Você está na página 1de 22

ALOKASI DANA PEMBINAAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM

MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT


KOTA MEDAN

Elizar Sinambela, SE. MSi


Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
elizarsinambelaumsu@gmail.com

BIDANG KAJIAN
Akuntansi Manajemen Dan Keperilakuan (AKMK)

KONFERENSI ILMIAH AKUNTANSI I


IKATAN AKUNTAN INDONESIA KOMPARTEMEN AKUNTAN PENDIDIK
(IAIKAPd WILAYAH JAKARTA BANTEN)
UNIVERSITAS MERCUBUANA JAKARTA 26 27 FEBRUARI 2014

Sinergi Peran Akuntan Dan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Meningkatkan


Transparansi Dan Akuntabilitas Pelaporan Keuangan

ALOKASI DANA PEMBINAAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM


MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
KOTA MEDAN

Elizar Sinambela, SE. MSi


Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
elizarsinambelaumsu@gmail.com

ABSTRACT
The purpose of this study would like to know the effect of the allocation of
development funds small and medium enterprises in improving the welfare of the
people in the city of Medan . In addition, research is also expected to be useful for
local governments , especially the city of Medan in an attempt not only a capital
increase but at the same time fostering SME development efforts to improve the
activities of SMEs .. Respondents in this study were consisting of small and medium
businesses who have earned a coaching fund small and medium businesses.
Techniques of data collection using the survey method. The results showed that the
allocation of small and medium enterprise development fund has done well enough so
that the public welfare is increasing despite a bit . The results also show that there is a
significant effect of the allocation of development funds small and medium
businesses to the welfare of the people in the city of Medan . This suggests that the
higher allocation of development funds are channeled to small and medium
businesses , the higher the level of social welfare .
Keyword : SME Development Fund Allocation and Welfare Society .

1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Awal tahun 2011 yang lalu pemerintah mengumumkan bahwa angka
kemiskinan di Indonesia mengalami menurunan, hal ini sejalan dengan banyaknya
program yang telah diluncurkan oleh pemerintah untuk pengentasan kemiskinan
tersebut. Selain itu program pengentasan kemiskinan ini bukan hanya pemerintah
yang meluncurkan tetapi juga didukung oleh banyak pihak baik badan usaha milik
pemerintah, perusahaan perusahaan swasta dalam negeri maupun luar negeri. Namun
penurunan angka kemiskinan ini banyak dibantah oleh berbagai pihak terutama
lembaga lembaga masyarakat yang ada di Indonesia. Hal ini dikarenakan masih
banyaknya masyarakat yang merasakan hidup dalam kemiskinan. Banyaknya
Konferensi Ilmiah Akuntansi 1 2014, IAIKAPd Jakarta Banten
Di Universitas Mercu Buana Jakarta 26-27 Februari 2014

Sinergi Peran Akuntan Dan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Meningkatkan


