Você está na página 1de 18

:ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN

MANAJEMEN PERBANKAN
ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN MANAJEMEN PERBANKAN

John Agustinus
Dosen Tetap Program Studi Keuangan dan Perbankan
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Port Numbay Jayapura

ABSTRAK
Dalam industri perbankan, terlebih lagi apabila bank tersebut berfokus pada penyaluran kredit,
baik kepada korporat maupun Usaha, Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), tentunya dihadapkan
pada risiko. Hal ini sudah merupakan suatu yang biasa di manapun selalu terdapat adanya risiko,
walaupun satu sama lainnya mempunyai bobot yang berbeda-beda. Begitu juga dalam pemberian
kredit ada terkandung risiko yang perlu terlebih dahulu dipahami dalam proses perencanaan kredit,
karena risiko ini juga akan menjadi kendala bagi keberhasilan proses perkreditan tersebut. Dalam
penelitian ini menyarankan dalam menyalurkan kredit diharapkan melakukan pengendalian
manajemen dengan cermat dan seefisien mungkin sehingga mampu menekan angka prosentase
kredit macet (non-performing loans). Dimana dalam penelitian ini membuktikan bahwa nilai
jaminan atau agunan harus jelas dan mempunyai nilai jual (pasar) yang tinggi. Sehingga apabila
terjadi wanprestasi atas debitur (nasabah), permasalahannya relatif lebih cepat terselesaikan.
Dengan kata lain bahwa dalam menyalurkan kredit yang terbaik bagi bank adalah melakukan
collateral approach. Selain dari pada collateral approach yang dilakukan perbankan penelitian ini
juga memberikan pendapat untuk mengcover risiko kredit yang mungkin timbul di sektor UMKM.
Agunan memang memiliki nilai tambah tersendiri di dalam bisnis di sektor UMKM karena fisiknya
yang nyata. Tetapi agunan bukanlah faktor yang akan mempengaruhi lancar tidaknya suatu kredit.
Kata Kunci: Pengendalian Manajemen dan Kinerja Keuangan
PENDAHULUAN
Sektor perbankan yang memiliki posisi strategis sebagai lembaga intermediasi dan penunjang sistem
pembayaran merupakan variabel yang sangat menentukan dalam proses kebijakan ekonomi.
Pertumbuhan kantor bank telah menambah pelayanan pada nasabah/pengguna bank, baik dari segi
jenis dan media pelayanan maupun cakupan wilayah pelayanan perbankan. Pertumbuhan ini telah
menyebabkan pula tingkat kompetisi yang semakin tinggi dalam dunia perbankan yang menuntut

mereka untuk lebih kreatif dan inovatif dalam melayani nasabah, dan mencapai target perusahaan.
Oleh karena itu para eksekutif dituntut untuk mampu berkreasi sebanyak-banyaknya dalam
usahanya untuk memenangkan persaingan.
Dengan perkembangan yang makin pesat di sektor jasa, maka kegiatan operasi jasa makin
meningkat dan pelaksanaannya harus dapat memberikan efektifitas tinggi. Tingkat efektifitas yang
tinggi hanya dapat dicapai apabila operasi jasa dapat dilakukan dengan memberikan hasil yang
tepat waktu, tepat jumlah, tepat mutu dan biaya murah. Sedangkan hasil operasi jasa sangat
bervariasi sehingga sulit distandarisasi. Di Indonesia telah banyak dilakukan pembahasan pada
industri perbankan mengenai keberhasilan yang dinilai berdasarkan kinerja keuangan. Dalam
pembahasan ini penulis akan meneliti variabel-variabel yang menentukan keberhasilan manajemen
perusahaan jasa perbankan berdasarkan variabel non finansial. Kabupaten Jayapura sebagai salah
satu kota besar di Indonesia. Sebagaimana kota-kota besar lainnya, maka industri jasa juga
berkembang pesat di kota ini. Khusus di sektor perbankan banyak dijumpai berdirinya bank-bank,
baik bank pemerintah maupun swasta. Permasalahan dalam pembahasan ini adalah; apakah variabel
Strategi, Struktur Organisasi, Sistem, Sumber Daya Manusia, Kepemimpinan, Agunan, Besaran
Kredit, Lokasi, Petugas Bank dan Budaya Kerja secara simultan berpengaruh signifikan terhadap
Kekeberhasilanan Manajemen Perusahaan Jasa Perbankan Kabupaten Jayapura dan apakah variabel
tersebut juga berpengaruh parsial.
Sedangkan tujuan dari pembahasan ini adalah untuk mengetahui pengaruh secara simultan dan
parsial variabel-variabel Strategi, Struktur Organisasi, Sistem, Sumber Daya Manusia,
Kepemimpinan, dan Budaya Kerja terhadap keberhasilan Manajemen Perusahaan Jasa Perbankan
Kabupaten Jayapura

TINJAUAN PUSTAKA
Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio perbandingan antara total capital dengan Aktiva
Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Ketentuan besarnya CAR sebesar 8% yang diberlakukan oleh
Bank Indonesia tolok ukurnya mengacu pada konsep Basel Committee on Banking Supervision (Basel
I) dengan membagi modal (inti dan pelengkap) sebagai pembilang dan ATMR sebagai penyebut, yang
diperoleh dari ratio perhitungan aktiva dikalikan dengan bobot risiko masing-masing aktiva.
Sedangkan pada Basel II dengan ratio tetap sama 8% tetapi diperoleh dengan membagi modal (inti
pelengkap) sebagai pembilang dengan penjumlahan risiko kredit, risiko pasar dan risiko operasional
sebagai penyebut. Kerangka CAR berdasarkan Basel II ini berlaku universal dan di implementasi
mulai tahun 2004.
Rachmat Firdaus (2003: 45) menyatakan ketentuan lain yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia yang
secara tidak langsung membatasi jumlah kredit yang diberikan adalah rasio kecukupan modal atau
capital adequacy ratio (CAR) atau Kewajiban Modal Minimum (KPMM). CAR adalah perbandingan

antara jumlah modal yang dimiliki suatu bank dengan aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR).
Semakin besar kredit yang disalurkan, maka semakin besar pula ATMR bank yang bersangkutan,
sehingga CAR akan menurun. Dengan demikian apanila bank akan mengadakan ekspansi/perluasan
pemberian kredit, maka harus memperhatikan jumlah modal yang dimiliki saat itu yang berarti
apabila CARnya sudah terbatas atau mendekati ketentuan minimal, maka expansi kredit tersebut
harus dibarengi dengan permodalan tersebut.

