Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Sejak awal pemerintahan baru Jokowi-JK, telah muncul isu akan dinaikannya harga BBM bersubsidi.
Berita yang dimuat kompas.com pada 24 oktober menyebutnya kado pahit dari pemerintahan baru ini.
Kenaikan harga BBM bersubsidi itu berlaku per Selasa (18/11/2014) pukul 00.00 WIB.
Jika kita lihat, kebijakan yang diambil oleh presiden Jokowi tentu telah dipertimbangkan dari sisi positif
maupun negatifnya.
Kenaikan BBM tersebut ditujukan untuk mengurangi pengeluaran Negara terkait subsidi, yang dirasa
tidak tepat sasaran. Selain dapat menghemat anggaran sekitar Rp 20 triliun, penggunaan dana dari
pengurangan subsidi ini akan ditujukan pada rakyat miskin.
Dinaikkannnya harga BBM brsubsidi ini juga memiliki dampak positif terkait dengan posisi Indonesia
yang berada dalam Fragil Five
(http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2014/11/18/121200426/Harga.BBM.Naik.Indonesia.Bakal.Kelua
r.dari.Fragile.Five.?utm_source=WP&utm_medium=box&utm_campaign=Kpopwp)
Dampak negatif kenaikan BBM bersubsidi antara lain merupakan opsi buruk karena meningkatkan
inflasi, memperlambat ekonomi, dan menambah kemiskinan.
Inflasi yang ditimbulkan dapat meningkatkan suku bunga acuan BI rate serta menurunkan daya beli
masyarakat sehingga melemahkan roda perekonomian.
Dari segi positif, kita dapat melihat bahwa anggaran salah sasaran subsidi tersebut dapat digunakan untuk
membantu meningkatkan taraf hidup masyarakat miskin di Indonesia, sesuai amanat UUD 1945 bahwa
Negara wajib memelihara.
Seperti dikonfirmasi oleh Menteri Keuangan, Bambang Brojongoro, bahwa akan ada ralokasi dana yang
akan lebih disalurkan pada masyarakat miskin, sector kelautan, kesehatan dll dan rinciannya akan
terdapat dalam APBN P 2015.
Dalam jangka pendek, Indonesia direncanakan akan mampu swasembada beras. Program realokasi
subsidi ditujukan dalam sisi produktif bukan konsumtif sehingga dapat meningkatkan produktivitas
masyarakat (Andrinof Chaniago).
Dalam jangka panjang, penghematan ini dapat menjadi sumber perbaikan multisektor jangka panjang di
Indonesia. Namun perlu ditekankan bahwa transparansi realokasi subsidi sangat diperlukan, mana yang
diprioritaskan dan berapa jumlahnya.
Realokasi ini dapat dilihat dalam kolom kompas.com meskipun belum pasti.(artikel terlampir)
Menteri Keuangan (Menkeu) Bambang Brojonegoro buka-bukaan soal rencana pengalokasian dana dari
penghematan subsidi bahan bakar minyak setelah pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi pada Senin
(17/11/2014). Ini gambaran rencananya.
"Untuk infrastruktur (anggarannya). Tahun depan target Rp 16 triliun hanya untuk irigasi," kata Bambang, saat
berbincang bersama wartawan di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa (18/11/2014). Sebelumnya,
Bambang menyebutkan kenaikan harga BBM bersubsidi ini menghemat subsidi sekitar Rp 100 triliun.
"Irigasi di kita banyak sampai sekunder, tersier, tapi 40 persen rusak. In general, infrastruktur akan jadi perhatian
besar," ujar Bambang. Anggaran dari pengurangan subsidi BBM juga akan disalurkan bagi bantuan pupuk dan benih
kepada para petani.
Sementara itu, di sektor kelautan, dana itu rencananya akan dialokasikan dalam bentuk bantuan mesin kapal ikan. Di
luar kedua sektor unggulan Pemerintahan Jokowi, menurut Bambang sisa dana itu juga akan menyasar ke berbagai
sektor lain seperti sektor ketahanan energi, semacam eksensifikasi untuk jaringan gas rumah maupun transportasi.
"Menteri ESDM setuju untuk konversi, dan yang paling masuk akal itu (beralih ke) gas. Kalau gas harga hanya Rp
3.100. Murah. Tapi enggak ada yang mau sediain karena (harga jual) murah," tutur Bambang. "Harga itu perkiraan
awal Rp 4.500. Bayangkan kalau itu bersaing dengan Solar yang Rp 5.500 (per liter), dengan selisih itu enggak akan
berhasil diversifikasi," kata dia.
Bambang juga menyampaikan, sektor transportasi publik bakal mendapatkan tambahan anggaran pula. "Public
transportationjuga didorong," ujar dia. Sektor lain, imbuh dia, tak luput pula mendapat manfaat dari pengalihan
subsidi berupa kenaikan harga BBM ini.
"(Akan juga) diperbaiki sisi suplai kayak RS, alat kesehatan, dokter. Di sisi lain juga, kan ada iuran, bisa iuran
dinaikkan atau penerimanya diperluas," kata Bambang.