Transparansi Dan Akuntabilitas Pelaporan Keuangan

program pengentasan kemiskinan yang telah di luncurkan oleh pemerintah maupun


swasta seakan akan belum menyentuh seluruh masyakat di Indonesia.
Berdasarkan hal tersebut perlu rasanya dilakukan pengkajian ulang atas
program program yang telah ada. Salah satu program yang ada berupa
penaggulangan ekonomi masyarakat lewat usaha kecil menengah (UKM). Agenda
pemberdayaan UKM dewasa ini masih terjebak pada problem klasik yaitu
mekanisme perencanaan dari atas ke bawah yang tidak efektif untuk mengatasi
detail-detail problematika faktual yang dihadapi UKM. Perumusan program yang
tidak terkait dengan prakondisi dasar pemberdayaan ekonomi rakyat menyebabkan
masih adanya kelompok - kelompok kepentingan di lingkaran kekuasaan hingga
jaring-jaring korupsi, kolusi dan nepotisme yang belum terbongkar, sementara
problem diatas sangat potensial daiam mengurangi efektivitas program
pemberdayaan ekonomi rakyat yang berbiaya mahal tersebut. Sisi pemerintah atau
birokrasi disamping itu juga memiliki berbagai hambatan seperti masalah
keterbatasan anggaran, yang memaksa pemerintah mengenakan pungutan-pungutan
yang kadangkala artifisial, mentalitas yang cenderung merugikan masyarakat. Hal
ini dapat menimbulkan invisible cost atau biaya siluman sehingga pelaku birokrasi
umumnya merasa puas kalau sudah memperbesar masalah sampai munculnya
kesalahpahaman komunikasi yang membuat esensi debirokratisasi ditingkat pusat
yang tidak sesuai dengan implementasi di tingkat daerah.
Kesenjangan informasi dapat mengakibatkan perbedaan interpretasi
terhadap berbagai fenomena ekonomi. Masalah ini membawa akibat baik secara
makro maupun mikro, secara mikro mengakibatkan proses pengambilan
keputusan tentang berbagai hal akan menjadi bias sementara secara makro dapat
menimbulkan kecurigaan atau kesalahfahaman yang tidak perlu terhadap suatu
kebijakan atau kondisi ekonomi yang telah terjadi. Beberapa upaya telah
dilakukan untuk menghindari implikasi negatif terhadap kesenjangan informasi
ekonomi antara pengambil kebijakan dan masyarakat. Bila kesenjangan
informasi ekonomi ini dapat semakin ditekan dengan sendirinya pengambilan
keputusan pada skala mikro dapat menghasilkan keputusan yang strategic dan
kesalahan interpretasi terhadap kebijakan ekonomi pada skala makro tidak perlu
terjadi terutama menyangkut masalah peran serta dalam perguliran dana
Pembinaan Usaha Kecil Menengah terhadap peningkatan kesejahteraan
masyarakat. (Trihandayani; 2003)
Potensi penyaluran kredit Usaha Kecil Menegah (UKM) di Sumut dinilai
masih cukup besar. Hal ini tercermin dari realisasi kredit yang sudah disalurkan oleh
perbankan. Deputi Bank Indonesia wilayah Sumut dan NAD Ahmad Fauzi
mengatakan, hingga akhir Juli 2011,penyaluran kredit UKM di Sumut sudah
mencapai Rp26,37 triliun. Angka ini memang mengalami penurunan dibanding
periode yang sama tahun lalu sebesar Rp31,75 triliun,namun potensi penyaluran
kredit masih dianggap cukup besar. Menurut dia, secara kualitas pertumbuhan
Konferensi Ilmiah Akuntansi 1 2014, IAIKAPd Jakarta Banten
Di Universitas Mercu Buana Jakarta 26-27 Februari 2014

Sinergi Peran Akuntan Dan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Meningkatkan


Transparansi Dan Akuntabilitas Pelaporan Keuangan

ekonomi Sumut membaik. Perkembangan dana masyarakat Sumut juga naik 18,6%
dibanding tahun lalu. Dan pertumbuhan aset perbankan meningkat hingga Rp148,43
triliun. Kinerja bank secara nasional meningkat 15,4%. Dan kinerja paling tinggi di
Sumut sebesar 53%. Ini menunjukkan potensi ekonomi Sumut sangat bagus,
termasuk potensi kredit UKM,ujarnya saat peresmian Ladies Branch Bank Pundi
Medan, (Arsip Berita; 2011)
Berdasarkan hal diatas, penelitian ini dirasakan sangatlah penting
mengingat beberapa permasalahan yang terjadi, dimana permasalahan mendasar
terletak pada masih belum optimalnya penyaluran dana UKM pada masyarakat
karena pengembangan UKM belum dilakukan secara independen, keberadaan
Pembina Usaha Kecil Menengah (PUKM) sebagai penyalur dana pembina usaha
masyarakat menuju peningkatan kesejahteraan berupa adanya alokasi dana
pembinaan UKM yang dapat menimbulkan sejumlah kekecewaan bagi masyarakat
itu sendiri karena selama ini kebijakan ekonomi yang diterapkan tidak dilakukan
transparansi informasi dalam bentuk komunikasi publik kepada masyarakat
setempat, sehingga masyarakat yang betul-betul membutuhkan dana tersebut tidak
akan terangkul dan akan mengakibatkan alokasi dana tidak cukup optimal untuk
dimanfaatkan oleh masyarakat yang menjadi sasaran atas dikeluarkannya dana
tersebut.
Dengan demikian maka penelitian ini bertujuan untuk membuktikan secara
empiris pengaruh alokasi dana pembinaan UKM dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat kota Medan. Dengan demikian diharapkan hasil
penelitian ini nantinya dapat memperkuat pernyataan bahwa penyaluran dana
pembinaan bagi UKM dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya
dikota Medan. Selain itu juga penelitian ini diharapkan dapat memberikan
petunjuk tentang perlunya kebijakan pemerintah dan lembaga Pembina UKM
dalam mengelola dana pembinaan UKM. Hal ini agar program pembinaan usaha
kecil dan menengah dapat berjalan optimal, selain itu pengawasan atas alokasi
dana pembinaan usaha kecil menengah tersebut dapat dilakukan dengan lebih baik
dan dapat dipertanggungjawabkan sehingga dapat berperan dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, kajian ini dirasakan sangatlah penting untuk
dapat menemukan fakta bahwa dengan adanya alokasi dana pembinaan UKM
maka dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya di kota Medan.
Hal ini dimaksudkan agar dana yang sudah dialokasikan untuk membina UKM
benar-benar telah dimanfaatkan untuk mengembangkan usahanya sehingga
dengan berkembangnya usaha tersebut dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Dari uraian ini maka penulis merumuskan masalah penelitian ini

