Você está na página 1de 68

ANGGARAN DASAR

DAN
ANGGARAN RUMAH
TANGGA
2013
1

KATA SAMBUTAN

Assalamualaikum wr wb,
Syukur Alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas ijinnya Pengurus Pusat Perdatin telah
terpilih untuk periode 2013-2016, seiring dengan hal tersebut dilakukan beberapa rencana kedepan
untuk mengoptimalkan program kerja Pengurus Pusat Perdatin agar lebih profesional dalam
memberikan pelayanan pada masyarakat.
Salah satu hal yang dilakukan pada rangkaian Kongres Nasional Pengurus Pusat Perdatin 2013 yaitu
melakukan revisi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga untuk lebih menyesuaikan dengan
AD/ART IDI hasil muktamar 2012 di Makasar sebagai induk organisasi profesi.
Hal tersebut di atas dilakukan untuk menjadi acuan cabang-cabang dan anggota dalam
melaksanakan program organisasi Perdatin agar memiliki kesamaan visi.
Kami menyadari bahwa AD/ART ini belum sempurna masih banyak hal yang perlu disempurnakan,
oleh karena itu kami menunggu masukan yang dapat disampaikan baik langsung maupun melalui
cabang-cabang sehingga pada revisi AD/ART di Kongres Nasional yang akan datang lebih mendekati
kesempurnaan dan mengakomodir masukan cabang dan anggota serta tetap berada pada aturan
sesuai aturan IDI.
Demikian saya sampaikan, semoga kita dapat bersama-sama membawa organisasi profesi Pengurus
Pusat Perdatin, menjadi organisasi transparan, akuntabel, dan bersih.
Selamat bekerja semoga Allah SWT melindungi kita beserta keluarga. Amin Ya Rabbil Alamin
Wabillahi taufik, walhidayah wassalamualaikum wr wb.

Ketua Umum Perdatin,

Andi Wahyuningsih Attas, dr., SpAn, KIC, MARS

ANGGARAN DASAR
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
ANESTESIOLOGI
DAN TERAPI INTENSIFINDONESIA
MUKADIMAH
Bahwa sesungguhnya manusia adalah mahluk
sosial yang selalu hidup berkelompok dan saling
berinteraksi. Dalam sejarah kemanusiaan, kesamaan
darah dan adat menjadi alat pemersatu. Dalam
kehidupan modern yang penuh tantangan yang
datang tak kunjung henti, kesamaan tujuan dan
profesi adalah dua unsur yang dapat menjadi
landasan

persatuan

kelompok

yang

untuk

bekerjasama.

terbentuknya
Sangat

satu

disadari

bersama bahwa di masa-masa yang akan datang,


tantangan dan ancaman atas kelangsungan hidup
individu maupun profesinya tidak mungkin lagi
dihadapi

dan

diselesaikan
1

secara

individual.

Jawaban pemecahannya adalah persatuan dalam


kelompok atau dalam organisasi yang professional.
Atas pemahaman itu maka kami para dokter
spesialis anestesiologi bersepakat untuk menjalin
kerjasama

yang

meliputi

aspek-aspek

yang

disepakati bersama yang mencakup bidang profesi


kedokteran, profesi anestesiologi dan terapi intensif
serta

aktifitas

sosial,

kehidupan

pribadi

dan

kehidupan keluarga sebagai bagian dari bangsa


Indonesia yang berazaskan Pancasila.
Anestesiologi dan Terapi Intensif adalah cabang
ilmu kedokteran yang mengelola pasien dikamar
bedah (sebelum, selama, dan pasca bedah) dan
diluar kamar bedah, mengatasi nyeri dan cemas,
mengawasi dan menunjang fungsi vital pasien yang
mengalami stress pembedahan, memberi tindakan
anestesia, mengelola pasien tidak sadar, resusitasi
jantung paru otak, dan menangani gangguan cairan
dan elektrolit, serta mengelola pasien kritis meliputi
kegawat daruratan dan terapi intensif.
2

Bahwa

Perhimpunan

Dokter

Spesialis

Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia adalah


organisasi profesi yang bernaung di bawah Ikatan
Dokter Indonesia, mempunyai tanggung jawab untuk
melaksanakan dan mengembangkan anestesiologi
dan terapi intensif sesuai dengan perkembangan ilmu
kedokteran,

mensejahterakan,

pembinaan

dan

perlindungan anggota.
Bahwa untuk mendapatkan derajat pengabdian
yang setinggi-tingginya dan hasil guna dan dayaguna
yang

sebesar-besarnya

dalam

usaha-usahanya,

maka seluruh Dokter Spesialis Anestesiologi dan


Terapi Intensif di Indonesia perlu dipersatukan dalam
suatu organisasi.

BAB I
NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN
Pasal 1
Perhimpunan ini bernama: PERHIMPUNAN DOKTER
3

SPESIALIS

ANESTESIOLOGI

DAN

TERAPI

INTENSIF INDONESIA disingkat PERDATIN dalam


bahasa Inggris disebut:
THE

INDONESIAN

SOCIETY

of

ANESTHESIOLOGY AND INTENSIVE THERAPY


abbreviated INSAIT.
Pasal 2
Perhimpunan ini didirikan di Jakarta pada tanggal 1
Juni 1967untuk jangka waktu yang tidak ditentukan.
BAB II
ASAS DAN DASAR
Pasal 3
Perhimpunan berasaskan Pancasila dan berdasarkan
Undang-Undang Dasar 1945.

BAB III
SIFAT
4

Pasal 4
1. Perhimpunan adalah organisasi profesi yang
bernaung di bawah Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
2. Perhimpunan

adalah

satu-satunya

organisasi

profesi bagi dokter spesialis anestesiologi dan


terapi intensif di Indonesia.
BAB IV
TUJUAN
Pasal 5
Perhimpunan mempunyai tujuan dibidang sosial dan
kemasyarakatan, kesejahteraan, pembinaan

dan

perlindungan anggota.
Pasal 6
Untuk

mencapai

mengelola

tujuan

pelaksanaan

tersebut
kegiatan

perhimpunan
pelayanan

kesehatan, pendidikan, penelitian dan lain-lain yang


berkaitan

dengan

pembinaan,

kesejahteraan anggota.
5

solidaritas

dan

BAB V
ANGGOTA
Pasal 7
Anggota Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi
dan Terapi Intensif Indonesia adalah :
a.

Anggota Biasa

b.

Anggota Muda,

c.

Anggota Luar biasa


Pasal 8
Tata Cara Penerimaan Anggota

Tata cara keanggotaan berdasarkan ketentuanketentuan yang telah di gariskan oleh organisasi dan
telah ditetapkan dalam kongres.
Pasal 9
Hak Anggota
Hak-hak

anggota

diatur

berdasarkan

musyawarah dan kepentingan organisasi

azas

Pasal 10
Kewajiban Anggota
Kewajiban

anggota

didasarkan

pada

tujuan

organisasi yang telah ditetapkan.


