Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
MANAJEMEN PERBANKAN
ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN MANAJEMEN PERBANKAN
John Agustinus
Dosen Tetap Program Studi Keuangan dan Perbankan
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Port Numbay Jayapura
ABSTRAK
Dalam industri perbankan, terlebih lagi apabila bank tersebut berfokus pada penyaluran kredit,
baik kepada korporat maupun Usaha, Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), tentunya dihadapkan
pada risiko. Hal ini sudah merupakan suatu yang biasa di manapun selalu terdapat adanya risiko,
walaupun satu sama lainnya mempunyai bobot yang berbeda-beda. Begitu juga dalam pemberian
kredit ada terkandung risiko yang perlu terlebih dahulu dipahami dalam proses perencanaan kredit,
karena risiko ini juga akan menjadi kendala bagi keberhasilan proses perkreditan tersebut. Dalam
penelitian ini menyarankan dalam menyalurkan kredit diharapkan melakukan pengendalian
manajemen dengan cermat dan seefisien mungkin sehingga mampu menekan angka prosentase
kredit macet (non-performing loans). Dimana dalam penelitian ini membuktikan bahwa nilai
jaminan atau agunan harus jelas dan mempunyai nilai jual (pasar) yang tinggi. Sehingga apabila
terjadi wanprestasi atas debitur (nasabah), permasalahannya relatif lebih cepat terselesaikan.
Dengan kata lain bahwa dalam menyalurkan kredit yang terbaik bagi bank adalah melakukan
collateral approach. Selain dari pada collateral approach yang dilakukan perbankan penelitian ini
juga memberikan pendapat untuk mengcover risiko kredit yang mungkin timbul di sektor UMKM.
Agunan memang memiliki nilai tambah tersendiri di dalam bisnis di sektor UMKM karena fisiknya
yang nyata. Tetapi agunan bukanlah faktor yang akan mempengaruhi lancar tidaknya suatu kredit.
Kata Kunci: Pengendalian Manajemen dan Kinerja Keuangan
PENDAHULUAN
Sektor perbankan yang memiliki posisi strategis sebagai lembaga intermediasi dan penunjang sistem
pembayaran merupakan variabel yang sangat menentukan dalam proses kebijakan ekonomi.
Pertumbuhan kantor bank telah menambah pelayanan pada nasabah/pengguna bank, baik dari segi
jenis dan media pelayanan maupun cakupan wilayah pelayanan perbankan. Pertumbuhan ini telah
menyebabkan pula tingkat kompetisi yang semakin tinggi dalam dunia perbankan yang menuntut
mereka untuk lebih kreatif dan inovatif dalam melayani nasabah, dan mencapai target perusahaan.
Oleh karena itu para eksekutif dituntut untuk mampu berkreasi sebanyak-banyaknya dalam
usahanya untuk memenangkan persaingan.
Dengan perkembangan yang makin pesat di sektor jasa, maka kegiatan operasi jasa makin
meningkat dan pelaksanaannya harus dapat memberikan efektifitas tinggi. Tingkat efektifitas yang
tinggi hanya dapat dicapai apabila operasi jasa dapat dilakukan dengan memberikan hasil yang
tepat waktu, tepat jumlah, tepat mutu dan biaya murah. Sedangkan hasil operasi jasa sangat
bervariasi sehingga sulit distandarisasi. Di Indonesia telah banyak dilakukan pembahasan pada
industri perbankan mengenai keberhasilan yang dinilai berdasarkan kinerja keuangan. Dalam
pembahasan ini penulis akan meneliti variabel-variabel yang menentukan keberhasilan manajemen
perusahaan jasa perbankan berdasarkan variabel non finansial. Kabupaten Jayapura sebagai salah
satu kota besar di Indonesia. Sebagaimana kota-kota besar lainnya, maka industri jasa juga
berkembang pesat di kota ini. Khusus di sektor perbankan banyak dijumpai berdirinya bank-bank,
baik bank pemerintah maupun swasta. Permasalahan dalam pembahasan ini adalah; apakah variabel
Strategi, Struktur Organisasi, Sistem, Sumber Daya Manusia, Kepemimpinan, Agunan, Besaran
Kredit, Lokasi, Petugas Bank dan Budaya Kerja secara simultan berpengaruh signifikan terhadap
Kekeberhasilanan Manajemen Perusahaan Jasa Perbankan Kabupaten Jayapura dan apakah variabel
tersebut juga berpengaruh parsial.
