Você está na página 1de 37

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANEMIA

APLIKASI NANDA, NOC, NIC


Diposkan oleh Rizki Kurniadi
A.
DEFINISI
Anemia adalah kondisi dimana jumlah sel darah merah dan atau konsentrasi
hemoglobin turun di bawah normal (Donna L. Wong).
Menurut Dr. W. Herdin Sibuea dkk 1992, darah orang mengandung 13-16 gr
hemoglobin (Hb) / 100 cc (13-16 gr%), semua Hb ini terdapat di dalam eritrosit. Jika
konsentrasi Hb turun dibawah normal akan timbul anemia. Namun harus disadari
bahwa batas terendah dari nilai normal tergantung pada umur dan jenis kelamin.
Umur
Laki laki
Perempuan
12 18
13 16 gr %
12 16 gr %
thn.
13,5 17,5 gr %
12 16 gr %
18 48
thn.

B.
KLASIFIKASI DAN ETIOLOGI ANEMIA
emia mikrositik hipokrom
a)
Anemia defisiensi besi
Kebutuhan Fe dalam makanan sekitar 20 mg sehari, dari jumlah ini hanya kira kira
2 mg yang diserap. Jumlah total Fe dalam tubuh berkisar 2 4 g, kira kira 50 mg/
kg BB pada pria dan 35 mg/kg BB pada wanita. Umumnya akan terjadi anemia
dimorfik, karena selain kekurangan Fe juga terdapat kekurangan asam folat.
Etiologi : anemia ini umumnya disebabkan oleh perdarahan kronik. Di Indonesia
paling banyak disebabkan oleh infestasi cacing tambang (ankilostomiasis). Infestasi
cacing tambang pada seseorang dengan makan yang baik tidak akan menimbulkan
anemia. Bila disertai malnutrusi, baru akan terjadi anemia penyebab lain dari anemia
defisiensi adalah :
Diet yang tidak mencukupi
Absorpsi yang menurun
Kebutuhan yang meningkat pada kehamilan, laktasi
Perdarahan pada saluran cerna, donor darah
Hemoglobinuria
Penyimpanan besi yang berkurang, seperti pada hemosiderosis paru.
b)
Anemia penyakit kronik
Anemia ini dikenal pula dengan nama sideropenic anemia with reticuloendothelial
siderosis. Anemia pada penyakit kronik merupakan jenis anemia terbanyak kedua
setelah anemia yang dapat ditemukan pada orang dewasa di Amerika Serikat.
Penyebab :
Penyakit ini banyak dihubungkan dengan berbagai penyakit infeksi, seperti infeksi
ginjal, paru (bronkiektasis, abses, empiema, dll).
Inflamasi kronik, seperti artritis reumatoid
Neoplasma, seperti ilmfoma malignum, dan nekrosis jaringan.
2.
a.

Anemia makrositik
Difesiensi vitamin B12

Kekurangan vitamin B12 bisa disebabkan oleh faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.
Kekurangan vitamin B12 akibat faktor intrinsik terjadi karena gangguan absorpsi
vitamin yang merupakan penyakit herediter autoimun, sehingga pada pasien
mungkin dijumpai penyakit penyakit autoimun lainnya. Kekurangan vitamin
B12 karena faktor intrinsik ini tidak dijumpai di Indonesia. Yang lebih sering dijumpai di
Indonesia adalah penyebab in
trinsik karena kekurangan masukan vitamin B 12 dengan gejala gejala yang tidak
berat.
b. Defisiensi asam folat
Asam folat terutama terdapat dalam daging, susu, dan daun daun yang hijau.
Umumnya behubungan dengan manultrisi. Penurunan absorpsi asam folat jarang
ditemukan karena absorpsi terjadi di seluruh saluran cerna. Juga berhubungan
dengan sirosis hepatis, karena terdapat penurunan cadangan asam folat.
3.

4.
a.

Anemia karena perdarahan


Anemia karena perdarahan terbagi atas :
1). Perdarahan akut
Mungkin timbul renjatan bila pengeluaran darah cukup banyak, sedangkan
penurunan kadar Hb baru terjadi beberapa hari kemudian.
2). Perdarahan kronik
Pengeluaran darah biasanya sedikit sedikit sehingga tidak diketahui pasien.
Penyebab yang sering antara lain ulkus peptikum, menometroragi, perdarahan
saluran cerna karena pemakaian analgesik, dan epistaksis. Di Indonesia sering
karena infestasi cacing tambang.

Anemia hemolitik
Anemia hemolitik
Pada anemia hemolitik terjadi penurunan usia sel darah merah (normal 120), baik
sementara atau terus menerus. Anemia terjadi hanya bila sumsusm tulang telah
tidak mampu mengatasinya karena usia sel darah merah sangat pendek, atau bila
kemampuannya terganggu oleh sebab lain.
Penyebab :
1)
Intrinsik
Kelainan membran, seperti sferositosis herediter, hemoglobinuria noktural
paroksismal.
Kelinan glikolisis, seperti defisisensi piruvat kinase.
Kelainan enzim, seperti defisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD).
Hemoglobinopati, seperti anemia sel sabit, methemoglobinemia.
2)
Ekstrinsik
Gangguan sistem imun, seperti pada penyakit autoimun, penyakit limoproliferatif,
keracunan obat.
Mikroangiopati, seperti pada purpura trombotik trombositopenik, koagulasi
intravaskular diseminata (KID).
Infeksi, seperti akibat plasmodium, klostrodium, borrelia.
Hipersplenisme.
Luka bakar.
b. Anemia hemolitik autoimun
Anemia hemolitik autoimun (Autoimun Hemolitic Anemia, AIHA) merupakan
kelaianan darah yang di dapat, di mana autoantibodi IgG yang dibentuk terikat pada

1.
2.

membran sel darah merah (SDM). Antibodi ini umumn ya berhadapan langsung
dengan komponen dasar dari sistem Rh dan sebenarnya dapat terlihat pada SDM
semua orang.
Klasifikasi :
Warm-antibody immunohemolytic anemia
Cold antibodyimmunohemolytic anemia
5.

Anemia Aplastik
Terjadi karena ketidaksanggupan sumsum tulang untuk membentuk sel sel darah.
Penyebab : bisa kongenital (jarang), idiopatik (kemungkinan autoimun), LES,
Kemoterapi, radioterapi, toksin, seperti benzen, toluen, insektisid, obat obat seperti
kloramfenikol, sulfonamid, analgesik (pirazolon), antiepileptik (hidantoin), kinakrin,
dan solfonilurea, pascahepatitis, kehamilan, dan hemoglobinuria paroksimal
noktural.
(Kapita Selekta Kedokteran, 1999)
C.
POTOFISIOLOGI
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel
darah merah secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum dapat terjadi
akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat
penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan
atau hemplisis (destruksi), hal ini dapat akibat defek sel darah merah yang tidak
sesuai dengan ketahanan sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah
merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam
sistem retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limfa. Hasil sampingproses ini
adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel
darah merah atau hemolisis segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin
plasma (konsentrasi normal 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik
pada sklera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan
hemklitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma / hemoglobinemia. Apabila
konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat
untuk hemoglobin bebaas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi
dalam glomerus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinnuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh
penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak
mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan dasar : 1. hitung retikulosit dalam
sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang
dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya
hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.
D.
MANIFESTASI KLINIK
Penderita anemia biasanya merasa sangat lelah, sakit kepala dan jika anemia timbul
dengan cepat,penderita mengeluh penglihatan berkunang kunang (dizzyness).
Gejal;a yang paling penting adalah gejala pada jantung dan paru paru. Darah
dengan konsentrasi Hb yang rendah harus beredar dalam sirkulasi lebih sering dari
biasanya.

Bila kadar Hb 15 gr / % maka pada keadaan istirahat curah jantung 5 1/menit sudah
cukup. Jika kadar Hb turun menjadi 5 gr %, curah jantung yang dibutuhkan adalah
15 1/menit untuk mencukupi oksigen yang sama untuk jaringan. Orang yang tidak
terlatih dapat meninggikan curah jantung sampai 12 13 1/menit. Jika dibutuhkan
curah jantung yang lebih tinggi maka jantung akan mengalami kegagalan.
Mekanisme kegagalan jantung adalah sebagai berikut :
Jaringan memerlukan O2 lebih banyak daripada yang dapat disediakan oleh darah.
Pada jaringan yang mengalami hipoksia, CO 2 dan juga asam laktat akan tertimbun.
Asidosis setempat ini akan menyebabkan dilatasi arteriol. Akibatnya tahanan arteri
perifer akan turun. Aliran darah pada jaringan akan bertambah, tatapi pada waktu
yang bersamaan tekanan darah pada arteri akan turun juga. Jika ini terjadi, maka
refleks dari sinus karotikusakan segera bekerja dan medula dari kelenjar adrenal
akan dirangsang untuk mensekreasi katekolamin. Hal ini akan menyebabkan denyut
jantung akanlebih kuat dan lebih cepat. Penderita akan merasa berdebar debar
(Palpitasi). Frekuensi nadi bertambah. Pada waktu yang bersamaan darah akan
lebih banyak kembali ke jantung dari sebelumnya. Berdasarkan hukum Straling, ini
akan meninggikan curah jantung. Jika curah jantung yang maksimum telah tercapai,
pengisian jantung lebih lanjut akan menyebabkan curah jantungh makin rendah,
ditambah lagi pada anemia terdapat degenerasi lemak pada miokardium yang
melemahkan jantung. Pengisisan yang berlebihan dari sirkulasi pulmonal akan
terjadi dan menyebabakan dispne, mula mula hanya pada waktu bekerja, kemudia
pada waktu istirahat. Bila anemia berat dibiarkan tidak diobati, penderita dapat
meninggal oleh karena gagal jantung (high output failure), asidosis asam laktat yang
disebabkan oleh anoksia atau kerusakan otak akibat anoksia.
Pada pemeriksaan, penderita kelihatan pucat terumata pada telapak tangan dan
lidah. Nadi cepat dan denyut nadi biasanya keras. Tekanan darah normal tetapi
tekanan diastolok dapat rendah. Dispne biasanya berat. Pada auskultasi, sering
ditemukan bising mendengung (humming) yang terus menerus pada vena vena
dileher, di atas klavikula.
Pada jantung terutama pada daerah aorta dan a. pulmonalis terdengar bising sistolik
yang keras oleh karena aliran darah yang cepat meimbulkan efek turbulensi.Hal ini
jangan dikatakan dengan bising yang disebabkan kelainan katup jantung. Pada
pemeriksaan laboratorium ditemukan konsentrasi Hb dan eritrosit yang rendah. (Dr.
W. Herdin Sibuea dkk, 1992).
E.
KOMPLIKASI
Komplikasi umum akibat anemia adalah :
Gagal jantung
Parestisia
Kejang