Pasal 11
Perpindahan Anggota
Perpindahan daerah / tempat tugas seseorang
anggota diatur berdasarkan tatacara yang telah
ditentukan oleh perhimpunan.
Pasal 12
Kehilangan keanggotaan dan pemberhentian
anggota
Syarat-syarat

kehilangan

keanggotaan

berdasarkan ketentuan perhimpunan.


BAB VI
STRUKTUR ORGANISASI
Pasal 13
7

diatur

Kekuasaan
Kongres

Nasional

(KONAS)

adalah

merupakan

kekuasaan tertinggi organisasi.


Pasal 14
Struktur Kepemimpinan
Terdiri dari :
1. Pengurus Pusat di tingkat Nasional
2. Pengurus Cabang ditingkat Propinsi.
Pasal 15
Badan Kelengkapan
1. Kongres Nasional
2. Musyawarah Pimpinan Pusat
3. Musyawarah Cabang
4. Rapat Kerja Nasional.
5. Rapat Pimpinan Harian.
6. Rapat Pimpinan Harian yang diperluas.

Pasal 16
Tugas dan Tanggung Jawab Pengurus
Tugas dan tanggung jawab para pengurus di diskripsi
sesuai

kebutuhan

organisasi,

dan

kepentingan

anggota.
BAB VII
Kolegium
Pasal 17
Kolegium Anestesiologi dan Terapi Intensif (KATI)
adalah salah satu unsur dalam struktur kepengurusan
perhimpunan,

yang

berwenang

mengarahkan,

membina dan menentukan kebijaksanaan dalam


sistem pendidikan anestesiologi dan terapi intensif /
reanimasi.
BAB VIII
MAJALAH ANESTESIA DAN ASUHAN KRITIS
Pasal 18

1.

Majalah anestesia dan asuhan kritis dikelola


oleh dewan redaksi dengan masa jabatan
dewan redaksi Majalah Anestesia Asuhan Kritis
sama dengan jabatan pengurus pusat. Status
dan

tata

cara

pengelolaan

diatur

secara

tersendiri.
2.

Ketua

dewan

redaksi

majalah

dipilih

dan

disahkan dikongres.
BAB IX
KEKAYAAN
Pasal 19
1. Perhimpunan mempunyai kekayaan awal yang
berasal dari berbagai sumber yang awalnya dari
para pendiri organisasi.
2. Semua kekayaan perhimpunan yang didapat dari
upaya

sendiri

atau

dari

sumbangan

harus

dipergunakan untuk mencapai maksud dan tujuan


perhimpunan dan tidak melanggar ketentuan atau
10

undang-undang yang berlaku.


BAB X
ATRIBUT PERDATIN DAN HIMNE
Pasal 20
Atribut
1.

Atribut / simbol atau lambang organisasi diatur


sesuai ketentuan organisasi.

2.

Atribut lain: vandel, bendera, dan seragam


PERDATIN akan ditentukan dan diatur dalam
ketentuan tersendiri.
Pasal 21
Himne

Himne PERDATIN telah disetujui dan disahkan dalam


Kongres III di Surabaya, dan wajib dikumandangkan
di setiap acara ilmiah perhimpunan dan Kongres.
BAB XI
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR / ANGGARAN
RUMAH TANGGA
11

Pasal 22
Perubahan anggaran dasar dan anggaran rumah
tangga PERDATIN hanya dilakukan pada hal-hal
krusial

yang

berorganisasi

tidak
dan

sesuai
hanya

dengan

kelaziman

dilaksanakan

dalam

kongres dan dengan ketentuan tersendiri.


BAB XII
PEMBUBARAN ORGANISASI
Pasal 23
Pembubaran PERDATIN hanya dapat dilakukan pada
keadaan luar biasa dan hanya dilakukan pada
kongres yang dilaksanakan khusus untuk itu.

BAB XIII
ATURAN TAMBAHAN
Pasal 24
Peraturan-peraturan dalam organisasi yang mengatur
seluruh anggota Perhimpunan wajib diketahui dan
12

dilaksanakan setiap anggota dan melalui mekanisme


yang diatur oleh perhimpunan.
BAB XIV
ATURAN PERALIHAN
Pasal 25
Perhimpunan

terikat

secara

terstruktural

dan

fungsional dengan organisasi induk profesi dokter


dalam hal ini Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan
perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.
BAB XV
PENUTUP
Pasal 26
1. Setiap anggota PERDATIN harus mentaati isi
anggaran dasar PERDATIN.
2. Setiap anggota yang jelas melanggar anggaran
anggaran

dasar

sebagaimana

dikenai

yang

diatur

tersendiri.
13

sanksi

organisasi

dalam

ketentuan

3. Dengan disahkannya AD ART ini maka AD-ART


sebelumnya dinyatakan tidak berlaku.

14

ANGGARAN RUMAH TANGGA


BAB I
NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN
Pasal 1
Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi
Intensif (PERDATIN) adalah wadah atau tempat untuk
berhimpun

oleh para dokter anestesiologi dan terapi

intensif, yang dapat berkedudukan di ibukota Republik


Indonesia.
Pasal 2
Perhimpunan ini didirikan di Jakarta pada 1 juni 1967
yang awalnya bernama Ikatan Ahli Anestesi Indonesia
(IAAI) yang kemudian terakhir bernama Perhimpunan
Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif
(PERDATIN), dibentuk untuk jangka waktu yang tidak
ditentukan.
BAB II
15

ASAS DAN DASAR


Pasal 3
Perhimpunan berasaskan Pancasila dan berdasarkan
Undang-Undang

Dasar

1945,

sebagaimana

yang

tercantum pada Undang-undang RI tentang organisasi


kemasyarakatan.
BAB III
SIFAT
Pasal 4
1.

Perhimpunan

adalah

organisasi

profesi

yang

bernaung di bawah Ikatan Dokter Indonesia (IDI),


bermakna

seluruh

kebijakan,

langkah-langkah

organisasi pada umumnya mengacu pada AD-ART


IDI dan kebutuhan organisasi.
2.

Bahwa sebagai perhimpunan yang satu-satunya


maka setiap anggota organisasi profesi ini wajib
masuk dan bernaung didalamnya.
BAB IV
16

TUJUAN
Pasal 5
1.

Perhimpunan mempunyai tujuan dibidang sosial dan


kemasyarakatan berupa kegiatan partisipatif melalui
kemitraan dengan pemerintah, kelompok profesi
lain, lembaga nirlaba

di dalam

maupun di luar

negeri.
2.