PENGERTIAN ATMR (AKTIVA TERTIMBANG MENURUT RISIKO)


Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) adalah aktiva dalam neraca perbankan yang
diperhitungkan dengan bobot prosentase tertentu sebagai faktor risiko (BRI 2003). Ketentuan
berapa persen faktor risiko pada masing-masing aktiva sebagai dasar perhitungan ATMR telah
ditentukan oleh Bank Indonesia sesuai Surat Edarannya nomor: 5/23/DPNP, tanggal 29 September
2003.
Terdapat 2 (dua) kelompok besar yaitu kelompok aktiva dan kelompok rekening administratif baik
rupiah maupun valas. Pada kelompok aktiva juga sudah dipisahkan berdasarkan besarnya bobot
risiko.
a. Kelompok aktiva yang mempunyai bobot risiko 0 (nol) % adalah:
1) Kas.
2) Tagihan pada bank sentral negara lain.
3) SBI.
4) Treasury bill negara lain.
5) SPBU yang oleh bank lain, pemerintah daerah.
b. Kelompok aktiva yang mempunyai bobot risiko 20 (dua puluh) adalah:
1) Tagihan pad&Bank lain.
2) Saham dan obligasi bank lain.
3) Kredit yang diberikan kepada bank lain pemerintah daerah.
c. Kelompok aktiva yang mempunyai bobot risiko 50 (lima puluh) adalah:
1) SWU yang diterbitkan oleh BUMN.
2) Saham dan obligasi yang diterbitkan oleh B.
3) KPR yang dijamin oleh hipotik pertama.
d. Kelompok aktiva yang mempunyai bobot risiko 100 (seratus) % adalah:
1) SWU yang diterbitkan oleh swasta.
2) Kredit yang diberikan kepada pihak lain.
3) Penyertaan.
4) Aktiva tetap.
5) Antar kantor aktiva.

6) Rupa-rupa aktiva.
Sedangkan rekening administrasi dikelompokkan dengan 6 bobot risiko 4, 10, 20, 25, 50 dan 100%.
a. Kelompok rekening administratif yang mempunyai bobot risiko 4 (empat) % adalah:
1) L/C yang masih berlaku atas permintaan bank lain, pemerintah daerah.
2) Exchange rate and interst rate contracts.
b. Kelompok rekening administratif yang mempunyai bobot risiko 10 (sepuluh) % adalah:
1) Kelonggaran tarik kredit bank lain, pemerintah daerah.
2) Jaminan bank yang diberikan atas nama bank lain, pemerintah daerah.
3) Jaminan bank bukan dalam rangka pemberian kredit atas permintaan bank lain, pemerintah
daerah.
4) L/C yang masih berlaku atas permintaan BUMN.
c. Kelompok rekening administratif yang mempunyai bobot risiko 20 (dua puluh) % adalah: L/C yang
masih berlaku pihak-pihak lainnya.
d. Kelompok rekening administrasi yang mempunyai bobot risiko 25 (dua puluh lima) % adalah:
1) Kelonggaran tarik kredit BUMN.
2) Jaminan bank BUMN, pemerintah daerah.
3) Jaminan bank bukan dalam rangka pemberian kredit BUMN, Pemerintah daerah.
e. Kelompok rekening administratif yang mempunyai bobot risiko 50 (lima puluh) %.
Berdasarkan kelompok bobot risiko masing-masing rekening yang mempengaruhi tinggi rendahnya
ATMR tersebut merupakan standar baku yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, sehingga pihak
perbankan tidak bisa menentukan sendiri-sendiri.
Pendapat ini didukung oleh Rachmat Firdaus (2003: 46) dalam bukunya Manajemen Perkreditan
Bank Umum menyatakan kebutuhan modal minimum dihitung berdasarkan besarnya ATMR yaitu
ATMR aktiva neraca dan aktiva administratif sebagai berikut:
a. ATMR aktiva neraca diperoleh dengan cara mengalikan nilai nominal aktiva yang bersangkutan
dengan bobot risiko masing-masing poin aktiva neraca.
b. ATMR aktiva administratif diperoleh dengan cara mengalikan nilai nominal rekening administratif
yang bersangkutan dengan bobot risiko masing-masing point rekening administratif.
c. Rasio modal bank dihitung dengan cara membandingkan jumlah modal bank (yaitu modal inti
ditambah modal pelengkap) atau modal kantor cabang asing (bagi bank asing) dengan total ATMR
(Neraca ditambah administratif).
d. Dengan rasio kecukupan modal diatas dapat diketahui besarnya rasio kecukupan modal (Capital
Adequacy Ratio/CAR) telah memenuhi ketentuan Bank Indonesia atau belum. Sebagaimana
diketahui ketentuan yang berlaku bagi bank umum non devisa, CAR sekurang-kurangnya/minimum
8%. Untuk bank umum devisa seyogyanya harus lebih tinggi dari 8% yaitu kira-kira 12%.

