Você está na página 1de 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Upaya kesehatan anak antara lain diharapkan untuk mampu
menurunkan angka kematian anak. Indikator angka kematian yang
berhubungan adalah Angka Kematian Neonatal (AKN), Angka Kematian
Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita (AKABA). Angka kematian bayi di
Indonesia pada tahun 2012 sebanyak 32 per 1000 kelahiran hidup dari target
AKB pada MDGs 2015 yaitu sebesar 23 per 1000 kelahiran. Laporan
Riskesdas tahun 2007 menunjukkan bahwa penyakit Diare merupakan
penyebab kematan nomor satu pada bayi (31,4%) dan pada balita (25,2%),
sedangkan pada golongan semua umur merupakan penyebab kematan yang ke
empat (13,2%). (Kemenkes RI, 2012)
Menurut hasil Riskesdas 2007, Diare merupakan penyebab kematian
nomor satu pada bayi (31,4%) dan pada balita (25,2%), sedangkan pada
golongan semua umur merupakan penyebab kematian yang ke empat
(13,2%). Jumlah penderita pada KLB diare tahun 2013 menurun secara
signifikan dibandingkan tahun 2012 dari 1.654 kasus menjadi 646 kasus pada
tahun 2013. KLB diare pada tahun 2013 terjadi di 6 provinsi dengan
penderita terbanyak terjadi di Jawa Tengah yang mencapai 294 kasus.
Sedangkan angka kematian (CFR) akibat KLB diare tertinggi terjadi di
Sumatera Utara yaitu sebesar 11,76%. Angka kejadian diare di Provinsi Jawa
Barat cukup tinggi dibandingakan dengan provinsi lain yaitu sebanyak 7,4%
dan berada di rata-rata dari setiap provinsi yaitu sebanyak 7,0%. Secara
nasional angka kematian Case Fatality Rate (CFR) pada KLB diare pada
tahun 2013 sebesar 1,08%. Sedangkan target CFR pada KLB Diare
diharapkan <1%. Dengan demikian secara nasional, CFR KLB diare hampir
memenuhi target program. (Kemenkes RI, 2013).

Berdasarkan laporan Memorandum Program Sektor Sanitasi (MPSS)


jenis penyakit lingkungan yang paling sering diderita oleh masyarakat Kota
Cimahi adalah Demam Berdarah Dengue (DBD), Tuberculosis (TB),
Pneumonia dan Diare. Didapatkan jumlah kasus diare di Kecamatan Cimahi
Selatan sangat tinggi dibandingkan dengan kecamatan yang ada di Kota
Cimahi lainnya dengan angka kejadian sebanyak 14.349 yang menderita diare
termasuk bayi usia 0-12 bulan. (Dinkes Kota Cimahi, 2010).
Pemerintah telah menetapkan kebijakan dalam menurunkan angka
kesakitan dan angka kematian karena diare diantaranya adalah melaksanakan
tatalaksana penderita diare yang sesuai standar, baik disarana kesehatan
maupun di rumah tangga, melaksanakan surveilans epidemiologi dan
pengendalian

kejadian

luar

biasa,

meningkatkan

pengetahuan

dan

keterampilan petugas dalam pengelolaan program yang meliputi aspek


manejerial dan tekhnik medis, melaksanakan evaluasi sebagai dasar
perencanaan selanjutnya. (Kemenkes RI, 2011)
Organisasi kesehatan dunia atau WHO (World Health Organization)
merekomendasikan semua bayi perlu mendapat kolostrum (ASI hari pertama
dan kedua) untuk melawan infeksi, dan ASI Eksklusif selama 6 bulan untuk
menjamin kecukupan gizi bayi. Kemenkes RI menargetkan cakupan
pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan pada tahun 2014 sebesar
80%. (Kemenkes RI, 2012).
Secara nasional cakupan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 06
bulan di Indonesia sangat bervariasi dalam empat tahun terakhir, menurut
data Survei sosial ekonomi nasional cakupan ASI Eksklusif tahun 2010
menunjukkan sebanyak 61,5% bayi kita mendapatkan ASI, pada tahun 2011
mengalami sedikit penurunan menjadi 61,1%. Pada tahun 2012 persentase
pemberian ASI eksklusif mengalami penurunan yang signifikan yakni sebesar
48,6%. Pada tahun 2013 cakupan pemberian ASI Eksklusif meningkat dari
tahun sebelumnya menjadi 54,3% . Berdasarkan Laporan Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Barat selama dua tahun terakhir yang ada didalam profil
kesehatan indonesia cakupan ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Jawa

