Você está na página 1de 17

STEROID DAN HORMON

1.

Steroid
1.1 Pengertian Steroid
Steroid merupakan kelompok senyawa yang penting dengan struktur dasar
sterana

jenuh

(saturated

tetracyclic

hydrocarbon)

yaitu

1,2-

cyclopentanoperhydrophenanthrene dengan 17 atom karbon dan 4 cincin yang terdiri


dari tiga cincin sikloheksana serta satu cincin siklopentana. Senyawa yang termasuk
turunan steroid, misalnya kolesterol, ergosterol, progesteron, dan estrogen. Perbedaan
jenis steroid yang satu dengan steroid yang lain terletak pada gugus fungsional yang
diikat oleh keempat cincin dan tahap oksidasi tiap-tiap cincin. Pada umunya steroid
berfungsi sebagai hormon (Siti Raihan, 2012).

Gambar 1.1 Struktur Inti Steroid


1.2 Biosintesis Steroid
Steroid dibiosintesis hampir pada semua jaringan. Tahap pertama untuk steroid
adalah skulena suatu tripena yang diperoleh dari kondensasi 2 molekul farsenol.
Rentetan reaksi dimulai dari penyederhanaan skulena hingga diperoleh lanosterol,
suatu zat antara yang dapat diubah menjadi kolestrol dan steroid lainnya. Versi
sederhana bagian akhir jalur sintesis steroid, dimana intermediet isopentenyl
pirophosphat (IPP) dan dimethylallyl pirophosphat (DMAPP) bentuk geranyl
pirophosphat (GPP), squalene dan akhirnya lanosterol steroid terbentuk di jalur
pertama.

Pirofosfat Isopentenyl dan dimethylallyl pirofosfat menyumbangkan unit


isoprena, yang dirakit dan dimodifikasi untuk membentuk senyawa terpen dan
isoprenoids , yang merupakan kelas besar lipid yang mencakup karotenoid, serta
bentuk kelas terbesar tanaman produk alami. Di sini, unit isoprena bergabung
bersama untuk membuat squalene dan kemudian dilipat dan dibentuk menjadi satu set
cincin untuk membuat Lanosterol. Lanosterol kemudian dapat dikonversi menjadi
steroid lain seperti kolesterol dan ergosterol (Erlyani Ratih dkk, 2010).

Gambar 1.2 Biosintesis Steroid


1.3 Penggolongan Steroid
1.4 Tanaman Penghasil Steroid

2.

Steroid pada Sapogenin


2.1 Contoh Steroid pada Sapogenin
Sapogenin adalah aglikon atau bagian nonsakarida dari saponin. Aglikon
secara normal dihidroksilasi di C3 dan beberapa kelompok metil dioksidasi menjadi
hidroksimetil, aldehid atau fungsionalis karboksil. Lebih dari 100 steroid sapogenin
diketahui dan

sebagian besar berasal dari kerangka spirostan dan furostan

(Hostettmann, 2005; Brahmachari, 2012).


Spirostan dicirikan dengan adanya bagian ketospiroketal (cincin E atau F)
dibagi menjadi seri 25S dan seri 25R. Seri 25S salah satunya adalah yamogenin dan
seri

25R

dengan

contoh

diosgenin

yang

dibentuk

disebut

sebagai

neosapogenin/isosapogenin. Kelompok metil C25 berorientasi aksial di neosapogenin


dan berorientasi ekuatorial di isosapogenin (Brahmachari, 2012).

Gambar 2.1 Struktur Spirostan, Furostan, Yamogenin dan Diosgenin


2.2 Tanaman Penghasil Steroid pada Sapogenin
Beberapa tanaman mengandung steroid sapogenin: (Evans W.C, 2000)
Tabel 2.1 Beberapa Steroid Sapogenin dan Tanaman Penghasilnya

2.2.1 Pacing
Pacing dengan nama spesies Costus speciosus dari famili Zingiberaceae
adalah tumbuhan menahun dengan batang semu yang memiliki ruas-ruas.
Rimpang pacing lama kelamaan akan berubah menjadi umbi. Selain itu, pacing
juga memiliki daun berbentuk lanset, bunga terompet berwarna putih, buah
yang berwarna merah cerah dan biji berwarna hitam dengan aril berdaging
berwarna putih. Rimpang dan biji dari spesies Costus speciosus ini
mengandung diosgenin dan B-sitosterol (sapogenin) sebanyak 1.25-3% dalam
berat keringnya. Sari dari rimpang kering tanaman ini dapat digunakan sebagai
obat pencahar (Bhogaonkar,2012).