Meningkatkan

kesejahteraan

anggota,

dengan

melakukan pembinaan dan peningkatkan mutu


pelayanan

anestesia dan terapi intensif

melalui

pendidikan, pelatihan dan penelitian.


3.

Menanamkan rasa solidaritas yang tinggi dikalangan


sesama anggota dan melakukan secara aktif
perlindungan

anggota

dalam

berbagai

hal

sehubungan profesi.

Pasal 6
Untuk

mencapai

tujuan

tersebut

melaksanakan kegiatan sebagai berikut:


17

perhimpunan

1.

Membantu pemerintah melaksanakan pelayanan


kesehatan, khususnya dalam bidang anestesia dan
terapi intensif, seta meningkatkan mutu pelayanan
anestesia dan terapi intensif melalui pendidikan dan
penelitian.

2.

Membantu pemerintah melaksanakan pendidikan


dokter, dokter spesialis anestesiologi dan terapi
intensif, serta pendidikan lain yang berhubungan
dengan anestesiologi dan terapi intensif.

3.

Meningkatkan persaudaraan dan solidaritas anggota


melalui kegiatan/usaha lain yang tidak bertentangan
dengan anggaran dasar.

4.

Wajib memberikan pembinaan kepada anggota.

BAB V
ANGGOTA
Pasal 7
18

Anggota perhimpunan
1.

Anggota biasa ialah dokter yang mempunyai ijazah


anestesiologi yang telah diakui oleh pemerintah dan
telah menjadi anggota Ikatan Dokter Indonesia (IDI)
dan Perdatin.

2.

Anggota muda ialah dokter yang mempunyai ijazah


dokter yang diakui oleh pemerintah dan telah
menjadi anggota IDI serta tercatat sedang dalam
pendidikan dokter spesialis anestesiologi Indonesia.

3.

Anggota

luar

biasa

ialah

dokter

spesialis

anestesiologi warga negara asing yang berjasa


pada pengembangan pendidikan, pelayanan dan
penelitian.
Pasal 8
Tata cara penerimaan Anggota
1.

Anggota

biasa

berdasarkan

dan

anggota

ketentuan

muda

perhimpunan,

diterima
membuat

permohonan tertulis dan pernyataan menerima ADART Perdatin.


19

2.

Dokter spesialis anestesiologi lulusan luar negeri


bisa diterima menjadi anggota biasa setelah lulus
adaptasi sesuai ketentuan yang berlaku.

3.

Anggota luar biasa diterima berdasarkan ketentuan


yang berlaku dan disahkan oleh kongres.

4.

Setiap

peserta

pendidikan

program

spesialis

anestesiologi dan terapi intensif wajib didaftarkan di


cabang setempat.
5.

Cabang wajib melaporkan setiap anggota muda baru


dan yang baru lulus ke pengurus pusat.

6.

Untuk dokter spesialis anestesiologi dan terapi


intensif yang berpraktek di dua atau lebih di cabang
maka keanggotaannya dicatat di tempat yang
bersangkutan melakukan praktek utama.
Pasal 9
Hak Anggota

1.

Anggota biasa berhak mengeluarkan pendapat,


mengajukan usul atau pernyataan dengan lisan atau
tertulis kepada perhimpunan.
20

2.

Anggota biasa mempunyai hak memilih dan dipilih


menjadi pengurus.

3.

Setiap anggota di dalam menjalankan profesinya


mendapatkan hak perlindungan dan pembelaan
dariperhimpunan.

4.

Setiap anggota wajib mendapatkan haknya yang


diatur dalam
seperti

ketentuan

ketentuan

perhimpunan

Tabungan

misalnya

Solidaritas

dan

ketentuan lain.
Pasal 10
Kewajiban anggota
1.

Setiap

anggota

wajib

menjunjung

tinggi

dan

mengamalkan sumpah dokter, kode etik kedokteran


Indonesia, kode etik profesi, anggaran dasar,
anggaran rumah tangga, programdan peraturan
perhimpunan serta peraturan perundangan yang
berlaku.
2.

Anggota biasa wajib membayar iuran yang telah


ditentukan oleh perhimpunan.
21

3.

Setiap

Anggota

wajib

mempertahankan

dan

meningkatkan kompetensi anestesiologi dan terapi


intensif melalui kegiatan Pengembangan Pendidikan
Keprofesian Berkelanjutan (P2KB) untuk dapat
memperoleh sertifikasi atau resertifikasi kompetensi
dari

Kolegium Anestesiologi dan Terapi Intensif

Indonesia, dan sebagai persyaratan memperoleh


surat

tanda

registrasi

dari

Konsil

Kedokteran

Indonesia.
4.

Bagi anggota yang dalam jangka waktu 1 (satu)


tahun tidak menjalankan kegiatan pelayanan di
bidang anestesiologi, maka jika anggota tersebut
ingin kembali mengerjakan kegiatan profesi, anggota
tersebut harus menjalani program penyegaran di
salah satu pusat pendidikan anestesiologi untuk
mendapatkan

kompetensi

dari

Kolegium

Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia atas


permintaan dari Perdatin cabang.
5.

Bagi anggota yang sembuh dari penyakit yang dapat


berdampak pada gangguan atau disfungsi fisik dan
22

mental, harus menjalani pemeriksaan fisik dan


mental

sesuai

aturan

yang

berlaku

sebelum

menjalankan praktek anestesia dan terapi intensif.


6.

Setiap anggota biasa yang akan menjalankan


praktek anestesia dan terapi intensif disuatu daerah
wajib

meminta

rekomendasi

dari

perhimpunan

cabang setempat.
Pasal 11
Perpindahan anggota
1.

Anggota suatu cabang yang pindah ke cabang lain


harus memperoleh surat keterangan pindah dari
cabang dimana anggota tersebut terdaftar.

2.

Kepindahan seorang anggota dari suatu tempat ke


tempat baru dilaksanakan dengan cara melaporkan
secara tertulis kepada perhimpunan setempat (baru)
dengan tembusan kepada pengurus pusat.

3.

Keanggotaan pada cabang baru dianggap sah


apabila telah mendapat persetujuan dan telah
tercatat oleh pengurus tersebut, dengan demikian
23

secara otomatis dicabut keanggotaannya di tempat


yang lama.

Pasal 12
Kehilangan dan pemberhentian keanggotaan
1.

Anggota

kehilangan

keanggotaannya

karena

meninggal dunia, atau atas permintaan sendiri


secara tertulis karena tidak berpraktek lagi.
2.

Anggota

dapat diberhentikan

bertentangan

dengan

karena

ketentuan

bertindak

yang

telah

ditetapkan oleh organisasi terutama anggaran dasar


dan anggaran rumah tangga serta merugikan atau
mencemarkan nama baik perhimpunan.
3.

