Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Keratitis adalah peradangan pada salah satu dari kelima lapisan kornea. 1
Peradangan tersebut dapat terjadi di epitel, membran Bowman, stroma, membran
Descemet, ataupun endotel. Peradangan juga dapat melibatkan lebih dari satu
lapisan kornea. Pola keratitis dapat dibagi menurut distribusi, kedalaman, lokasi,
dan bentuk. Berdasarkan distribusinya, keratitis dibagi menjadi keratitis difus,
fokal, atau multifokal. Berdasarkan kedalamannya, keratitis dibagi menjadi
epitelial, subepitelialm stromal, atau endotelial. Lokasi keratitis dapat berada di
bagian sentral atau perifer kornea, sedangkan berdasarkan bentuknya terdapat
keratitis dendritik, disciform, dan bentuk lainnya.1,2
Keratitis
mikrobial
atau
infektif
disebabkan
oleh
proliferasi
BAB II
LAPORAN KASUS
: Ny. I
Umur
: 19 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Bangsa
: Indonesia
Pekerjaan
: Mahasiwa
Alamat
: Pamarican, Banjar
MRS
: 24 september 2014
Riwayat Pengobatan:
Pasien belum pernah mengkonsumsi obat untuk keluhan mata kirinya
Riwayat Alergi:
Kesadaran
: Composmentis
Tanda-tanda Vital :
Tekanan Darah
: 120 / 80 mmHg
Nadi
: 80 x/menit, reguler
Pernafasan
: 16 x/menit, reguler
Suhu
: 36,5C
Status Oftalmologikus
No
Pemeriksaan
OD
OS
Visus
6/6
6/10 ph 6/8
Digit: N
Digit: N
Ortoforia
Eksoftalmus
(-)
(-)
Endoftalmus
(-)
(-)
Atas
(+) baik
(+) baik
Bawah
(+) baik
(+) baik
Temporal
(+) baik
(+) baik
Temporal atas
(+) baik
(+) baik
Temporal bawah
(+) baik
(+) baik
Nasal
(+) baik
(+) baik
Nasal Atas
(+) baik
(+) baik
Nasal Bawah
(+) baik
(+) baik
(-)
(-)
Posisi
Nistagmus
No
Pemeriksaan
Palpebra
OD
OS
Hematom
(-)
(-)
Edema
(-)
(-)
Hiperemis
(-)
(-)
Benjolan
(-)
(-)
Ulkus
(-)
(-)
Fistel
(-)
(-)
Hordeolum
(-)
(-)
Kalazion
(-)
(-)
Ptosis
(-)
(-)
Ektropion
(-)
(-)
Entropion
(-)
(-)
Sekret
(-)
(-)
Trikiasis
(-)
(-)
Edema
(-)
(-)
Hiperemis
(-)
(-)
Benjolan
(-)
(-)
Punctum Lakrimalis
Fistel
(-)
(-)
No
Pemeriksaan
OD
OS
(-)
(-)
Hiperemis
(-)
(-)
Sekret
(-)
(-)
Kemosis
(-)
(-)
Hiperemis
(-)
(+)
Anemia
(-)
(-)
Folikel
(-)
(-)
Papil
(-)
(-)
Lithiasis
(-)
(-)
Simblefaron
(-)
(-)
No
Pemeriksaan
OD
OS
Konjungtiva Bulbi
Kemosis
(-)
(-)
Pterigium
(-)
(-)
Pinguekula
(-)
(-)
Flikten
(-)
(-)
Simblefaron
(-)
(-)
Injeksi konjungtiva
(-)
(-)
Injeksi siliar
(-)
(+)
Injeksi episklera
(-)
(-)
Perdarahan subkonjungtiva
(-)
(-)
No
Pemeriksaan
OD
OS
10
Kornea
jernih
Infiltrat (+)
Edema
(-)
(-)
Ulkus
(-)
(-)
Episkleritis
(-)
(-)
Skleritis
(-)
(-)
Kedalaman
Sedang
Sedang
Kejernihan
Jernih
Jernih
Hifema
Jernih
Jernih
Kejernihan
11
12
Sklera
13
Iris
Warna
Hitam
Hitam
Gambaran radien
Jelas
Jelas
Eksudat
(-)
(-)
Sinekia Anterior
(-)
(-)
Sinekia Posterior
(-)
(-)
No
Pemeriksaan
OD
OS
14
Pupil
Bulat
Bulat
Besar
3 mm
3 mm
Isokor
(+)
(+)
Letak
Sentral
Sentral
(+)
(+)
Kejernihan
Jernih
Jernih
Pseudofakia
(-)
(-)
Afakia
(-)
(-)
Bentuk
Lensa
II.4. RESUME
Seorang wanita umur 19 tahun dating ke poliklinik mata RSUD kota Banjar
dengan keluhan mata kiri terasa sakit sejak 2 minggu yang lalu, pasien
mengeluhkan pandangan pada mata kiri pasien terasa buram dan mata
terkadang berwarna merah, pasien sering merasakan gatal pada mata kirinya
dan silau pada saat melihat cahaya. Pasien juga mengeluhkan mata kirinya
seperti ada rasa yang mengganjal.