Konferensi Ilmiah Akuntansi 1 2014, IAIKAPd Jakarta Banten


Di Universitas Mercu Buana Jakarta 26-27 Februari 2014

Sinergi Peran Akuntan Dan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Meningkatkan


Transparansi Dan Akuntabilitas Pelaporan Keuangan

sebagai berikut ; Apakah ada pengaruh alokasi dana pembinaan usaha kecil
menengah terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat kota Medan ?
2. TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1. Usaha Kecil Menengah (UKM)
Ada dua defenisi usaha kecil yang dikenal di Indonesia. Pertama, defenisi
usaha kecil menurut Undang Undang No. 9 tahun 1995 tentang usaha kecil
adalah kegiatan ekonomi rakyat yang memiliki hasil penjualan tahunan maksimal
Rp. 1 Miliyar dan memiliki kekayaan bersih tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha, paling banyak Rp. 200 Juta. Kedua, menurut kategori Badan Pusat
Statistik (BPS) usaha kecil identik dengan industry kecil dan industry rumah
tangga. BPS mengklsifikasikan industry berdasarkan jumlah pekerjanya yaitu ;
(1) industry rumah tangga dengan pekerja 1 4 orang ; (2) industry kecil dengan
pekerja 5 19 orang ; (3) industry menengah dengan pekerja 20 99 orang ;
(4) industri besar dengan pekerja 100 orang atau lebih. (Kuncoro ; 2003)
Kendati beberapa definisi mengenai usaha kecil namun agaknya usaha
kecil mempunyai karakteristik yang hampir seragam. Pertama, tidak adanya
pembagian tugas yang jelas antara bidang administrasi dan operasi. Kebanyakan
industri kecil dikelola oleh perorangan yang merangkap sebagai pemilik sekaligus
pengelola perusahaan, serta memanfaatkan tenaga kerja dari keluarga dan kerabat
dekatnya. Data BPS menunjukkan hingga saat ini jumlah pengusaha kecil telah
mencapai 34,316 juta orang yang meliputi 15, 635 juta pengusaha kecil mandiri
(tanpa menggunakan tenaga kerja lain), 18,227 juta orang pengusaha kecil yang
menggunakan tenaga kerja anggota keluarga sendiri serta 54 ribu orang pengusaha
kecil yang memiliki tenaga kerja tetap.
Kedua, rendahnya akses industri kecil terhadap lembaga-lembaga kredit
formal sehingga mereka cenderung menggantungkan pembiayaan usahanya dari
modal sendiri atau sumber-sumber lain seperti keluarga, kerabat, pedagang
perantara, bahkan rentenir. Ketiga, sebagian besar usaha kecil ditandai dengan
belum dipunyainya status badan hukum. Menurut catatan BPS dari jumlah
perusahaan kecil sebanyak sebanyak 124.990, ternyata 90,6 persen merupakan
perusahaan perorangan yang tidak berakta notaris; 4,7 persen tergolong
perusahaan perorangan berakta notaris; dan hanya 1,7 persen yang sudah
mempunyai badan hukum (PT/NV, CV, Firma, atau Koperasi).
Keempat, dilihat menurut golongan industri tampak bahwa hampir
sepertiga bagian dari seluruh industri kecil bergerak pada kelompok usaha industri
makanan, minuman dan tembakau (ISIC31), diikuti oleh kelompok industri barang
galian bukan logam (ISIC36), industri tekstil (ISIC32), dan industri kayu,bambu,
rotan, rumput dan sejenisnya termasuk perabotan rumahtangga (ISIC33) masing-

Konferensi Ilmiah Akuntansi 1 2014, IAIKAPd Jakarta Banten


Di Universitas Mercu Buana Jakarta 26-27 Februari 2014

Sinergi Peran Akuntan Dan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Meningkatkan