Gambar 2.2 Pacing (Costus speciosus)


2.2.2 Leunca
Tanaman Leunca dengan nama spesies Solanum nigrum L. dari famili
Solanaceae adalah tumbuhan semak dengan tinggi 1,5 meter. Batang lunak,
berdaun tunggal yang berbentuk lonjong. Leunca memiliki bunga yang dengan
mahkota yang kecil berwarna putih dan buah yang bulat dengan warna hijau
disaat belum matang dan hitam mengkilat jika sudah tua.

Gambar 2.3 Leunca (Solanum nigrum)


Leunca (Solanum nigrum L.) mengandung solanine, solasonine,
solamargine dan chaconine. Serta diketahui pada buah leunca yang belum
matang mengandung steroidal alkaloid solasodine serta steroidal sapogenin
diosgenin dan tigogenin. Pushpa Khanna dan Rathore (1977) melaporkan
bahwa terdapat kandungan signifikan dari diosgenin (1,2%) dan solasodine
(0,65%) pada buah leunca (Solanum nigrum L.) yang masih hijau (belum
matang) (Istiaji, R.P, 2013).

a.

b.

d.

c.

e.

f.

g.

Gambar 2.4 a. Struktur Kimia -Solanine, b. Solasonine, c. Solamargine, d. chaconine, e. Solasodine, f. Diosgenin dan g. tigogenin.

3.

Steroid pada Glikosida Jantung


3.1 Contoh Steroid pada Glikosida Jantung
Glikosida jantung merupakan glikosida steroid dengan kerangka dasar
siklopentanafenantren, gugus lakton tak jenuh pada rantai samping C17, sebuah gugus
hidroksi pada C14 dan glikon selalu terikat pada C3. Aglikon glikosida jantung ada
dua, yaitu kardenolida (gugus lakton pentasiklik pada C17) dan bufadienolida (gugus
lakton heksasiklik pada C17) (Robinson, 1995).
Glikosida jantung merupakan senyawa yang mempunyai kemampuan sebagai
pemacu jantung dimana mempunyai efek menambah daya kontraksi otot jantung.
Struktur dari glikosida jantung ini menyerupai struktur dari steroid. Fungsi dari
glikosida jantung itu sendiri adalah mempertahankan tonus jantung, meningkatkan
tonus syaraf adrenergik dan meningkatkan kontraksi serta frekuensi denyut jantung
untuk mempertahankan volume darah yang beredar (Roberts, J.E., 1996).
Aglikon dari Glikosida jantung yang termasuk steroid :

Cardenolida berupa steroid dengan atom karbon 23 yang mempunyai


rantai samping cincin lakton pentasiklik dengan satu ikatan rangkap dan
satu buah gugus hidroksil pada C-14 (butirolakton, -lakton).
Merupakan glikosida jantung paling penting dan banyak terdapat di
alam. Salah satu tanaman penghasilnya adalah Digitaslis purpurea dari
famili Schropulariaceae. (Roberts, J.E., 1996)

Gambar 3.1 Cardenolida

Bufadienolida diturunkan dari kata generik Bufo=katak (senyawa


prototipe bufalin diisolasi pertama kali dari kulit katak). Bufadienolida
merupakan steroida dengan atom karbon 24 dengan rantai samping
cincin lakton dan satu buah gugus hidroksil pada C-14 (valerolakton, lakton). Bufadienolida mengandung rantai rangkap ganda pada posisi
17, 6-beranggota cincin lakton. (Harborne, 1987; Roberts, 1996;
Robinson, 1995).

Gambar 3.2 Bufedienolida


Tabel. 3.1 Genin dari Glikosida Jantung (Leliqia, dkk. 2006)
Genin

Nomor atom karbon (C)