Awalnya pada 2 minggu yang lalu pasien tiba tiba mengeluhkan mata
berwarna merah dan disertai rasa gatal, karena gatal pasien sering mengusap
usap matanya, keluhan dirasakan semakin lama semakin berat sehingga
pandangan pasien menjadi kabur dan mata terasa sakit, karena semakin
berat pasien memutuskan untung berobat kerumah sakit. Pasien sering
mengenakan kontak lens dan mengendarai sepeda motor bila kuliah.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital dalam batas normal, Visus
OD 6/6 visus OS 6/10 ph 6/8 , konjungtiva bulbi okuli sinistra didapatkan
injeksi siliar, dan kornea terdapat infiltrat (+).
II.5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Flouresein tes (+) pada okuli sinistra
II.6. DIAGNOSIS
Keratitis Okuli sinistra
II.7. RENCANA PENATALAKSANAAN
untuk 3 hari
Edukasi
o Selalu menjaga kebersihan pada mata.
o Jangan mengucek-ngucek mata.
o Beritahukan pada pasien bila keluar rumah atau berkendaraan dengan
sepedamotor diusahakan untuk memakai kacamata pelindung.
10
: dubia ad bonam
Quo ad functionam
: dubia ad bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
III.1 DEFINISI
Keratitis atau radang pada kornea merupakan kelainan akibat terjadinya
infiltrasi sel radang pada kornea yang akan mengakibatkan kornea menjadi
keruh. Akibat terjadinya kekeruhan pada media kornea ini, maka tajam
penglihatan akan menurun. Mata menjadi merah akibat injeksi pembuluh
darah perikorneal yang dalam atau injeksi siliar.
III.2 EPIDEMIOLOGI
Lebih dari 90 % inflamasi kornea disebabkan oleh bakteri. Keratitis
herpes simplek merupakan salah satu penyebab terbanyak ulkus kornea.
Keratitis
mikotik
dan
keratitis
acantamoeba
jarang
terjadi.
11
b.
Mata Kering
c.
Keracunan obat
d.
Alergi
e.
Konjungtivitis kronis
Selain itu ada beberapa faktor predisposisi yang dapat menyebabkan
inflamasi pada kornea, yaitu :
a. Blepharitis
b. Infeksi dari apendiks mata (seperti dacriostenosis)
c. Perubahan dari barier epitel kornea (dry eyes/bullous keratopathy)
d. Lensa kontak
e. Lagoftalmus
f. Kelainan neuroparalitik
g. Trauma
h. Agent immunosuppresan (topical dan sistemik)
12
sel wing. Lapisan sel basal juga melekat ke membran basal melalui bantuan
hemidesmosom.4
Pada membran basal terdapat tiga jenis molekul utama yaitu kolagen tipe
IV, proteoglikan heparin sulfat dan protein non-kolagen (laminin, nidogen,
dan osteonectin). Membran basal merupakan sawar (barrier) fisiologis
penting antara epitel dan stroma kornea.4,7
Sel epitel terluar akan berdeskuamasi ke dalam lapisan air mata. Lapisan
muko-protein pada air mata berfungsi untuk melekatkan lapisan air mata
kepada mikrovili epitel.8
III.5 PATOFISIOLOGI
Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui cahaya,
dalam perjalanan pembentukan bayangan di retina, karena jernih, sebab
susunan sel dan seratnya tertentu dan tidak ada pembuluh darah. Biasan
cahaya terutama terjadi di permukaan anterior dari kornea. Perubahan dalam
13
14
15
Keratitis Superfisialis
1)
Epithelial
-
2) Subepitelial
-
Keratokonjungtivitis epidemik
Keratitis Westhoff Himmer (sawahika)
Keratitis numularis
Keratitis Profunda
-
Keratitis Intertisial
Keratitis Disiformis
Keratitis sklerotikans
III.6.1
KERATITIS PUNGTATA
Keratitis yang terkumpul di daerah membran bowman, dengan
infiltrat berbentuk bercak-bercak halus. Dapat disebabkan oleh hal-hal
yang tidak spesifik, seperti :
Moluskum kontagiosum
Akne rosasea
Herpes simplek
Herpes zooster
Blefaritis neuropatik
Infeksi virus
Dry eyes
Trauma
Lagolftalmus
16
Kelainan lokal
17
b. Kelainan sistemik
Blefaritis
keratopati Lagolftalmus
Sinar ultraviolet
18
19
inflamasi
Interstisial adalah
nonsupuratif yang
terjadi pada stroma kornea, tapi tidak mengenai epitel atau endotel
disertai
dengan
Fotofobia
Visus menurun
-
Keratitis kongenital
20
Lipid keratopati
Infeksi Berulang
Terjadinya infeksi berulang dikarenakan reaktivasi virus herpes
yang masih berada di ganglion saraf yang berjalan menuju akhir saraf
sensoris yang berada di permukaan kornea. Ada beberapa tipe dari
berulangnya infeksi HSV ini :
a. Blefarokonjungtivitis
b. Dendritik dan keratitis epitelial geografis
22
Pengobatan :
IDU merupakan obat antiviral yang murah, bersifat tidak stabil.