MENGGUNAKAN DATA DALAM BENTUK RASIO


Ada beberapa hal yang mendorong para peneliti menggunakan data dalam bentuk rasio keuangan,
yaitu:
1) Untuk mengendalikan efek perbedaan ukuran antar perusahaan dan antar periode.
2) Untuk lebih memuaskan asumsi yang dituntut oleh beberapa alat analisis statistik, misalnya
analisis regresi.
3) Untuk menggali teori mengenai rasio keuangan.
4) Untuk memanfaatkan keteraturan empirik yang diobservasi antara rasio keuangan dengan
estimasi/prediksi variabel yang diminati (misalnya risiko sekuritas atau kemungkinan perusahaan
menjadi gagal).
Penggunaan rasio keuangan untuk mengendalikan efek perbedaan ukuran antar perusahaan dan
antar periode seharusnya tidak menghalangi penggunaan variabel ukuran perusahaan dalam model,
karena berdasarkan beberapa penelitian diketahui bahwa untuk studi mengenai kebangkrutan
frekuensi kegagalan lebih tinggi pada perusahaan kecil daripada perusahaan besar. Oleh karena itu
adalah penting untuk memasukkan variabel ukuran perusahaan ke dalam model prediksi kegagalan.
Kriteria Penilaian Bank Sehat
Penentuan kriteria sehat oleh Bank Indonesia adalah CAMEL (Capital, Assets, Management, Earning
Power, Liquidity) dan bobot untuk masing-masing diatur oleh Bank Indonesia melalui paket
kebijakan perbankan tanggal 23 Pebruari 1991 yang disempurnakan dalam paket 29 Mei 1993 (SE
No. 26/5/BPPP) sebagai berikut:

Tabel
Bobot Penilaian Faktor dan Komponen Penilaian Kesehatan Bank

Faktor yang dinilai Komponen Bobot

1. Permodalan Rasio modal terhadap aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR) 25%

2. Kualitas Aktiva Produktif a. Rasio aktiva produktif yang diklasifikasikan terhadap aktiva produktif.
b. Rasio penyisihan penghapusan aktiva
Produktif terhadap aktiva produktif yang diklasifikasikan

30%
a. M. Permodalan
b. M. Aktiva
3. Manajemen c. M. Umum 25%
d. M. Rentabilitas
e. M. Likuiditas
4. Rentabilitas a. Rasio laba terhadap total asset 10%
b. Rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional
5. Likuiditas a. Rasio kewajiban bersih call money terhadap aktiva lancer 10%
b. Rasio kredit terhadap dana yang diterima
Sumber: BisnisBank: 2005
Nilai kredit hasil penilaian kuantitatif terhadap lima faktor di atas (aspek CAMEL) beserta
komponennya kemudian dijumlahkan, sehingga diperoleh penilaian faktor yang dikuantifikasikan.
Selanjutnya nilai kredit tersebut dapat ditambah atau dikurangi dengan nilai kredit yang berasal
dari pelaksanaan ketentuan-ketentuan yang sanksinya dikaitkan dengan penilaian tingkat kesehatan
bank. Pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan kredit usaha kecil (KUK), kredit ekspor, batas
maksimum pemberian kredit (BMPK) dan posisi devisa netto, akan dikenakan sanksi yang dapat
mempengaruhi lingkat kesehatan bank. Nilai kredit secara keseluruhan diperoleh atas dasar hasil
penilaian kuantitatif lima faktor dan komponen-komponennya serta nilai kredit pelaksanaan
ketentuan-ketentuan yang ada. Berdasarkan nilai kredit secara keseluruhan, maka ditetapkan 4
golongan predikat kesehatan bank sebagai berikut:

Tabel
Predikat Bank
Nilai Kredit Predikat
81 100 Sehat

66 - < 81 Cukup sehat


51 - < 66 Kurang sehat
0 - < 51 Tidak sehat
Sumber: BisnisBank: 2005
Lebih lanjut diatur bahwa predikat tingkat kesehatan bank yang sehat atau cukup sehat, atau
kurang sehat akan diturunkan menjadi tidak sehat apabila dijumpai salah satu atau lebih dari halhal sebagai berikut:
1) Perselisihan intern yang diperkirakan akan menimbulkan kesulitan dalam bank yang
bersangkutan.
2) Campur tangan pihak-pihak di luar bank dalam kepengurusan (manajemen) bank, termasuk
didalamnya kerja sama yang tidak wajar yang dapat mengakibatkan salah satu atau beberapa
kantornya berdiri sendiri.
3) Window dressing dalam pembukuan dan atau laporan bank secara material dapat berpengaruh
terhadap keadaan keuangan bank, sehingga mengakibatkan penilaian keliru terhadap bank.
4) Praktik "bank dalam bank" atau melakukan usaha bank di luar pembukuan bank.
5) Kesulitan keuangan yang mengakibatkan penghentian sementara atau pengunduran diri dari
keikutsertaannya dalam kliring (Bank Indonesia, SE No. 26/5/BPPP 29 Mei 1993).