1

10

11

12

14

16

CARDENOLIDA

OH

CH3

OH

Digitoksigenin

OH

CH3

OH

OH

Gitoksigenin

OH

CH3

OH

OCHO

Gitaloksigenin

OH

CH3

OH

Digoksigenin

OH

CH3

OH

OH

Diginatigenin

OH

CH3

OH

OH

Strophanthidin

OH

OH

CHO

OH

OH

CH2OH

Ouabagenin

OH

OH
OH

OH

DIENOLIDA
Scillaridin A*

OH

CH3

OH

Scilliphaeosidin*

OH

CH3

OH

OH

Hellebrigenin

Keterangan

OH

CHO

OH

: * = Memiliki ikatan rangkap pada Carbon 4 Carbon 5

3.2 Tanaman Penghasil Steroid pada Glikosida Jantung


3.2.1

Digitalis

Gambar 3.3 Tanaman Digitalis


Famili : Scrhopulariacaea
Digitalis purpurea mengandung genin digitoksin dari Aglikon
Cardenolida begitu pula dengan Digitalis lanata namun kandungannya lebih
sedikit daripada Digitalis purpurea. Digitalis lanata memiliki digoksin dari
Aglikon Cardenolida dengan kandungan yang lebih banyak. Digitalis adalah
tanaman kebun populer dibudidayakan sebagai sumber digitoksin dan digoksin,
obat jantung yang meningkatkan kekuatan denyut jantung. Tanaman ini
direkomendasikan untuk tujuan pengobatan pada abad ketujuh belas, dan telah
dipakai di Prancis sejak 1818. Kandungan digitoxin dalam Digitalis purpurea
digunakan dalam pengobatan gagal jantung kongestif dan gangguan jantung
3.2.2

lainnya (Agoes, 1993; Gunawan, 2004).


Convollaria

Gambar 3.4 Convollaria


Famili
: Liliaceae
Convallaria adalah akar dan rimpang kering dari tanaman Canvollaria
majalis. Telah dimuat di farmakope sejak tahun 1882. Setiap 100 mg akar
convallaria setara dengan 3 unit USP digitalis. Kandungan kimia convallaria
antara lain konvalatoksin, konvalarin, konvalamarin, konvalatoksol, dan
konvalosida. Kandungan kimia tersebut merupakan kelompok glikosida
jantung.(Azwar Agoes, 1993)
4.

Hormon

4.1 Pengertian Hormon


Hormon adalah mediator kimia yang mengatur aktivitas sel / organ tertentu.
Sekresi hormonal dikenal dengan cara

dimana

hormon disintesis dalam suatu

jaringan diangkut oleh sistem sirkulasi untuk bekerja pada organ lain yang disebut
sebagai fungsi Endokrin (Mutiara Indah, 2004).
Hormon tumbuhan, atau fitohormon, adalah sekumpulan senyawa organik
bukan hara, baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia, yang
dalam kadar sangat kecil mampu mendorong, menghambat, atau mengubah
pertumbuhan, perkembangan, dan pergerakan tumbuhan (Rimando T.J. 1983).

4.2 Penggolongan Hormon


Hormon dapat dikelompokkan menjadi tiga secara struktur kimia, yaitu:
a. Hormon Steroid
b. Hormon Amina
c. Hormon Peptida
4.2.1 Hormon steroid
Hormon yang mengandung inti steroid. Karena mempunyai inti yang
sama, maka ketentuan mengenai tatanama dan aspek stereokimia juga sama.
Sedikit modifikasi struktur, seperti perubahan atau pemasukan gugus
fungsional pada posisi berbeda pada inti steroid, kemungkinan menyebabkan
perubahan aktivitas biologis. Demikian pula perubahan stereokimia inti steroid
dapat menyebabkan senyawa kehilangan aktivitas (Siswandono, 1995).
Dalam dua langkah pertama sintesis semua hormon steroid, kolesterol
diubah menjadi progesterone. Enzim-enzim pemutus rantai sisi sitokrom
P450scc, yang terletak di membrane mitokondria bagian dalam, mengeluarkan
6 karbon dari rantai sisi kolesterol, membentuk pregnenolon yang memiliki 21
karbon. Langkah berikutnya, perubahan pregnenolon menjadi progesteron,
dikatalis oleh 3-hidroksisteroid dehidogenase, suatu enzim yang bukan
merupakan anggota sitokrom P450. Hormon steroid lain dibentuk dari
progesterone oleh reaksi yang melibatkan anggota family P450 (Mark, 2000).