Seorang anggota dapat dikenakan pemberhentian


sementara oleh perhimpunan setelah didahului
dengan peringatan lisan dan tertulis.

4.

Paling lama 6 (enam) bulan sesudah pemberhentian


sementara, perhimpunan dapat merehabilitasi atau
24

tetap melanjutkan usulan kepada perhimpunan


untuk dikukuhkan.
5.

Dalam masa pemberhentian sementara anggota


yang bersangkutan dibebaskan dari segala hak dan
kewajiban sebagai anggota.

6.

Di depan kongres perhimpunan, anggota yang


diberhentikan sementara tersebut berhak untuk
membela diri.

7.

Penetapan pemberhentian keanggotaan diputuskan


oleh perhimpunan pada rapat kongres yang khusus
dibuat untuk itu.

8.

Pemberhentian anggota atas permintaan sendiri


hanya dapat dilakukan dengan pemberitahuan
secara tertulis kepada perhimpunan, sekurangkurangnya satu bulan sebelumnya.

BAB VI
STRUKTUR ORGANISASI
Pasal 13
25

Kekuasaan
Kekuasaan tertinggi organisasi berada pada sidang
pleno kongres nasional yang diadakan sekali dalam 3
(tiga) tahun.
Pasal 14
Struktur Kepemimpinan
Tingkat nasional :
1.

Pengurus Pusat (PP)


Pengurus pusat berada pada tingkat nasional yang
secara hirarki sebagai berikut:
Ketua Umum.
Ketua I Bidang Organisasi dan Kesejahteraan
Anggota.
Ketua II Bidang Pelayanan dan Pengembangan
Profesi.
Ketua III Bidang Diklat dan Pembinaan Anggota.

Dewan Pembinaan & Etika.


Ketua
26

Anggota

Dewan Pakar.
Ketua
Anggota

Dewan Pertimbangan
Ketua
Anggota
Sekretaris Umum
-

Sekretaris

Tata

Usaha

dan

Kesekretariatan
-

Sekretaris II Inventaris dan Asset

Sekretaris III Data Informasi, Humas dan


Web.

Bendahara Umum.
-

Bendahara I Penerimaan.

Bendahara II Pengeluaran
27

Bendahara III Verifikasi dan Akuntansi.

Bidang-bidang.
Bidang organisasi.
-

Ketua.

Wakil Ketua.

Anggota.

Bidang Pendidikan, Pengembangan Keprofesian


Berkelanjutan (P2KB) dan Penelitian.

Ketua.

Wakil Ketua.

Anggota.

Bidang Pembinaan dan Pembelaan Anggota


-

Ketua.

Wakil Ketua.

Anggota.

Bidang Pelayanan Profesi dan Etika


-

Ketua.

Wakil Ketua.
28

Anggota.

Bidang Bidang Kesejahteraan Anggota


-

Ketua

Wakil Ketua

Anggota

Redaksi Majalah
Kolegium Anestesiologi dan Terapi Intensif (KATI)
Perhimpunan Keseminatan

2.

Intensive Care.

Neuroanestesi dan neurocritical care.

Kardiovaskular Anestesia.

Anestesi Regional.

Anestesi Obstetri.

Manajemen Nyeri

Tingkat Propinsi
Pengurus Cabang
a. Pengurus cabang adalah Pimpinan organisasi
pada tingkat Propinsi yang berkedudukan di
Ibukota propinsi.
29

b. Susunan pengurus dapat mengikuti susunan


struktur PP atau disusun sesuai kebutuhan
organisasi ditingkat pusat.
c. Badan kelengkapan lain dapat ditambahkan bila
sangat

dibutuhkan

perhimpunan

dengan

mengacu pada peraturan organisasi.


d. Ditingkat

Kabupaten

Kotamadya

yang

anggotanya lebih dari 5 (lima) boleh membentuk


komisariat.

Pasal 15
Badan kelengkapan
1.

Kongres Nasional (KONAS)


a.

Status:
Kongres merupakan kekuasaan tertinggi
organisasi.
Kongres pada dasarnya merupakan wadah
musyawarah dan mufakat para utusan.
30

Kongres dilakukan sekali dalam 3 (tiga)


tahun.

Dalam keadaan luar biasa, kongres dapat


diadakan sewaktu-waktu, disebut sebagai
Kongres Luar Biasa, atas usul sekurang
kurangnya

setengah

jumlah

cabang

tambah satu.
b.

Kekuasaan dan wewenang:


Mengubah

dan

menyempurnakan

anggaran dasar dan anggaran rumah


tangga perhimpunan.
Menilai

laporan

pertanggung

jawaban

Pengurus Pusat perhimpunan.


Memilih dan menetapkan Ketua Pengurus
Pusat.
Menetapkan tempat kongres berikutnya.
Tata Tertib sidang kongres dibuat oleh
Pengurus Pusat dan selanjutnya disahkan
didalam sidang pleno kongres.
31

Menetapkan dan memilih Pimpinan atau


Redaksi Majalah Anestesiologi dan Terapi
Intensif.
Menetapkan dan memilih Kolegium.
c.

Pelaksanaan Kongres
Kongres diselenggarakan oleh Pengurus
Pusat dan sebagai pelaksana tekhnis oleh
panitia pelaksana kongres.
Panitia pelaksana kongres dibentuk oleh
Pengurus Pusat dengan surat keputusan.
Kongres dihadiri oleh Pengurus Pusat dan
utusan cabang dengan membawa surat
mandat resmi.
Ketua dan sekretaris PP memimpin dan
membuka sidang, sebagai pimpinan sidang
sementara.
Ketua

sidang

mengesahkan

korum,

pengesahan agenda dan tata tertib sidang


dan memimpin pemilihan ketua sidang.
32

Setelah Pimpinan sidang baru terpilih maka


pimpinan sidang sementara menyerahkan
pimpinan sidang kepada pimpinan sidang
terpilih

dan

sekaligus

pernyataan

demisioner.
Peserta kongres terdiri dari Pengurus
Pusat, dan para utusan cabang.
Peserta Kongres khususnya pemegang
mandat atau pemilik suara membawa surat
mandat resmi yang ditanda tangani Ketua
cabang serta dapat dilampirkan tanda bukti
pemberi mandat.
Satu pemegang mandat atau setiap utusan
cabang mewakili 5 (lima) anggota.
Kongres sah bila dihadiri oleh lebih dari
setengah jumlah peserta kongres, bila
persyaratan di atas tidak terpenuhi, maka
kongres diundur paling lama 2 (dua) jam
atau sesuai kesepakatan peserta yang
hadir setelah itu kongres dianggap sah
33

dengan peserta yang telah hadir.