Transparansi Dan Akuntabilitas Pelaporan Keuangan

masing berkisar antara 21% hingga 22% dari seluruh industri kecil yang ada.
Sedangkan yang bergerak pada kelompok usaha industri kertas (34) dan kimia
(35) relatif masih sangat sedikit sekali yaitu kurang dari 1%.
2.2. Pembinaan UKM
Pemberdayaan sesungguhnya mengacu pada kemampuan masyarakat
untuk mendapatkan dan memanfaatkan akses atas sumber sumber daya yang
penting. Tentu saja sebuah usaha pemberdayaan tidak dapat dilepaskan dari
perspektif pengembangan manusia, bahwa pembangunan manusia merupakan
pembentukan aspek pengakuan diri, percaya diri, kemandirian, kemampuan
bekerjasama dan toleransi terhadap sesama, dengan menyadari potensi yang
dimiliki.
Fokus pemberdayaan UKM yang hanya pada segi permodalan
mengesankan sebagai sebuah upaya simplifikasi karena permodalan menempati
urgensi tersendiri karena menjadi hambatan ekspansi UKM, akan tetapi
permodalan hanyalah satu dari sekian titik pemberdayaan UKM. Sebetulnya
diluar dimensi permodalan banyak persoalan lain yang dihadapi UKM
diantaranya masalah Upgrade kapabilitas teknis dan manajerial (Mariarosa Dalla
Costa, 2000:35 ).
Peranan pemerintah dalam mengembangkan UKM sebetulnya telah
dilakukan tetapi sampai sejauh ini keberhasilan yang telah dicapai belum
menunjukkan
basil
ya n g
menggembirakan
karena
pengembangan potensi ekonomi rakyat membutuhkan biaya awal yang tidak kecil
selaih prakondisi perpolitikan yang memadai dalam arti ada dukungan dari elit
politik selaku pembuat kebijakan dibutuhkan pula biaya awal dalam pengertian
finansial karena selama ini pelaku ekonomi rakyat sering menjadi tak berdaya
ketika berhadapan dengan lembaga financial. Upaya pemerintah mengembangkan
kredit bagi UKM selama ini bukan tidak pemah dilakukan, Bank Indonesia pernah
menetapkan empat strategi dasar menurut Mukhlis Rasyid (1999:203):
1. Mendorong komitmen perbankan dalam menyalurkan Kredit Usaha Kecil

(KUK)
2. Melaksanakan berbagai kredit untuk mendorong swasembada pangan,

pengembangan koperasi dan peningkatan investasi sektor tertentu.


kelembagaan bank dengan memperluas jaringan
perbankan untuk mendorong kerjasama antar bank dalam menyalurkan
KUK
4. Memberikan bantuan teknis melalui proyek pengembangan usaha kecil,
proyek hubungan bank dengan kelompok swadaya masyarakat dan proyek
kredit mikro.
3. Mengembangkan

Konferensi Ilmiah Akuntansi 1 2014, IAIKAPd Jakarta Banten


Di Universitas Mercu Buana Jakarta 26-27 Februari 2014

Sinergi Peran Akuntan Dan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Meningkatkan