Hormon steroid meliputi hormon kelamin (androgen, progestin,


estrogen) dan hormon-hormon korteks adrenal. Hormon kelamin dihasilkan
oleh gonad dan adrenal yang diperlukan untuk konsepsi, maturasi embrionik,
dan perkembangan ciri-ciri khas seks primer dan sekunder pada pubertas.
Hormon gonad digunakan dalam terapi pengganti dan pada kasus estrogen
untuk kontrasepsi dan osteoporosis.
Korteks adrenal menghasilkan dua kelas utama hormon steroid:
a. Hormon Adrenokortikosteroid

Glukokortikoid
Hormon glukokortikoid mempunyai efek antiradang, dalam
klinik digunakan terutama untuk pengobatan kelainan pada jaringan
kolagen, kelainan hematologis (leukemia) dan pernapasan (asma),
untuk pengobatan rematik, pengobatan penyakit karena alergi tertentu,
seperti dermatologis yang berat, penyakit saluran cerna dan penyakit
hati. Hormon glukokortikoid juga efektif untuk pengobatan syok
Addison, sembab otak, hiperkalsemia, dan miastenia gravis. Contoh
hormon glukokortikoid: kortison, prednison, dan deksametason.

a.

b.

c.

Gambar 4.1 a. Kortison, b. Prednison, c. Deksametason (isomer


16-)

Mineralokortikoid
Hormon mineralokortikoid terutama digunakan di klinik untuk
pengobatan penyakit Addison kronik, suatu penyakit yang disebabkan
oleh gangguan fungsi kelenjar adrenalis karena sesuatu hal, misal tumor
kelenjar, sehingga produksi hormon menurun. Karena penyakit Addison

sukar disembuhkan, maka pengobatan dapat berlangsung seumur hidup.


Hormon ini dapat meningkatkan pemasukan ion natrium dan
pengeluaran

kalium

di

tubulus

ginjal.

Contoh

hormon

mineralokortikoid: aldosteron, deoksikortikosteron, dan fludrokortison


(Mycek, 1995).

a.

b.

c.

Gambar 4.2 a. Aldosteron, b. Deoksikortikosteron dan c. Fludrokortison

b. Hormon Kelamin
Hormon kelamin pada umumnya merupakan turunan steroid,
molekulnya bersifat planar dan tidak lentur. Kerangka dasarnya adalah
siklopentanaperhidrofenantren yang bersifat kaku (rigid). Hormon kelamin
dibagi dalam empat kelompok yaitu hormon androgen, hormon estrogen,
hormon progestin (Siswandono, 1995).

Hormon Androgen
Hormon androgen, seperti testosteron dan dihidrotestosteron,
terutama dihasilkan oleh sel Leydig di testis, dan dalam jumlah yang
lebih kecil oleh korteks adrenalis dan ovarium. Pada laki-laki dewasa,
sekresi testosteron oleh sel Leydig dikontrol oleh isyarat hormonal dari
hipotalamus (Gn-RH), dengan jalan sekresi FSH dan LH dari kelenjar
hipofisis.

Testosteron

atau

metabolitnya

5-dehidrotestosteron

menghambat produksi hormon-hormon trofik spesifik ini dan mengatur


produksi

testosteron.

Modifikasi

sintetik

struktur

androgen

dimaksudkan untuk (1) memodifikasi solubilitas dan suseptibilitas


terhadap pemecahan enzimatik (memperpanjang waktu paruh hormon),
dan (2) memisahkan efek anabolik dan androgenik.

Hormon Androgen dapat digunakan sebagai terapi sesusi efek


yang digunakan:
a. Efek androgenik : steroid androgenik digunakan pada pria dengan
sekresi

androgen

yang

tidak

adekuat

(hipogonadisme).

Hipogonadisme dapat disebabkan oleh disfungsi sel Leydig atau,


sekunder, oleh kegagagalan unit hipotalamus-hipofisis.
b. Efek anabolik

: steroid anabolik dapat digunakan untuk

mengobati osteoporosis senilis dan luka bakar berat, untuk


mempercepat penyembuhan operasi atau dari penyakit kronik yang
melemahkan, dan untuk menghambat efek katabolik pemberian
hormon korteks adrenal.
c. Pertumbuhan

: androgen digunakan dalam gabungan dengan

hormon lain untuk menimbulkan pertumbuhan otot pada anak lakilaki pada masa prapubertas dengan kekerdilan hipofisis.
Adapula efek yang penggunaannya tidak disetujui:
a. Penggunaan yang tidak disetujui: steroid androgenik digunakan
untuk meningkatkan lean body mass, kekuatan otot dan
keagresifan pada atlet dan binaragawan.

Gambar 4.3 Struktur Umum Androgen, dengan komponen R1 : H, OH,


CH3, CH2CH3 dan R2 : OH, H,

Hormon Estrogen
Estrogen adalah hormon pada wanita yang diproduksi oleh
ovarium, plasenta, dan korteks adrenalis sedang pada laki-laki

diproduksi oleh testis dan korteks adrenalis. Sebagian besar hormon


estrogen alami pada manusia adalah estradiol, estron, dan estriol.
Estradiol

dikeluarkan

oleh

ovarium

dan

segera

mengalami

dehidrogenasi menjadi estron, kemudian dimetabolisis menjadi estriol


dan dikeluarkan melalui urin. Estron adalah hormon estrogen alami
yang paling banyak dalam darah. Estradiol merupakan estrogen paling
kuat yang diproduksi oleh perempuan; estrogen mayor lainnya, estron
dan estriol, mempunyai potensi kira-kira sepersepuluh potensi estradiol.

a.

b.

c.

Gambar 4.4 a. Estradiol, b. Estron, c. Estriol


Penggunaan terapi:
a. Terapi hormon pasca menopause: dapat mengalami banyak
manfaat terapi pengganti estrogen:
1. Mengurangi gangguan pasca menopause dalam hal tidur.
2. Membalikkan atrofi pasca menopause pada vulva, vagina,
uretra, dan trigonum kandung kemih.
3. Menurunkan resorpsi tulang, mengurangi frekuensi fraktur
panggul (mencegah osteoporosis)
b. Hipogonadisme primer: merangsang perkembangan ciri khas
seks sekunder pada wanita muda (umur 11 sampai 13 tahun)
dengan hipogonadisme (Mycek, 1995).

Hormon Progestin
Progesteron, suatu progestin alami, secara alamiah dikeluarkan
sebagai respon terhadap hormon luteinisasi (LH), terutama oleh korpus
luteum dan plasenta pada wanita serta oleh testis pada laki-laki. Juga
disintesis oleh korteks adrenal pada kedua kelamin. Bagian terbesar dari
progestin alami adalah progesteron, sebagai hasil biosintesis kolesterol.
Progesteron, biasanya berhubungan dengan estrogen, terlibat dalam
beberapa proses fisiologis penting, seperti perdarahan pada menstruasi

normal, pelepasan ovum dan pembuatan endometrium uterus untuk


menerima ovum yang telah mengalami fertilisasi, menekan ovulasi
pada

kehamilan,

meningkatkan

pergerakan

uterus,

menunjang

pengembangan jaringan payudara, dan memelihara kehamilan. Jika


tidak terjadi kehamilan, pelepasan progesteron dari korpus luteum
berhenti mendadak. Penurunan ini merangsang mulainya haid.

Gambar 4.5 Progesteron


Penggunaan klinik utama progesteron adalah pada kontrasepsi,
dan progesteron umumnya digunakan dengan estrogen, baik dalam
kombinasi atau dalam bentuk sekuensial. Progesteron sendiri tidak
digunakan secara luas dalam terapi, karena metabolismenya cepat, yang
mengakibatkan bioavailibilitasnya rendah. Progestin sintetik yang
digunakan dalam kontrasepsi lebih stabil terhadap metabolisme lintas
pertama, menyebabkan dosis lebih rendah bila diberikan per oral. Efek
samping utama yang berhubungan dengan penggunaan progestin adalah
edema dan depresi. Progestin mirip androgen dapat meningkatkan rasio
kolesterol LDL/HDL, menyebabkan tromboflebitis dan emboli paru,
serta jerawat, hirsutisme, dan bertambahnya berat badan. Tidak boleh
diberikan pada ibu yang hamil di bawah 4 bulan karena menimbulkan
malformasi fetus (Mycek,1995).
4.2.2

Hormon Amina
Hormon yang memiliki ukuran kecil serta dapat larut dalam air yang
memiliki gugus amin. Hormon-hormon ini dihasilkan oleh Kelenjar Tiroid,
Kelanjar Pineal dan Kelenjar Adrenal bagian medulla. Hormon-hormon
tersebut adalah sebagai berikut: (Siswandono, 1995: Reece, 2002)

Triiodotironin (T3) dan Tiroksin adalah hormon amina yang


dihasilkan oleh kelenjar tiroid yang berfungsi sebagai perangsang dan

pemelihara proses metabolisme dalam tubuh. Pelepasan hormon ini


dipengaruhi oleh TSH.

Epinephrine dan norepenephine adalah hormon yang dihasilkan oleh


kelenjar

adrenal

pada

bagian

medulla.

Hormon-hormon

ini

mempengaruhi kadar gula dalam darah, meningkatkan aktivitas


metabolisme dan menyempitkan pembuluh darah tertentu. Pelepasan
Hormon ini dipengaruhi oleh Sistem Saraf

Melatonin adalah hormon yang dihasilkan oleh kelanjar pineal yang


berfungsi dalam ritme biologis yang dipengaruhi oleh terang dan
gelap.

