Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
TINJAUAN PUSTAKA
proses interaksi antara klien dan perawat yang membantu klien mengatasi stress
sementara untuk hidup harmonis dengan orang lain, menyesuaikan dengan sesuatu
yang tidak dapat diubah dan mengatasi hambatan psikologis yang menghalangi
realisasi diri (Kozier dan Glenora, 2000). Komunikasi terapeutik berbeda dengan
komunikasi sosial yaitu pada komunikasi terapeutik selalu terdapat tujuan atau arah
yang spesifik untuk komunikasi. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan
bahwa komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang direncanakan secara
sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien dan membina
hubungan yang terapeutik antara perawat dan klien.
perasaan,
mengidentifikasi
dan
mengkaji
masalah
serta
a.
b.
c.
d.
c. Kehangatan (Warmth)
Dengan kehangatan, perawat akan mendorong klien untuk mengekspresikan
ide-ide dan menuangkannya dalam bentuk perbuatan tanpa rasa takut dimaki atau
dikonfrontasi. Suasana yang hangat, permisif dan tanpa adanya ancaman
menunjukkan adanya rasa penerimaan perawat terhadap klien. Sehingga klien akan
mengekspresikan perasaannya secara lebih mendalam.
memiliki
prinsip-prinsip/karakteristik
helping
relationship
dalam
Menunjukkan
penerimaan
berarti
kesediaan
mendengar
tanpa
adalah
kemampuan
dengan
cara
meyakinkan
dan
nyaman
mengekspresikan pikiran dan perasaan diri dengan tetap menghargai hak orang lain
(Lindberg dalam Nurjanah, 2001). Tahap-tahap menjadi lebih asertif antara lain
menggunakan kata tidak sesuai dengan kebutuhan, mengkomunikasikan maksud
dengan jelas, mengembangkan kemampuan mendengar, pengungkapan komunikasi
disertai dengan bahasa tubuh yang tepat, meningkatkan kepercayaan diri dan
gambaran diri dan menerima kritik dengan ramah.
h. Memfokuskan
Cara ini dengan memilih topik yang penting atau yang telah dipilih dengan
menjaga pembicaraan tetap menuju tujuan yang lebih spesifik, lebih jelas dan
berfokus pada realitas.
i. Membagi persepsi
Merupakan teknik komunikasi dengan cara meminta pendapat klien tentang
hal-hal yang dirasakan dan dipikirkan.
j. Identifikasi tema
Merupakan teknik denga mencari latar belakang masalah klien yang muncul
dan berguna untuk meningkatkan pengertian dan eksplorasi masalah yang penting.
k. Diam
Diam dilakukan dengan tujuan untuk mengorganisir pemikiran, memproses
informasi, menunjukkan bahwa perawat bersedia untuk menunggu respon. Diam
tidak dilakukan dalam waktu yang lama karena akan mengakibatkan klien menjadi
khawatir. Diam juga dapat diartikan sebagai mengerti atau marah. Diam disini juga
menunjukkan kesediaan seseorang untuk menanti orang lain untuk berpikir, meskipun
begitu diam yang tidak tepat dapat menyebabkan orang lain merasa cemas (Myers,
1999).
l. Informing
Menyediakan tambahan informasi dengan tujuan untuk mendapatkan respon
lebih lanjut. Beberapa keuntungan dari menawarkan informasi adalah akan
memfasilitasi komunikasi, mendorong pendidikan kesehatan dan memfasilitasi klien
c. Fase Kerja
Pada tahap kerja dalam komunikasi terapeutik, kegiatan yang dilakukan
adalah memberi kesempatan pada klien untuk bertanya, menanyakan keluhan utama,
memulai kegiatan dengan cara yang baik, melakukan kegiatan sesuai rencana.
Perawat memenuhi kebutuhan dan mengembangkan pola-pola adaptif klien. Interaksi
yang memuaskan akan menciptakan situasi/suasana yang meningkatkan integritas
klien dengan meminimalisasi ketakutan, ketidakpercayaan, kecemasan dan tekanan
pada klien.
d. Fase Terminasi
Pada tahap terminasi dalam komunikasi terapeutik kegiatan yang dilakukan
oleh perawat adalah menyimpulkan hasil wawancara, tindak lanjut dengan klien,
melakukan kontrak (waktu, tempat dan topik), mengakhiri wawancara dengan cara
yang baik (Stuart & Sundeen, 1995).