HUBUNGAN PENGENDALIAN MANAJEMEN DENGAN NPLs


Pengendalian manajemen (Anthony: 1992) adalah semua metode, prosedur dan sarana termasuk
sistem pengendalian manajemen, yang digunakan untuk memastikan dipatuhinya kebijakan dan
strategi organisasi. Pengendalian manajemen adalah sistem atau alat untuk mengimplementasikan
strategi (Anthony-dan-Govindarajan, 1998).
Keberhasilan kinerja manajemen tidak terlepas dari pengendalian manajemen, baik unsur-unsur
yang tergabung dalam struktur maupun unsur-unsur yang tergabung dalam proses pengendalian
manajemen sebagaimana temuan dari Sabout (1989: 20) dan Indrawati (1996: 15) bahwa variabelvariabel pengendalian manajemen berpengaruh terhadap efektifitas pengendalian manajemen.
Kemudian untuk proses pengendalian manajemen kredit acuan yang dipergunakan adalah pendapat
yang dikemukakan oleh Anthony et al (1992), Yaitu (a) Nilai agunan (collateral) (b) Sistem wilayah
(c) Jumlah kredit yang disalurkan (d) Petugas kredit (Account Officer).
Sinungan (2000: 11) tingginya resiko kredit dikarenakan keteledoran bank mematuhi peraturan
pemberian kredit yang telah digariskan. Terlalu mudah memberikan kredit yang disebabkan karena
tidak ada patokan yang jelas tentang standar kelayakan permintaan kredit yang diajukan,
konsentrasi dana kredit pada sekelompok debitur atau sektor usaha yang berisiko tinggi, kurang
memadainya jumlah eksekutif dan staf bagian kredit yang berpengalaman, lemahnya bimbingan dan
pengawasan pimpinan kepada para eksekutif dan staf bagian kredit, lemahnya kemampuan bank

mendeteksi kemungkinan timbulnya kredit bermasalah termasuk mendeteksi arah perkembangan


arus kas debitur lama. Faktor kedua yang berasal dari pihak debitur yaitu: adanya salah urus dalam
pengelolaan usaha bisnis perusahaan atau karena kurang berpengalaman dalam bidang usaha yang
mereka tangani.
Apabila masing-masing variabel pengendalian manajemen berperan dengan baik diharapkan dapat
mengamankan penerapan strategi usaha agar kegiatan tetap mengarah pada tujuan guna mencapai
prestasi atau kinerja yang baik. Berarti struktur dan proses pengendalian manajemen berfungsi
secara baik dan efektif akan berpengaruh baik terhadap Non-Performing Loans.

ANALISA TEORI EFISIENSI KINERJA KEUANGAN


Beberapa analisa kinerja perbankan umumnya diukur berdasarkan rasio keuangan, seperti rasio
kecukupan modal (capital adequacy ratio, loan to deposit, rasio return on risked assets, net profit
margin dan return on assets). Analisis yang berkaitan dengan rasio-ratio ini disebut sebagai analisis
CAMEL (Capital, Assets, Management, Earning and Liquidity). Banyak para peneliti-peneliti
menggunakan rasio-rasio ini dikaitkan dengan tingkat kesehatan suatu bank dan dapat juga
digunakan sebagai alat untuk meprediksi kesehatan suatu bisnis bank.
Alat ukur kinerja lainnya yang terkait dengan produktivitas suatu usaha perbankan adalah efisiensi.
Tingkat efisiensi ini berkaitan dengan pendapatan dan bebannya atau sering disebut dengan
efisiensi beban (cost efficiency). Beban (sebagai input) yang telah dikeluarkan oleh bank harus
mampu memperoleh hasil (sebagai output) yang sesuai dengan beban tersebut.
Satye (2001: 34) mengembangkan suatu konsep penelitian yang dinyatakan dengan cost efficiensy
dari suatu bank, dengan mengelompokan menjadi 2 (dua) bagian yaitu: technical component dan
allocative component. Technical component adalah kemampuan bank untuk dapat memaksimalkan
output dari satu input yang telah ditetapkan sebaliknya allocative efficiency adalah kemampuan
dari satu bank untuk menggunakan input-input yang ada dalam proporsi yang paling optimal yang
sesuai dengan masing-masing input.
Ukuran suatu kinerja keuangan mungkin masing-masing bidang memakai tolok ukur yang berbeda
tergantung tujuan yang hendak dicapai. Kaplan dan Norton (1992: 21) mengatakan bahwa sistem
pengukuran organisasi secara kuat berpengaruh terhadap perilaku pimpinan dan karyawan. Tidak
ada ukuran tunggal yang dapat memberikan suatu target kinerja yang sangat jelas atau mefokuskan
pada area bisnis yang kritis. Pimpinan menghendaki adanya suatu keseimbangan baik pada ukuran
keuangan dan operasional. Anthony dan Govindarajan (1998) menyebutkan bahwa dalam
implementasi strategi (sistem pengendalian manajemen) pengukuran kinerja meliputi finansial dan
non finansial (balanced scorecard).
Balance scorecard melengkapi ukuran keuangan sebagai kinerja yang lalu dengan ukuran yang
memicu kinerja yang akan datang (Kaplan et al., 1996). Tujuan dan ukuran scorecard berasal dari