4.2.3

Hormon Peptida
Hormon peptida adalah suatu ragam gugusan pengatur dan termasuk
faktor pelepas dan penghambat-pelepas, yang dihasilkan oleh hipotalamus,
yang masing-masing merangsang dan menghambat pelepasan hormon peptida
dari hipofise anterior. Hormon peptida dihasilkan oleh hipofise anterior lebih
besar daripada faktor pelepas atau penghambat hipotalamik. Hormon peptida,
mempunyai residu asam amino 3-200, meliputi hormon hipotalamus dan
pituitary, insulin dan glukagon pada pankreas (Siswandono, 1995: Anonim,
2008).
Hormon-hormon tersebut dihasilkan oleh Kelenjar hipotalamus dan
dilepaskan oleh Kelenjar Pituitari serta beberapa dihasilkan oleh pankreas,
berikut adalah hormon-hormon tersebut: (Reece, 2002)

Hormon yang dihasilkan oleh kelenjar hipotalamus dan dilepaskan oleh


kelenjar pituitari:
a. Pituitari Anterior:
Growth Hormone (GH) yaitu hormon pertumbuhan yang
merangsang pertubuhan terutama tulang dan mempengaruhi
fungsi metabolisme, hormon ini bekerja di bawah aturan
hipotalamus.

Prolactin (PRL) yaitu hormone yang merangsang produksi


dan sekresi susu pada kelenjar mammae terutama pada
wanita hamil dan menyusui, hormon ini dipengaruhi oleh
hipotalamus.
Follicle Stimulating Hormone (FSH) yaitu hormon yang
merangsang

produksi

ovum

dan

sel

sperma

yang

dipengaruhi oleh hipotalamus


Thyroid Stimlating Hormone (TSH) yaitu hormon yang
memepengaruhi fungsi dari kelenjar tiroid. Hormon ini
dipengaruhi oleh hipotalamus dan tiroksin dalam darah.
Luteinizing Hormone (LH) yaitu hormon yang merangsang
ovarium dan testes.
Adrenocorticotropic Hormone (ACTH) yaitu hormon yang
merangsang korteks adrenal untuk mensekresikan korteks
adrenal.
b. Pituitari Posterior:
Oksitosin yaitu hormon yang merangsang kontraksi uterus
dan sel-sel kelenjar susu dipengaruhi oleh system saraf.
Antidiuretic

Hormone

(ADH)

yaitu

hormon

yang

merangsang dan mendorong retensi air oleh ginjal


dipengaruhi oleh keseimbangan air dan garam dalam tubuh.

Hormon lain yang disekresikan oleh pankreas dan hormon-hormon


peptida yang berasal kelenjar lain:
Insulin dan Glukagon, yaitu hormon yang disekresi oleh
pankreas

yang

memiliki

efek

antagonis

yaitu

insulin

menurunkan kadar gula darah, namun sebaliknya glukagon


meningkatkan kadar gula darah. Pelepasan hormone ini
dipengaruhi oleh kadar gula dalam darah.

Kalsitonin adalah hormon peptida yang dihasilkan oleh kelenjar


tiroid yang berfungsi dalam menaikan kadar kalsium dalam
darah.
Timosin adalah hormon yang dihasilkan oleh kelenjar timus
yang berfungsi sebagai perangsang limfosit T.
4.3 Penghasil Hormon Eksternal
Hormon pada manusia tidak hanya terdapat pada manusia saja namun adapula
hormon manusia yang dihasilkan oleh hewan. Salah satunya adalah hormon insulin,
hormon ini dapat disintesis pada bakteri, tubuh babi ataupun, sapi. Untuk
mendapatkan insulin dari hewan lain digunakan rekayasa genetik. Untuk Struktrur
Insulin pada manusia adalah C256H381N65076S6 dengan berat molekul 5807,7. Sedangkan
pada babi adalah C257H383N65077S6 dengan berat molekul 5777,6 dengan hanya 1
perbedaan asam amino. Lain halnya pada sapi adalah C 254H377N65075S6 dengan berat
molekul 5733,6 dan memiliki 3 asam amino yang berbeda. Dengan demikian hasil
rekayasa genetik yang paling mendekari insulin manusia adalah insulin yang berasal
dari rekayasa pankreas babi (Sugijanto, 2004)

Você também pode gostar