Bekerja dengan menghambat sintesis DNA virus dan manusia,
sehingga bersifat toksik untuk epitel normal dan tidak boleh
dipergunakan lebih dari 2 minggu. Terdapat dalam larutan 1 % dan
diberikan setiap jam. Salep 0.5% diberikan setiap 4 jam.6
Vibrabin sama dengan IDU, akan tetapi hanya terdapat dalam bentuk
salep. Trifluorotimidin (TFT) sama dengan IUD, diberikan 1% setiap 4
jam. Acyclovir, bersifat selektif terhadap sintesis DNA virus. Dalam
bentuk salep 3% yang diberikan setiap 4 jam. Sama efektif dengan
antivirus lain akan tetapi dengan efek samping yang kurang.6
Keratitis dendritik
Merupakan keratitis superfisial yang membentuk garis infiltrat pada
permukaan kornea yang kemudian membentuk cabang.6
Disebabkan oleh infeksi virus herpes simpleks yang berulang,
yang biasanya bermanifestasi dalam bentuk keratitis dengan gejala
ringan seperti foto fobia, kelilipan, tajam penglihatan menurun,
konjungtiva hiperemia disertai dengan sensi Keratitis dendrika bilitas
kornea yang hipestesia. Akibat semua gejala yang ringan ini membuat
pasien terlambat berkonsultasi.6
Bentuk dendrit ini terjadi akibat pengrusakan aktif sel epitel kornea
oleh virus herpes simpleks disertai dengan terlepasnya sel di atas kelainan.
Bentuk dendrit ini dapat berlanjut menjadi bentuk geografik, yang
biasanya tidak mengenai jaringan stroma kornea.
Pengobatan kadang-kadang tidak diperlukan karena dapat sembuh
spontan atau dapat sembuh dengan melakukan debridement. Dapat juga
dengan memberikan obat antivirus dan sikloplegik, antibiotika dengan
bebat tekan. Antivirus seperti IDU 0.1% diberikan setiap 1 jam atau
23
Keratitis stromal
Keratitis ini terjadi kira-kira 15% pada infeksi berulang
keratitis herpetik. Hampir semua penderita keratitis stromal
diawali dengan penyakit epitel kornea. Ada 2 bentuk keratitis
stromal herpetik: nekrotikan dan non-nekrotikan. 6
Keratitis disiformis
Keratitis membentuk kekeruhan infiltrate yang bulat atau lonjong
di dalam jaringan kornea. Biasanya merupakan keratitis profunda
superfisial, yang terjadi akibat infeksi virus herpes simpleks. Sering
diduga
keratitis
disiformis
merupakan
reaksi
alergi
ataupun
24
herpes
dapat
zoster
memberikan
yang
ganglion
terkena
cabang
terlihat
gejala-gejala
herpes
adalah uveitis, parese otot penggerak mata, glaukoma dan neuritis optik.
Pada mata dapat disertai dengan konjungtivitis, keratitis pungtata,
neurotrofik keratitis, uveitis, skleritis, glaukoma, dan neuritis.
bakterial
merupakan
kelainan
yang
mengancam
Untuk menunjang
27
Pengobatan
Gram + (Coccus)
Cefazolin
Vancomycin
Gram + (Basil)
Tobramycin
Ceftazidime
Fluoroquinolone
Multiple mikroorganisme
Gram -
Tobramycin
Gentamycin
Polimiksin
Mycobacteria
Amikacin
28
30
32
perubahan
susunan
srat
kolagen
yang
menetap.
BAB IV
PEMBAHASAN
34
DAFTAR PUSTAKA
35
36