visi dan strategi organisasi. Tujuan dan ukuran kinerja perusahaan meliputi empat perspektif, yaitu:
keuangan, pelanggan, proses internal bisnis serta belajar dan bertumbuh.
Dalam pembahasan ini hanya menampilkan tiga bentuk struktur organisasi yaitu: fungsional,
geografis, dan divisi. Sementara untuk ketidakpastian lingkungan mengambil variabel dari
lingkungan operasional perusahaan yang sebenarnya perusahaan masih dapat mempengaruhi
keadaan tersebut. Kesimpulan pembahasan ini adalah merupakan hubungan-hubungan antara
variabel keunggulan strategi fungsional, variabel struktur perusahaan dan ketidakpastian lingkungan
dengan variable corporate strategi yang ada.
Rumelt (1982), meneliti tentang kinerja dan strategi diversifikasi. Pembahasan ini berusaha
menunjukkan bahwa kesesuaian antara strategi dan struktur mempengaruhi kinerja. Adapun
kesimpulannya menyatakan bahwa makin beragam bisnis perusahaan, makin besar kemungkinan
perusahan tersebut menggunakan struktur multidivisi. Disamping itu juga ditentukan bahwa dari
tahun 1949 sampai tahun 1969 penggunaan strategi bisnis produk tunggal dominasinya berkurang
dan penggunaan strategi multidivisi meningkat.
Akhirnya pembahasan Rumelt menunjukkan bahwa kesesuaian antara strategi dan struktur
mempengaruhi kinerja perusahaan. Selanjutnya dari tinjauan pembahasan terdahulu, penulis
mengambil beberapa variable yang relevan digunakan di industri perbankan yaitu: Strategi, Struktur
Organisasi, Sistem, Sumber Daya Manusia, Kepemimpinan, dan Budaya Kerja.
METODE PEMBAHASAN
Pembahasan ini merupakan pembahasan survai, dimana metode pembahasan ini dimaksudkan
sebagai rancangan untuk mencari dan menjelaskan hubungan kausal antar variabel melalui
pengujian hipotesis (eksplanatory research). Pembahasan ini dilakukan pada bank-bank umum
nasional di wilayah kerjaKabupaten Jayapura yang berstatus kantor wilayah dan kantor cabang
utama. Populasi pembahasan ini adalah bank-bank umum nasional di wilayah kerja Kabupaten
Jayapura berstatus kantor wilayah, kantor cabang utama dan kantor cabang baik bank pemerintah
maupun , dengan responden adalah para pimpinan dan kepala bagian atau top dan middle
manajemen pada bank-bank yang menjadi obyek pembahasan. Seluruh populasi merupakan obyek
pembahasan yang diambil dengan metode sensus. Total jumlah responden sebanyak 156 responden
yang tersebar pada 26 kantor bank umum yang berstatus kantor wilayah, kantor cabang utama dan
kantor cabang bank umum pemerintah Kabupaten Jayapura.
Data primer pembahasan ini diperoleh dari responden melalui pengisian kuesioner dan hasil
wawancara dengan responden. Sedangkan data sekunder sebagian besar diperoleh dari Bank
Indonesia Jayapura, dan dari beberapa media cetak maupun internet. Instrumen pembahasan yang
digunakan dalam pembahasan ini adalah kuesioner yang berbentuk pertanyaan tertutup, wawancara
langsung, dan studi dokumen di Bank Indonesia Jayapura. Dalam pembahasan ini analisis data yang
digunakan adalah dan analisis regresi linier berganda.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Responden dalam pembahasan ini rata-rata berusia 25 45 tahun, yang mengindikasikan bahwa
para Pimpinan bank tersebut masih berada pada usia yang produktif dan cukup matang dalam
pengambilan keputusan. Sedangkan lama bekerja dari responden rata-rata sudah bekerja selama
minimal 5 tahun di bank yang bersangkutan, mengindikasikan bahwa responden mempunyai
loyalitas yang tinggi, dan kebanggaan sebagai bagian dari perusahaan, dan sudah berpengalaman di
bidang jasa perbankan, sehingga dapat disimpulkan bahwa responden telah mampu memecahkan
kasus-kasus perbankan, khususnya yang terjadi di tempat ia bekerja. Pimpinan bank sebagian besar
adalah berjenis kelamin pria, yang menunjukkan bahwa manajemen di industri perbankan masih
didominasi oleh kaum pria. Dari tingkat pendidikan para Pimpinan tersebut paling banyak adalah S1
dengan prosentase 51,28 %. Yang berpendidikan S2 juga cukup banyak yaitu sebanyak 44,87 %,
dimana hal ini mengindikasikan bahwa Pimpinan tersebut mempunyai kemampuan analisis yang baik
yang mendukung fungsi kerjanya sebagai pengambil keputusan di perusahaan yang bersangkutan.
Sebelum data diolah, dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas terhadap instrument yang
digunakan dalam pembahasan, dimana pengujian ini dilakukan terhadap 156 responden. Pengujian
validitas dilakukan dengan mengkorelasikan item variabel terhadap total item-itemnya dengan
menggunakan korelasi product moment. Nilai korelasi seluruh item lebih besar dari 0,361 (nilai rtabel pada taraf signifikansi 5%) sehingga seluruh item dinyatakan valid dan dapat digunakan untuk
analisis selanjutnya. Uji reliabilitas dalam pembahasan ini menggunakan metode Alpha Cronbach.
Hasil pengujian reliabilitas mengindikasikan bahwa seluruh nilai Alpha di atas 0,6 maka seluruh
variabel dikatakan reliabel dan dapat digunakan dalam analisis selanjutnya.
Berdasarkan hasil pengolahan data dapat disimpulkan bahwa variabel kekompakan karyawan bukan
penentu kekeberhasilanan manajemen. Hal ini juga didukung oleh hasil kuisioner dengan responden
yang menyatakan bahwa variabel kekompakan karyawan bukan merupakan variabel yang
mempengaruhi keberhasilan manajemen perusahaan.
ANALISIS REGRESI LINIER BERGANDA
Analisis regresi dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat yang
ditetapkan dalam pembahasan ini, baik secara parsial maupun simultan, dan sekaligus menguji
hipotesis pembahasan yang telah ditetapkan sebelumnya. Data yang digunakan dalam analisis
regresi linear berganda ini adalah data skor variabel. Adapun hasil pengolahan data dengan
menggunakan analisis regresi berganda disajikan.
Persamaan Regresi
Analisis regresi ini digunakan untuk menghitung besarnya pengaruh antara variabel bebas yaitu Nilai
Agunan, Besaran kredit, Lokasi, Petugas Bank terhadap variabel terikat yaitu Non performing loans
(Y). Dengan menggunakan bantuan SPSS for Windows ver 12.00 didapat model regresi:

Y = 0.371 + 0.423 X1+ 0.721 X2 + 0.493 X3 0.578 X4


Dari persamaan di atas dapat diinterpretasikan sebagai berikut:
Non performing loans akan meningkat sebesar 0.423 satuan untuk setiap tambahan satu satuan
(nilai agunan). Jadi apabila nilai agunan mengalami peningkatan 1 satuan, maka Non performing
loans akan meningkat sebesar 0.423 satuan.
Non performing loans akan meningkat sebesar 0.721 satuan untuk setiap tambahan satu satuan
(besaran kredit), Jadi apabila besaran kredit mengalami peningkatan 1 satuan, maka Non
performing loans akan meningkat sebesar 0.721 satuan.
Non performing loans akan meningkat sebesar 0.493 satuan untuk setiap tambahan satu satuan
(Lokasi). Jadi apabila lokasi mengalami peningkatan 1 satuan, maka Non performing loans akan
meningkat sebesar 0.493 satuan.
Non performing loans akan menurun sebesar 0.578 satuan untuk setiap tambahan satu satuan
(petugas bank). Jadi apabila petugas mengalami peningkatan 1 satuan, maka Non performing loans
akan menurun sebesar 0.578 satuan.
Berdasarkan interpretasi di atas, dapat diketahui besarnya kontribusi variabel bebas terhadap
variabel terikat, antara lain nilai agunan sebesar 0.423, besaran kredit 0.721, lokasi bank sebesar
0.493, petugas bank -578. Sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai agunan, besaran kredit, lokasi
berpengaruh positif terhadap Non performing loans. Dengan kata lain, apabila, nilai agunan,
besaran kredit, dan lokasi meningkat maka akan diikuti peningkatan Non performing loans.
Sedangkan petugas bank berpengaruh negatif terhadap Non performing loans. Artinya apabilia
petugas bank meningkat maka akan diikuti penurunan Non performing loans. Hasil analisis regresi di
atas menunjukkan bahwa faktor yang memberi pengaruh positif terhadap Non performing loans
yang tersebar di kabupaten Jayapura hanya faktor nilai agunan, besaran kredit, dan lokasi,
sedangkan faktor lain (petugas bank) memberikan pengaruh negatif terhadap Non performing
loans.
Tabel
Hasil Analisis Regresi

Sumber : Data primer diolah


Untuk mengetahui diantara keempat variabel bebas tersebut berpengaruh paling dominan terhadap
variabel terikat dapat dilihat dari nilai koefisien beta maing-masing. Koefisien beta merupakan nilai
dari koefisien regresi yang telah distandarisasi dan fungsinya untuk membandingkan mana diantara
variabel bebas yang dominan terhadap variabel terikat.
Dari Tabel dapat dilihat nilai koefisien beta untuk masing-masing variabel bebas tersebut adalah
sebagai berikut :
Nilai koefisien beta nilai agunan adalah 0.255

Nilai koefisien beta besaran kredit adalah 0.411


Nilai koefisien beta lokasi adalah 0.419
Nilai koefisien beta petugas bank adalah -0.318
Sehingga dapat disimpulkan bahwa diantara keempat variabel bebas dalam penelitian ini yang
dominan pengaruhnya adalah lokasi.
Dari analisa diperoleh nilai R (koefisien determinasi) sebesar 0.468. Artinya bahwa 46.8% variabel
Non performing loans akan dijelaskan oleh variabel bebasnya, yaitu nilai agunan, besaran kredit,
lokasi, dan petugas bank yang dapat dilihat pada Tabel. Sedangkan sisanya 53.2 % variabel Non
performing loans akan dijelaskan oleh variabel-variabel yang lain yang tidak dibahas dalam
penelitian ini.
Tabel
Koefisien Determinasi

Sumber: Data primer diolah


F test / Serempak
Pengujian F atau pengujian model digunakan untuk mengetahuii apakah hasil dari analisis regresi
signifikan atau tidak, dengan kata lain model yang diduga tepat/sesuai atau tidak. Jika hasilnya
signfikan, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Sedangkan jika hasilnya tidak signifikan, maka H0
diterima dan H1 ditolak. Hal ini dapat juga dikatakan sebagai berikut :
H0 ditolak jika F hitung > F tabel
H0 diterima jika F hitung < F tabel
Tabel
Uji F/Serempak

Sumber: Data primer diolah

Berdasarkan Tabel, nilai F hitung sebesar 9.462. Sedangkan F tabel ( = 0.05 ; db regresi = 4 : db
residual = 43) adalah sebesar 2,588. Karena F hitung > F tabel yaitu 9.462 > 2.588 maka analisis
regresii adalah signifikan. Hal ini berarti H0 ditolak dan H1 diterima sehingga dapat disimpulkan
bahwa Non performing loans dapat dipengaruhi secara signifikan oleh nilai agunan, besaran kredit,
lokasi, dan petugas bank

t test / Parsial
t test digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel bebas secara parsial mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat. Dapat juga dikatakan jika t hitung > t tabel atau
-t hitung < -t tabel maka hasilnya signifikan dan berarti H0 ditolak dan H1 diterima. Sedangkan jika

t hitung < t tabel atau -t hitung > -t tabel maka hasilnya tidak signifikan dan berarti H0 diterima
dan H1.
Tabel
Uji t / Parsial

Sumber: Data primer diolah

Berdasarkan Tabel diperoleh hasil sebagai berikut :