Barat pada tahun 2012 adalah sebesar 47,8% dan pada tahun 2013 mengalami
penurunan menjadi 33,6%. (Kemenkes RI, 2013).
Berdasarkan data profil kesehatan Kota Cimahi cakupan ASI
Eksklusif pada tahun 2013 di Kecamatan Kota Cimahi didapatkan data di
Kecamatan Cimahi Utara sebesar 530 dari 765 bayi (69,28%), sedangkan di
Kecamatan Cimahi Tengah didapatkan cakupan ASI Eksklusif sebesar 551
dari 927 bayi (59,43%), dan cakupan ASI Eksklusif di Kecamatan Cimahi
Selatan sebesar 725 dari 1341 bayi (54,06%). Maka dapat disimpulkan
Cakupan ASI Eksklusif terendah di Kota Cimahi tahun 2013 yaitu Kecamatan
Cimahi Selatan. (Dinas Kesehatan Kota Cimahi, 2013)
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2013, didapatkan
cakupan bayi yang mendapat susu formula usia 0-6 bulan di Jawa Barat
adalah sebanyak 73,02%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian susu
formula pada bayi usia 0-6 bulan cukup tinggi di bandingkan dengan provinsi
lain. Sedangkan presentase pemberian makan prelakteal pada bayi usia 0-23
bulan pada tahun 2013 di Jawa Barat adalah sebanyak 39,08% telah di
berikan makanan prelakteal. Jenis makanan prelakteal yang diberikan cukup
beragam antar daerah tergantung kebiasaan di daerah tersebut. Pada
Riskesdas tahun 2013 jenis makanan prelakteal yang paling banyak diberikan
kepada bayi baru lahir yaitu susu formula sebesar (79,8%), madu (14,3%),
dan air putih (13,2%). (Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI, 2013)
Bahayanya bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif lebih rentan
terkena infeksi karena daya tahan tubuhnya tidak sekuat bayi yang
mendapatkan ASI eksklusif, misalnya seperti diare dan infeksi saluran
pernafasan akut. Karena penyebab utama diare kronis pada bayi kecil adalah
sensitivitas terhadap susu sapi atau protein kedelai. Lemak pada susu ibu
lebih mudah dicerna dan diabsorpsi daripada lemak di dalam susu sapi. Hal
ini membuktikan bahwa ASI Eksklusif sangatlah penting diberikan kepada
bayi karena dilihat dari banyaknya manfaat yang diberikan oleh ASI
Eksklusif salah satunya untuk pencegahan penyakit pada bayi. (Bobak, 2004)

Dari uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk mengadakan suatu


penelitian Mengenai Perbandingan Antara Pemberian Asi Eksklusif Dan Pasi
Pada Bayi Usia 6-12 Bulan Mengenai Kejadian Diare Di Puskesmas Cimahi
Selatan Tahun 2015.
1.2 Identifikasi Masalah
Masalah yang terdapat di Puskesmas Cimahi Selatan adalah
rendahnya

cakupan

pemberian ASI

eksklusif

dibandingkan

dengan

Puskesmas lain yang berada di Kecamatan Kota Cimahi dengan presentase


terendah dan tidak tercapainya terget cakupan ASI Ekslusif di wilayah
Puskesmas Cimahi Selatan menjadikan peneliti tertarik untuk meneliti
masalah yang terjadi di wilayah tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti W pada
tahun 2010, Penelitian yang dilaksanakan di Puskesmas Gilingan Kecamatan
Banjarsari Surakarta pada tahun 2010 menunjukkan prevalensi kejadian diare
pada bayi umur 0-6 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif sebesar 43,33%.
Sedangkan prevalensi kejadian diare pada bayi umur 0-6 bulan yang tidak
mendapatkan ASI Eksklusif sebesar 56,67%. Berdasarkan data tersebut
didapatkan hasil bahwa angka kejadian diare pada bayi yang tidak
mendapatkan ASI Eksklusif lebih besar apabila dibandingkan dengan bayi
yang mendapatkan ASI Eksklusif.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hardi AR pada tahun
2012. Hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa dari 65 batita yang positif
mendapat ASI Eksklusif, sebanyak 44 batita (67,69%) tidak terkena diare, dan
hanya 21 batita (32.31%) terkena diare. Kemudian dari 155 batita yang
negatif atau tidak mendapat ASI Eksklusif, sebanyak 73 batita (47.1%) tidak
terkena diare, sementara mayorita batita sebanyak 82 orang (52.9%) terkena
diare. Sehingga dapat diinterpretasikan bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara faktor pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hardi AR, Masni dan
Rahma pada tahun 2012. Hasil dari penelitian tersebut mengatakan bahwa

terdapat hubungan yang signifikan antara faktor pengetahuan responden ibu,


pemberian ASI Eksklusif pada batita, status imunisasi batita, dan sanitasi
lingkungan terhadap kejadian diare pada batita. Serta tidak ada hubungan
yang signifikan antara faktor hygiene perorangan dengan kejadian diare pada
batita.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah Apakah terdapat perbandingan antara pemberian
asi eksklusif dan pasi pada bayi usia 6-12 bulan mengenai kejadian diare di
puskesmas cimahi selatan tahun 2015 ?.
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui perbandingan antara pemberian asi eksklusif
dan pasi pada bayi usia 6-12 bulan mengenai kejadian diare di puskesmas
1.4.2

cimahi selatan tahun 2015.


Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui gambaran kejadian diare pada bayi dengan ASI
Eksklusif.
b. Untuk mengetahui gambaran kejadian diare pada bayi dengan PASI.

1.5 Manfaat Penelitian


1.5.1 Manfaat teori
Untuk pengembangan

ilmu

pengetahuan

khususnya

ilmu

pengetahuan di bidang kebidanan pada bagian masa nifas dan bayi baru
1.5.2

lahir terutama pengetahuan mengenai ASI eksklusif.


Manfaat praktis
Sebagai masukan untuk meningkatkan pelayanan kebidanan pada
bayi dan balita, sehingga pelayanan kesehatan dapat memperbaiki atau
meningkatkan kualitas pelayanannya.

Você também pode gostar