Sedangkan tujuan dari pembahasan ini adalah untuk mengetahui pengaruh secara simultan dan
parsial variabel-variabel Strategi, Struktur Organisasi, Sistem, Sumber Daya Manusia,
Kepemimpinan, dan Budaya Kerja terhadap keberhasilan Manajemen Perusahaan Jasa Perbankan
Kabupaten Jayapura
TINJAUAN PUSTAKA
Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio perbandingan antara total capital dengan Aktiva
Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Ketentuan besarnya CAR sebesar 8% yang diberlakukan oleh
Bank Indonesia tolok ukurnya mengacu pada konsep Basel Committee on Banking Supervision (Basel
I) dengan membagi modal (inti dan pelengkap) sebagai pembilang dan ATMR sebagai penyebut, yang
diperoleh dari ratio perhitungan aktiva dikalikan dengan bobot risiko masing-masing aktiva.
Sedangkan pada Basel II dengan ratio tetap sama 8% tetapi diperoleh dengan membagi modal (inti
pelengkap) sebagai pembilang dengan penjumlahan risiko kredit, risiko pasar dan risiko operasional
sebagai penyebut. Kerangka CAR berdasarkan Basel II ini berlaku universal dan di implementasi
mulai tahun 2004.
Rachmat Firdaus (2003: 45) menyatakan ketentuan lain yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia yang
secara tidak langsung membatasi jumlah kredit yang diberikan adalah rasio kecukupan modal atau
capital adequacy ratio (CAR) atau Kewajiban Modal Minimum (KPMM). CAR adalah perbandingan
antara jumlah modal yang dimiliki suatu bank dengan aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR).
Semakin besar kredit yang disalurkan, maka semakin besar pula ATMR bank yang bersangkutan,
sehingga CAR akan menurun. Dengan demikian apanila bank akan mengadakan ekspansi/perluasan
pemberian kredit, maka harus memperhatikan jumlah modal yang dimiliki saat itu yang berarti
apabila CARnya sudah terbatas atau mendekati ketentuan minimal, maka expansi kredit tersebut
harus dibarengi dengan permodalan tersebut.
6) Rupa-rupa aktiva.
Sedangkan rekening administrasi dikelompokkan dengan 6 bobot risiko 4, 10, 20, 25, 50 dan 100%.
a. Kelompok rekening administratif yang mempunyai bobot risiko 4 (empat) % adalah:
1) L/C yang masih berlaku atas permintaan bank lain, pemerintah daerah.
2) Exchange rate and interst rate contracts.
b. Kelompok rekening administratif yang mempunyai bobot risiko 10 (sepuluh) % adalah:
1) Kelonggaran tarik kredit bank lain, pemerintah daerah.
2) Jaminan bank yang diberikan atas nama bank lain, pemerintah daerah.
3) Jaminan bank bukan dalam rangka pemberian kredit atas permintaan bank lain, pemerintah
daerah.
4) L/C yang masih berlaku atas permintaan BUMN.
c. Kelompok rekening administratif yang mempunyai bobot risiko 20 (dua puluh) % adalah: L/C yang
masih berlaku pihak-pihak lainnya.
d. Kelompok rekening administrasi yang mempunyai bobot risiko 25 (dua puluh lima) % adalah:
1) Kelonggaran tarik kredit BUMN.
2) Jaminan bank BUMN, pemerintah daerah.
3) Jaminan bank bukan dalam rangka pemberian kredit BUMN, Pemerintah daerah.
e. Kelompok rekening administratif yang mempunyai bobot risiko 50 (lima puluh) %.
Berdasarkan kelompok bobot risiko masing-masing rekening yang mempengaruhi tinggi rendahnya
ATMR tersebut merupakan standar baku yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, sehingga pihak
perbankan tidak bisa menentukan sendiri-sendiri.