t test antara nilai agunan dengan Y (Non performing loans ) menunjukkan t hitung = 2.082.
Sedangkan t tabel ( = 0.05 ; db residual = 43) adalah sebesar 2.017. Karena t hitung > t tabel yaitu
2.082 > 2.017 maka nilai agunan adalah signifikan. Hal ini berarti H0 ditolak dan H1 diterima
sehingga dapat disimpulkan bahwa Non performing loans dapat dipengaruhi nilai agunan.
t test antara besaran kredit dengan Y (Non performing loans) menunjukkan t hitung = 3.238.
Sedangkan t tabel ( = 0.05 ; db residual = 43) adalah sebesar 2.017. Karena t hitung > t tabel yaitu
3.238 > 2.017 maka besaran kredit adalah signifikan. Hall ini berarti H0 ditolak dan H1 diterima
sehingga dapat disimpulkan bahwa Non performing loans dapat dipengaruhi besaran kredit.
t test antara lokasi dengan Y (non performing loans) menunjukkan t hitung = 3.650. Sedangkan t
tabel ( = 0.05 ; db residual = 43) adalah sebesar 2.017. Karena t hitung > t tabel yaitu 3.650 >
2.017 maka gagasan adalah tidak signifikan. Hal ini berarti H0 ditolak dan H1 diterima sehingga
dapat disimpulkan bahwa Non performing loans dapat dipengaruhi lokasi.
t test antara petugas bank dengan Y (Non performing loans) menunjukkan t hitung = -2.823.
Sedangkan t tabel ( = 0.05 ; db residual = 43) adalah sebesar 2.017. Karena -t hitung > -t tabel
yaitu -2.823 > -2.017 maka petugas bank adalah signifikan. Hal inii berarti H0 ditolak dan H1
diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa Non performing loans dapat dipengaruhi petugas bank.

KESIMPULAN
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui variabel-variabel apa sajakah yang mempunyai pengaruh
pada Non performing loans. Dalam penelitian ini variabel bebas yang digunakan adalah variabel
faktor nilai agunan, besaran kredit, lokasi, dan petugas bank sedangkan variabel terikat yang
digunakan adalah Non performing loan.
Berdasarkan pada penghitungan regresi linier berganda, dapat diketahui besarnya kontribusi
variabel bebas terhadap variabel terikat, antara lain nilai agunan, besaran kredit, lokasi, petugas
Bank. Untuk mengetahui pengaruh secara simultan (bersama-sama) tiap variabel bebas terhadap
Non performing loans dilakukan pengujian dengan F-Test. Dari hasil analisis regresi linier berganda

diperoleh nilai Fhitung. Hal tersebut berarti Fhitung lebih besar dari Ftabel sehingga Ho ditolak dan
Ha diterima, yang berarti semua variabel bebas mempunyai pengaruh yang signifikan secara
simultan terhadap Non performing loans. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengujian terhadap
hipotesis yang menyatakan bahwa adanya pengaruh secara bersama-sama (simultan) variabel bebas
terhadap variabel keputusan pembelian dapat diterima.
Untuk mengetahui pengaruh secara individu (parsial) variabel bebas (nilai agunan, besaran kredit,
lokasi, petugas Bank) terhadap Non performing loans dilakukan dengan pengujian t-Test. Dari hasil
analisis regresi linier berganda diperoleh nilai statistik t variabel nilai agunan, besaran kredit,
lokasi, petugas Bank, berarti bahwa keempat variabel bebas berpengaruh significant secara partial
terhadap Non performing loans. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel lokasi yang mempunyai
pengaruh dominan terhadap Non performing loans,. Dilihat dari koefisien beta, variabel lokasi
mempunyai pengaruh yang paling dominan diantara variabel bebas lainnya.
Hasil analisis dan pembahasan yang telah dikemukakan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
variabel strategi, struktur organisasi, sistem, sumber daya manusia, kepemimpinan, dan budaya
kerja secara simultan berpengruh signifikan terhadap keberhasilan manajemen perusahaan jasa
perbankan di Kabupaten Jayapura. Selain secara bersama-sama, variabel-variabel tersebut juga
secara parsial berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan manajemen perusahaan jasa perbankan
di Kabupaten Jayapura.

SARAN
Berdasarkan hasil pembahasan, hasil analisis dan pembahasan serta kesimpulan yang telah
dikemukakan di atas maka dapat disarankan bahwa untuk mencapai keberhasilan manajemen
perusahaan jasa perbankan diharapkan dapat melakukan orientasi terhadap lingkungan ekstern,
memberikan kesempatan kepada karyawan untuk menjadi lebih kreatif dan aktif dalam
penyelesaian tugas, manajemen resiko yang lebih mantap dan penggunaan Sistem Informasi
Manajemen yang lebih efektif dan efisien, memperhatikan kualitas sumber daya manusia,
meningkatkan peran aktif pimpinan, serta meningkatkan budaya kerja yang positif di dalam
organisasi. Bagi para Pimpinan dalam hal pengambilan keputusan untuk lebih memperhatikan
orientasi terhadap lingkungan eksternal dan implementasinya karena hal ini mempunyai pengaruh
yang dominan terhadap keberhasilan manajemen, karena terkait dengan hubungan organisasi
dengan pihak lain, seperti pesaing, masyarakat umum, dan badan lainnya.
Bagi pemerintah yaitu untuk lebih memperketat pengawasan bagi manajemen perusahaan jasa
perbankan, karena dengan adanya manajemen yang baik maka akan meningkatkan produktivitas
dan pelayanan yang semakin baik, sehingga akhirnya akan menciptakan bank yang sehat yang akan
mendukung perekonomian yang kuat pula. Karena adanya berbagai keterbatasan pembahasan yang
disebabkan kondisi di lapangan, maka perlu diadakan pembahasan lanjutan yang bisa meneliti topik

ini dengan menggunakan alat analisis dan obyek yang berbeda dengan cakupan yang lebih luas serta
menggunakan variabel selain dari strategi, struktur organisasi, sistem, sumber daya manusia,
kepemimpinan, agunan, besaran kredit, lokasi, petugas bank dan budaya organisasi.

DAFTAR PUSTAKA
Anthony, Robert N dan Vijay Govindarajan. (1998). Manajemen Control System, Ninth Edition, USA:
Mc-Graw-Hill Companies.

Anthony, Robert N., John Dearden dan Norton M. Bedford. (1992). Manajement Control System, 6th
Edition, terjemahan Agus Maulana, Jilid I, Cetakan pertama, Bina Rupa Aksara, Jakarta.