Menurut Egan dalam Keliat (1992) cara perawat menghadirkan diri secara
fisik sehingga dapat memfasilitasi komunikasi yang terapeutik:
Seorang perawat perlu memperhatikan sikap tertentu untuk melakukan
komunikasi terapeutik antara lain:
a. Berhadapan
Berhadapan langsung dengan orang yang diajak komunikasi mempunyai arti
bahwa komunikator siap untuk komunikasi.
b. Mempertahankan kontak
Kontak mata merupakan kegiatan menghargai klien dan mengatakan keinginan
untuk tetap berkomunikasi.
c. Membungkuk ke arah klien
Sikap ini merupakan posisi yang menunjukkan keinginan untuk mendengar
sesuatu.
d. Mempertahankan sikap terbuka
Sikap ini ditunjukkan dengan posisi kaki tidak melipat tangan, menunjukkan
keterbukaan untuk berkomunikasi.
e. Tetap rileks
Merupakan sikap yang menunjukkan adanya keseimbangan antara ketegangan
dengan relaksasi dalam memberi respon pada klien.
Tamsuri (2005) sikap rileks menciptakan iklim yang kondusif bagi klien
untuk tetap melakukan komunikasi dan pengembangan komunikasi.
f. Emosi
Emosi merupakan perasaan subyektif terhadap suatu kejadian. Emosi seperti
marah, sedih, senang akan memengaruhi perawat dalam berkomunikasi dengan
orang lain. Perawat perlu mengkaji emosi klien agar dan keluarganya sehingga
mampu memberikan asuhan keperawatan dengan tepat. Selain itu perawat perlu
mengevaluasi
emosi yang ada pada dirinya agar dalam melakukan asuhan keperawatan tidak
terpengaruh oleh emosi bawah sadarnya.
g. Pengetahuan
Tingkat pengetahuan akan memengaruhi komunikasi yang dilakukan. Seseorang
dengan tingkat pengetahuan rendah akan sulit merespon pertanyaan yang
mengandung bahasa verbal dengan tingkat pengetahuan yang lebih tinggi. Hal
tersebut berlaku juga dalam penerapan komunikasi terapeutik di rumah sakit.
Hubungan terapeutik akan terjalin dengan baik jika didukung oleh pengetahuan
perawat tentang komunikasi terapeutik baik tujuan, manfaat dan proses yang akan
dilakukan. Perawat juga perlu mengetahui tingkat pengetahuan klien sehingga
perawat dapat berinteraksi dengan baik dan akhirnya dapat memberikan asuhan
keperawatan yang tepat pada klien secara profesional.
h. Peran dan Hubungan
Gaya komunikasi sesuai dengan peran dan hubungan antar orang yang
berkomunikasi. Berbeda dengan komunikasi yang terjadi dalam pergaulan bebas,
komunikasi
antar
perawat
klien
terjadi
secara
formal
karena
tuntutan
profesionalisme.
i. Lingkungan
Lingkungan interaksi akan memengaruhi komunikasi efektif. Suasana yang bising,
tidak ada privacy yang tepat akan menimbulkan kerancuan, ketegangan dan
ketidaknyamanan. Untuk itu perawat perlu menyiapkan lingkungan yang tepat dan
nyaman sebelum memulai interaksi dengan pasien. Menurut Mariner et al (2006)
lingkungan adalah seluruh kondisi yang ada di sekitar manusia dan memengaruhi
perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.
j. Jarak
Jarak dapat memengaruhi komunikasi. Jarak tertentu menyediakan rasa aman dan
kontrol. Untuk itu perawat perlu memperhitungkan jarak yang tetap pada saat
melakukan hubungan dengan klien.
k. Masa bekerja
Masa bekerja merupakan waktu dimana seseorang mulai bekerja di tempat kerja.
Makin lama seseorang bekerja semakin banyak pengalaman yang dimilikinya
sehingga akan semakin baik komunikasinya (Kariyoso, 1994).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hubungan perawat dan klien yang
terapeutik adalah pengalaman belajar dan perbaikan emosi klien. Bagi klien, dalam
hal ini perawat memakai dirinya secara terapeutik dan memakai teknik komunikasi
agar perilaku klien dapat berubah kearah yang positif seoptimal mungkin. Perawat
harus menganalisa dirinya tentang kesadaran dirinya, klarifikasi nilai, perasaan,
kemampuan sebagai role model agar dapat berperan secara efektif. Seluruh
perilaku dan pesan yang disampaikan baik secara verbal maupun nonverbal
bertujuan secara terapeutik untuk klien.
