLEMENTASI
dan pasien.
dapat
teknik
berisiko
akibat
aseptic
ketat
pada
:
menurunkan
perawatan
kulit,
risiko
perianal
dan
flora
normal
prosedur/perawatan
kolonisasi/infeksi
oral
dengan
kulit.
luka.
bakteri.
cermat.
Rasional
:
menurunkan
risiko
kerusakan
kulit/jaringan
dan
infeksi.
Motivasi perubahan posisi/ambulasi yang sering, latihan batuk dan napas dalam.
Rasional : meningkatkan ventilasi semua segmen paru dan membantu memobilisasi sekresi
untuk
mencegah
masukkan
Tingkatkan
pneumonia.
adekuat.
cairan
mencegah
Pantau/batasi
stasis
cairan
pengunjung.
tubuh
misalnya
Berikan
isolasi
pernapasan
dan
ginjal.
bila
memungkinkan.
adanya
proses
Amati
inflamasi/infeksi
membutuhkan
eritema/cairan
evaluasi/pengobatan.
luka.
Rasional : indikator infeksi lokal. Catatan : pembentukan pus mungkin tidak ada bila granulosit
tertekan.
Ambil
specimen
untuk
kultur/sensitivitas
sesuai
indikasi
(kolaborasi)
antiseptic
topical
antibiotic
sistemik
pengobatan.
(kolaborasi).
Rasional : mungkin digunakan secara propilaktik untuk menurunkan kolonisasi atau untuk
pengobatan
proses
infeksi
local.
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk
mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan untuk
pembentukan
sel
Tujuan
darah
kebutuhan
merah.
nutrisi
terpenuhi
normal.
tidak
Menununjukkan
mengalami
perilaku,
mempertahankan
INTERVENSI
Kaji
Rasional
perubahan
tanda
pola
berat
riwayat
:
Observasi
hidup
mal
untuk
badan
mengidentifikasi
dan
catat
meningkatkan
dan
yang
&
termasuk
nutrisi,
nutrisi.
sesuai.
IMPLEMENTASI
yang
disukai.
makan
defisiensi,
masukkan
atau
memudahkan
makanan
intervensi.
pasien.
gejala
GI
dapat
menunjukkan
efek
anemia
(hipoksia)
pada
organ.
Berikan dan Bantu hygiene mulut yang baik ; sebelum dan sesudah makan, gunakan sikat gigi
halus untuk penyikatan yang lembut. Berikan pencuci mulut yang di encerkan bila mukosa oral
luka.
Rasional : meningkatkan nafsu makan dan pemasukkan oral. Menurunkan pertumbuhan bakteri,
meminimalkan kemungkinan infeksi. Teknik perawatan mulut khusus mungkin diperlukan bila
jaringan
rapuh/luka/perdarahan
Kolaborasi
pada
dan
ahli
gizi
nyeri
untuk
diet untuk
hasil
rencana
berat.
diet.
Rasional : meningkatakan efektivitas program pengobatan, termasuk sumber diet nutrisi yang
dibutuhkan.
Kolaborasi
berikan
obat
sesuai
indikasi.
Rasional : kebutuhan penggantian tergantung pada tipe anemia dan atau adanyan masukkan
oral
yang
buruk
dan
defisiensi
yang
diidentifikasi.
(pengiriman)
Tujuan
dan
:
dapat
kebutuhan.
mempertahankan/meningkatkan
ambulasi/aktivitas.
masih
dalam
INTERVENSI
rentang
&
kemampuan
Kaji
normal.
IMPLEMENTASI
pasien.
ADL
Rasional
:
mempengaruhi
pilihan
intervensi/bantuan.
Kaji kehilangan atau gangguan keseimbangan, gaya jalan dan kelemahan otot.
Rasional : menunjukkan perubahan neurology karena defisiensi vitamin B12 mempengaruhi
keamanan
Observasi
pasien/risiko
vital
sebelum
tanda-tanda
dan
cedera.
aktivitas.
sesudah
Rasional : manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah
oksigen
adekuat
ke
jaringan.
Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung, dan kurangi suara bising, pertahankan tirah
baring
bila
di
indikasikan.
Rasional : meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan
regangan
jantung
dan
paru.
Gunakan teknik menghemat energi, anjurkan pasien istirahat bila terjadi kelelahan dan
kelemahan, anjurkan pasien melakukan aktivitas semampunya (tanpa memaksakan diri).
Rasional : meningkatkan aktivitas secara bertahap sampai normal dan memperbaiki tonus
otot/stamina
tanpa
kelemahan.
Meingkatkan
harga
diri
dan
rasa
terkontrol.
untuk
Tujuan
Kriteria
pengiriman
:
hasil
oksigen/nutrient
peningkatan
menunjukkan
perfusi
ke
sel.
perfusi
adekuat,
misalnya
jaringan
tanda
vital
stabil.
INTERVENSI
&
IMPLEMENTASI
Awasi tanda vital kaji pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa, dasar kuku.
Rasional : memberikan informasi tentang derajat/keadekuatan perfusi jaringan dan membantu
menetukan
Tinggikan
kepala
kebutuhan
tempat
tidur
sesuai
intervensi.
toleransi.
Rasional : meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan seluler.
Catatan
:
kontraindikasi
bila
ada
hipotensi.
Awasi upaya pernapasan ; auskultasi bunyi napas perhatikan bunyi adventisius.
Rasional : dispnea, gemericik menununjukkan gangguan jajntung karena regangan jantung
lama/peningkatan
Selidiki
kompensasi
keluhan
curah
nyeri
jantung.
dada/palpitasi.
Hindari penggunaan botol penghangat atau botol air panas. Ukur suhu air mandi dengan
thermometer.
Rasional
termoreseptor
jaringan
dermal
dangkal
karena
gangguan
Berikan
sesuai
sel
oksigen.
darah merah
indikasi.
memaksimalkan
transport
oksigen
ke
jaringan.
5) Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi
dan
neurologist.
Tujuan
dapat
mempertahankan
integritas
kulit.
&
IMPLEMENTASI
Kaji integritas kulit, catat perubahan pada turgor, gangguan warna, hangat local, eritema,
ekskoriasi.
Rasional : kondisi kulit dipengaruhi oleh sirkulasi, nutrisi dan imobilisasi. Jaringan dapat
menjadi
rapuh
dan
cenderung
untuk
infeksi
dan
rusak.
Reposisi secara periodic dan pijat permukaan tulang apabila pasien tidak bergerak atau
ditempat
tidur.
Rasional : meningkatkan sirkulasi kesemua kulit, membatasi iskemia jaringan/mempengaruhi
hipoksia
Anjurkan
pemukaan
kulit
kering
dan
bersih.
Batasi
penggunaan
seluler.
sabun.
Rasional : area lembab, terkontaminasi, memberikan media yang sangat baik untuk
pertumbuhan organisme patogenik. Sabun dapat mengeringkan kulit secara berlebihan.
Bantu
untuk
latihan
rentang
gerak.
Rasional
meningkatkan
sirkulasi
jaringan,
mencegah
stasis.
Gunakan alat pelindung, misalnya kulit domba, keranjang, kasur tekanan udara/air. Pelindung
tumit/siku
dan
bantal
sesuai
indikasi.
(kolaborasi)
Rasional : menghindari kerusakan kulit dengan mencegah /menurunkan tekanan terhadap
permukaan
kulit.
6) Konstipasi atau Diare berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan proses
pencernaan;
Tujuan
efek
:
samping
membuat/kembali
pola
terapi
normal
dari
obat.
fungsi
usus.
factor
INTERVENSI
Observasi
&
konsistensi,
warna
feses,
pemberat.
frekuensi
IMPLEMENTASI
dan
jumlah.
Rasional : membantu mengidentifikasi penyebab /factor pemberat dan intervensi yang tepat.
Auskultasi
bunyi
usus.
Rasional : bunyi usus secara umum meningkat pada diare dan menurun pada konstipasi.
Awasi
intake
dan
output
(makanan
dan
cairan).