Hal-hal yang belum tercantum dalam ART
ini dan dianggap sangat penting maka
dimungkinkan
perangkat

dicantumkan

organisasi,

sepanjang

dalam
tidak

bertentangan dengan anggaran dasar dan


aturan-aturan yang lazim dalam organisasi.
2.

Musyawarah Pimpinan Pusat


a.

Status:
-

Musyawarah pimpinan pusat dihadiri oleh


Ketua

Umum

dan

Sekretaris

Umum

Pengurus Pusat Perdatin, Ketua Kolegium,


Ketua

Dewan

Pertimbangan,

Ketua

Redaksi Majalah Anestesia.


b.

Kekuasaan dan wewenang:


-

Menetapkan kebijaksanaan strategis yang


tidak tertera dalam anggaran dasar dan
anggaran rumah tangga baik dalam skala
nasional maupun internasional.
34

Menilai

dan

menerima

Laporan

pertanggungjawaban kolegium dari Ketua


Kolegium dan Ketua Redaksi Majalah
Anestesia.

c.

Pelaksanaan Musyawarah
-

3.

Sekurang-kurangnya

dilakukan

sekali

dalam masa kepengurusan.

Musyawarah Cabang.
a.

Status:

Musyawarah

Cabang

merupakan

kekuasaan tertinggi organisasi ditingkat


Cabang.

Musyawarah
merupakan

Cabang
wadah

pada

dasarnya

musyawarah

dan

mufakat para anggota cabang.

Musyawarah Cabang

dilakukan sekali

dalam 3 (tiga) tahun dan Ketua Pengurus


Cabang

mempertanggung

jawabkan

kepengurusan selama periode tersebut,


35

Dan

dalam

masa

peralihan

penggabungan pengurus cabang hanya


ada pada tingkat propinsi maka pengurus
cabang lama hanya mempertanggung
jawabkan

masa

tugasnya

kepada

anggota kepengurusannya.

Dalam keadaan luar biasa, Musyawarah


Cabang dapat diadakan sewaktu-waktu
atas usul sekurang kurangnya setengah
jumlah anggota cabang plus satu, disebut
Musyawarah Cabang Luar Biasa.

Setiap Cabang minimal mempunyai 5


(lima) anggota, sehingga yang akan
membuat cabang baru harus memenuhi
kriteria tersebut.

b.

Kekuasaan dan wewenang:

Mensosialisasikan Anggaran Dasar dan


Anggaran Rumah Tangga perhimpunan.

Membahas,

menjabarkan
36

dan

melaksanakan hasil rapat kerja nasional.

Menilai laporan pertanggung jawaban


Pengurus Cabang perhimpunan.

Memilih dan menetapkan Ketua Pengurus


Cabang

Tata Tertib sidang Musyawarah Cabang


dibuat

oleh

selanjutnya

pengurus
disahkan

cabang

didalam

dan

sidang

pleno Musyawarah Cabang


c.

Pelaksanaan Musyawarah Cabang

Musyawarah

Cabang

diselenggarakan

oleh Pengurus Cabang dan sebagai


pelaksana tekhnis oleh panitia pelaksana.

Panitia pelaksana Musyawarah Cabang


dibentuk oleh pengurus cabang dengan
surat keputusan.

Musyawarah Cabang dihadiri oleh utusan


Pengurus Pusat, Pengurus Cabang dan
peserta / anggota cabang, termasuk
37

anggota dari pengurus cabang lain yang


harus bergabung ditingkat propinsi.

Undangan peserta pada Pelaksanaan


Musyawarah

Cabang

dilakukan

oleh

pengurus cabang yang ada di tingkat


propinsi.

Ketua

dan

sekretaris

Musyawarah

Cabang memimpin dan membuka sidang


sebagai pimpinan sidang sementara.

Ketua

sidang

pengesahan

mengesahkan

agenda

dan

korum,

tata

tertib

sidang dan memimpin pemilihan ketua


sidang baru.

Setelah pimpinan sidang baru terpilih


maka

pimpinan

pimpinan

lama

sidang

menyerahkan

dan

sekaligus

pernyataan demisioner.

Peserta kongres terdiri dari Pengurus


Cabang ditingkat propinsi dan pengurus
cabang

yang
38

bergabung

ketingkat

propinsi.

Peserta pemegang mandat atau pemilik


suara di musyawarah cabang adalah
anggota cabang ditingkat propinsi.

Satu pemegang mandat ditingkat cabang


mewakili 5 (lima) anggota.

Hal-hal yang belum tercantum dalam


pelaksanaan Musyawarah Cabang ini
dimungkinkan untuk dicantumkan dalam
tata tertib selama sangat dibutuhkan
dalam pelaksanaan Musyawarah Cabang

3.

Rapat Kerja Nasional


a. Status:

Rapat kerja nasional adalah rapat yang


dihadiri

oleh

segenap

perangkat

organisasi dari tingkat pusat dan cabang.

Rapat kerja nasional diadakan sekurangkurangnya

dilakukan

setahun.
39

sekali

dalam

Dalam keadaan luar biasa rapat kerja


nasional dapat diadakan sewaktu-waktu
atas

usul

pengurus

mendapat

cabang

persetujuan

dan

sekurang-

kurangnya oleh setengah jumlah cabang


yang ada.
b.

Kekuasaan dan Wewenang:

Membuat atau menyusun program kerja


Nasional dan menyelesaikan hal-hal yang
diamanatkan dalam kongres.

Membuat rencana strategis lainnya yang


diperlukan organisasi.

Mengadakan

menyusun

persiapan

bahan-bahan kongres yang akan datang.


c.

Tata tertib rapat kerja nasional :

Rapat

kerja

nasional

diadakan

oleh

pengurus pusat.

Panitia pelaksana rapat kerja nasional


40

dapat dibentuk dan bertangung jawab


mengenai segi teknis penyelenggaraan
rapat kerja nasional.

Rapat kerja nasional dihadiri oleh seluruh


pengurus pusat, ketua dan sekretaris
Pengurus

cabang,

atau

undangan

lainnya.

Rapat kerja nasional sah jika dihadiri


lebih dari setengah jumlah pengurus
Cabang.

Bila persyaratan di atas tidak dipenuhi,


maka rapat kerja nasional diundur 2 (dua)
jam dan paling lama 1X24 jam dan
setelah itu rapat kerja nasional dianggap
sah dengan jumlah utusan yang hadir.

Rapat kerja nasional dipimpin oleh ketua


umum dan sekretaris umum.

Hal-hal yang belum tercantum dalam tata


tertib ini, dapat ditambahkan sepanjang
tidak bertentangan anggaran dasar dan
41

anggaran rumah tangga.


5.