Anthony, Robert N., John Dearden dan Norton M. Bedford. (1993). Manajement Control System, 6th
Edition, terjemahan Agus Maulana, Jilid II, Cetakan pertama, Bina Rupa Aksara, Jakarta.

Avery, Robert B & Gerald A. Hanweck. (1984). A Dynamic Analysis of Bank Failures, Bank & Structure
and Competition, Conference Proceedings, Federal Reserves Bank of Chicago.

Arief, Sritua. (1993). Metodologi Penelitian Ekonomi, UI-Press, Jakarta


Arikunto, S. (1989). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, PT Bina Aksara, Jakarta.

Algifari, (2000). Analisis Regresi Teori, Kasus, dan Solusi Edisi Kedua, BPFE, Yogyakarta.

Bank Indonesia, Kualitas Aktiva Produktif, Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia, No.
31/147/KEP/DIR/ 1999.

Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia. (2000). No. 2/11/PBI/2000 tentang Penetapan Status
Bank dan Penyerahan Bank kepada BPPN. Jakarta.

Bank Indonesia, 1993. Bobot Penilaian Faktor dan Komponen Penilaian Kesehatan Bank, Surat
Edaran No. 26/5/BPPP, 29 Mei 2003.

Majalah BisnisBank. (April 2005). Referensi Bisnis Perbankan dan Keuangan. Vol. 2. Tahun I.

Davis, Duane&Robert M. Cosenza. (1997). Business Research for Decision Making. Wadworth
Publising, Belmont.

Denda wijaya, Lukman. (2001). Manajemen Perbankan, Cetakan pertama, Ghalia Indonesia,
Jakarta.

Eni Lisetyati. (1998). Analisis Laporan Keuangan Sebagai Alat Prediksi Kebangkrutan Bank. Thesis
Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada.

Elliot, P.A. (1996). Buku Pegangan Untuk Manajer Bank, Pedoman untuk Manajemen Cabang, Bumi
Aksara, Jakarta.

Firdaus, Rachmat. (2004). Manajemen Perkreditan, Bank Umum, Teori, Masalah, Kebijakan dan
Aplikasinya Lengkap dengan Analisis Kredit, Alfabeta, Bandung.

Foster, George. (1986). Financial Statement Analysis, Second Edition, Prentice Hall Internasional.

Gujarati, Damodar N. (1995). Basic Econometric. McGraw-Hill, Singapura.


John Vong (1997). Mengukur Kinerja Model Rajawali, Info Bank, Edisi Pebruari No. 206/1997, hal. 78
79.

Jagtiani, Julapa A. (2003). Non-Performing Loans Of The Banking Sector Decline Sharply.
www.google.com dan www.yahoo.com

Mangkuatmodjo, Sogyarto. (1997). Pengantar Statistik. Penerbit PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Mamluchah. (1998). Faktor-faktor Pengendalian Manajemen yang mempengaruhi Kinerja BRI Unit di
Area Mikro Malang. Tesis Program Pasca Sarjana Unibraw.

Majalah InfoBank. (2005). Non-Performing Loans Masih Merupakan Bahasa Laten. Outlook 2005 The
Promising Year. Biro riset Info Bank.

Mingo, John J. (2000). Policy Implications of The Federal Reserva Study of Credit Risk Models at
Major US Banking Institutions, Journal of Banking & Finance 24 (2000) 15-33,
www.elsevier.com/locate/econbase.

Muljono, Teguh P. (2001). Manajemen Perkreditan Bagi Bank Komersiil, BPFE, Yogyakarta.

Meyer, Paul A., Howard W. Pifer. (1970). Prediction Of Bank Failure, Journal of Finance, June.

Maciariello, Joseph A. (1984). Management Control Systems. Englewood Cliffs, Prentice-Hall Inc,
New Yersey.

Maciariello, Joseph A. dan Calvin J. Kirby. (1994). Management Control Systems. Englewood Cliffs,
Prentice-Hall Inc, New Yersey.

Muchdarsyah, Sinungan. (2000). Strategi Manajemen Bank, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Mulyadi. (1999). Sistem Pengawasan dan Manajemen Kredit pada Bank-bank Go Public. Gadjah Mada
University Press, IKAPI Jogjakarta.

Sabout, Helmy Vanoes. (1989). Efektifitas Pengendalian Manajemen Pada Perusahaan Manufaktur di
Surabaya, thesis, Pasca Sarjana Studi Akuntansi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Sartono, R. Agus. (2000). Ringkasan Teori Manajemen Keuangan, Edisi 3, BPFE, Yogyakarta.

Surat Edaran (SE) Bank Indonesia. (1998). No. 31/148/KEP/Dir tentang Pembentukan Penyisihan
Aktiva Produktif, Jakarta.

Sutaryono Paul. (2005). Gairah Bank Nasional Dalam UMKM dan Potensi Risiko Persaingan, Economic
Review Journal. No. 200 Juni. www.google.com

Suyatno, Thomas. (2003). Dasar-dasar Perkreditan. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Sinkey, Joseph F. (1975). Multivariate Statistical Analysis of The Characteristics of Problems Banks,
Journal of Finance, March.

Sugiyono. (2004). Metode Penelitian Bisnis, Alfabela, Bandung.

Sutojo, Siswanto. (2002). Manajemen Terapan Bank, PT Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta.

Sekaran, Uma. (1984). Research Methods for Business: A Skill-Building Approach, Second Edition,
John Wiley&Sons, Inc.

Tjoekam, Moh. (1999). Perkreditan, Bisnis inti bank komersial, Konsep teknik dan kasus. Penerbit

Gramedia, Jakarta.

Tjiptoadinugroho. (1994). Perbankan Masalah Perkreditan, Penghayatan, Analisis dan Penuntun, PT.
Pradnya Paramita, Jakarta.

Widayat, et all. (2002). Riset Bisnis. Penerbit Graha Ilmu.

Você também pode gostar