Kemampuan menerapkan teknik komunikasi memerlukan latihan dan kepekaan
serta ketajaman, karena komunikasi terjadi dalam dimensi nilai, waktu dan ruang
yang turut memengaruhi kepuasan klien.
Keberhasilan komunikasi yang terlihat melalui dampak tercapainya kepuasan klien
dalam menerima asuhan keperawatan yang berkaitan dengan komunikasi yang juga
merupakan kepuasan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan secara
profesional.
2.4. Kemampuan
2.4.1. Pengertian Kemampuan
Schumacher dalam (Sinamo, 2002) kemampuan didefinisikan dalam arti apa
yang diharapkan di tempat kerja, dan merujuk pada pengetahuan, keahlian, dan sikap
yang dalam penerapannya harus konsisten dan sesuai standar kinerja yang
dipersyaratkan dalam pekerjaan. Ada tiga komponen penting yang tidak tampak
dalam kemampuan diri manusia yaitu; keterampilannya, kemampuannya dan etos
kerjanya. Tanpa ketiganya, semua sumber daya tetap terpendam, tidak dapat
dimanfaatkan, dan tetap merupakan potensi belaka. Jika di simak ketiga komponen
yang tidak kelihatan tersebut memang berada dalam diri manusia, tersimpan dalam
bentuk kemampuan insani operasional (operational human abilities). Hal ini relevan
dengan Lowler dan Porter dalam (Asad, 2000) bahwa kemampuan (ability) sebagai
karakterisik individual seperti intelegensia, manual skill, traits yang merupakan
kekuatan potensial seseorang untuk berbuat dan sifatnya stabil. Jadi kemampuan
(ability) merupakan suatu potensi untuk melakukan sesuatu, atau dengan kata lain
kemampuan (ability) adalah what one can do dan bukan what he does do.
Sinamo
(2002)
menyatakan
bahwa
sebagai
makhluk
psikologikal
Kemampuan
Perawat
Melaksanakan
komunikasi secara umum itupun harus juga dilihat dari dua segi, yaitu pengertian
komunikasi secara etimologis dan pengertian komunikasi secara terminologis. Secara
etimologis, komunikasi berasal dari bahasa Latin communicatio yang bersumber dari
kata communis yang berarti sama. Kata sama yang dimaksudkan adalah sama makna.
Jadi dalam pengertian ini, dinamika komunikasi berlangsung manakala orang-orang
yang terlibat di dalamnya memiliki kesamaan makna mengenai suatu hal yang tengah
dikomunikasikannya itu. Dengan kata lain, jika orang-orang yang terlibat di
dalamnya saling memahami apa yang dikomunikasikannya itu, maka hubungan
antara mereka bersifat komunikatif.
Selanjutnya Liliweri (2001) komunikasi antar pribadi merupakan proses yang
bersifat dinamis. karena setiap peristiwa komunikasi diwarnai oleh tindakan aktif dari
para pelaku komunikasi selama proses tersebut berlangsung. Aktivitas itu ditandai
oleh berbagai perilaku berkesinambungan, ada aksi dan reaksi, ada respons timbal
balik. Komunikasi selalu menggambarkan keberadaan setiap manusia yang memiliki
kehidupan bersama dalam satu arena sosial yang merupakan dinamika komunikasi
antar pribadi.
b. Penghayatan terhadap Kelebihan dan Kekurangan Diri
Barrie Hopson dan Scally (1981) dalam (Dikdasmen, 2002) mengemukakan
bahwa penghayatan hidup merupakan pengembangan diri untuk bertahan hidup,
tumbuh, dan berkembang, memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dan
berhubungan baik secara individu, kelompok maupun melalui sistem dalam
yang
keterampilan
dalam
mengadakan
diagnosis
situasi
yang
perawat perlu mengkaji antara lain: tingkat hubungan saling percaya dengan klien,
waktu yang tepat, tingkat kecemasan dan kekuatan koping klien. Konfrontasi
sangat berguna untuk klien yang telah mempunyai kesadaran diri tetapi
perilakunya belum berubah. Stuart dan Sundeen (1998) mengidentifikasi tiga
kategori konfrontasi yaitu: 1) Ketidaksesuaian antara konsep diri klien (ekspresi
klien tentang dirinya) dan ideal diri (cita-cita/keinginan klien). 2) Ketidaksesuaian
antara ekspresi non verbal dan perilaku klien. 3) Ketidaksesuaian antara
pengalaman klien dan perawat.
e. Kebuntuan terapeutik, terdiri dari : resistensi, transferens, kontransferens dan
pelanggaran batasan.