Rapat Pimpinan Harian


a.

Status

Rapat pimpinan harian adalah rapat


pimpinan yang dihadiri ketua umum, para
wakil ketua, sekretaris umum, para wakil
sekertaris, bendahara dan para wakil
bendahara.

Keputusan

yang

dapat

dikeluarkan

adalah hal-hal yang sangat segera dan


tidak

vital

pada

perhimpunan

serta

keuangan

tidak

pengeluaran/belanja
lebih 100 juta rupiah.
b.

Kekuasaan dan wewenang.

Memutuskan hal-hal yang perlu segera


dilakukan demi kelancaran organisasi.

Membuat perencanaan pra rapat kerja


dan lain-lain.
42

Monitoring

dan

administrasi

dan

evaluasi

keuangan,

tugas-tugas

lainnya

yang menjadi tanggung jawab pengurus


pusat.

Membuat kesepakatan bersama antara


institusi atau mitra kerja lainnya.

c.

Pelaksanaan Rapat Pimpinan Harian

Rapat minimal 3 (tiga) bulan sekali


kecuali ada hal-hal yang mendesak yang
perlu diselesaikan.

Rapat dapat dilaksanakan di wilayah


kerja perhimpunan.

Agenda rapat dan hasil-hasilnya dapat


dilaporkan

pada

rapat

pleno

perhimpunan.
6.

Rapat Pimpinan Harian diperluas


a.

Status

Rapat pimpinan harian yang diperluas


43

adalah rapat yang dihadiri pimpinan


harian ditambah dan dengan salah satu
atau lebih pengurus / bidang lainnya.

Dapat memutuskan hal-hal yang strategis


yang sesuai bidang pembahasan terkait
kepentingan perhimpunan.

Keputusan

yang

dapat

dikeluarkan

adalah hal-hal yang sangat segera dan


tidak

vital

pada

perhimpunan

serta

pengeluaran / belanja keuangan tidak


lebih 100 juta rupiah.
b.

Kekuasaan dan wewenang.

Memutuskan hal-hal / kegiatan yang perlu


segera

dilakukan

demi

kelancaran

organisasi.

Membuat perencanaan pra rapat kerja


dan lain-lain.

Monitoring
administrasi

dan
dan
44

evaluasi

keuangan,

tugas-tugas

lainnya

yang menjadi tanggung jawab pengurus


pusat.

Membuat kesepakatan bersama antara


institusi atau mitra kerja lainnya.

c.

Pelaksanaan Rapat Pimpinan yang diperluas.

Rapat dapat dilakukan sesuai kebutuhan


organisasi dan dapat dilakukan setiap
saat diperlukan.

Rapat dapat dilaksanakan di wilayah


kerja perhimpunan.

Agenda rapat menyesuaikan kebutuhan


dan hasil-hasilnya dapat dilaporkan pada
rapat pleno perhimpunan.

Pasal 16
Tugas dan tanggung jawab Pengurus
45

1.

Pengurus Pusat
a. Status

Sebagai struktur kepemimpinan tingkat


pusat atau Nasional.

Ketua

dipilih

mempunyai

oleh

kongres

kewenangan

dan
penuh

menyusun kepengurusan baru, dengan


mempertimbangkan kebutuhan anggota.

Masa jabatan adalah 3 (tiga) tahun.

Ketua yang sudah menjabat 2 (dua)


periode kepengurusan, tidak dapat dipilih
kembali.

b.

Tugas dan Wewenang

Melaksanakan

isi

anggaran

dasar,

anggaran rumah tangga dan semua


keputusan yang telah ditetapkan kongres.

Mewakili perhimpunan
organisasi

di

internasional.
46

forum

dalam masalah
nasional

dan

Ikut serta dalam musyawarah cabang


sekaligus melantik dan mengesahkan
kepengurusan baru cabang.

Melakukan

pengawasan

pelaksanaan

tugas

terhadap

pengurus

cabang

terutama dalam melaksanakan program


kerja organisasi.

Membina hubungan baik dengan semua


lembaga yang ada, pemerintah maupun
swasta di dalam maupun di luar negeri,
khususnya

dengan

lembaga

yang

berhubungan dengan bidang kesehatan


dan kedokteran.

Membentuk Kelompok Kerja (Pokja) yang


bertugas

menyelesaikan

fungsi-fungsi

organisasi bila diperlukan.

Seluruh amanah kongres dan program


kerja dipertanggungjawabkan di kongres.

c.

Tata cara pengelolaan.


47

Pengurus

pusat

menjalankan

tugas

segera setelah dilakukan serah terima


dengan pengurus pusat demisioner.

Serah terima kepengurusan dilakukan


paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah
selesainya kongres, kecuali ada masalah
yang sangat krusial.

Hal-hal yang belum tercantum dalam tata


cara

pengelolaan

ini

diatur

dalam

peraturan-peraturan tersendiri sepanjang


tidak bertentangan dengan

anggaran

dasar dan anggaran rumah tangga.


2.

Ketua Umum.
Ketua bertugas dan bertanggung jawab :
a. Memimpin

kepengurusan

dalam

menjalankan tugas perhimpunan.


b. Melakukan pembinaan dalam pelaksanaan
tugas pengurus.
c. Bertindak

atas
48

nama

pengurus

pusat

menyampaikan pertangungjawaban kegiatan


perhimpunan selama masa jabatannya pada
kongres.
d. Menyusun

pengurus

pusat

dan

dapat

melakukan pergantian pengurus antar waktu.


e. Bila ketua umum yang diangkat oleh kongres
berhalangan tetap atau meninggal dunia
maka ketua umum dijabat sementara oleh
Wakil ketua 1 sampai ketua umum yang baru
dipilih dan ditetapkan oleh rapat pengurus
pusat dari salah satu anggota pengurus
pusat.

2.

Ketua I Bidang Organisasi dan Kesejahteraan


Anggota.
Ketua I bertugas dan bertanggung jawab :
a. Mewakili ketua umum dalam melaksanakan
tugas-tugas pelimpahan.
49

b. Bersama

dengan

ketua

umum

mengkoordinasikan kegiatan bidang organisasi


dan kesejahteraan anggota,
c. Membina dan koordinasi kegiatan perhimpunan
di daerah indonesia Barat.
d. Bertanggung jawab kepada ketua umum.
3.

Ketua II Bidang Pelayanan dan Pengembangan


Profesi.
Ketua II bertugas dan bertanggung jawab :
a. Mewakili ketua umum dalam melaksanakan
tugas-tugas pelimpahan.
b. Bersama

dengan

ketua

umum

mengkoordinasikan kegiatan bidang Pelayanan


dan Pengembangan Profesi.
c. Membina dan koordinasi kegiatan perhimpunan
di daerah Indonesia Tengah.
d. Bertanggung jawab kepada ketua umum.
4.