F.
PENATALAKSANAAN
1. Keperawatan
berikan diet TKTP
erikan diet gizi serat, dan buah buahan yang cukup
awasi kegiatan anak
erikan oksigen
onitor hasil laborat (Hb dan Ht)
erikan transfusi (setelah kolaborasi dengan dokter)
2. Medis

1)

Anemia mikrositik hipokrom


a. Anemia defisiensi besi
Mengatasi penyebab perdarahan kronik, misalnya pada ankilotostomiasis diberikan
antelmintik yang sesuai.
Pemberian preparat fe:
Fero sulfat 3 x 325 mg secara oral dalam keadaan perut kosong, dapat dimulai
dengan dosis yang rendah dan dinaikan bertahap. Pasien yang tidak kuat,dapat
diberikan bersama makanan.
Fero glukonat 3 x 200 mg secara oral sehabis makan. Bila terdapat intoleransi
terhadap pemberian preparat Fe oral atau gangguan pencernaan sehingga tidak
dapat diberikan oral, dapat diberikan secara parenteral dengan dosis 250 mg Fe (3
mg/kk BB) untuk tiap g% penurunan kadar Hb dibawah normal.
Iron dekstran mengandung fe 50mg/ml, diberikan secara intramuskular mula mula
50 mg, kemudian 100-250 mg tiap 1-2 hari sampai dosis total sesuai perhitungan.
Dapat pula diberikan intravena, mula mula 0,5 ml sebagai dosis percobaan. Bila
dalam 3-5 menit tidak menimbulkan reaksi, boleh diberikan 250-500 mg.
b. Anemia penyakit kronik
Terapi terutama ditujukan pada penyakit dasarnya.
Pada anemia yang mengancam nyawa, dapat diberikan transfusi darah merah
(packed red cell) seperlunya. Pengobatan dengan suplementasi besi, tidak
diindikasikan, kecuali untuk mengatasi anemia pada artritis reumatoid. Pemberian
kobalt dan eritropoeitin dikatakan dapat memperbaiki anemia pada penyakit kronik.
2)
Anemia makrositik
a. Defisiensi vitamin B12
Pemberian vitamin B12 1.000 mg/hari im selama 5-7 hari, 1 kali tiap bulan.
b. Defisiensi asam folat
Meliputi pengobatan terhadap penyebab nya dan dapat dilakukan pula dengan
pemberian suplementasi asam folat oral 1 mg per hari.
3)
Anemia karena perdarahan
Pemerikasaan laboratorium :
Gambaran anemia sesuai dengan anemia defisiensi Fe. Perdarahan pada saluran
cerna akan memberi hasil positif pada tes benzidin dari tinja.
Mengobati sebeb perdarahan.
Pemberian preparat Fe.
4)
Anemia hemolitik
a.
Anemia hemolitik
Penatalaksanaan anemia hemolitik disesuaikan dengan penyebabnya. Bila karena
reaksi toksik imunologik yang didapat diberikan adalah kortikosteroid (prednison,
prednisolon), kalau perlu dilakukan splenektomi. Apabila keduanya tidak berhasil,
dapat diberikan obat obat sitostatik, seperti klorambusil dan siklofosfamid.
b. Anemia hemolitik autoimun
Terapi inisial dengan menggunakan pednison 1-2 mg/kk Bb/hari dalam dosis terbagi.
Jika terjadi anemia yang mengancam hidup, transfusi darah harus diberikan dengan
hati hati. Keputusan untuk melakukan transfusi harus melalui konsultasi dengan
ahli hematologi terlebih dahulu.
Apabila prednison tidak efektif dalam menanggulangi kelainan ini, atau penyakit
mengalami kekambuhan dalam periode taperingoff dari prednison, maka dianjurkan
untuk dilakukan splenektomi. Apabila keduanya tidak menolong, maka dialkuakn
terapi dengan menggunakan berbagai jenis obat imunosupresif.

5)

1.
a.
b.
1)
2)
3)
4)
c.
1)
2)
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
d.
1)

Imunoglobulin dosistinggi intravena (500 mg/kg BB/hari selama 1-4 hari) mungkin
mempunyai efektivitas tinggi dalam mengontrol hemolisis. Namun efek pengobatan
ini hanya sebentar (1-3 minggu) dan sangat mahal harganya. Dengan demikian
pengobatan ini hanya digunakan pada situasi gawat darurat dan bila pengobatan
dengan prednison menrupakan kontraindikasi.
Anemia aplastik
Tujuan utama terapi adalah pengobatan yang disesuaikan dengan etiologi dari
anemianya. Berbagai teknik pengobatan dapat dilakukan, seperti :
Transfusi darah, sebaiknya diberikan packed red cell. Bila diperlukan trombosit,
berikan darah segar atau platelet concentrate.
Atasi komplikasi (infeksi) dengan antibiotik. Higiene yang baik perlu untuk mencegah
timbulnya infeksi.
Kortikosteroid, dosis rendah mungkin bermanfaat pada perdarahan akibat
trobositopenia berat.
Androgen, seperti fluokrimesteron, testoteron, metandrostenolon, dan nondrolon.
Efek samping samping yang mungkin terjadi virilisasi, retensi air dan garam,
perubahan hati, dan amenenore.
Imunosupresi, seperti siklosporin, globulin antimosit. Champlin, dkk menyarankan
penggunaannya pada pasien > 40 tahun yang tidak dapat menjalani transplantasi
sumsum tulang dan pada pasien yang telah mendapat transfusi berulang.
Tranlantasi sumsum tulang.
G.
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
Identitas
Riwayat kesehatan
Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) lelah, sakit
kepala, penglihatan berkunang kunang, berdebar debar.
Riwayat kesehatan sekarang (Riwayat kesehatan yang diderita pasien saat masuk
rumah sakit).
Riwayat kesehatan yang lalu (Riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang
pernah diderita pasien) apakah mafsu makan pasien turun, apakah pasien
mempunyai penyakit dengan perdarahan terus menerus.
Riwayat kesehatan keluarga (Riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain baik
bersifat genetik atau tidak). Apakah dikeluarga ada yang sakit hemofili.
Pemeriksaan persistem
Keadaan Umum : keadaran, vital sign, status gizi (BB, TB)
Sistem persepsi sensori kunjungtiva anemis
Sistem persyaratan : sakit kepala, kunang kunang, proses pikir lambat.
Sistem pernafasan : nafas pendek, disyna
Sistem kardiovaskuler : nadi cepat dan denyut nadi biasanya keras, tekanan darah
normal tetapi tekanan diastolik dapat rendah.
Sistem gastrointestinal :
Sistem integumen : kulit lembab dan dingin, biasanya pucat.
Sistem perkemihan
Sistem muskoloskeletal : lemah secara umum.
Pola fungsi kesehatan
Pola pesepsi dan pemeliharaan kesehatan :
Kebiasaan bab di WC? Personal hygine? Sanitasi?

2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)

Pola nutrisi dan metabolisme :


Apakah nafsu makan turun? Adakah anak suka makan sayur sayuran dan buah
buahan?
Pola eliminasi : BAK lancar? BAB ada darah?
Pola aktifitas dan alatihan : apakah anak masih mau bermain?
Pola tidur dan latihan : apakah anak susah tidur?
Pola kognitif dan perceptual
Pola toleransi dan koping stress
Pola nilai dan keyakinan
Pola hubungan dan peran.

2. Pemeriksaan Penunjang
Kadar Hb, hematokrit, indek sel darah merah, penelitian sel darah putih,
kFe,pengukuran kapasitas ikatan besi, kadar folat, vitamin B 12, hitung trombosit,
waktu perdarahan, waktu protombin dan waktu tromboplastin parsial.
Aspirasi dan biopsy sumsum tulang. Unsaturated iron binding capacity serum.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)

H.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Intolelansi aktivitas b.d. kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan O 2.
Takut b.d. prosedur transfusi, hospitalisasi, pengalaman lingkungan yang kurang
bersahabat.
Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d. faktor biologis.
Kurang pengetahuan tentang anemia b.d. kurang informasi.
Resiko infeksi, faktor resiko pertahanan sekunder tidak adekuat (penurunan Hb).
Resiko jatuh.
K anenia .

N
o
1.

Diagnosa Kep
Intoleransi aktivitas b.d
ketidakseimbangan
suplai & kebutuhan O2,
kelemahan.

NOC / Tujuan
Klien dapat
menoleransi
aktivitas &
melakukan ADL
dengan baik.

NIC / Intervensi

1. Menentukan
penyebab
intoleransi
aktivitas &
menentukan
Batasan karakteristik :
apakah penyebab
Laporan verbal :
Kriteria hasil :
dari fisik,
kelelahan dan
Berpartisipasi
psikis/motivasi
kelemahan
dalam aktivitas fisik 2. Kaji kesesuaian
Respon terhadap
dengan TD, HR,
aktivitas &
aktivitas menunjukan
RR yang sesuai
istirahat klien
nadi dan tekanan darah Warna kulit
sehari hari
abnormal.
normal, hangat dan 3. Tingkatkan
Perubahan EKG
aktivitas secara
kering
menunujukkan aritmia Memverbalisasika bertahap, biarkan
atau disritmia.
klien
n pentingnya
Dispna dan
berpartisipasi
aktivitas secara
ketidaknyamanan yang
dapat perubahan
bertahap

sangat.

2.

Takut b.d. prosedur


transfusi,
hospitalisasi,pengalama
n lingkungan yang
kurang bersahabat.
(00148)

Mengekspresikan posisi, berpindah


& perawatan diri.
pengertian
4.
Pastikan kilen
pentingnya
mengubah posisi
keseimbangan
secara bertahap.
latihan & istirahat
Monitor gejala
Meningkatnya
intoleransi ativitas
toleransi aktivitas
5. Ketika
membantu klien
berdiri, observasi
gejala intoleransi
spt mual, pucat,
pusing, ganguan
kesadaran &
tanda vital
6. Lakukan latihan
ROM jika klien
tidak dapat
menoleransi
aktivitas.

Setelah dilakukan
Cioping
tindakan
enhancement
keperawatan
(5230)
selama 3hari
1. Kaji respon
perasaan takut
takut pasien :
pasien berkurang
data objektif dan
atau hilang.
subjektif
Batasan karakteristik :
2. Jelaskan
Panik
Fear kontrol :
pasien/keluarga
1. Pasien mencari
Teror
tentang proses
Perilaku menghindar
informasi untuk
penyakit
mengurangi takut 3. Terangkan
atau menyerang
2. Pasien tidak
Implusif
pasien / keluarga
menyerang atau
Nadi, respirasi, tD
tentang semua
menghindar
dari
sistolik meningkat
pemeriksaan dan
sumber yang
Anoreksia
pengobatan
menakutkan
Mual, muntah
4. Dorong orang
3. Pasien
Pucat
tua untuk selalu
menggunakan
Stimulus sebagai
menemani anak
teknik relaksasi
ancaman
5. Berikan pilihan
untuk mengurangi
Lelah
yang realistic
takut
Otot tegang
tentang aspek
Keringat meningkat 4. Durasi takut
perawatan
menurun
Gempar
6. Dorong pasien
5. Pasien mampu
untuk melakukan
Ketegangan
mengontrol
respon
aktivitas social
meningkat
takut
dan komunitas
Menyatakan takut
7. Dorong
Anxiety control
penggunaan

(1402)
sumber spiritual
Kriteria :
Anxiety
Tidur pasien
Reduction (5820)
adekuat
1. Jelaskan semua
Tidak ada
prosedur
manifestasi fisik
termasuk
Tidak ada
manifestasi perilaku perasaan yang
mungkin dialami
selama menjalani
prosedur
2. Berikan objek
yang memberikan
rasa aman
3. Jaga peralatan
pengobatan
diluar penglihatan
pasien
4. Dengarkan
pasien dengan
penuh perhatian
5. Ciptakan
suasana saling
percaya
6. Dorong pasien
mengungkapkan
perasaan,
persepsi dan
takut secara
verbal
7. Berikan
aktivitas /
peralatan yang
menghibur untuk
mengurangi
ketegangan
8. anjurkan pasien
menggunakan
teknik relaksasi
3.

Ketidakseimbangan
nutrisi : kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan dengan
faktor biologis
Batasan Karakteristik :
Berat badan 20 %
atau lebih di bawah ideal
Dialaporkan adanya

Setelah dilakukan MONITORING


tindakan
GIZI
keperawatan
Timbang berat
selama 6 hari
badan pasien
status nutrisi
pada interval
meningkat dengan
tertentu
kriteria :
Amati
Intik makan dan kecenderungan
minum adekuat
pengurangan dan
Tanda tanda
penambahan

intake makanan yang


kurang dari RDA
(Recomended daily
Allowance)]
Membran mukosa
dan konjungtiva pucat
Kelemahan otot yang
digunakan untuk
menelan / mengunyah
makanan
Luka, inflamasi pada
rongga mulut
Mudah merasa
kenyang, sesaat setelah
mengunyah makanan
Dilaporkan atau fakta
adanya kekurangan
makanan
Dilaporkan adanya
perubahan sesnsasi rasa
Perasaan
ketidaknyamanan untuk
mengunyah makanan
Miskonsepsi
Kehilangan BB
dengan makanan cukup
Keengganan untuk
makan
Kram pada abdomen
Tonus otot jelek
Nyeri abdominal
dengan atau tanpa
patologi
Kurang berminat
terhadap makanan
Pembuluh darah
kapiler mulai rapuh
Diare dan atau
steatorrhea
Kehilangan rambut
yang cukup banyak
(rontok)
Suara usus hiperaktif
Kurangnya informasi,
misinformasi

malnutrisi tidak ada


Membran
konjungtifa dan
mokus tidak pucat
Nilai lab :
- Protein total 6-8 gr%
- Albumen :
3,5-5,3 gr %
- Glogulin 1,83,6 gr %
- Hb tidak
kurang dari 10 gr % -

berat badan
Monitor jenis
dan jumlah
latihanyang
dilaksanakan
Monitor respon
emosional pasien
ketika
ditempatkan pada
suatui keadaan
yang ada
makanan
Monitor
lingkungan
tempat makan
Amati rambut
yang kering dan
mudah rontok
Monitor mual
dan muntah
Amati tingkat
albumen, protein
total hemoglobin,
dan hematokrit
Monitor tingkat
energi rasa tidak
enak badan,
keletihan dan
kelemahan
Mati jaringan
penghubung
yang pucat,
kemerahan dan
kering
Monitor
masukan kalori
dan bahan
makanan

MANAJEMEN
NUTRISI
Kaji apakah
pasien ada alergi
makanan
Kerjasama
dengan ahli gizi
dalam
menentukan
jumlah kalori,
protein dan lemak

secara tepat
sesuai dengan
kebutuhan pasien
Anjurkan
masukan kalori
sesuai kebutuhan
Ajari pasien
tentang diet yang
benar sesuai
kebutuhan tubuh
Monitor catatan
makanan yang
masuk atas
kandungan gizi
dan jumlah kalori
Timbang berat
badan secara
teratur
Anjurkan
penambahan inti
protein, zat besi
dan vitamin C
yang sesuai
Pastikan bahwa
diet mengandung
makanan yang
berserat tinggi
untuk mencegah
sembelit
Beri makan
protein tinggi,
kalori tinggi dan
makanan bergizi
yang sesuai
Pastikan
kemampuan
pasien untuk
memenuhi
kebutuhan
gizinya

TERAPI GIZI
Monitor
masukan cairan
dan makanan
dan hitung kalori
makanan dengan
tepat
Berikan
pendidikan

4.

Kurang pengetahuan
tentang anemia b.d
kurangnya informasi

kesehatan
tentang
pentingnya gizi
Kolaborasi ahli
gizi
Pastikan diet
gizi serat dan
buah buahan
yang cukup
Pantau lab.
Jika perlu
Evaluasi tanda
tanda
kekurangan gizi

Setelah dilakukan
Teaching :
penjelasan selama Disease Process
3 x pertemuan,
1. Berikan
pasien / keluarga
penilaian tentang
Batasan Karakteristik :
mengetahui tentang
tingkat
Mengungkapkan
penyakitnya.
pengetahuan
masalah
pasien tentang
Tidak tepat mengikuti Kriteria Hasil :
proses penyakit
Pasien dan
perintah
yang spesifik
Tingkah laku yang
keluarga
2. Jelaskan
berlebihan (misalnya
menyatakan
patofisiologi dari
histeris, sikap
pemahaman
penyakit dan
bermusuhan, agitasi,
tentang penyakit,
bagaimana hal ini
apatis)
kondisi, pronogsis,
berhubungan
dan program
dengan anatomi
pengobatan
dan fisiologi,
Pasien dan
dengan cara
keluarga mampu
yang tepat
melaksanakan
3. Gambarkan
prosedur yang
tanda dan gejala
dijelaskan dengan
yangbiasa
benar
muncul pada
Pasien dan
penyakit, dengan
keluarga mampu
cara yang tepat
menjelaskan
4. Gambarkan
kembali apa yang
proses penyakit,
dijelaskan perawat /
dengan cara
tim kesehatan
yang tepat
5. Identifikasi
kemungkinan
penyebab,
dengan cara
yang tepat
6. Berikan

informasi pada
pasien tentang
kondisi, dengan
cara yang tepat
7. Sediakan bagi
keluarga atau SO
informasi tentang
kemajuan pasien
dengan cara
yang tepat
8. Sediakan
informasi tentang
pengukuran
diagnostik yang
tersedia, dengan
tepat
9. Diskusikan
perubahan gaya
hidup yang
mungkin
diperlukan untuk
mencegah
komplikasi di
masa yang akan
datang atau
proses
pengontrolan
penyakit
10. Diskusikan
pilihan terapi atau
penanganan
11. Gambarkan
pilihan terapi
rasional
rekomendasi
manajemen
terapi /
penanganan
12. Dukung pasien
untuk
mengeksplorasi
atau
mendapatkan
second opinion
dengan cara
yang tepat atau
diindikasi
13. Eksplorasi
kemungkinan
sumber atau

dukungan,
dengan cara
yang tepat
14. Rujuk pasien
mengenai tanda
dan gejala untuk
melaporkan pada
pemberi
perawatan
kesehatan,
dengan cara
yang tepat
15. Instruksikan
pasien mengenai
tanda dan gejala
untuk melaporkan
pada pemberi
perawatan
kesehatan,
dengan cara
yang tepat
16. Sediakan
telepon untuk
memanggil jika
komplikasi terjadi
17. Kuatkan
informasi yang
disediakan oleh
anggota tim
kesehatanlain,
dengan cara
yang tepat
5.

6.

Resiko infeksi, faktor


resiko pertahanan
sekunder tidak adekuat
(penurunan Hb)
Resiko jatuh

7.

K Anemia

Dapat
1. Anjuran untuk
meminimalkan atau menggunkan
mengatasi
sikat gigi yang
komplikasi anemia
halus dan
selama perawatan
menghindari
3x24 jam
menghembuskan
nafas dengan
ditandai dengan :
keras melalui
Hb > atau sama hidung,
dengan 10 gr%
konstipasi dan
Toleransi
olahraga kontak

terhadap aktifitas
Konjungtiva
tidak anemis
Tidak sianosis

tubuh,
2. Bila klien
dengan terapi
alpha eportin,
pantau :
TD minimal 3
x seminggu
Kadar HMT
dan retikulosit
setiap minggu
Fe, kapasitas
ikatan Fe total
dan nilai feritin
total
Kalium serum
3. Bila pada terapi
alpha epoeitin,
HMT turun
evaluasi
Status Fe
Kadar
aluminium
Anjuran untuk
menyingkirkan
antasida
luminium
Resiko
kehilangan darah
Kaji penyebab
yang mendasari
4. Pantau tanda
dan gejala
anemia
Hb > 10 gr/dl
Wajah pucat,
sklera icteric,
konjungtiva
anemis
Perubahan
fungsi mental,
gelisah
Kulit dingin,
lembab
Gangguan
hemodianmik
5. Kolaborasi
dokter untuk
pemberian
Terapi
intravena, tranfusi

darah dan diet

Askep Anemia
BAB II
TINJAUAN TEORISTIS
A. KONSEP DASAR
1. Pengertian:
Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar hemoglobin (HB)
atau hematokrit (HT) dibawah normal. Anemia menunjukkan suatu status penyakit atau
perubahan fungsi tubuh. Terdapat banyak perbedaan jenis anemia. Beberapa menyebabkan
ketidak adekuatan pembentukan sel sel darah merah ( eritropoiesis); SDM prematur atau
penghancuran SDM yang berlebihan (hemolisi); kehilangan darah( penyebab yang paling
umum ); faktor-faktor etiologi lainnya yaitu defisit zat besi dan nutrien, faktor faktor
hereditas, dan penyakit kronis. (brunner dan suddarth, 2000, Hal : 22)
2. Etiologi
Anemia terjadi sebagai skibat gangguan, atau rusaknya mekanisme produksi sel darah
merah. Penyebab anemia adalah menurunnya produksi sel darah merah. Penyebab anemia
adalah menurunnya produksi sel-sel darah merah karena kegagalan dari sumsum tulang,
meningkatnya penghancuran sel-sel darah merah, perdarahan, dan rendahnya kadar
ertropoetin, misalnya pada gagal ginjal yang parah. Gejala yang timbul adalah kelelahan,
berat badan menurun, letargi, dan membran mukosa menjadi pucat. Apabila timbulnya
anemia perlahan (kronis), mungkin hanya timbul sedikit gejala, sedangkan pada anemia akut
yang terjadi adalah sebaliknya. Pasien yang menderita anemia kronis lebih dapat mentolerir
tindakan bedah dibandingkan dengan penderita anemia akut. Faktor penatalaksanaan yang
patut dipertimbangkan untuk penderita anemia terpusat pada penurunan kemampuan darah
untuk menganggkut oksigen, dan pada beberapa kasus, mengenai kecendrungan rusaknya
mekanisme pertahanan selular.( Pedersen, G. W 1996, Hal : 114 ).
3. Patofisiologi :
Menurut Wiwik, h., & Hariwibowo, A. S (2008, hal : 92) patofisiologi pada klien anemia
ialah timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang atau kehilangan sel
darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum tulang dapat terjadi akibat
kekurangan nutrisi. Pajanan toksik, invasi tumor, atau akibat penyebab yang tidak diketahui.
Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis. Lisis sel darah merah terjadi
dalam sel fagostik atau dalam sistem retikulo endothelial, terutama dalam hati dan limpa.
Sebagai hasil sampingan dari proses tersebut, billirubin yang terbentuk dalam fagosit akan
memasuki aliran darah. Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi,
maka hemoglobin akan muncul dalam plasma. Apabila konsentrasi plasmanya melebihi
kapasitas hemoglobin plasma, hemoglobin akan berdifusi dalam glumerulus ginjal dan ke
dalam urine.
Pada dasarnya gejala anemia timbul karena dua hal berikut (1)Anoksia organ target
karena berkurangnya jumlah oksigen yang dapat dibawa oleh darah ke jaringan.
(2)Mekanisme kompensasi terhadap anemia.

4. Gambaran klinis
gejala awal yang tersembunyi dan derajat beratnya anemia dapat timbul pada saat
menentukan diagnosis. Biasa terjadi diare dan berat badan yang berkurang, pireksia
ringan ikterus karena hemolisis dan warna pucat membuat kulit berwarna kuning lemon,
lidah halus, atrofi dan dapat nyeri tekan. Splenomegali merupakan hal yang lazim. Perubahan
degeneratif pada saluran medula spinalis posterior dan lateral dapat menyebabkan degenerasi
kombinasi subakut dengan kerusakan sensasi permukaan seperti sarung tangan dan kaus
kaki dengan hilangnya rasa vibrasi dan proprioseptif. Reflek tendo cepat tetapi sentakan
pergelanngan kaki sering berkurang. Refleks plantar berupa ekstensor. Ataksia dan keadaan
konfusional toksik dapat timbul. Jika tidak diberikan terapi, demensia akan timbul.( hayes P,
C & mackay T, W. 1997, Hal ; 353)
5. Tanda dan gejala
Meurut harirson ( 1999, Hal : 56) Presentase klinis dari pasien yang anemik bergantung
pada penyakit yang mendasarinya, demikian juga dengan keparahan serta kronisitasnya
anemia. Manifestasi anemia dapat dijelaskan melalui prinsip-prinsip patofisologik, sebagian
besar tanda dan gejala anemia mewakili penyesuaian kardiovaskuler dan ventilasi yang
mengkompensasi penurunan massa sel darah merah.
Derajat saat gejala-gejala timbul pada pasien anemik tergantung pada beberapa faktor
pendukung. Jika anemia timbul dengan cepat, mungkin tidak cukup waktu untuk
berlangsungnya penyesuaian kompensasi. Dan pasien akan mengalami gejala yang lebih jelas
dari pada jika anemia dengan derajat kesakitan yang sama, yang timbul secara tersamar.
Lebih lanjut, keluhan pasien tergantung pada adanya penyakit vaskuler setempat. Misalnya,
angina pektoris, klaudikasio intermiten, atau leukeumia serebral sepintas yang tersamar oleh
perjalanan anemia.
6. Penatalaksanaan terapi
Pada setiap kasus anemia perlu diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut ini :
a. Terapi spesifik sebaiknya diberikan setelah diagnosis ditegakkan.
b. Terapi diberikan atas indikasi yang jelas, rasional, dan efesien.
Jenis-jenis terapi yang dapat diberikan adalah
a. Pada kasus anemia dengan payah jantung atau ancaman payah jantung, maka harus segera
diberikan terapi darurat dengan transfuse sel darah merah yang dimampatkan (PRC) untuk
mencegah perburukan payah jantung tersebut.
b. Terapi khas untuk masing-masing anemia terapi ini bergantung pada jenis anemia yang di
jumpai, misalnya preperat besi untuk anemia defesiensi besi.
c. Terapi kausal, terapi kausal merupakan terapi untuk mengobati penyakit dasar yang menjadi
penyebab anemia misalnya anemia defesiensi besi yang disebabkan oleh infeksi cacingcacing tambang.
d. Terapi ex-juvantivus (empires) terapi yang terpaksa diberikan sebelum diagnosis dapat
dipastikan jika terapi ini berhasil berarti diagnosis dapat dikuatkan. Terapi. Terapi ini hanya
dilakukan jika tersedia fasilitas diagnosis yang mencukupi. Pada pemberian terapi jenis ini,
penderita harus diawasi dengan ketat. Jika terdapat respon yang baik, terapi diteruskan, tetapi
jika tidak terdapat respon, maka harus dilakukan evaluasi kembali. (Wiwik, h., &
Hariwibowo, A. S (2008, hal : 42)
7. Pemeriksaan diagnostic
Menurut wiwik, H., &Hariwibowo,A. S (2008, Hal : 41) pemeriksaan laboratorium pada
klien dengan anemia adalah sebagai berikut.
a. Pemeriksaan laboratorium hematolgis dilakukan secara bertahap sebagai berikut :
1) Tes penyaring, tes ini dikerjakan pada tahap awal pada setiap kasus anemia. Dengan
pemeriksaan ini, dapat dipastikan adanya anemia dan bentuk morfologi anemia tersebut.

Pemeriksaan ini meliputi pengkajian pada komponen-komponen berikut ini : kadar


hemoglobin, indeks eritrosit, (MCV, MCV, Dan MCHC), apusan darah tepi.
2) Pemeriksaan rutin merupakan pemeriksaan untuk mengetahuikelainan pada sistem leukosit
dan trombosit. Pemeriksaan yang dikerjakan meliputi laju endap darah (LED), hitung
diferensial, dan hitung retikulosit.
3) Pemriksaan sumsum tulang: pemeriksaan ini harus dikerjakan pada sebagian besar kasus
anemia untuk mendapatkan diagnosis defenitifmeskipun ada beberapa kasus yang
diagnosisnya tidak memerlukan pemeriksaan sumsum tulang.
4) Pemeriksaan atas indikasi khusus: pemeriksaan ini akan dikkerjakan jika telah mempunyai
dugaan diagnosis awal sehingga fungsinya adalah untuk mengomfirmasi dugaan diagnosis
tersebut pemeriksaan tersebut memiliki komponen berikut ini:
a) Anemia defisiensi besi : serum iron, TIBC, saturasi transferin, dan feritin serum.
b) Anemia megaloblastik: asam folat darah/ertrosit, vitamin B12.
c) Anemia hemolitik: hitung retikulosit, tes coombs, dan elektroforesis Hb.
d) Anemia pada leukeumia akut biasanya dilakukan pemeriksaan sitokimia.
b. Pemeriksaan laboratorium nonhematogolis meliputi
1) Faal ginjal
2) Faal endokrin
3) Asam urat
4) Faal hati
5) Biakan kuman
c. Pemeriksaan penunjang lainnya, pada bebrapa kasus anemia diperlukan pemeriksaan
penunjang sebagai berikut :
1) Biopsy kelenjar uang dilanjutkan dengan pemeriksaan histopatologi
2) Radiologi: torak, bone survey, USG, atau linfangiografi.
3) Pemeriksaan sitogenetik.
4) Pemeriksaan biologi molekuler (PCR = polymerase chain raction, FISH = fluorescence in
situ hybridization).
B. Asuhan keperawatan
Menurut doengoes (2000) asuhan keperawatan pada klien dengan anemia meliputi
pengkajian, diagnosa dan perencanan adalah sebagai berikut :
1. Pengkajian
a. Aktivitas/istirahat
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produtivitas, penurunan semangat
untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih
banyak.
Tanda : takikardia/takipnea; dispnea pada bekerja atau istirahat. Letargi, menarik diri, apatis,
lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot dan penurunan kekuatan. Ataksia,
tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang
menunjukkan keletihan.
b. Sirkulasi
Gejala : riwayat kehilangan darah kronis, mis; perdarahan GI kronis, menstruasi berat (DB);
angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi
(takikardia kompensasi).
Tanda : TD ; peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar; hipotensi
postural. Distrimia; Abnormalis EKG, mis; depresi segmen ST dan pendataran atau depresi
gelombang T; takikardia. Bunyi jantung ; murmur sistolik (DB). Ekstremitas (warna): pucat
pada kulit dan menbran mukosa (konjungtiva, mulut, faring, bibir)dan dasar kuku. (Catatan;
pada pasien kulit hitam, pucat tampak sebagai keabu abuan); kulit seperti berlilin, pucat
(aplastik, AP) atau kuning lemon terang (PA). Sklera: Biru atau putih seperti mutiara (DB).

c.

d.

e.

f.

g.
h.
i.
2.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke perifer dan vasokontriksi


kompensasi). Kuku; mudah patah, berbentuk seperti sendok (koikologikia) (DB). Rambut;
kering, udah putus, menipis; tumbuh uban secara premature (AP).
Integritas ego
Tanda : keyakinan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, mis; penolakan
transfuse darah.
Gejala : depresi.
Eleminasi
Gejala : riwayat piclonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB).
Hematemasis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran
urine
Tanda ; distensi abdomen.
Makanan/cairan
Penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukkan produk sereal tinggi
(DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah,
dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan.
Neurosensori
Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan berkonsentrasi.
Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan
buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin. Tanda :
peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak mampu berespons,
lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik, AP). Epitaksis : perdarahan dari
lubang-lubang (aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi,
tanda Romberg positif, paralysis (AP).
Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)
Pernapasan
Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas. Tanda : takipnea,
ortopnea, dan dispnea.
Seksualitas
Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB). Hilang libido
(pria dan wanita). Imppoten. Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.
Diagnosa keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang lazim timbul pada klien dengan anemia mernurut
doengoes (1999) ialah sebagai berikut :
Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang
diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen
(pengiriman) dan kebutuhan.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk
mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan
untuk pembentukan sel darah merah.
Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi dan
neurologist.
Konstipasi atau diare berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan proses
pencernaan; efek samping terapi obat.
Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan sekunder
(penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan).
Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang terpajan/mengingat ; salah interpretasi
informasi ; tidak mengenal sumber informasi.

3. INTERVENSI KEPERAWATAN
Perencanaan dilakukan sesuai dengan diagnosa yang telah ditentukan, adapun
perencanaan menurut Doengoes 1999 adalah sebagai berikut :
a. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang
diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
Tujuan : peningkatan perfusi jaringan
Kriteria hasil : menunjukkan perfusi adekuat, misalnya tanda vital stabil.
Intervensi Awasi tanda vital kaji pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa, dasar
kuku. Rasional : memberikan informasi tentang derajat/keadekuatan perfusi jaringan dan
membantu menetukan kebutuhan intervensi.
Intervensi Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi. Rasional : meningkatkan ekspansi
paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan seluler. Catatan : kontraindikasi bila
ada hipotensi.
Intervensi Awasi upaya pernapasan ; auskultasi bunyi napas perhatikan bunyi
adventisius. Rasional : dispnea, gemericik menununjukkan gangguan jantung karena
regangan jantung lama/peningkatan kompensasi curah jantung.
Intervensi Selidiki keluhan nyeri dada/palpitasi. Rasional : iskemia seluler mempengaruhi
jaringan miokardial/ potensial risiko infark.
Intervensi Hindari penggunaan botol penghangat atau botol air panas. Ukur suhu air mandi
dengan thermometer. Rasional : termoreseptor jaringan dermal dangkal karena gangguan
oksigen.
Intervensi Kolaborasi pengawasan hasil pemeriksaan laboraturium. Berikan sel darah merah
lengkap/packed produk darah sesuai indikasi. Rasional : mengidentifikasi defisiensi dan
kebutuhan pengobatan /respons terhadap terapi.
Intervensi Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi. Rasional : memaksimalkan transport
oksigen ke jaringan.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen
(pengiriman) dan kebutuhan.
Tujuan : dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.
Kriteria hasil : melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas sehari-hari)
- menunjukkan penurunan tanda intolerasi fisiologis, misalnya nadi, pernapasan, dan tekanan
darah masih dalam rentang normal.
Intervensi Kaji kemampuan ADL pasien. Rasional : mempengaruhi pilihan
intervensi/bantuan.
Intervensi Kaji kehilangan atau gangguan keseimbangan, gaya jalan dan kelemahan
otot. Rasional : menunjukkan perubahan neurology karena defisiensi vitamin B12
mempengaruhi keamanan pasien/risiko cedera.
Intervensi Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas. Rasional :manifestasi
kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen adekuat ke
jaringan.
Intervensi Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung, dan kurangi suara bising,
pertahankan tirah baring bila di indikasikan. Rasional : meningkatkan istirahat untuk
menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan regangan jantung dan paru.
Intervensi Gunakan teknik menghemat energi, anjurkan pasien istirahat bila terjadi kelelahan
dan kelemahan, anjurkan pasien melakukan aktivitas semampunya (tanpa memaksakan
diri). Rasional : meningkatkan aktivitas secara bertahap sampai normal dan memperbaiki
tonus otot/stamina tanpa kelemahan. Meingkatkan harga diri dan rasa terkontrol.

c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk
mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan
untuk pembentukan sel darah merah.
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil : menunujukkan peningkatan/mempertahankan berat badan dengan nilai
laboratorium normal. - tidak mengalami tanda mal nutrisi. - Menununjukkan perilaku,
perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau mempertahankan berat badan yang
sesuai. Intervensi Kaji
riwayat
nutrisi,
termasuk
makan
yang
disukai. Rasional :mengidentifikasi defisiensi, memudahkan intervensi.
Intervensi Observasi dan catat masukkan makanan pasien. Rasional : mengawasi masukkan
kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan.
Intervensi Timbang berat badan setiap hari. Rasional : mengawasi penurunan berat badan
atau efektivitas intervensi nutrisi.
Intervensi Berikan makan sedikit dengan frekuensi sering dan atau makan diantara waktu
makan. Rasional : menurunkan kelemahan, meningkatkan pemasukkan dan mencegah
distensi gaster.
Intervensi Observasi dan catat kejadian mual/muntah, flatus dan dan gejala lain yang
berhubungan. Rasional : gejala GI dapat menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ.
Intervensi Berikan dan Bantu hygiene mulut yang baik ; sebelum dan sesudah makan,
gunakan sikat gigi halus untuk penyikatan yang lembut. Berikan pencuci mulut yang di
encerkan bila mukosa oral luka. Rasional : meningkatkan nafsu makan dan pemasukkan oral.
Menurunkan pertumbuhan bakteri, meminimalkan kemungkinan infeksi. Teknik perawatan
mulut khusus mungkin diperlukan bila jaringan rapuh/luka/perdarahan dan nyeri berat.
Intervensi Kolaborasi pada ahli gizi untuk rencana diet. Rasional : membantu dalam rencana
diet untuk memenuhi kebutuhan individual.
Intervensi Kolaborasi ; pantau hasil pemeriksaan laboraturium. Rasional :meningkatakan
efektivitas program pengobatan, termasuk sumber diet nutrisi yang dibutuhkan.
Intervensi Kolaborasi ; berikan obat sesuai indikasi. Rasional : kebutuhan penggantian
tergantung pada tipe anemia dan atau adanyan masukkan oral yang buruk dan defisiensi yang
diidentifikasi.
d. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi dan
neurologist.
Tujuan : dapat mempertahankan integritas kulit.
Kriteria hasil : mengidentifikasi factor risiko/perilaku individu untuk mencegah cedera
dermal.
Intervensi Kaji integritas kulit, catat perubahan pada turgor, gangguan warna, hangat local,
eritema, ekskoriasi. Rasional : kondisi kulit dipengaruhi oleh sirkulasi, nutrisi dan
imobilisasi. Jaringan dapat menjadi rapuh dan cenderung untuk infeksi dan rusak.
Intervensi Reposisi secara periodic dan pijat permukaan tulang apabila pasien tidak bergerak
atau ditempat tidur. Rasional : meningkatkan sirkulasi kesemua kulit, membatasi iskemia
jaringan/mempengaruhi hipoksia seluler.
Intervensi Anjurkan pemukaan kulit kering dan bersih. Batasi penggunaan
sabun.Rasional : area lembab, terkontaminasi, memberikan media yang sangat baik untuk
pertumbuhan organisme patogenik. Sabun dapat mengeringkan kulit secara berlebihan.
Intervensi Bantu untuk latihan rentang gerak. Rasional : meningkatkan sirkulasi jaringan,
mencegah stasis.
Intervensi Gunakan alat pelindung, misalnya kulit domba, keranjang, kasur tekanan
udara/air.
Pelindung
tumit/siku
dan
bantal
sesuai
indikasi.
(kolaborasi) Rasional :menghindari kerusakan kulit dengan mencegah /menurunkan tekanan
terhadap permukaan kulit.

e. Konstipasi atau Diare berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan proses
pencernaan; efek samping terapi obat.
Tujuan : membuat/kembali pola normal dari fungsi usus.
Kriteria hasil : menunjukkan perubahan perilaku/pola hidup, yang diperlukan sebagai
penyebab, factor pemberat.
Intervensi Observasi warna feses, konsistensi, frekuensi dan jumlah. Rasional :membantu
mengidentifikasi penyebab /factor pemberat dan intervensi yang tepat.
Intervensi Auskultasi bunyi usus. Rasional : bunyi usus secara umum meningkat pada diare
dan menurun pada konstipasi.
Intervensi Awasi intake dan output (makanan dan cairan). Rasional : dapat mengidentifikasi
dehidrasi, kehilangan berlebihan atau alat dalam pengidentifikasi defisiensi diet.
Intervensi Dorong
masukkan
cairan
2500-3000
ml/hari
dalam
toleransi
jantung.Rasional : membantu dalam memperbaiki konsistensi feses bila konstipasi. Akan
membantu memperthankan status hidrasi pada diare.
Intervensi Hindari makanan yang membentuk gas. Rasional : menurunkan distress gastric
dan distensi abdomen Kaji kondisi kulit perianal dengan sering, catat perubahan kondisi kulit
atau mulai kerusakan.
Intervensi Lakukan
perawatan
perianal
setiap
defekasi
bila
terjadi
diare. Rasional :mencegah ekskoriasi kulit dan kerusakan.
Intervensi Kolaborasi ahli gizi untuk diet siembang dengan tinggi serat dan
bulk.Rasional : serat menahan enzim pencernaan dan mengabsorpsi air dalam alirannya
sepanjang traktus intestinal dan dengan demikian menghasilkan bulk, yang bekerja sebagai
perangsang untuk defekasi.
Intervensi Berikan pelembek feses, stimulant ringan, laksatif pembentuk bulk atau enema
sesuai indikasi. Pantau keefektifan. (kolaborasi) Rasional : mempermudah defekasi bila
konstipasi terjadi.
Intervensi Berikan obat antidiare, misalnya Defenoxilat Hidroklorida dengan atropine
(Lomotil)
dan
obat
mengabsorpsi
air,
misalnya
Metamucil.
(kolaborasi). Rasional :menurunkan motilitas usus bila diare terjadi. .
f. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan sekunder
(penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan).
Tujuan : Infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil : mengidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan risiko infeksi. meningkatkan penyembuhan luka, bebas drainase purulen atau eritema, dan demam.
Intervensi Tingkatkan cuci tangan yang baik ; oleh pemberi perawatan dan pasien.Rasional :
mencegah kontaminasi silang/kolonisasi bacterial. Catatan : pasien dengan anemia
berat/aplastik dapat berisiko akibat flora normal kulit.
Intervensi Pertahankan
teknik
aseptic
ketat
pada
prosedur/perawatan
luka. Rasional :menurunkan risiko kolonisasi/infeksi bakteri.
Intervensi Berikan perawatan kulit, perianal dan oral dengan cermat. Rasional :menurunkan
risiko kerusakan kulit/jaringan dan infeksi.
Intervensi Motivasi perubahan posisi/ambulasi yang sering, latihan batuk dan napas
dalam. Rasional : meningkatkan ventilasi semua segmen paru dan membantu memobilisasi
sekresi untuk mencegah pneumonia.
Intervensi : Tingkatkan masukkan cairan adekuat. Rasional : membantu dalam pengenceran
secret pernapasan untuk mempermudah pengeluaran dan mencegah stasis cairan tubuh
misalnya pernapasan dan ginjal.
Intervensi Pantau/batasi
pengunjung.
Berikan
isolasi
bila
memungkinkan. Rasional :membatasi pemajanan pada bakteri/infeksi. Perlindungan isolasi
dibutuhkan pada anemia aplastik, bila respons imun sangat terganggu.

Intervensi Pantau suhu tubuh. Catat adanya menggigil dan takikardia dengan atau tanpa
demam. Rasional : adanya proses inflamasi/infeksi membutuhkan evaluasi/pengobatan.
Intervensi Amati eritema/cairan luka. Rasional : indikator infeksi lokal. Catatan :
pembentukan pus mungkin tidak ada bila granulosit tertekan.
Intervensi Ambil
specimen
untuk
kultur/sensitivitas
sesuai
indikasi
(kolaborasi)Rasional : membedakan adanya infeksi, mengidentifikasi pathogen khusus dan
mempengaruhi pilihan pengobatan.
Intervensi Berikan antiseptic topical ; antibiotic sistemik (kolaborasi). Rasional :mungkin
digunakan secara propilaktik untuk menurunkan kolonisasi atau untuk pengobatan proses
infeksi local.
g. Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang terpajan/mengingat ; salah interpretasi
informasi ; tidak mengenal sumber informasi.
Tujuan : pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan rencana
pengobatan.
Kriteria hasil : pasien menyatakan pemahamannya proses penyakit dan penatalaksanaan
penyakit. Mengidentifikasi factor penyebab. Melakukan tiindakan yang perlu/perubahan pola
hidup.
Intervensi Berikan informasi tentang anemia spesifik. Diskusikan kenyataan bahwa terapi
tergantung pada tipe dan beratnya anemia. Rasional : memberikan dasar pengetahuan
sehingga pasien dapat membuat pilihan yang tepat. Menurunkan ansietas dan dapat
meningkatkan kerjasama dalam program terapi.
Intervensi Tinjau
tujuan
dan
persiapan
untuk
pemeriksaan
diagnostic. Rasional :ansietas/ketakutan tentang ketidaktahuan meningkatkan stress,
selanjutnya meningkatkan beban jantung. Pengetahuan menurunkan ansietas.
Intervensi Kaji
tingkat
pengetahuan
klien
dan
keluarga
tentang
penyakitnya. Rasional :megetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan
keluarga tentang penyakitnya.
Intervensi Berikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya dan kondisinya
sekarang.Rasional : dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan
keluarganya akan merasa tenang dan mengurangi rasa cemas.
Intervensi Anjurkan klien dan keluarga untuk memperhatikan diet makanan
nya.Rasional : diet dan pola makan yang tepat membantu proses penyembuhan.
Intervensi Minta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah
diberikan. Rasional : mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai
keberhasilan dari tindakan yang dilakukan.
4. Implementasi
Pelaksanaan merupakan tahap keempat dalam proses keperawatan dengan melaksanakan
berabagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah direncanakan dalam
rencana tindakan keperawatan. Dalam tahap ini perawat harus mengetahui berbagai hal
diantaranya bahaya-bahaya fisik dan perlindungan pada klien, teknik komunikasi,
kemampuan dalam prosedur tindakan, pemahaman tentang hak-hak dari pasien serta dalam
memahami tingkat perkembangan pasien (Hidayat, A, 2008. hal; 122).
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan
identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Dalam
melakukan evaluasi perawat harusnya memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam
memahami respons terhadap intervensi keperawatan, kemampuan menggambarkan
kesimpulan tentang tujuan yang dicapai serta kemampuan dalam menghubungkan tindakan
keperawatan pada kriteria hasil (Hidayat, A, 2008. hal; 124).

Daftar
pustaka
Pedersen, G. W. (1996) Buku Ajar praktis bedah Mulut. Alih bahasa : drg. Purwanto &
drg Basoeseno. Jakarta : EGC.
Baughman, D. C., & Hckley, J.C. (2000) Keperawatan medikal-bedah : buku saku
untuk brunner dan suddarth. alih bahasa : yasmin asih. Editor : Monica Ester.
Jakarta : EGC.
Wiwik. H., & Haribowo, A. S (2008) Buku ajar asuhan keperawatan pada klien dengan
gangguan sitem hematologi. Jakarta : Salemba Medika.
Hayes, P. C., & mackay, T.W. (1997). Buku saku diagnosis dan terapi. Alih bahasa :
devy. H. Jakarta : EGC
Harrison (1999) prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Editor edisi bahasa Indonesia :
Asdie, A. H. Jakarta : EGC.
HIDAYAT, A, A, A. ( 2008 ) PENGANTAR KONSEP DASAR KEPERAWATAN, EDISI
KEDUA. JAKARTA : SALEMBA MEDIKA.

ANEMIA
A.

Pengertian

Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah,
elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah
merah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah (Doenges, 1999).
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan kadar
hemoglobin

dan

hematokrit

di

bawah

normal

(Smeltzer,

2002

935).

Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah, kualitas
hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2006 :
256).
Dengan demikian anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau penyakit, melainkan
merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh dan perubahan
patotisiologis yang mendasar yang diuraikan melalui anemnesis yang seksama, pemeriksaan
fisik dan informasi laboratorium.
B.

Etiologi

Penyebab tersering dari anemia adalah kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk sintesis
eritrosit, antara lain besi, vitamin B12 dan asam folat. Selebihnya merupakan akibat dari
beragam kondisi seperti perdarahan, kelainan genetik, penyakit kronik, keracunan obat, dan
sebagainya.

Penyebab

umum

Perdarahan hebat

Akut (mendadak)

Kecelakaan

Pembedahan

Persalinan

Pecah pembuluh darah

Penyakit Kronik (menahun)

Perdarahan hidung

Wasir (hemoroid)

Ulkus peptikum

Kanker atau polip di saluran pencernaan

dari

anemia:

Tumor ginjal atau kandung kemih

Perdarahan menstruasi yang sangat banyak

Berkurangnya pembentukan sel darah merah

Kekurangan zat besi

Kekurangan vitamin B12

Kekurangan asam folat

Kekurangan vitamin C

Penyakit kronik

Meningkatnya penghancuran sel darah merah

Pembesaran limpa

Kerusakan mekanik pada sel darah merah

Reaksi autoimun terhadap sel darah merah

Hemoglobinuria nokturnal paroksismal

Sferositosis herediter

Elliptositosis herediter

Kekurangan G6PD

Penyakit sel sabit

Penyakit hemoglobin C

Penyakit hemoglobin S-C

Penyakit hemoglobin E

Thalasemia (Burton, 1990).

C.

Patofisiologi

Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau kehilangan sel darah
merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum tulang dapt terjadi akibat kekurangan
nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui.
Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang
disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan
ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah merah yang
menyebabkan

destruksi

sel

darah

merah.

Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau dalam system
retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin
yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi
sel darah merah (hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma
(konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada
sclera.
Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dan
sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa makanan dan oksigen ke seluruh
organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat

menghambat kerja organ-organ penting, Salah satunya otak. Otak terdiri dari 2,5 miliar sel
bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti komputer yang memorinya
lemah, Lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak bisa diperbaiki (Sjaifoellah, 1998).
D.

Manifestasi

klinis

Gejala klinis yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai sistem dalam tubuh
antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik (syaraf) yang dimanifestasikan dalam
perubahan perilaku, anorexia (badan kurus kerempeng), pica, serta perkembangan kognitif
yang abnormal pada anak. Sering pula terjadi abnormalitas pertumbuhan, gangguan fungsi
epitel, dan berkurangnya keasaman lambung. Cara mudah mengenal anemia dengan 5L, yakni
lemah, letih, lesu, lelah, lalai. Kalau muncul 5 gejala ini, bisa dipastikan seseorang terkena
anemia. Gejala lain adalah munculnya sklera (warna pucat pada bagian kelopak mata bawah).
Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa melayang.
Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan jantung(Sjaifoellah,
1998).
E.

Komplikasi

Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita anemia akan
mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek, gampang flu, atau gampang terkena infeksi
saluran napas, jantung juga menjadi gampang lelah, karena harus memompa darah lebih kuat.
Pada kasus ibu hamil dengan anemia, jika lambat ditangani dan berkelanjutan dapat
menyebabkan kematian, dan berisiko bagi janin. Selain bayi lahir dengan berat badan rendah,
anemia bisa juga mengganggu perkembangan organ-organ tubuh, termasuk otak (Sjaifoellah,
1998).
F.

Pemeriksaan

Jumlah

darah

lengkap

(JDL)

penunjang

hemoglobin

dan

hemalokrit

menurun.

Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (molume korpuskular rerata)
dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun dan mikrositik dengan eritrosit hipokronik
(DB),

peningkatan

(AP).

Pansitopenia

(aplastik).

Jumlah retikulosit : bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat (respons sumsum tulang
terhadap

kehilangan

darah/hemolisis).

Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat mengindikasikan
tipe

khusus

anemia).

LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal : peningkatan kerusakan sel
darah

merah

atau

penyakit

malignasi.

Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa anemia, misal : pada tipe
anemia

tertentu,

Tes

sel

darah

kerapuhan

merah
eritrosit

mempunyai

waktu

hidup
menurun

lebih

pendek.
(DB).

SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin meningkat
(hemolitik)

atau

menurun

(aplastik).

Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat (DB); normal atau tinggi (hemolitik)

Hemoglobin

elektroforesis

Bilirubin

serum

mengidentifikasi

(tak

tipe

terkonjugasi):

struktur

hemoglobin.