Terkait dana pembangunan desa, Bambang menyebutkan nominal Rp 9 triliun yang dialokasikan pada tahun ini
masihlah kecil. Dia berjanji menambah alokasi anggaran tersebut.
Meskipun sudah menyebutkan deretan rencana penyaluran dana dari penghematan subsidi BBM ini, Bambang
mengatakan rincian dana alokasi per sektor belum dapat dipastikan. Dia berkilah, rinciannya baru bisa dipastikan
setelah penetapan APBN Perubahan 2015.
(kompas.com)
JAKARTA,
KOMPAS.com Presiden Joko
Widodo mengagetkan banyak pihak
dengan menaikkan harga bahan bakar
minyak (BBM) subsidi secara tiba-tiba
tadi malam. Jokowi yang
mengumumkan langsung kebijakan tersebut mengatakan, harga BBM akan naik sekitar 30 persen atau Rp
2.000. Kenaikan harga BBM bersubsidi itu akan berlaku per Selasa (18/11/2014) ini pukul 00.00 WIB.
Dengan demikian, harga bensin naik menjadi Rp 8.500 per liter dan solar menjadi Rp 7.500 per liter.
Jokowi mengaku, kebijakan yang diambil pemerintah ini merupakan keputusan yang berat. Sebab,
dipastikan bahwa kenaikan harga BBM akan menyebabkan harga kebutuhan pokok ikut terkerek. "Tapi,
ini demi menghadirkan belanja negara yang lebih bermanfaat bagi rakyat," ujar Jokowi saat
mengumumkan kenaikan harga BBM bersubsidi, Senin (17/11/2014) di Istana.
Dengan menaikkan harga BBM, Jokowi berharap kondisi anggaran negara akan semakin sehat karena
dapat menghemat anggaran yang cukup signifikan.
Hitungannya, penghematan anggaran tahun ini bisa mencapai sekitar Rp 20 triliun. Penghematan
anggaran subsidi tahun depan lebih besar. "Sekitar Rp 100 triliun," kata Menteri Keuangan Bambang
Brodjonegoro.
Pro dan kontra
Ekonom Institut Pertanian Bogor, Iman Sugema, menilai, kenaikan harga BBM bersubsidi adalah opsi
terburuk karena meningkatkan inflasi, memperlambat ekonomi, dan menambah kemiskinan. Perhitungan
Iman, inflasi tahun ini naik 2 persen atau menjadi 7,3 persen. Dia lebih setuju pembatasan BBM
bersubsidi untuk mobil pribadi karena lebih minim risikonya.
Sedangkan Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih berpendapat, kenaikan harga Rp
2.000 akan mengakibatkan inflasi hingga akhir tahun akan berada pada posisi 6,5 persen. Inflasi ini bila
dibanding inflasi pada tahun lalu yang mencapai 8,38 persen relatif lebih terkendali.
Menurut Lana, yang paling penting dari kenaikan harga ini adalah realokasi anggaran. "Realokasi subsidi
digunakan untuk kesejahteraan sosial dan pembangunan infrastruktur," ujar Lana ketika
dihubungi Kontan, Senin (17/11/2014).
Penghematan anggaran yang terjadi dari kenaikan yang mencapai Rp 100 triliun harus digunakan untuk
yang menggunakan kendaraan pribadi dibanding warga miskin yang sangat tergantung dengan
transportasi publik.
"Jika penghematan dana dari pemangkasan subsidi digunakan untuk penggunaan yang baik, seperti
pembangunan infrastruktur, maka pemangkasan subsidi ini akan menjadi pemicu pertumbuhan ekonomi
Indonesia jangka panjang," urai Leather.
Jokowi sendiri berjanji akan menggunakan dana hasil penghematan anggaran tersebut untuk membiayai
program produktif. Misalnya, proyek infrastruktur, pendidikan, hingga pengembangan transportasi
massal. Tahun ini, sebagian penghematan anggaran terpakai untuk pemberian kompensasi ke keluarga
miskin. Soalnya, keluarga miskin yang akan merasakan efek paling besar atas kenaikan BBM.
Menurut Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa, pemerintah sudah membagikan Kartu Keluarga
Sejahtera (KKS), Kartu Indonesia Pintar (KIP), dan Kartu Indonesia Sehat (KIS) ke masyarakat miskin.
Khusus KKS, disalurkan kepada 15,6 juta keluarga miskin dan hampir miskin. "Mulai besok (hari ini)
hingga 2 Desember, mereka bisa mencairkan dana di Kantor Pos," ujar Khofifah. Nilainya Rp 200.000
per bulan per rumah tangga selama delapan bulan.
Toh, palu sudah dijatuhkan Jokowi, kendati masih banyak persoalan yang belum jelas dan terang.
Misalnya, belum ada perlindungan warga menengah berpenghasilan pas-pasan dan tak masuk target
penerima kartu-kartu sakti itu. Belum lagi, rencana konversi energi juga tak terdengar lagi. (Asep
Munazat Zatnika, Barratut Taqiyyah, Fahriyadi, Margareta Engge Kharismawati)