Ketua III Bidang Diklat dan Pembinaan Anggota.


50

Ketua III bertugas dan bertanggung jawab:


a. Mewakili ketua umum dalam melaksanakan
tugas-tugas pelimpahan.
b. Bersama

dengan

ketua

umum

mengkoordinasikan kegiatan bidang Pelayanan


Profesi

dan

Etika

dan

perhimpunan

keseminatan.
c. Membina dan koordinasi kegiatan perhimpunan
di daerah Indonesia Timur.
d. Bertanggung jawab kepada ketua umum.
5.

Sekretaris Umum
Sekretaris umum bertugas dan bertanggung jawab :
a. Memimpin dan bertanggung jawab atas kegiatan
administrasi organisasi.
b. Membantu kelancaran pekerjaan ketua umum,
ketuaI, II dan III dalam melaksanakan tugas,
wewenang dan tanggung jawab.
c. Mewakili tugas ketua umum atau Ketua I, II, dan
III bila berhalangan.
51

d. Melaksanakan tugas yang dilimpahkan ketua


umum.
e. Membantu kelancaran tugas para pengurus
lainnya, dan pengurus cabang.
f. Bertanggung jawab kepada ketua umum.
5.

Sekretaris I, II, III


Sekretaris I, II, III bertugas dan bertanggung jawab :
a. Melaksanakan

tugas

pelimpahan

sekretaris

umum.
b. Sekrestaris I, membidangi atau melakukan
tugas- tugas kesektariatan dan tata usaha.
c. Sekrestaris II, membidangi atau melakukan
tugas- tugas inventaris dan asset.
d. Sekrestaris III, membidangi atau melakukan
tugas- tugas data informasi, humas dan web
e. Membantu sekretaris terkait tugas administrasi
yang di bawah kendali wakil ketua I, II dan III.
f. Bertanggung

jawab

sekretaris umum.
52

langsung

terhadap

6.

Bendahara Umum.
Bendahara umum bertugas dan bertanggung jawab
a. Bendahara

mengkoordinasikan

tugas

administrasi keuangan dan akutansi.


b. Bendahara
penghasilan

melaporkan

semua

sumber

perhimpunan

secara

terbuka,

akuntabel, pelaporan dilakukan minimal satu kali


dalam sebulan kepada Ketua.
c. Bekerja sebagai orang yang bertanggung jawab
mentransfer atau membayarkan gaji staf.
d. Melakukan verifikasi akhir secara keseluruhan
pengeluaran dan penerimaan organisasi.
e. Mencatat sistim penggajian dan sistim kontrak
kepegawaian kesekretariatan.
7.

Bendahara I, II, III


Bendahara I, II, III bertugas dan bertanggung jawab:
a. Melakukan pengelola administrasi keuangan.

53

b. Bendahara I Mencatat dan menganalisa serta


mendokumentasikan penerimaan organisasi.
c. Bendahara

II

mencatat,

menganalisa

dan

mendokumentasikan pengeluaran organisasi.


d. Bendahara III melakukan verifikasi dan akutansi.
e. Membantu kebutuhan / perencanaan keuangan
ketua I, II dan III.
f. Melakukan tugas pelimpahan bendahara umum.
g. Bertanggung jawab langsung ke bendahara
umum.
8.

Ketua Cabang dan jajarannya.


Sebagai perpanjangan struktur organisasi di pusat
maka para pengurus cabang melakukan:
a. Penyesuaian
cabang

struktur

sesuai

organisasi

kebutuhan,

di

dengan

tingkat
tetap

berpedoman pada struktur yang ada di atasnya.


b. Menyusun

diskripsi

struktur,

fungsi

kewenangan organisasi ditingkat cabang.

54

dan

c. Melakukan sosialisasi AD-ART dan program


kerja organisasi pada anggota
BAB VII
KOLEGIUM
Pasal 17
Kolegium Anestesiologi dan Terapi Intensif (KATI)
adalah salah satu unsur dalam struktur kepengurusan
perhimpunan, yang berwenang mengarahkan, membina
dan

menentukan

kebijaksanaan

dalam

sistem

pendidikan anestesiologi dan terapi intensif / reanimasi


maka:
1.

Perangkat

struktur

dan

tersendiri,

namun

tetap

peraturan

organisasi

berpedoman

pada

anggaran dasar Perdatin dan tetap mengacu


Majelis Kolegium Kedokteran Indonesia (MKKI).
2.

Mengkoordinasikan dan mendiskusikan rencana


dan pelaksanaan serta evaluasi program KATI
kepada Ketua Pengurus Pusat Perdatin.

3.

Menyampaikan laporan akhir tugas kolegium pada


55

Ketua Pengurus Pusat Perdatin.


4.

Pengurus Pusat Perdatin berhak memberi masukan


atau pertimbangan pada pelaksanaan kerja atau
kinerja kolegium.

5.

Mengembangkan dan mengupayakan baik kualitas


maupun kuantitas dokter spesialis anestesiologi
dan terapi intensif.

6.

Pemilihan Ketua Kolegium dilaksanakan pada


sidang khusus pleno kolegium.

7.

Ketua Kolegium terpilih dan akan disahkan oleh


kongres.

8.

Struktur

organisasi

kolegium

disusun

sesuai

dengan kebutuhan kolegium.


9.

Anggota terdiri dari komisi-komisi dan anggota ExOfficio.

10. Kekuasaan dan wewenang


a. Mengembangkan katalog / kurikulum pendidikan
dokter spesialis anestesiologi dan terapi intensif,
dan dokter spesialis anestesiologi dan terapi
intensif konsultan.
56

b. Memantau

dan

membina

pelaksanaan

pendidikan.
c. Menetapkan standardisasi dan akreditasi pusat
pendidikan dokter spesialis anestesiologi dan
terapi intensif, dan dokter spesialis anestesiologi
dan terapi intensif konsultan.
d. Merencanakan

dan

melaksanakan

ujian

nasional.
e. Merencanakan jumlah peserta didik sesuai
dengan kebutuhan nasional.
f. Menilai

kompetensi

dokter

spesialis

anestesiologi dan terapi intensif, dan dokter


spesialis

anestesiologi

dan

terapi

intensif

konsultan lulusan luar negeri.


g. Menyelenggarakan dan membina kerja sama
dengan Kolegium lain bidang kedokteran baik
dalam maupun luar negeri.
h. Memberikan
kedokteran

asupan
dalam

untuk
bidang

pendidikan
yang

berkaitan

dengan anestesiologi dan terapi intensif.


57

S1

i.

Menerbitkan

sertifikat

kompetensi

untuk

keperluan mendapatkan Surat Tanda Registrasi.


j.