Transparansi Dan Akuntabilitas Pelaporan Keuangan

Agenda pemberdayaan UKM dewasa ini masih terjebak pada problem


klasik yaitu mekanisme perencanaan dari atas ke bawah yang tidak efektif untuk
mengatasi detail-detail problematika faktual yang dihadapi UKM. Perumusan
program yang tidak terkait dengan prakondisi dasar pemberdayaan ekonomi
rakyat menyebabkan masih adanya kelompokkelompok kepentingan di lingkaran
kekuasaan hingga jaring-jaring korupsi, kolusi dan nepotisme yang belum
terbongkar, sementara problem diatas sangat potensial dalam mengurangi
efektivitas program pemberdayaan ekonomi rakyat yang berbiaya mahal tersebut.
Sisi pemerintah atau birokrasi disamping itu juga memiliki berbagai
hambatan seperti masalah keterbatasan anggaran, yang memaksa pemerintah
mengenakan pungutan-pungutan yang kadangkala artifisial, mentalitas yang
cenderung merugikan masyarakat. Hal ini dapat menimbulkan invisible cost atau
biaya siluman sehingga pelaku birokrasi umumnya merasa puas kalau sudah
memperbesar masalah sampai m u n c u l n y a k e s a l a h p a h a m a n komunikasi
yang membuat esensi debirokratisasi ditingkat pusat yang tidak sesuai dengan
implementasi di tingkat daerah.
Oleh karena itu, prinsip yang senantiasa harus dipegang oleh birokrasi
adalah bahwa peraturan atau regulasi hanya bersifat administrative. Jadi proses
perizinan dan kredit hendaknya tidak mempersulit ruang gerak UKM, bila
peraturan terasa berat bagi unit-unit mikrobisnis berskala kecil, maka pemerintah
harus slap dengan solusi yang ideal, sehingga misi regulasi dan misi
pengembangan UKM bisa sama-sama berjalan.
Berdasarkan persetujuan Menteri BUMN bahwa diharusnya menyisih 2,5 %
dari keuntungannya untuk disalurkan kepada masyarakat yang membutuhkan melalui
PUKK. Ada semacam pesimisme tersendiri yang menghantui upaya konseptualisasi
dan imlplementasi, kebijakan-kebijakan pengembangan UKK, dimana modal dominan
pembentuk daya saing institusional, masa dapan UKK terkesan suram, sehingga UKK
dicemaskan "mati" karena terdesak oleh pelaku-pelaku ekonorni lainnya yang lebih
progresif.
Meskipun pembangunan ekonomi selama Orde Baru telah memberikan
kesempatan berusaha yang sama kepada seluruh pelaku ekonomi BUMN, swasta
(besar, menengah, kecil) dan koperasi namun dalam realita terdapat ketidaksamaan
kontribusi perekonomian nasional, kontribusi usaha menengah, kecil dan koperasi
(UKK) hanya berkisar 30-40 % walaupun dalam pendayagunaan SDM telah
menyerap lebih dari 60 % tenaga kerja di Indonesia (Loekman Soetrisno, 1995:43)
Keberhasilan yang belum optimal dari UKK, bila dicermati karena
dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain: usaha yang dilakukan bersifat padat
karya, teknologi masih sangat sederhana, belum dapat mencapai Skala ekonomis
usaha, dukungan modal sendiri yang kecil dan memiliki kendala terhadap akses
Konferensi Ilmiah Akuntansi 1 2014, IAIKAPd Jakarta Banten
Di Universitas Mercu Buana Jakarta 26-27 Februari 2014

Sinergi Peran Akuntan Dan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Meningkatkan


Transparansi Dan Akuntabilitas Pelaporan Keuangan

sumber permodalan, kondisi inilah yang menyebabkan PUKK harus dapat


memprioritaskan UKK melalui alokasi modal dan pembinaan sehingga kondisi
ekonomi masyarakat dapat berangsur pulih dan membaik, karena mereka sebagai
basis perekonomian yang menopang kekuatan industri besar dari bawah. PUKK
sebetulnya selaih perlu memberikan jaminan kepada UKK atas kredit yang
diberikan untuk menunjang pengembangan usaha, memenuhi sebagian pembiayaan
pengembangan usaha, juga harus memberikan jaminan untuk memperbaiki
manajemen dan konsultasi bisnis melalui berbagai bentuk pembinaan. Oleh karena itu
PUKK perlu didampingi jasa perantara yang dapat dijadikan perpanjangan tangan
bagi PUKK untuk mencapai kebutuhan yang diharapkan oleh m a s y a r a k a t ,
s e h i n g g a p o l a pembangunan yang dilakukan melalui dana PUKK lebih bersifat
berorientasi kepada kebutuhan dan kepentingan masyarakat (people Oriented) dan
bukan terhadap program kerja yang dibuat berdasarkan keinginan dan pola pikir
pembuat kebijakan.
Memang cukup berat tantangan yang dihadapi untuk memperkuat struktur
perekonomian nasional. Pembinaan pengusaha kecil harus lebih diarahkan untuk
meningkatkan kemampuan pengusaha kecil menjadi pengusaha menengah. Namun
disadari pula bahwa pengembangan usaha kecil menghadapi beberapa kendala seperti
tingkat kemampuan, ketrampilan, keahlian, manajemen sumber daya manusia,
kewirausahaan, pemasaran dan keuangan. Lemahnya kemampuan manajerial dan
sumberdaya manusia ini mengakibatkan pengusaha kecil tidak mampu menjalankan
usahanya dengan baik. Secara lebih spesifik, masalah dasar yang dihadapi pengusaha
kecil adalah: Pertama, kelemahan dalam memperoleh peluang pasar dan
memperbesar pangsa pasar. Kedua, kelemahan dalam struktur permodalan dan
keterbatasan untuk memperoleh jalur terhadap sumber-sumber permodalan. Ketiga,
kelemahan di bidang organisasi dan manajemen sumber daya manusia. Keempat,
keterbatasan jaringan usaha kerjasama antar pengusaha kecil (sistem informasi
pemasaran). Kelima, iklim usaha yang kurang kondusif, karena persaingan yang
saling mematikan. Keenam, pembinaan yang telah dilakukan masih kurang terpadu
dan kurangnya kepercayaan serta kepedulian masyarakat terhadap usaha kecil.
Secara garis besar, tantangan yang dihadapi pengusaha kecil dapat dibagi
dalam dua kategori: Pertama, bagi PK dengan omset kurang dari Rp 50 juta
umumnya tantangan yang dihadapi adalah bagaimana menjaga kelangsungan hidup
usahanya. Bagi mereka, umumnya asal dapat berjualan dengan aman sudah cukup.
Mereka umumnya tidak membutuhkan modal yang besar untuk ekspansi produksi;
biasanya modal yang diperlukan sekedar membantu kelancaran cashflow saja. Bisa
dipahami bila kredit dari BPR-BPR, BKK, TPSP (Tempat Pelayanan Simpan PinjamKUD) amat membantu modal kerja mereka.
Kedua, bagi PK dengan omset antara Rp 50 juta hingga Rp 1 milyar,
tantangan yang dihadapi jauh lebih kompleks. Umumnya mereka mulai memikirkan