Rasional : dapat mengidentifikasi dehidrasi, kehilangan berlebihan atau alat dalam
mengidentifikasi
Dorong
masukkan
cairan
defisiensi
2500-3000
ml/hari
dalam
toleransi
diet.
jantung.
Rasional : membantu dalam memperbaiki konsistensi feses bila konstipasi. Akan membantu
memperthankan
Hindari
Rasional
status
makanan
menurunkan
hidrasi
yang
distress
pada
membentuk
gastric
dan
diare.
gas.
distensi
abdomen
Kaji kondisi kulit perianal dengan sering, catat perubahan kondisi kulit atau mulai kerusakan.
Lakukan
perawatan
perianal
setiap
defekasi
bila
terjadi
diare.
Rasional
Kolaborasi
:
ahli
mencegah
ekskoriasi
gizi untuk diet siembang
kulit
dan
dengan tinggi serat
kerusakan.
dan bulk.
Rasional : serat menahan enzim pencernaan dan mengabsorpsi air dalam alirannya sepanjang
traktus intestinal dan dengan demikian menghasilkan bulk, yang bekerja sebagai perangsang
untuk
defekasi.
Berikan pelembek feses, stimulant ringan, laksatif pembentuk bulk atau enema sesuai
indikasi.
Pantau
keefektifan.
(kolaborasi)
Rasional
mempermudah
defekasi
bila
konstipasi
terjadi.
Berikan obat antidiare, misalnya Defenoxilat Hidroklorida dengan atropine (Lomotil) dan obat
mengabsorpsi
air,
misalnya
Metamucil.
(kolaborasi).
Rasional
menurunkan
motilitas
usus
bila
diare
terjadi.
tidak
mengenal
sumber
informasi.
Tujuan : pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan rencana
pengobatan.
Kriteria hasil : - pasien menyatakan pemahamannya proses penyakit dan penatalaksanaan
penyakit.
-
mengidentifikasi
Melakukan
tiindakan
factor
yang
INTERVENSI
penyebab.
perlu/perubahan
&
pola
hidup.
IMPLEMENTASI
Berikan informasi tentang anemia spesifik. Diskusikan kenyataan bahwa terapi tergantung
pada
tipe
dan
beratnya
anemia.
Rasional : memberikan dasar pengetahuan sehingga pasien dapat membuat pilihan yang tepat.
Menurunkan
Tinjau
Pengetahuan
dan
keluarga
menurunkan
ansietas.
tentang
penyakitnya.
Rasional : megetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan keluarga tentang
penyakitnya.
Berikan penjelasan
pada
klien
tentang
penyakitnya
dan
kondisinya
sekarang.
Rasional : dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan keluarganya akan
merasa
Anjurkan
tenang
klien dan
dan
keluarga
untuk
mengurangi
memperhatikan
rasa
cemas.
diet makanan nya.
Rasional : diet dan pola makan yang tepat membantu proses penyembuhan.
Minta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan.
Rasional : mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai
keberhasilan
dari
tindakan
yang
dilakukan.
D.
Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien dengan
tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan melibatkan
pasien,
keluarga
Evaluasi
dan
pada
1)
kesehatan
pasien
lainnya.
Kebutuhan
Pasien
dapat
4)
Dapat
6)
Membuat/kembali
Juall
Capenito,
anemia
adalah
:
terjadi.
nutrisi
terpenuhi.
ambulasi/aktivitas.
perfusi
mempertahankan
pola
1999:28)
tidak
mempertahankan/meningkatkan
Peningkatan
5)
(Lynda
dengan
Infeksi
2)
3)
tenaga
normal
jaringan.
integritas
dari
kulit.
fungsi
usus.
7) Pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan rencana
pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA
Burton, J.L. 1990. Segi Praktis Ilmu Penyakit Dalam. Binarupa Aksara : Jakarta
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian pasien. ed.3. EGC : Jakarta
http://id.wikipedia.org/wiki/Anemia
http://www.kompas.com/ver1/Kesehatan/0611/30/104458.htm
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta.