Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Walau tanggal kelahiran bayi diperkirakan, ada kalanya perkiraan tersebut meleset, dan bayi lahir lebih
lama atau lebih cepat dari waktu yang diperkirakan.
Rata-rata kehamilan berlangsung 40 minggu atau 280 hari (9 bulan lebih 10 hari) dihitung dari hari pertama
haid terakhir. Walau begitu, bisa saja kehamilan itu berlangsung sekitar 38-42 minggu, dan ini masih dianggap
normal.
Karena sesuatu hal kelahiran bayi bisa terjadi dalam usia kehamilan 20-22 minggu. Persalinan yng terjadi
itu disebut dengan persalinan imatur. Kalau kelahiran terjadi pada sekitar usia kehamilan 28-37 minggu, disebut
dengan persalinan prematur. Sedang kalau terlaksana setelah usia kehamilan 42 minggu, dianggap sudah
melewati waktunya atau disebut perasalinan postmatur.
Untuk menentukan tanggal kelahiran digunakan rumus Neagle yang ditemukan oleh dokter bangsa Jerman,
Frans Neagle. Menurut rumus itu perkiraan kelahiran mulai dihitung dari tanggal hari pertama haid terakhir si ibu,
ditambah 7 hari. Lalu bulan pada tanggal tersebut dikurangi 3 dan tahun ditambah 1.
Khusus untuk haid terakhir yang terjadi pada bulan Januari, Februari atau Maret, maka untuk bulan
ditambah 9 dengan tahun tetap. Perkiraan ini akan mendekati ketepatan bila haid teratur, berkisar sekitar 28-30
hari. Usia kehamilan dan tanggal persalinan akan sukar ditentukan atau diperkirakan bila lupa kapan haid
terakhirnya. Karena itu, untuk melengkapi cara penghitungan, dokter bisa melakukan pemeriksaan dengan USG
atau dengan rabaan yang dilakukan dari luar. (Imam Musbikin. 2006. Persiapan Menghadapi Persalinan.
Yokyakarta: Mitra Pustaka. hal 220)
PERSALIAN PREMATUR
Persalian prematur adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan kurang dari 37 minggu (antara 20-37
minggu) atau dengan berat janin kurang dari 2500 gram. (Abdul Bari Saifuddin. 2002. Buku Asuan Nasional
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka, hal 300)
Persalinan prematur atau kurang bulan adalah persalinan yang terjadi setiap saat setelah usia gestasi
mencapai 20 minggu atau menjelang akhir minggu ke 37. (Buku Saku Bidan. Jakarta:EGC. 2002 hal 216)
Persalian preterm yaitu persalinan yang terjadi pada kehamilan 37 minggu atau kurang, merupakan hal
yang berbahaya karena mempunyai dampak yang potensial meningkatkan kematian perenatal. Kematian
perinatal umumnya berkaitan dengan berat lahir rendah. Berat lahir rendah dapat disebabkan oleh bayi preterm
dan pertumbuhan janin yang terhambat. Keduanya sebaiknya dapat dicegah karena dampak yang negatif.
Dampak negatif tidak saja terhadap kematian perinatal tetapi juga terhadap morbiditas, potensi generasi akan
datang, kelainan mental dan beban ekonomi bagi keluarga dan bangsa secara keseluruhan. (Hanifa
Wiknjosastro. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka hal 312)
Masalah
Kesulitan utama dalam persalian prematur adalah perawatan bayinya, semakin muda usia kehamilannya
semakin besar morbiditas dan mortalitasnya. Karena disamping harapan hidup perlu dipikirkan pula kualitas
hidup bayi tersebut.
Kecil untuk masa kehamilan (KMK) adalah bila berat lahirnya kurang dari 10 percentil. Kadang sulit untuk
membedakan prematur dan KMK, bahkan bisa juga prematuritas disertai dengan KMK.
Dari sudut medis secara garis bsar 50% terjadi spontan, 30% akibat KPD dan sisanya yang 20% dilahirkan atas
indikasi ibu atau janin.
Secara keseluruhan penyebab yang sering adalah multifaktorial.
(Abdul Bari Saifuddin. 2002. Buku Asuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka, hal 300)
PENYEBAB KELAHIRAN PREMATUR
A. Komplikasi Medis atau Obstetri.
1.
Hipertensi
Tekanan darah tinggi menyebabkan penolong cenderung untuk mengakhiri kehamilan, hal ini menimbulkan
prevalensi persalinan prematur meningkat.
2.
3.
Solusio Plasenta
Terlepasnya plasenta akan merangsang untuk terjadi persalinan preterm, meskipun sebagian besar (65%) terjadi
pada aterm. Pada pasien dengan riwayat solusio plasenta maka kemungkinan terulang menjadi lebih
besar yaitu 11%
4.
Plasenta Previa
Plasenta previa sering kali berhubungan dengan persalinan preterm akibat harus dilakukan tindakan pada
perdarahan yang banyak. Bila telah terjadi perdarahan banyak maka kemungkinan kondisi bayi kurang baik
karena hipoksisa.
5.
Kelainan Rhesus
Sebelum ditemukan anti D imunoglobulin maka kejadian induksi menjadi berkurang, meskipun demikian hal ini
masih dapat terjadi.
6.
Diabetes
Pada kehamilan dengan diabetes yang tidak terkendali maka dapat dipertimbangkan untuk mengakhiri
kehamilan. Tapi saat ini dengan pemberian insuli dan diet yang terprogram, umumnya gula darah dapat
dikendalikan.
(Hanifa Wiknjosastro. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka hal 313)
7.
Infeksi klamidia
Meskipun klamidia tracomatis adalah patogen bakteri paling umum yang ditularkan lewat hubungan seksual di
AS, kemungkinan pengaruh infeksi serviks oleh organisme ini pada kelahiran preterm tidak jelas.
8.
Vaginosis bakterialis
Vaginosis bakterialis adalah sebuah kondisi ketika flora normal vagina predominan- laktobasilus yang
menghasilkan hidrogen peroksida digantikan oleh bakteri anaerob. Gambaran diagnostic kilnis:
1.
2.
3.
4.
9.
10.
1.
2.
3.
Serviks inkompeten
Hal ini juga mungkin menjadi penyebab abortus selain partus preterm. Riwayat tindakan terhadap serviks dapat
dihubungkan dengan terjadinya inkompeten. MacDonal menemukan 59% pasiennya pernah mengalami dilatasi
kuretase 8% mengalami konisasi.
4.
Kehamilan Ganda
Sebanyak 10% pasien dengan partus preterm ialah kehamilan ganda dan secara umum kehamilan ganda
mempunyai panjang usia gestasi yang lebih pendek. (Hanifa Wiknjosastro. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka hal 313)
C. Faktor Sosio Budaya
Perokok atau penyalahgunaan obat (alkohol, kokain, dan sebagainya)
Kemiskinan
Pendek kurus
Umur lebih < 18 tahun atau > 40 tahun
Tidak atau kurang mau periksa antenatal
Keturunan (orang tua yang juga melahirkkan prematur)
Ras berkulit hitam
D. Faktor Psikologis
Tempat kerja yang kurang nyaman, tertekan dan sebagainya. (Abdul Bari Saifuddin. 2002. Buku Asuan Nasional
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka, hal 301)
Cara edukasi pasien bahkan dengan monitoring kegiatan di rumah tampaknya tidak memberi perubahan dalam
insidensi kelahiran prematur.
Menejemen Asuhan
Bidan harus melakukan perawatan berikut, terhadap wanita dengan riwayat persalinan atau kelahiran
prematur dan persalinan prematur tanpa tanda dan gejala pada usia gestasi ini:
Skrining bulanan terhadap bakteriurea asimtomatik.
Penanganan setiap infeksi serviks dan vagina
Konseling tentang riwayat diet dan nutrisi yang sesuai
Penguatan instruksi rutin tentang tanda dan gejala persalinan prematur
Konseling, jika diperlukan, mengenai penggunaan rokok narkotika, dan alkohol.
Dukung untuk komunikasi apabila wanita mengalami stres sehingga ia memperoleh bantuan yang sesuai untuk
mengurangi stres tersebut
Jika wanita mempunyai riwayat persalinan atau kelahiran prematur 2 kali atau lebih atau riwayat gestasi
multipel dan menunjukkan tidak ada tanda dan gejala persalinan prematur, selanjutnya sebagai tambahan dari
penanganan diatas bidan harus melakukan hal-hal berikut:
1.
Lakukan pemeriksaan vagina setiap 2 minggu, dimulai pada minggu ke 24 gestasi, untuk
mengetahui adanya perubahan serviks dalam hal posisi, konsistensi, penonjolan, dilatasi, dan pusat bagian
presentasi. Temuan hasil riset tidak konsisten seperti nilai yang diperkirakan pada serangkaian
pemerikasaan servikal.
2.
Upayakan untuk mengubah atau mengurangi beban jantung apabila pekerjaan wanita melibatkan
hal-hal seperti mengangkat, mendorong atau menarik, jam kerja lama, rotasi dinas, atau jarak pulang pergi
ke tempat kerja yang jauh.
3.
Upayakan pemakaian kondom selama melakukan hubungan sexual untuk mencegah penularan
penyakit menular sexual yang merupakan predisposisi terjadinya KPD dan untuk mencegah kerentanan
uterus akibat prostaglandin dari cairan semen.
4.
Anjurkan wanita menstimulasi payudara atau puting susu untuk mencegah kontraksi uterus.
Riset tidak menunjukkan keefektifan tirah baring, pemantauan aktivitas uterus di rumah (kecuali kontak
harian dengan perawat), terapi profilaktik tokolitik oral, atau terapi cerclage dalam mencegah persalian prematur.
Wanita dengan tanda dan gejala persalian prematur, dengan atau tanpa faktor predisposisi, harus segera
dipantau. Lakukan pengkajian berikut:
Riwayat tanda dan gejala persalinan prematur, tanda dan gejala UTI, tanda dan gejala vaginitis atau servisitis
atau PMS, tanda dan gejala infeksi bakteri atau virus, tanda dan gejala KPD
Pemeriksaan fisik meliputi TTV (terutama nadi dan suhu), evaluasi usia gestasi, evaluasi kontraksi, evaluasi
DJJ, palpasi abdomen untuk mengetahui persentasi, posisi, gestasi multipel, perkiraan berat janin, dan
pengkajian untuk mengetahui adanya nyeri abdomen, nyeri tekan sudut CVA, pengkajian untuk adanya nyeri
punggung dan supra pubic
Pemeriksaan panggul dengan menggunakan spekulum untuk mengevaluasi adanya vaginitis atau servisitis
PMS, KPD, keluarnya darah dan mekonium. Pemeriksaan dengan menggunakan jari untuk mengevaluasi
adanya perubahan serviks dan pusat bagian presentasi.
Tes labolatorium, urinalisis mikroskopic STAT, biakan urin dan sensitifitas, hitung basah setiap rabas vagina,
biakan streptococcus grup B, GO, klamidia, dan setiap lesi genital difrensial dan DVL apabila wanita
menunjukkan tanda dan gejala infeksi, tes Fern, tes Nitrasin
Jika wanita tidak memenuhi kriteria untuk ditegakkan diagnosa persalinan prematur, ia dipulangkan ke
rumah dengan instruksi sebagai berikut:
Batasi aktivitas, pengurangan jam kerja dengan melakukan pekerjaan yang ringan dan tidak menimbulkan stres
atau cuti dari pekerjaan yang berat, jangan melakukan pekerjaan rumah tangga yang berat
Tunda aktivitas seksual selama 1 minggu samapi periode reevaluasi tercapai. Dimulainya aktivitas seksual
bergantung pada aktivitas uterusdan adanya faktor predisposisi persalinan prematur.
Mintalah seseorang untuk membantu pekerjaan rumah tangga dan menjaga anak
Kembali pada perewatan rutin pranatal dan reelevasi persalinan prematur selama 1 minggu
Lanjutkan dengan mengikuti instruksi nitrisi, pengenalan dtanda dan gejala persalinan prematur, pengurangan
stres, penggunaan rokok, narkotik dan alkohol.
(Buku Saku Bidan. Jakarta:EGC. 2002 hal 217)
PENANGANAN
Perlu dilakukan penilaian tentang:
Umur kehamilan, karena lebih bisa dipercaya untuk penentuan prognosis daripada berat janin
Demam atau tidak
Kondisi janin (jumlahnya, letak/presentasi, taksiran berat janin, hidup/mati/gawat janin, kelainan kongenital dan
sebagainya) dengan USG
Prinsip Penanganan
Coba hentikan kontraksi uterus/penundaan kelahiran
Persalinan berjalan terus dan siapkan penanganan selanjutnya
Pemberian antibiotik mungkin berhasil pada kasus dengan resiko infeksi tinggi. Organisme yang
menyebabkan adalah golongan aerob gram positif dan negatif, anaerob dan lain-lain yang biasanya berasal dari
Flora normal dari vagina atau rektum
Kadang eksogen akibat tindakan-tindakan septik
Dosis awal
Dosis selanjutnya
Salbutamol
10 mg dalam
larutan NaCl atau
RL. Mulai infus
10
tetes
per
menit
Berikan
awal 6 gr
MgSO4
dosis
20 mg oral
3x20 mg
Lemas, hipotensi
10 mg sublingual
20 mg oral
Pemberian obat-obat tokolitika tidak lebih dari 48 jam. Terus monitor keadaan janin dan ibu meliputi
nadi, tekanan darah, tanda stres nafas, kontraksi uterus, pengeluaran cairan ketuban atau darah pervaginam,
DJJ, gula darah.
(Abdul Bari Saifuddin. 2002. Buku Asuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka, hal 302)
*
*
*
*
*
*
*
*
*
Indikasi Tokolitika
Persalinan prematur sebelum usia gestasi 34 minggu
Pembukaan kurang tau sama dengan 4 cm
Kontraindikasi Tokolitik
Kematangan janin
Dilatasi serviks > 5cm
IUGR berat
Kematian janin atau kelainan yang mengganggu kehidupan
Distres janin akut
Absrupsio plasenta berat
Instabilitas hemodinamik maternal
Preeklampsi atau eklampsi berat
Korioamnionitis
(Buku Saku Bidan. Jakarta:EGC. 2002 hal 219)
Persalinan Berlanjut
Bila tokolitika tidak berhasil, lakukan persalinan dengan upaya optimal. Jangan menyetop kontraksi uterus
bila:
Umur kehamilan lebih dari 35 minggu
Serviks membuka lebih dari 3 cm
Perdarahan aktif
Janin mati dan adanya kelainan kongenital yang kemungkinan hidup kecil
Adanya korioamnionitis
Preeklampsia
Gawat janin
Monitor kemajuan persalinan dengan menggunakan partograf. Hindarkan pemakaian vacum untuk
melahirkan sebab resiko perdarahan intrakranial pada bayi prematur cukup tinggi. Persiapkan menolong bayi
prematur, asfiksia bisa memperburuk penyakit membran hialin dan komplikasi prematur lainnya. Bila mungkin
rujuk ke tempat untuk perawatan yang lebih mampu. (Abdul Bari Saifuddin. 2002. Buku Asuan Nasional
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka, hal 304)
Asuhan Kebidanan Selama Persalinan dan Kelahiran Preterm tanpa Komplikasi
Dari sudut pandang orang tua, bayi prematur menimbulkan berbagai kesulitan tinggi, terutama karena
hasil untuk setiap bayi tidak pernah pasti. Pengalaman mereka berdasarkan definisi terlalu dini dan sering
terperangkap dalam kegawatan, panik, dan intervensi medis tinggi. Ketidakpuasan terhadap hasil bayi,
pengalaman ini sering sangat membuat stres dan ada permasalahan jangka panjang.
Kecemasan dan Stres Maternal
Selain mengatasi ketakutan orang tua mengenai bayi pretermnya, upayakan pula untuk mengurangi
stimuli stres eksternal seperti sinar terang, kegaduhan, interupsi, dan tidak ada privasi. Hormon stres diantara
efek lainnya dapat mengurangi toleransi nyeri, menghambat kontraksi, mempengaruhi kemajuan dan
menurunkan aliran oksigen ke plasenta dan bayi.
Kala II persalinan
Beberapa bayi prematur dilahirkan lebih cepat dari yang diantisipasi. Bersiaplah untuk melahirkan bayi
dilingkungan hangat, relaks dengan kehadiran orang yang diperlukan, dan persiapan peralatan resusitasi.
Berikan bayi langsung kepada ibu untuk kontak kulit ke kulit yang sangat penting sambil mengkaji kondisi bayi.
Dilatasi penuh. Perhatikan apakah sudah ada tanda persalinan. Hindari pemeriksaan vagina untuk menegakkan
diagnosis yang sudah jelas
Hindari pembatasan waktu yang kaku. Batas waktu jangan diberikan pada durasi kala kedua karena tidak ada
hubungannya antara waktu dan hasil neonatal yang buruk. Bila kondisi ibu memuaskan, kondisi bayi
memuaskan, dan terbukti terjadi kemajuan dengan desensus bagian presentasi tidak ada alasan untuk
intervensi.
Mengejan non aktif sangat vital untuk menghindari gangguan janin, nilai apgar rendah, dan intervensi forsep.
Jangan biarkan menahan nafas lama terpimpin dan mengejan, yakinkan ibu bahwa ia telah mengejan dengan
baik sesuai iramanya sendiri.
Tidak ada manfaatnya melakukan episiotomi dan atau forsep untuk melindungi kepala bayi preterm yang
sedang dilahirkan. Kelahiran forseps hanya dibenarkan pada kasus gangguan janin yang terdiagnosis karena
forseps lebih banya memberikan bahaya dibanding keuntungan. Episiotomi hanya memiliki dua indikasi yaitu
untuk gangguan janin akut dan perineum yang kaku. Karena kecilnya kepala bayi preterm, maka perineum yang
kaku tampaknya bukan masalah.
Vacum tidak dianjurkan pada kelahiran sebelum gestasi 34 minggu karena lunaknya tengkorak bayi.
Asuhan segera setelah kelahiran
Kontak kulit ke kulit dan menunda klem tali pusat harus dipertimbangkan sebagai cara aman memberikan
asuhan optimal pada bayi preterm resiko rendah, langsung berikan bayi ke pelukan ibunya
Bila diberikan oksigen melalui corong yakinkan jangan samapai menghembus dan mendinginkan bayi
Untuk resusitasi yang lebih intensif, bayi perlu dibawa ke resuscitaire yang telah dihangatkan
Kala III persalinan
Penundaan pengkleman tali pusat sangat penting untuk bayi preterm. Banyak yang tidak menyadari bahwa
upaya resusitasi sederhana masih dapat dilakukan dengan bayi tetap terhubung dengan tali pusat.
Pada penatalaksanaan aktif, penundaan pengkleman berhubungan dengan banyak keuntungan termasuk 50%
peningkatan volume sel darah merah yang mengurangi durasi ketergantungan oksigen suplemen dan
mengurangi kebutuhan transfusi sel darah merah akibat anemia pada bayi preterm.
Suatu studi besar telah mendukung bahwa penundaan pengkleman tampaknya tidak bahaya bagi bayi preterm.
Meskipun tingginya hematokrit pada bayi preterm yang ditunda pengklemannya, tidak ada peningkatan
polisitemia atau ikterik simtomatik
Tranfusi via tali pusat lebih cepat bila bayi digendong dibawah uterus selama 30-60 detik, yang mungkin penting
pada bayi distres atau hipovolemik yang perlu segera dipisah dari tali pusat untuk resusitasi.
Bila akhirnya tali pusat diklem kemudian dipotong , biarkan ujung bagian bayi tetap panjang bila kelak bayi
memerlukan kateterisasi tali pusat.
Persiapan lingkungan untuk kelahiran
Bayi yang sangat preterm, bayi dengan kecurigaan abnormalitas atau bayi sangat terganggu memerlukan
kehadiran dokter pediatrik konsultan untuk kelahiran. Pada kelahiran seperti itu, dokter pediatrik memerlukan
bantuan dari bidan berdedikasi atau perawat NICU untuk khusus membantu resusitasi
Ruangan harus bersuhu 24C atau lebih, jendela di tutup dan kipas angin dimatikan
Resuscitaire telah diperiksa, disiapkan, dan dinyalakan di ruang melahirkan
Handuk hangat harus tersedia untuk mengeringkan bayi juga topi dan baju hangat untuk dipakai bayi harus
tersedia
Dokter pediatrik harus waspada dan hadir.
(Vicky Chapman. 2006. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Kelahiran. Jakarta: EGC hal 195)
Puskesmas
Rumah Sakit
Tirah baring
Pemberian
paru janin:
obat-obatan
pematangan
janin,
evaluasi
BAYI PREMATUR
KEHAMILAN POSMATUR
Kehamilan postmatur adalah kehamilan yang umur kehamilannya lebih dari 42 minggu. (Abdul Bari
Daifuddin. 2002. Buku Asuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka, hal 305)
Kehamilan umumnya berlangsung 40 minggu atau 280 hari dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan
yang berlangsung 42 minggu atau 294 hari disebut sebagai kehamilan lewat waktu. Para ibu sebanyak 10% lupa
akan hari pertama haid terakhirnya sehingga usia kehamilannya sulit untuk diprediksi.
Kini dengan adanya pelayanan USG maka usia kehamilan dapat ditentukan lebih tepat terutama bila
dilakukan pemeriksaan pada usia kehamilan 6-11 minggu hingga penyimpangan hanya 1 minggu.
Kekawatiran dalam menghadapi kehamilan lewat waktu adalah meningkatnya resiko kematian dan
kesakitan perinatal. Resiko kematian perinatal pada kehamilan lewat waktu dapat menjadi 3 kali dibandingkan
dengan kehamilan aterm. Disamping itu ada pula komplikasi yang menyertai seperti letak defleksi, posisi oksiput
posterior, distosia bahu dan perdarahan post partum. (Hanifa Wiknjosastro. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka hal 317)
Masalah Ibu
Serviks yang belum matang
Kecemasan ibu
Persalinan traumatis akibat janin besar
Angka kejadian SC meningkat karena gawat janin, distosia dan CPD
Meningkatnya perdarahan postpartum karena penggunaan oksitosin untuk akselerasi atau induksi
Masalah Janin
1.
o
o
2.
indeks cairan amnion kurang dari 5 cm, merupakan indikasi untuk mengakhiri kehamilan. Perlu dilakukan
penilaian adanya gangguan pertumbuhan janin intrauterin
Pemeriksaan penampilan jantung janin dengan NST dan penilaian pematangan serviks
Komplikasi
Anak besar dapat menyebabkan CPD
Oligihidramnion dapat menyebabkan kompresi tali pusat, gawat janin sampai bayi meninggal
Keluarnya mekonium yang dapat menyebabkan aspirasi mekoneum.
Pencegahaan
Konseling antenatal yang baik
Evaluasi umur kehamilan bila ada tanda-tanda berat badan tidak naik, oligo hidramnion, gerakan anak menurun.
Bila ragu periksa untuk konfirmasi umur kehamilan dan mencegah komplikasi
Penanganan
Ibu dirujuk bila umur kehamilan lebih dari 41 minggu. Bila kehamilan lebih dari 40 minggu ibu hamil
dianjurkan menghitung gerak janin selama 24 jam (tidak boleh kurang dari 10 kali)
Pengelolaan Persalinan
Bila sudah dipastikan umur kehamilan 41 minggu, pengelolaan tergantung dari derajat kematangan serviks
Bila serviks sudah matang (skor Bishop >5) dilakukan induksi persalinan asal tidak ada janin besar, jika janin
besar lakukan SC
Pemantauan intrapartum dengan menggunakan CTG dan kehadiran dokter spesialis anak
Pada serviks belum matang (skor Bishop <5) kita perlu menilai keadaan janin lebih lanjut apanila kehamilan
tidak diakhiri
NST dan penilaian kantong amnion. Bila keduanya normal, kehamilan dibiarkan berlanjut dan penilaian janin
dilanjutkan seminggu 2x
Bila ditemukan oligohidramnion atau dijumpai deselerasi variabel pada NST maka dilakukan induksi persalinan
Bila cairan amnion normal dan NST tidak reaktif, tes dengan kontraksi harus dilakukan. Hasil CST positif, janin
perlu dilahirkan, sedangakn bila CST negatif kehamilan dibiarkan berlangsung dan penilaian janin dilakukan lagi
3 hari kemudian
Keadaan serviks harus dinilai ulang setiap kunjungan pasien dan kehamilan harus diakhiri bila serviks matang.
Kehamilan lebih dari 42 minggu diupayakan diakhiri
Pasien dengan kehamilan lewat waktu dengan komlikasi seperti DM, PE, kehamilan harus diakhiri tanpa harus
memandang keadaan serviks.
Pengelolaan Intrapartum
Pasien tidur miring sebelah kiri
Pergunakan pemantuan CTG
Beri oksigen bila menemukan keadaan jantung yang abnormal
Puskesmas
Rumah Sakit
2.
3.
4.