Konferensi Ilmiah Akuntansi 1 2014, IAIKAPd Jakarta Banten


Di Universitas Mercu Buana Jakarta 26-27 Februari 2014

Sinergi Peran Akuntan Dan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Meningkatkan


Transparansi Dan Akuntabilitas Pelaporan Keuangan

untuk melakukan ekspansi usaha lebih lanjut. Berdasarkan pengamatan Pusat


Konsultasi Pengusaha Kecil UGM, urutan prioritas permasalahan yang dihadapi oleh
PK jenis ini adalah (Kuncoro, 1997): (1) Masalah belum dipunyainya sistem
administrasi keuangan dan manajemen yang baik karena belum dipisahkannya
kepemilikan dan pengelolaan perusahaan; (2) Masalah bagaimana menyusun proposal
dan membuat studi kelayakan untuk memperoleh pinjaman baik dari bank maupun
modal ventura karena kebanyakan PK mengeluh berbelitnya prosedur mendapatkan
kredit, agunan tidak memenuhi syarat, dan tingkat bunga dinilai terlalu tinggi; (3)
Masalah menyusun perencanaan bisnis karena persaingan dalam merebut pasar
semakin ketat; (4) Masalah akses terhadap teknologi terutama bila pasar dikuasai oleh
perusahaan/grup bisnis tertentu dan selera konsumen cepat berubah; (5) Masalah
memperoleh bahan baku terutama karena adanya persaingan yang ketat dalam
mendapatkan bahan baku, bahan baku berkulaitas rendah, dan tingginya harga bahan
baku; (6) Masalah perbaikan kualitas barang dan efisiensi terutama bagi yang sudah
menggarap pasar ekspor karena selera konsumen berubah cepat, pasar dikuasai
perusahaan tertentu, dan banyak barang pengganti; (7) Masalah tenaga kerja karena
sulit mendapatkan tenaga kerja yang terampil.
Strategi pemberdayaan
diklasifikasikan dalam:

yang

telah

diupayakan

selama

ini

dapat

Aspek managerial, yang meliputi: peningkatan produktivitas/omset/tingkat


utilisasi/tingkat hunian, meningkatkan kemampuan pemasaran, dan pengembangan
sumberdaya manusia.
Aspek permodalan, yang meliputi: bantuan modal (penyisihan 1-5%
keuntungan BUMN dan kewajiban untuk menyalurkan kredit bagi usaha kecil
minimum 20% dari portofolio kredit bank) dan kemudahan kredit (KUPEDES,
KUK, KIK, KMKP, KCK, Kredit Mini/Midi, KKU).
Mengembangkan program kemitraan dengan besar usaha baik lewat sistem
Bapak-Anak Angkat, PIR, keterkaitan hulu-hilir (forward linkage), keterkaitan hilirhulu (backward linkage), modal ventura, ataupun subkontrak.
Pengembangan sentra industri kecil dalam suatu kawasan apakah berbentuk
PIK (Pemukiman Industri Kecil), LIK (Lingkungan Industri Kecil), SUIK (Sarana
Usaha Industri Kecil) yang didukung oleh UPT (Unit Pelayanan Teknis) dan TPI
(Tenaga Penyuluh Industri).
Pembinaan untuk bidang usaha dan daerah tertentu lewat KUB (Kelompok
Usaha Bersama), KOPINKRA (Koperasi Industri Kecil dan Kerajinan).
Harus diakui telah cukup banyak upaya pembinaan dan pemberdayaan usaha
kecil yang dilakukan oleh lembaga-lembaga yang concern dengan pengembangan