Pendapat ini didukung oleh Rachmat Firdaus (2003: 46) dalam bukunya Manajemen Perkreditan
Bank Umum menyatakan kebutuhan modal minimum dihitung berdasarkan besarnya ATMR yaitu
ATMR aktiva neraca dan aktiva administratif sebagai berikut:
a. ATMR aktiva neraca diperoleh dengan cara mengalikan nilai nominal aktiva yang bersangkutan
dengan bobot risiko masing-masing poin aktiva neraca.
b. ATMR aktiva administratif diperoleh dengan cara mengalikan nilai nominal rekening administratif
yang bersangkutan dengan bobot risiko masing-masing point rekening administratif.
c. Rasio modal bank dihitung dengan cara membandingkan jumlah modal bank (yaitu modal inti
ditambah modal pelengkap) atau modal kantor cabang asing (bagi bank asing) dengan total ATMR
(Neraca ditambah administratif).
d. Dengan rasio kecukupan modal diatas dapat diketahui besarnya rasio kecukupan modal (Capital
Adequacy Ratio/CAR) telah memenuhi ketentuan Bank Indonesia atau belum. Sebagaimana
diketahui ketentuan yang berlaku bagi bank umum non devisa, CAR sekurang-kurangnya/minimum
8%. Untuk bank umum devisa seyogyanya harus lebih tinggi dari 8% yaitu kira-kira 12%.
Tabel
Bobot Penilaian Faktor dan Komponen Penilaian Kesehatan Bank
1. Permodalan Rasio modal terhadap aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR) 25%
2. Kualitas Aktiva Produktif a. Rasio aktiva produktif yang diklasifikasikan terhadap aktiva produktif.
b. Rasio penyisihan penghapusan aktiva
Produktif terhadap aktiva produktif yang diklasifikasikan
30%
a. M. Permodalan
b. M. Aktiva
3. Manajemen c. M. Umum 25%
d. M. Rentabilitas
e. M. Likuiditas
4. Rentabilitas a. Rasio laba terhadap total asset 10%
b. Rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional
5. Likuiditas a. Rasio kewajiban bersih call money terhadap aktiva lancer 10%
b. Rasio kredit terhadap dana yang diterima
Sumber: BisnisBank: 2005
Nilai kredit hasil penilaian kuantitatif terhadap lima faktor di atas (aspek CAMEL) beserta
komponennya kemudian dijumlahkan, sehingga diperoleh penilaian faktor yang dikuantifikasikan.
Selanjutnya nilai kredit tersebut dapat ditambah atau dikurangi dengan nilai kredit yang berasal
dari pelaksanaan ketentuan-ketentuan yang sanksinya dikaitkan dengan penilaian tingkat kesehatan
bank. Pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan kredit usaha kecil (KUK), kredit ekspor, batas
maksimum pemberian kredit (BMPK) dan posisi devisa netto, akan dikenakan sanksi yang dapat
mempengaruhi lingkat kesehatan bank. Nilai kredit secara keseluruhan diperoleh atas dasar hasil
penilaian kuantitatif lima faktor dan komponen-komponennya serta nilai kredit pelaksanaan
ketentuan-ketentuan yang ada. Berdasarkan nilai kredit secara keseluruhan, maka ditetapkan 4
golongan predikat kesehatan bank sebagai berikut:
Tabel
Predikat Bank
Nilai Kredit Predikat
81 100 Sehat
visi dan strategi organisasi. Tujuan dan ukuran kinerja perusahaan meliputi empat perspektif, yaitu:
keuangan, pelanggan, proses internal bisnis serta belajar dan bertumbuh.
Dalam pembahasan ini hanya menampilkan tiga bentuk struktur organisasi yaitu: fungsional,
geografis, dan divisi. Sementara untuk ketidakpastian lingkungan mengambil variabel dari
lingkungan operasional perusahaan yang sebenarnya perusahaan masih dapat mempengaruhi
keadaan tersebut. Kesimpulan pembahasan ini adalah merupakan hubungan-hubungan antara
variabel keunggulan strategi fungsional, variabel struktur perusahaan dan ketidakpastian lingkungan
dengan variable corporate strategi yang ada.
Rumelt (1982), meneliti tentang kinerja dan strategi diversifikasi. Pembahasan ini berusaha
menunjukkan bahwa kesesuaian antara strategi dan struktur mempengaruhi kinerja. Adapun
kesimpulannya menyatakan bahwa makin beragam bisnis perusahaan, makin besar kemungkinan
perusahan tersebut menggunakan struktur multidivisi. Disamping itu juga ditentukan bahwa dari
tahun 1949 sampai tahun 1969 penggunaan strategi bisnis produk tunggal dominasinya berkurang
dan penggunaan strategi multidivisi meningkat.