(AP,

hemolitik).

meningkat

Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan defisiensi
masukan/absorpsi
Besi

serum

TBC

tak

ada

serum

Feritin

serum
perdarahan

LDH

serum
schilling

tinggi

(DB)

meningkat

(DB)

memanjang
:

penurunan

(hemolitik)

meningkat
:

Masa
Tes

(DB);

(aplastik)

menurun

eksresi

vitamin

(DB)

B12

urine

(AP)

Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster, menunjukkan
perdarahan

akut

kronis

(DB).

Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam hidroklorik
bebas

(AP).

Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak berubah dalam jumlah,


ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia, misal: peningkatan megaloblas
(AP),

lemak

sumsum

dengan

penurunan

sel

darah

(aplastik).

Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan : perdarahan GI (Doenges,


1999).
G.

Penatalaksanaan

Medis

umum

Tindakan

Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang
hilang.
1.

Transpalasi

2.
3.

sel

Antibiotik
Suplemen

diberikan

asam

folat

dapat

darah
untuk

merangsang

merah.

mencegah

pembentukan

infeksi.

sel

darah

merah.

4. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen


5.
6.

Obati
Diet

kaya

Pengobatan

penyebab

perdarahan

besi

mengandung

(untuk

1.

yang

pengobatan

abnormal
daging

tergantung

Anemia

dari

bila

dan

ada.

sayuran

hijau.

penyebabnya)

defisiensi

:
besi

Penatalaksanaan

Mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan makanan yang diberikan seperti ikan,
daging,

telur

dan

Pemberian

preparat

Perrosulfat

3x

Peroglukonat

3x

2.
3.

sayur.

Anemia
Anemia

200mg/hari/per
200

asam

folat

oral

mg/hari

pernisiosa

:
:

fe
sehabis

/oral
pemberian
asam

folat

makan

sehabis

makan.

vitamin
5

B12

mg/hari/oral

4. Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan pemberian cairan dan
transfusi

darah.

MANAJEMEN

KEPERAWATAN

A.

Pengkajian

Pengkajian

adalah

langkah

awal

dan

dasar

dalam

proses

keperawatan

secara

menyeluru(Boedihartono,
Pengkajian

1994).

pasien

dengan

1)

anemia

(Doenges,

Aktivitas

1999)

meliputi

istirahat

Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ; penurunan semangat


untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih
banyak.
Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi, menarik
diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot, dan penurunan
kekuatan. Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan
tanda-tanda

lain

yang

menunujukkan

keletihan.

2)

Sirkulasi

Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi berat
(DB), angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat endokarditis infektif kronis.
Palpitasi

(takikardia

kompensasi).

Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi
postural. Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen ST dan pendataran atau depresi
gelombang T; takikardia. Bunyi jantung : murmur sistolik (DB). Ekstremitas (warna) : pucat
pada kulit dan membrane mukosa (konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan:
pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti berlilin,
pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon terang (AP). Sklera : biru atau putih seperti mutiara
(DB). Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi
kompensasi) kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB). Rambut : kering,
mudah

putus,

menipis,

3)

tumbuh

uban

secara

premature

(AP).

Integritas

ego

Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya penolakan


transfusi

darah.

Tanda

depresi.

4)

Eleminasi

Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB). Hematemesis,
feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran urine.
Tanda

distensi

abdomen.

5)

Makanan/cairan

Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan produk sereal
tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah,
dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah atau peka
terhadap

es,

kotoran,

tepung

jagung,

cat,

tanah

liat,

dan

sebagainya

(DB).

Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin B12).
Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas
(DB). Stomatitis dan glositis (status defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan

sudut

mulut

pecah.

(DB).

6)

Neurosensori

Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan berkonsentrasi.
Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk,
kaki

goyah

parestesia

tangan/kaki

(AP)

klaudikasi.

Sensasi

manjadi

dingin.

Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak mampu
berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik, AP). Epitaksis :
perdarahan dari lubang-lubang (aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar,
dan

posisi,

tanda

Romberg

positif,

paralysis

7)

(AP).

Nyeri/kenyamanan

Gejala

nyeri

abdomen

samara

sakit

kepala

8)
Gejala

(DB)

Pernapasan
:

riwayat

Tanda

TB,

abses

paru.

Napas

takipnea,

pendek

pada

istirahat

ortopnea,

dan

aktivitas.

dan

dispnea.

9)

Keamanan

Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada radiasi;
baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran
terhadap dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan penglihatan, penyembuhan
luka

buruk,

sering

infeksi.

Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum. Ptekie dan
ekimosis

(aplastik).

10)

Seksualitas

Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB). Hilang libido
(pria

dan

Tanda

wanita).

serviks

B.

dan

Imppoten.

dinding

vagina

Diagnosa

pucat.
Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun
potensial

berdasarkan

data

yang

telah

dikumpulkan

(Boedihartono,

1994).

Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan anemia (Doenges, 1999) meliputi :
1. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan sekunder
(penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan)).
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk
mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan untuk
pembentukan

sel

darah

merah.

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen


(pengiriman)

dan

kebutuhan.

4. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang


diperlukan

untuk

pengiriman

oksigen/nutrient

ke

sel.

5. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi
dan

neurologist.

6. Konstipasi atau Diare berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan proses

pencernaan;

efek

samping

terapi

obat.

7. Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang terpajan/mengingat ; salah interpretasi


informasi

tidak

C.

mengenal

sumber

informasi.

Intervensi/Implementasi

keperawatan

Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk
menanggulangi

masalah

sesuai

dengan

diagnosa

keperawatan

(Boedihartono,

1994)

Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah
disusun

pada

tahap

perencanaan

(Effendi,

1995).

Intervensi dan implementasi keperawatan pasien dengan anemia (Doenges, 1999) adalah :
1) Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan sekunder
(penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan)).
Tujuan

Infeksi

tidak

terjadi.

Kriteria hasil : - mengidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan risiko infeksi.


- meningkatkan penyembuhan luka, bebas drainase purulen atau eritema, dan demam.
INTERVENSI
Tingkatkan

cuci

tangan

&
baik ;

yang

oleh

pemberi

perawatan

IMPLEMENTASI
dan pasien.

Rasional : mencegah kontaminasi silang/kolonisasi bacterial. Catatan : pasien dengan anemia


berat/aplastik
Pertahankan
Rasional
Berikan

dapat
teknik

berisiko
akibat
aseptic
ketat
pada

:
menurunkan
perawatan
kulit,

risiko
perianal

dan

flora
normal
prosedur/perawatan
kolonisasi/infeksi
oral
dengan

kulit.
luka.
bakteri.
cermat.

Rasional
:
menurunkan
risiko
kerusakan
kulit/jaringan
dan
infeksi.
Motivasi perubahan posisi/ambulasi yang sering, latihan batuk dan napas dalam.
Rasional : meningkatkan ventilasi semua segmen paru dan membantu memobilisasi sekresi
untuk

mencegah
masukkan

Tingkatkan

pneumonia.
adekuat.

cairan

Rasional : membantu dalam pengenceran secret pernapasan untuk mempermudah pengeluaran


dan

mencegah
Pantau/batasi

stasis
cairan
pengunjung.

tubuh
misalnya
Berikan
isolasi

pernapasan
dan
ginjal.
bila
memungkinkan.

Rasional : membatasi pemajanan pada bakteri/infeksi. Perlindungan isolasi dibutuhkan pada


anemia
aplastik,
bila
respons
imun
sangat
terganggu.
Pantau suhu tubuh. Catat adanya menggigil dan takikardia dengan atau tanpa demam.
Rasional

adanya
proses
Amati

inflamasi/infeksi
membutuhkan
eritema/cairan

evaluasi/pengobatan.
luka.

Rasional : indikator infeksi lokal. Catatan : pembentukan pus mungkin tidak ada bila granulosit
tertekan.
Ambil

specimen

untuk

kultur/sensitivitas

sesuai

indikasi

(kolaborasi)

Rasional : membedakan adanya infeksi, mengidentifikasi pathogen khusus dan mempengaruhi


pilihan
Berikan

antiseptic

topical

antibiotic

sistemik

pengobatan.
(kolaborasi).

Rasional : mungkin digunakan secara propilaktik untuk menurunkan kolonisasi atau untuk
pengobatan

proses

infeksi

local.

2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk
mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan untuk
pembentukan

sel

Tujuan

darah

kebutuhan

merah.

nutrisi

terpenuhi

Kriteria hasil : - menunujukkan peningkatan/mempertahankan berat badan dengan nilai


laboratorium

normal.

tidak

Menununjukkan

mengalami
perilaku,

mempertahankan

INTERVENSI
Kaji
Rasional

perubahan

tanda
pola

berat

riwayat

:
Observasi

hidup

mal
untuk

badan

mengidentifikasi
dan
catat

meningkatkan

dan

yang

&
termasuk

nutrisi,

nutrisi.
sesuai.

IMPLEMENTASI
yang
disukai.

makan

defisiensi,
masukkan

atau

memudahkan
makanan

intervensi.
pasien.

Rasional : mengawasi masukkan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan.


Timbang
berat
badan
setiap
hari.
Rasional : mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi nutrisi.
Berikan makan sedikit dengan frekuensi sering dan atau makan diantara waktu makan.
Rasional : menurunkan kelemahan, meningkatkan pemasukkan dan mencegah distensi gaster.
Observasi dan catat kejadian mual/muntah, flatus dan dan gejala lain yang berhubungan.
Rasional

gejala

GI

dapat

menunjukkan

efek

anemia

(hipoksia)

pada

organ.

Berikan dan Bantu hygiene mulut yang baik ; sebelum dan sesudah makan, gunakan sikat gigi
halus untuk penyikatan yang lembut. Berikan pencuci mulut yang di encerkan bila mukosa oral
luka.
Rasional : meningkatkan nafsu makan dan pemasukkan oral. Menurunkan pertumbuhan bakteri,
meminimalkan kemungkinan infeksi. Teknik perawatan mulut khusus mungkin diperlukan bila
jaringan

rapuh/luka/perdarahan

Kolaborasi

pada

dan

ahli

Rasional : membantu dalam rencana


Kolaborasi
;
pantau

gizi

nyeri
untuk

diet untuk
hasil

rencana

berat.
diet.

memenuhi kebutuhan individual.


pemeriksaan
laboraturium.

Rasional : meningkatakan efektivitas program pengobatan, termasuk sumber diet nutrisi yang
dibutuhkan.
Kolaborasi

berikan

obat

sesuai

indikasi.