Menyusun dan melaksanakan akreditasi institusi


pelaksana pendidikan anestesiologi.
BAB VIII
Pasal 18

MAJALAH ANESTESIA DAN ASUHAN KRITIS


1.

Dewan Redaksi
status:
a. Bagian dari struktur kepengurusan pimpinan
pusat.
b. Dewan redaksi terdiri dari pimpinan redaksi,
wakil pimpinan redaksi, anggota dan editor.
c. Masa jabatan dewan redaksi Majalah Anestesia
selama 3 (tiga) tahun.
d. Sekretariat Dewan redaksi Majalah Anestesia
dan

Asuhan

Kritis

atau

dapat

ditentukan

tersendiri oleh Pengurus Pusat Perdatin.


58

Tata cara pengelolaan.


a. Dewan redaksi Majalah Anestesia dan Asuhan
Kritis segera menjalankan tugas setelah dilantik.
b. Pembiayaan

untuk

menjalankan

Majalah

Anestesia dan Asuhan Kritis didapatkan dari


anggota ataupun usaha lainnya yang sah dan
mengikat.
c. Pengelolaan Majalah Anestesia dan Asuhan
Kritis tidak bersifat komersial.
d. Bilamana penenggung jawab Majalah Anestesia
dan Asuhan Kritis yang diangkat oleh kongres
berhalangan tetap atau meninggal dunia maka
kedudukan

penanggung

jawab

Majalah

Anestesia dan Asuhan Kritis dijabat sementara


oleh

wakil

penanggung

jawab

sampai

penanggung jawab Majalah Anestesia dan


Asuhan Kritis yang baru dipilih dan ditetapkan
rapat pengurus pusat dari

salah seorang

anggota dewan redaksi Majalah Anestesia dan


Asuhan Kritis.
59

e. Hal-hal

yang

belum

tercantum

dalam

pengelolaan ini diatur dalam peraturan tersendiri


sepanjang tidak bertentangan dengan anggaran
dasar dan anggaran rumah tangga.
2.

Ketua dewan Redaksi Majalah Anestesia dan


Asuhan Kritis ditunjuk oleh kongres, dan susunan
dewan redaksinya disahkan oleh pengurus pusat.
BAB IX
KEKAYAAN
Pasal 19

1.

Perhimpunan mempunyai kekayaan awal yang


berasal

dari

kepengurusan

awal

berdirinya

perhimpunan atau dari para pendiri organisasi.


2.

Selain kekayaan yang dimaksud ayat 1 (satu)


perhimpunan dapat juga diperoleh:
a. Iuran anggota
b. Hibah.
c. Hibah wasiat.
d. Sumbangan dan bantuan yang tidak mengikat;
60

e. Perolehan atau keuntungan lain yang tidak


bertentangan dengan anggaran dasar dan
anggaran rumah tangga perhimpunan dan / atau
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB X
ATRIBUT PERDATIN DAN HIMNE
Pasal 20
Atribut
1. Atribut / simbol PERDATIN : Berbentuk mahkota
bunga wijaya kusuma dengan daun mahkota warna
merah berjumlah 9 (sembilan) helai ke arah dalam
berupa jalur melingkar dengan warna dasar putih
bertuliskan PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
ANESTESIOLOGI

DAN

TERAPI

INTENSIF

INDONESIA : berwarna hitam, melingkari suatu


bulatan berwarna dasar biru muda bergambarkan
eskulap warna putih melilit gambar kilat berwarna
kuning

emas,

di

bawah
61

eskulap

bertuliskan

semboyan : WASPADA DASA NETRA.


2. Vandel, bendera dan seragam Perdatin akan dibuat
tersendiri bila diperlukan.

Pasal 21
Himne
Himne PERDATIN telah disetujui dan disahkan dalam
Kongres III di Surabaya, dan wajib dikumandangkan di
setiap acara ilmiah perhimpunan dan kongres. Himne
Perdatin diciptakan oleh, Bambang Suryono dr., SpAn.,
KNA., KAO, Dr. H. Syarif Sudirman dr., SpAn., KAR.,
KMN dan Endang Melati Maas dr., SpAn., KIC., KAP.
BAB XI
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR / ANGGARAN
RUMAH TANGGA
Pasal 22
1.

Perubahan anggaran dasar dan anggaran rumah


tangga Perdatin hanya dapat dilakukan dalam
62

kongres, rencana perubahan tersebut diajukan oleh


pengurus pusat atau cabang, selambat-lambatnya
3 (tiga) bulan sebelum kongres.
2.

Perubahan anggaran dasar dan anggaran rumah


tangga yang berkaitan dengan kolegium diusulkan
oleh kolegium melalui pengurus pusat selambatlambatnya 3 (tiga) bulan sebelum kongres.
BAB XII
PEMBUBARAN ORGANISASI
Pasal 23

1.

Pembubaran Perdatin hanya dapat dilakukan oleh


kongres yang dilaksanakan khusus untuk itu.

2.

Keputusan pembubaran Perdatin harus disetujui


sekurang-kurangnya oleh 2/3 suara yang sah.

3.

Sesudah pembubaran, maka segala hak milik


Perdatin diserahkan kepada badan sosial atau
perkumpulan yang ditetapkan oleh kongres.
BAB XIII
63

ATURAN TAMBAHAN
Pasal 24
1.

Setiap

anggota

Perhimpunan

dianggap

telah

mengetahui isi anggaran rumah tangga.


2.

Perselisihan

dan

penafsiran

anggaran

rumah

tangga diputuskan oleh pengurus pusat.


3.

Hal-hal yang belum diatur dalam anggaran rumah


tangga Perdatin dimuat dalam peraturan tersendiri
sepanjang tidak bertentangan dengan anggaran
dasar dan anggaran rumah tangga Perdatin.
BAB XIV
ATURAN PERALIHAN
Pasal 25

Perhimpunan harus melaksanakan perubahan peraturan


(aturan peralihan) dari organisasi profesi di atasnya
(Ikatan Dokter Indonesia) atau perundanganundangan
yang berlaku di Indonesia.

64

BAB XV
PENUTUP
Pasal 26
1.

Setiap

anggota

Perdatin

harus

mentaati

isi

anggaran rumah tangga Perdatin.


2.

Setiap anggota yang jelas melanggar anggaran


rumah

tangga

sebagaimana

dikenai

yang

sanksi

diatur

dalam

organisasi
ketentuan

tersendiri.
3.

Dengan

disahkannya

anggaran

dasar

dan

anggaran rumah tangga ini maka anggaran dasar


dan

anggaran

rumah

dinyatakan tidak berlaku.

65

tangga

sebelumnya

66

Você também pode gostar