Akhirnya pembahasan Rumelt menunjukkan bahwa kesesuaian antara strategi dan struktur
mempengaruhi kinerja perusahaan. Selanjutnya dari tinjauan pembahasan terdahulu, penulis
mengambil beberapa variable yang relevan digunakan di industri perbankan yaitu: Strategi, Struktur
Organisasi, Sistem, Sumber Daya Manusia, Kepemimpinan, dan Budaya Kerja.
METODE PEMBAHASAN
Pembahasan ini merupakan pembahasan survai, dimana metode pembahasan ini dimaksudkan
sebagai rancangan untuk mencari dan menjelaskan hubungan kausal antar variabel melalui
pengujian hipotesis (eksplanatory research). Pembahasan ini dilakukan pada bank-bank umum
nasional di wilayah kerjaKabupaten Jayapura yang berstatus kantor wilayah dan kantor cabang
utama. Populasi pembahasan ini adalah bank-bank umum nasional di wilayah kerja Kabupaten
Jayapura berstatus kantor wilayah, kantor cabang utama dan kantor cabang baik bank pemerintah
maupun , dengan responden adalah para pimpinan dan kepala bagian atau top dan middle
manajemen pada bank-bank yang menjadi obyek pembahasan. Seluruh populasi merupakan obyek
pembahasan yang diambil dengan metode sensus. Total jumlah responden sebanyak 156 responden
yang tersebar pada 26 kantor bank umum yang berstatus kantor wilayah, kantor cabang utama dan
kantor cabang bank umum pemerintah Kabupaten Jayapura.
Data primer pembahasan ini diperoleh dari responden melalui pengisian kuesioner dan hasil
wawancara dengan responden. Sedangkan data sekunder sebagian besar diperoleh dari Bank
Indonesia Jayapura, dan dari beberapa media cetak maupun internet. Instrumen pembahasan yang
digunakan dalam pembahasan ini adalah kuesioner yang berbentuk pertanyaan tertutup, wawancara
langsung, dan studi dokumen di Bank Indonesia Jayapura. Dalam pembahasan ini analisis data yang
digunakan adalah dan analisis regresi linier berganda.
Berdasarkan Tabel, nilai F hitung sebesar 9.462. Sedangkan F tabel ( = 0.05 ; db regresi = 4 : db
residual = 43) adalah sebesar 2,588. Karena F hitung > F tabel yaitu 9.462 > 2.588 maka analisis
regresii adalah signifikan. Hal ini berarti H0 ditolak dan H1 diterima sehingga dapat disimpulkan
bahwa Non performing loans dapat dipengaruhi secara signifikan oleh nilai agunan, besaran kredit,
lokasi, dan petugas bank
t test / Parsial
t test digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel bebas secara parsial mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat. Dapat juga dikatakan jika t hitung > t tabel atau
-t hitung < -t tabel maka hasilnya signifikan dan berarti H0 ditolak dan H1 diterima. Sedangkan jika
t hitung < t tabel atau -t hitung > -t tabel maka hasilnya tidak signifikan dan berarti H0 diterima
dan H1.
Tabel
Uji t / Parsial
KESIMPULAN
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui variabel-variabel apa sajakah yang mempunyai pengaruh
pada Non performing loans. Dalam penelitian ini variabel bebas yang digunakan adalah variabel
faktor nilai agunan, besaran kredit, lokasi, dan petugas bank sedangkan variabel terikat yang
digunakan adalah Non performing loan.
Berdasarkan pada penghitungan regresi linier berganda, dapat diketahui besarnya kontribusi
variabel bebas terhadap variabel terikat, antara lain nilai agunan, besaran kredit, lokasi, petugas
Bank. Untuk mengetahui pengaruh secara simultan (bersama-sama) tiap variabel bebas terhadap
Non performing loans dilakukan pengujian dengan F-Test. Dari hasil analisis regresi linier berganda
diperoleh nilai Fhitung. Hal tersebut berarti Fhitung lebih besar dari Ftabel sehingga Ho ditolak dan
Ha diterima, yang berarti semua variabel bebas mempunyai pengaruh yang signifikan secara
simultan terhadap Non performing loans. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengujian terhadap
hipotesis yang menyatakan bahwa adanya pengaruh secara bersama-sama (simultan) variabel bebas
terhadap variabel keputusan pembelian dapat diterima.