Rasional : kebutuhan penggantian tergantung pada tipe anemia dan atau adanyan masukkan
oral

yang

buruk

dan

defisiensi

yang

diidentifikasi.

3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen

(pengiriman)
Tujuan

dan
:

dapat

kebutuhan.

mempertahankan/meningkatkan

ambulasi/aktivitas.

Kriteria hasil : - melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas sehari-hari)


- menunjukkan penurunan tanda intolerasi fisiologis, misalnya nadi, pernapasan, dan tekanan
darah

masih

dalam

INTERVENSI

rentang

&
kemampuan

Kaji

normal.
IMPLEMENTASI
pasien.

ADL

Rasional
:
mempengaruhi
pilihan
intervensi/bantuan.
Kaji kehilangan atau gangguan keseimbangan, gaya jalan dan kelemahan otot.
Rasional : menunjukkan perubahan neurology karena defisiensi vitamin B12 mempengaruhi
keamanan
Observasi

pasien/risiko
vital
sebelum

tanda-tanda

dan

cedera.
aktivitas.

sesudah

Rasional : manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah
oksigen

adekuat

ke

jaringan.

Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung, dan kurangi suara bising, pertahankan tirah
baring
bila
di
indikasikan.
Rasional : meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan
regangan

jantung

dan

paru.

Gunakan teknik menghemat energi, anjurkan pasien istirahat bila terjadi kelelahan dan
kelemahan, anjurkan pasien melakukan aktivitas semampunya (tanpa memaksakan diri).
Rasional : meningkatkan aktivitas secara bertahap sampai normal dan memperbaiki tonus
otot/stamina

tanpa

kelemahan.

Meingkatkan

harga

diri

dan

rasa

terkontrol.

4) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang


diperlukan

untuk

Tujuan
Kriteria

pengiriman

:
hasil

oksigen/nutrient

peningkatan
menunjukkan

perfusi

ke

sel.

perfusi
adekuat,

misalnya

jaringan
tanda

vital

stabil.

INTERVENSI
&
IMPLEMENTASI
Awasi tanda vital kaji pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa, dasar kuku.
Rasional : memberikan informasi tentang derajat/keadekuatan perfusi jaringan dan membantu
menetukan
Tinggikan

kepala

kebutuhan
tempat

tidur

sesuai

intervensi.
toleransi.

Rasional : meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan seluler.
Catatan
:
kontraindikasi
bila
ada
hipotensi.
Awasi upaya pernapasan ; auskultasi bunyi napas perhatikan bunyi adventisius.
Rasional : dispnea, gemericik menununjukkan gangguan jajntung karena regangan jantung
lama/peningkatan
Selidiki

kompensasi
keluhan

curah
nyeri

jantung.
dada/palpitasi.

Rasional : iskemia seluler mempengaruhi jaringan miokardial/ potensial risiko infark.

Hindari penggunaan botol penghangat atau botol air panas. Ukur suhu air mandi dengan
thermometer.
Rasional

termoreseptor

jaringan

dermal

dangkal

karena

Kolaborasi pengawasan hasil pemeriksaan laboraturium.


lengkap/packed
produk
darah

gangguan

Berikan
sesuai

sel

oksigen.

darah merah
indikasi.

Rasional : mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan /respons terhadap terapi.


Berikan
oksigen
tambahan
sesuai
indikasi.
Rasional

memaksimalkan

transport

oksigen

ke

jaringan.

5) Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi
dan

neurologist.

Tujuan

dapat

mempertahankan

integritas

kulit.

Kriteria hasil : - mengidentifikasi factor risiko/perilaku individu untuk mencegah cedera


dermal.
INTERVENSI

&

IMPLEMENTASI

Kaji integritas kulit, catat perubahan pada turgor, gangguan warna, hangat local, eritema,
ekskoriasi.
Rasional : kondisi kulit dipengaruhi oleh sirkulasi, nutrisi dan imobilisasi. Jaringan dapat
menjadi

rapuh

dan

cenderung

untuk

infeksi

dan

rusak.

Reposisi secara periodic dan pijat permukaan tulang apabila pasien tidak bergerak atau
ditempat
tidur.
Rasional : meningkatkan sirkulasi kesemua kulit, membatasi iskemia jaringan/mempengaruhi
hipoksia
Anjurkan

pemukaan

kulit

kering

dan

bersih.

Batasi

penggunaan

seluler.
sabun.

Rasional : area lembab, terkontaminasi, memberikan media yang sangat baik untuk
pertumbuhan organisme patogenik. Sabun dapat mengeringkan kulit secara berlebihan.
Bantu
untuk
latihan
rentang
gerak.
Rasional

meningkatkan

sirkulasi

jaringan,

mencegah

stasis.

Gunakan alat pelindung, misalnya kulit domba, keranjang, kasur tekanan udara/air. Pelindung
tumit/siku
dan
bantal
sesuai
indikasi.
(kolaborasi)
Rasional : menghindari kerusakan kulit dengan mencegah /menurunkan tekanan terhadap
permukaan

kulit.

6) Konstipasi atau Diare berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan proses
pencernaan;
Tujuan

efek
:

samping

membuat/kembali

pola

terapi
normal

dari

obat.
fungsi

usus.

Kriteria hasil : - menunjukkan perubahan perilaku/pola hidup, yang diperlukan sebagai


penyebab,

factor

INTERVENSI
Observasi

&
konsistensi,

warna

feses,

pemberat.

frekuensi

IMPLEMENTASI
dan
jumlah.

Rasional : membantu mengidentifikasi penyebab /factor pemberat dan intervensi yang tepat.
Auskultasi
bunyi
usus.
Rasional : bunyi usus secara umum meningkat pada diare dan menurun pada konstipasi.
Awasi
intake
dan
output
(makanan
dan
cairan).
Rasional : dapat mengidentifikasi dehidrasi, kehilangan berlebihan atau alat dalam
mengidentifikasi
Dorong
masukkan

cairan

defisiensi
2500-3000
ml/hari

dalam

toleransi

diet.
jantung.

Rasional : membantu dalam memperbaiki konsistensi feses bila konstipasi. Akan membantu
memperthankan
Hindari
Rasional

status
makanan
menurunkan

hidrasi
yang

distress

pada
membentuk

gastric

dan

diare.
gas.

distensi

abdomen

Kaji kondisi kulit perianal dengan sering, catat perubahan kondisi kulit atau mulai kerusakan.
Lakukan
perawatan
perianal
setiap
defekasi
bila
terjadi
diare.
Rasional
Kolaborasi

:
ahli

mencegah
ekskoriasi
gizi untuk diet siembang

kulit
dan
dengan tinggi serat

kerusakan.
dan bulk.

Rasional : serat menahan enzim pencernaan dan mengabsorpsi air dalam alirannya sepanjang
traktus intestinal dan dengan demikian menghasilkan bulk, yang bekerja sebagai perangsang
untuk

defekasi.

Berikan pelembek feses, stimulant ringan, laksatif pembentuk bulk atau enema sesuai
indikasi.
Pantau
keefektifan.
(kolaborasi)
Rasional

mempermudah

defekasi

bila

konstipasi

terjadi.

Berikan obat antidiare, misalnya Defenoxilat Hidroklorida dengan atropine (Lomotil) dan obat
mengabsorpsi
air,
misalnya
Metamucil.
(kolaborasi).
Rasional

menurunkan

motilitas

usus

bila

diare

terjadi.

7) Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang terpajan/mengingat ; salah interpretasi


informasi

tidak

mengenal

sumber

informasi.

Tujuan : pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan rencana
pengobatan.
Kriteria hasil : - pasien menyatakan pemahamannya proses penyakit dan penatalaksanaan
penyakit.
-

mengidentifikasi
Melakukan

tiindakan

factor
yang

INTERVENSI

penyebab.

perlu/perubahan

&

pola

hidup.

IMPLEMENTASI

Berikan informasi tentang anemia spesifik. Diskusikan kenyataan bahwa terapi tergantung
pada
tipe
dan
beratnya
anemia.
Rasional : memberikan dasar pengetahuan sehingga pasien dapat membuat pilihan yang tepat.
Menurunkan
Tinjau

ansietas dan dapat meningkatkan kerjasama dalam program terapi.


tujuan
dan
persiapan
untuk
pemeriksaan
diagnostic.

Rasional : ansietas/ketakutan tentang ketidaktahuan meningkatkan stress, selanjutnya


meningkatkan
beban
jantung.
Kaji
tingkat
pengetahuan
klien

Pengetahuan
dan
keluarga

menurunkan
ansietas.
tentang
penyakitnya.

Rasional : megetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan keluarga tentang
penyakitnya.
Berikan penjelasan

pada

klien

tentang

penyakitnya

dan

kondisinya

sekarang.

Rasional : dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan keluarganya akan
merasa
Anjurkan

tenang
klien dan

dan
keluarga

untuk

mengurangi
memperhatikan

rasa
cemas.
diet makanan nya.

Rasional : diet dan pola makan yang tepat membantu proses penyembuhan.
Minta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan.
Rasional : mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai
keberhasilan

dari

tindakan

yang

dilakukan.

D.

Evaluasi

Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien dengan
tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan melibatkan
pasien,

keluarga

Evaluasi

dan

pada

1)

kesehatan

pasien

lainnya.

Kebutuhan
Pasien

dapat

4)
Dapat

6)

Membuat/kembali

Juall

Capenito,

anemia

adalah

:
terjadi.

nutrisi

terpenuhi.
ambulasi/aktivitas.

perfusi

mempertahankan
pola

1999:28)

tidak
mempertahankan/meningkatkan

Peningkatan

5)

(Lynda

dengan

Infeksi

2)
3)

tenaga

normal

jaringan.
integritas

dari

kulit.
fungsi

usus.

7) Pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan rencana
pengobatan.

DAFTAR PUSTAKA

Boedihartono. 1994. Proses Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta.

Burton, J.L. 1990. Segi Praktis Ilmu Penyakit Dalam. Binarupa Aksara : Jakarta

Carpenito, L. J. 1999. Rencana Asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan,


Diagnosis Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, ed. 2. EGC : Jakarta

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian pasien. ed.3. EGC : Jakarta

Effendi , Nasrul. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. EGC : Jakarta.

Hassa. 1985. Ilmu Kesehatan Anak jilid 1. FKUI : Jakarta

http://id.wikipedia.org/wiki/Anemia

http://www.kompas.com/ver1/Kesehatan/0611/30/104458.htm

Noer, Sjaifoellah. 1998. Standar Perawatan Pasien. Monica Ester : Jakarta.

Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta.

Você também pode gostar