Konferensi Ilmiah Akuntansi 1 2014, IAIKAPd Jakarta Banten


Di Universitas Mercu Buana Jakarta 26-27 Februari 2014

Sinergi Peran Akuntan Dan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Meningkatkan


Transparansi Dan Akuntabilitas Pelaporan Keuangan

usaha kecil. Hanya saja, upaya pembinaan usaha kecil sering tumpang tindih dan
dilakukan sendiri-sendiri. Perbedaan persepsi mengenai usaha kecil ini pada
gilirannya menyebabkan pembinaan usaha kecil masih terkotak-kotak atau sector
oriented, di mana masing-masing instansi pembina menekankan pada sektor atau
bidang binaannya sendiri-sendiri. Akibatnya terjadilah dua hal: (1) ketidakefektifan
arah pembinaan; (2) tiadanya indikator keberhasilan yang seragam, karena masingmasing instansi pembina berupaya mengejar target dan sasaran sesuai dengan kriteria
yang telah mereka tetapkan sendiri.
Karena egoisme sektoral/departemen, dalam praktek sering dijumpai
terjadinya "persaingan" antar organisasi pembina. Bagi pengusaha kecil pun, mereka
sering mengeluh karena hanya selalu dijadikan "obyek" binaan tanpa ada tindak
lanjut atau pemecahan masalah mereka secara langsung.
Dalam konteks inilah, untuk mengembangkan interorganizational process
dalam pembinaan usaha kecil menarik untuk kita simak. Dalam praktek, struktur
jaringan dalam kerangka organisasi pembinaan usaha kecil semacam ini dapat
dilakukan dalam bentuk inkubator bisnis dan PKPK (Pusat Konsultasi Pengusaha
Kecil). PKPK adalah ide dari Departemen Koperasi dan PPK, yang diharapkan dapat
berfungsi sebagai wadah pengembangan pengusaha kecil menjadi tangguh dan atau
menjadi pengusaha menengah melalui kerjasama dengan perguruan tinggi dan
koordinasi antar instansi.
2.3. Kesejahteraan Masyarakat
Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak bulan Agustus 1997 telah
menimbulkan dampak yang luas bagi kehidupan masyarakat. Diawali dengan nilai
tukar Rupiah yang terus melemah terhadap Dolar AS, mengakibatkan kinerja
kegiatan produksi menurun tajam karena sebagian bahan bakunya berasal dari luar
negeri. Kondisi ini kemudian menyebabkan banyak perusahaan yang akhirnya harus
gulung tikar. Tercatat sedikitnya dua puluh lima juta orang pengangguran baru yang
dihasilkan oleh krisis ini. Tentunya terdapat puluhan juta jiwa yang menggantungkan
hidup pada pekerja-pekerja yang di-PHK itu.
Keadaan sosial yang telah menghasilkan banyak orang miskin baru ini
merupakan masalah sosial yang penting untuk segera diatasi. Jumlah siswa yang
harus putus sekolah meningkat tajam di saat wajib belajar sedang giat-giatnya
digalakkan. Keadaan gizi dan kesehatan masyarakat menurun sehingga mencapai titik
yang memprihatinkan. Kenyataan ini harus diantisipasi untuk menghindari
terdapatnya "generasi yang hilang" beberapa dasawarsa mendatang.
Pasal 34 undang-undang dasar 1945 menyatakan "Fakir miskin dan anak-anak
yang terlantar dipelihara oleh negara." Yang dimaksud dengan fakir miskin di sini
adalah orang yang sama sekali tidak mempunyai sumber mata pencarian dan tidak
mempunyai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pokok yang layak bagi
Konferensi Ilmiah Akuntansi 1 2014, IAIKAPd Jakarta Banten
Di Universitas Mercu Buana Jakarta 26-27 Februari 2014

Sinergi Peran Akuntan Dan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Meningkatkan