Untuk mengetahui pengaruh secara individu (parsial) variabel bebas (nilai agunan, besaran kredit,
lokasi, petugas Bank) terhadap Non performing loans dilakukan dengan pengujian t-Test. Dari hasil
analisis regresi linier berganda diperoleh nilai statistik t variabel nilai agunan, besaran kredit,
lokasi, petugas Bank, berarti bahwa keempat variabel bebas berpengaruh significant secara partial
terhadap Non performing loans. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel lokasi yang mempunyai
pengaruh dominan terhadap Non performing loans,. Dilihat dari koefisien beta, variabel lokasi
mempunyai pengaruh yang paling dominan diantara variabel bebas lainnya.
Hasil analisis dan pembahasan yang telah dikemukakan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
variabel strategi, struktur organisasi, sistem, sumber daya manusia, kepemimpinan, dan budaya
kerja secara simultan berpengruh signifikan terhadap keberhasilan manajemen perusahaan jasa
perbankan di Kabupaten Jayapura. Selain secara bersama-sama, variabel-variabel tersebut juga
secara parsial berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan manajemen perusahaan jasa perbankan
di Kabupaten Jayapura.
SARAN
Berdasarkan hasil pembahasan, hasil analisis dan pembahasan serta kesimpulan yang telah
dikemukakan di atas maka dapat disarankan bahwa untuk mencapai keberhasilan manajemen
perusahaan jasa perbankan diharapkan dapat melakukan orientasi terhadap lingkungan ekstern,
memberikan kesempatan kepada karyawan untuk menjadi lebih kreatif dan aktif dalam
penyelesaian tugas, manajemen resiko yang lebih mantap dan penggunaan Sistem Informasi
Manajemen yang lebih efektif dan efisien, memperhatikan kualitas sumber daya manusia,
meningkatkan peran aktif pimpinan, serta meningkatkan budaya kerja yang positif di dalam
organisasi. Bagi para Pimpinan dalam hal pengambilan keputusan untuk lebih memperhatikan
orientasi terhadap lingkungan eksternal dan implementasinya karena hal ini mempunyai pengaruh
yang dominan terhadap keberhasilan manajemen, karena terkait dengan hubungan organisasi
dengan pihak lain, seperti pesaing, masyarakat umum, dan badan lainnya.
Bagi pemerintah yaitu untuk lebih memperketat pengawasan bagi manajemen perusahaan jasa
perbankan, karena dengan adanya manajemen yang baik maka akan meningkatkan produktivitas
dan pelayanan yang semakin baik, sehingga akhirnya akan menciptakan bank yang sehat yang akan
mendukung perekonomian yang kuat pula. Karena adanya berbagai keterbatasan pembahasan yang
disebabkan kondisi di lapangan, maka perlu diadakan pembahasan lanjutan yang bisa meneliti topik
ini dengan menggunakan alat analisis dan obyek yang berbeda dengan cakupan yang lebih luas serta
menggunakan variabel selain dari strategi, struktur organisasi, sistem, sumber daya manusia,
kepemimpinan, agunan, besaran kredit, lokasi, petugas bank dan budaya organisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Anthony, Robert N dan Vijay Govindarajan. (1998). Manajemen Control System, Ninth Edition, USA:
Mc-Graw-Hill Companies.
Anthony, Robert N., John Dearden dan Norton M. Bedford. (1992). Manajement Control System, 6th
Edition, terjemahan Agus Maulana, Jilid I, Cetakan pertama, Bina Rupa Aksara, Jakarta.
Anthony, Robert N., John Dearden dan Norton M. Bedford. (1993). Manajement Control System, 6th
Edition, terjemahan Agus Maulana, Jilid II, Cetakan pertama, Bina Rupa Aksara, Jakarta.
Avery, Robert B & Gerald A. Hanweck. (1984). A Dynamic Analysis of Bank Failures, Bank & Structure
and Competition, Conference Proceedings, Federal Reserves Bank of Chicago.
Algifari, (2000). Analisis Regresi Teori, Kasus, dan Solusi Edisi Kedua, BPFE, Yogyakarta.
Bank Indonesia, Kualitas Aktiva Produktif, Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia, No.
31/147/KEP/DIR/ 1999.
Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia. (2000). No. 2/11/PBI/2000 tentang Penetapan Status
Bank dan Penyerahan Bank kepada BPPN. Jakarta.