1) Resistence adalah upaya klien untuk tidak menyadari aspek dari penyebab
cemas atau kegelisahan yang dialaminya. Hal ini terjadi akibat dari
ketidakseimbangan klien untuk berubah ketika kebutuhan untuk berubah telah
dirasakan.
2) Transference adalah penugasan yang tidak disadari terhadap orang lain yang
berasal dari perasaan dan perilaku yang pada dasarnya berhubungan dengan
figur yang penting di masa lalu.
3) Counter Transference merupakan kebuntuan terapeutik yang dibuat oleh
perawat yaitu reaksi perawat terhadap klien yang berdasarkan pada kebutuhan,
konflik masalah dan pandangan mengenal dunia yang tidak disadari oleh
perawat.
2.7. Perawat
Pengertian dasar seorang perawat yaitu seseorang yang berperan dalam
merawat atau memelihara, membantu dan melindungi seseorang karena sakit, injuri
dan proses penuaan. Perawat professional adalah perawat yang bertanggungjawab
dan berwenang memberikan pelayanan keperawatan secara mandiri dan berkolaborasi
dengan tenaga kesehatan lainnya, sesuai dengan kewenangannya (Depkes RI, 2002).
Perry & Potter (2005) mengklasifikasikan peran perawat sebagai berikut :
a. Pemberi Asuhan Keperawatan
Sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat membantu klien mendapatkan
kembali kesehatannya melalui penyembuhan. Perawat memfokuskan asuhan pada
kebutuhan kesehatan klien secara holistic, meliputi upaya pengembalian kesehatan
emosi, spiritual dan sosial.
b. Pembuat keputusan klinis
Dalam pemberian asuhan keperawatan perawat dituntut untuk dapat membuat
keputusan sehingga tercapai perawatan yang efektif. Perawat juga berkolaborasi
dengan klien atau keluarga dan ahli kesehatan lain.
b. Fungsi Tambahan
Membantu individu, keluarga, dan masyarakat dalam melaksanakan rencana
pengobatan yang ditentukan oleh dokter.
c. Fungsi Kolaboratif
Sebagai anggota tim kesehatan, perawat bekerja dalam merencanakan dan
melaksanakan
program
kesehatan
yang
mencakup
pencegahan
penyakit,
2.8. Pengetahuan
Notoatmodjo (2003), menyatakan pengetahuan mencakup di dalam domain
kognitif yang mempunyai enam tingkatan yaitu :
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya
termasuk mengingat kembali (recall) terhadap suatu spesifik dari seluruh beban yang
dipelajari. Dimana perawat dalam melakukan tindakan pelayanan keperawatan
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan pengetahuan untuk melakukan penilaian terhadap
suatu materi objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan suatu kriteria yang ditentukan
sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada. Sehingga hasil penilaian tersebut
dapat memberikan arti penting bagi perawat dan bisa menjelaskan kegunaan dari
komunikasi
terapeutik
sehingga
dapat
menunjang
terlaksananya
tindakan
Peran Perawat
1. Pemberi asuhan keperawatan
2. Advokat
3. Rehabilitator
4. Komunikator
5. Edukator
6. Role model
7. Kolaborator
Komunikasi
terapeutik
1. Fase orientasi
2. Fase kerja
3. Fase terminasi
Proses
Keperawatan
1. Dinamika komunikasi
2. Penghayatan
terhadap
kelebihan dan kekurangan diri
3. Kepekaan terhadap kebutuhan
orang lain
Faktor penghambat:
1. Changing the subject
2. Offering false reassurance
3. Giving advice
4. Defensive comment
5. Prying or probing questions
6. Using clichs
komunikasi
terapeutik
(Dwidiyanti,
2008)
meliputi:
dinamika
Variabel Terikat
Pengetahuan
tentang Terapeutik
Dinamika Komunikasi
Penghayatan
Penerapan Komunikasi
Terapeutik
- Fase orientasi
- Fase kerja
- Fase terminasi
Kepekaan