Bank Indonesia, 1993. Bobot Penilaian Faktor dan Komponen Penilaian Kesehatan Bank, Surat
Edaran No. 26/5/BPPP, 29 Mei 2003.
Majalah BisnisBank. (April 2005). Referensi Bisnis Perbankan dan Keuangan. Vol. 2. Tahun I.
Davis, Duane&Robert M. Cosenza. (1997). Business Research for Decision Making. Wadworth
Publising, Belmont.
Denda wijaya, Lukman. (2001). Manajemen Perbankan, Cetakan pertama, Ghalia Indonesia,
Jakarta.
Eni Lisetyati. (1998). Analisis Laporan Keuangan Sebagai Alat Prediksi Kebangkrutan Bank. Thesis
Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada.
Elliot, P.A. (1996). Buku Pegangan Untuk Manajer Bank, Pedoman untuk Manajemen Cabang, Bumi
Aksara, Jakarta.
Firdaus, Rachmat. (2004). Manajemen Perkreditan, Bank Umum, Teori, Masalah, Kebijakan dan
Aplikasinya Lengkap dengan Analisis Kredit, Alfabeta, Bandung.
Foster, George. (1986). Financial Statement Analysis, Second Edition, Prentice Hall Internasional.
Jagtiani, Julapa A. (2003). Non-Performing Loans Of The Banking Sector Decline Sharply.
www.google.com dan www.yahoo.com
Mangkuatmodjo, Sogyarto. (1997). Pengantar Statistik. Penerbit PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Mamluchah. (1998). Faktor-faktor Pengendalian Manajemen yang mempengaruhi Kinerja BRI Unit di
Area Mikro Malang. Tesis Program Pasca Sarjana Unibraw.
Majalah InfoBank. (2005). Non-Performing Loans Masih Merupakan Bahasa Laten. Outlook 2005 The
Promising Year. Biro riset Info Bank.
Mingo, John J. (2000). Policy Implications of The Federal Reserva Study of Credit Risk Models at
Major US Banking Institutions, Journal of Banking & Finance 24 (2000) 15-33,
www.elsevier.com/locate/econbase.
Muljono, Teguh P. (2001). Manajemen Perkreditan Bagi Bank Komersiil, BPFE, Yogyakarta.
Meyer, Paul A., Howard W. Pifer. (1970). Prediction Of Bank Failure, Journal of Finance, June.
Maciariello, Joseph A. (1984). Management Control Systems. Englewood Cliffs, Prentice-Hall Inc,
New Yersey.
Maciariello, Joseph A. dan Calvin J. Kirby. (1994). Management Control Systems. Englewood Cliffs,
Prentice-Hall Inc, New Yersey.
Muchdarsyah, Sinungan. (2000). Strategi Manajemen Bank, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Mulyadi. (1999). Sistem Pengawasan dan Manajemen Kredit pada Bank-bank Go Public. Gadjah Mada
University Press, IKAPI Jogjakarta.
Sabout, Helmy Vanoes. (1989). Efektifitas Pengendalian Manajemen Pada Perusahaan Manufaktur di
Surabaya, thesis, Pasca Sarjana Studi Akuntansi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Sartono, R. Agus. (2000). Ringkasan Teori Manajemen Keuangan, Edisi 3, BPFE, Yogyakarta.
Surat Edaran (SE) Bank Indonesia. (1998). No. 31/148/KEP/Dir tentang Pembentukan Penyisihan
Aktiva Produktif, Jakarta.
Sutaryono Paul. (2005). Gairah Bank Nasional Dalam UMKM dan Potensi Risiko Persaingan, Economic
Review Journal. No. 200 Juni. www.google.com
Suyatno, Thomas. (2003). Dasar-dasar Perkreditan. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Sinkey, Joseph F. (1975). Multivariate Statistical Analysis of The Characteristics of Problems Banks,
Journal of Finance, March.
Sutojo, Siswanto. (2002). Manajemen Terapan Bank, PT Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta.
Sekaran, Uma. (1984). Research Methods for Business: A Skill-Building Approach, Second Edition,
John Wiley&Sons, Inc.
Tjoekam, Moh. (1999). Perkreditan, Bisnis inti bank komersial, Konsep teknik dan kasus. Penerbit
Gramedia, Jakarta.
Tjiptoadinugroho. (1994). Perbankan Masalah Perkreditan, Penghayatan, Analisis dan Penuntun, PT.
Pradnya Paramita, Jakarta.