Transparansi Dan Akuntabilitas Pelaporan Keuangan

kemanusiaan. Fakir miskin dapat juga berarti orang yang mempunyai sumber mata
pencarian tetapi tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok yang layak bagi
kemanusiaan. Para gelandangan, pengemis, maupun anak-anak jalanan dapat pula
dikategorikan sebagai fakir miskin untuk kemudian dipelihara oleh negara.
Bagaimanakah sebenarnya relisasi pemeliharaan oleh negara yang
dikehendaki oleh konstitusi? Penjelasan pasal 34 UUD 1945 berbunyi "Telah cukup
jelas, lihat di atas". Yang dimaksud oleh kalimat "di atas" itu tidak lain adalah
penjelasan dari pasal 33 UUD 1945 yang memang masuk dalam bab yang sama
dengan pasal 34 yaitu bab mengenai kesejahteraan sosial. Penjelasan Pasal 33 UUD
1945 antara lain menyebutkan bahwa kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan,
bukan kemakmuran perseorangan. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama
kekeluargaan.
Dari penjelasan UUD 1945 tersebut terlihat jelas relevansi dari sistem
ekonomi dalam upaya menanggulangi kemiskinan. Sistem ekonomi kerakyatan yang
berasal dari rakyat, dikerjakan oleh rakyat, dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan
rakyat banyak merupakan bentuk ideal yang seyogianya dan wajib diciptakan oleh
negara.
Dengan berjalannya mekanisme ekonomi kerakyatan yang memberikan
kesempatan yang adil terhadap sumber-sumber modal, maka kesejahteraan
masyarakat dapat dipelihara agar tidak jatuh ke jurang kemiskinan. Masyarakat tidak
dapat disalahkan atas kemiskinan yang dideritanya. Peningkatan kesejahteraan
sebenarnya adalah hak mereka, sementara di lain pihak, negara (pemerintah)
berkewajiban dan memiliki kapasitas untuk menciptakan mekanisme yang kondusif
bagi kesejahteraan rakyat.
Dalam kenyataannya, pemerintah ternyata tidak berhasil menciptakan
kesempatan bagi masyarakat untuk mencapai hal itu. Akumulasi modal yang hanya
berputar pada segelintir kalangan masyarakat pada masa orde baru tak ayal lagi
merupakan kejahatan terstruktur yang tidak boleh terulang kembali. Oleh karena itu,
usaha pemerintah untuk menerapkan sistem ekonomi kerakyatan akhir-akhir ini dapat
disambut positif sebagai wujud tanggung jawab negara memelihara kesejahteraan
rakyatnya.
Pasal 34 UUD 1945 dijabarkan lebih lanjut oleh Undang-Undang Nomor 6
Tahun 1974 tentang Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial. Pasal 1 UU 6/1974
menyatakan bahwa "Setiap warga negara berhak atas taraf kesejahteraan sosial yang
sebaik-baiknya dan berkewajiban untuk sebanyak mungkin ikut serta dalam usahausaha kesejahteraan sosial".
Selain usaha menciptakan sistem perekonomian yang sifatnya mendasar, perlu
pula usaha yang sifatnya lebih pada pelaksanaan langsung di lapangan. Hal ini
dibutuhkan untuk dapat sesegera mungkin mengantisipasi keadaan sosial yang
memprihatinkan ini. Pengaturan yang bersifat lebih teknis di bawah UU 6/1974
Konferensi Ilmiah Akuntansi 1 2014, IAIKAPd Jakarta Banten
Di Universitas Mercu Buana Jakarta 26-27 Februari 2014

Sinergi Peran Akuntan Dan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Meningkatkan


Transparansi Dan Akuntabilitas Pelaporan Keuangan

adalah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 tahun 1981 tentang


Pelayanan Kesejahteraan Sosial Bagi Fakir Miskin. Pasal 2 ayat (1) dari PP 42/1981
di atas menyebutkan bahwa fakir miskin berhak mendapatkan pelayanan
kesejahteraan sosial. Selanjutnya, ayat (2) pasal yang sama menyatakan bahwa
pelayanan kesejahteraan sosial bagi fakir miskin tersebut meliputi bantuan sosial dan
rehabilitasi sosial.
Bantuan sosial adalah bantuan bersifat sementara yang diberikan kepada
keluarga fakir miskin agar mereka dapat meningkatkan taraf kesejahteraan sosialnya.
Bantuan sosial yang diberikan dapat berbentuk bantuan santunan hidup, bantuan
sarana usaha ekonomi produktif, atau bantuan sarana kelompok usaha bersama.
Bantuan ini berupa bahan atau peralatan untuk menunjang usaha ekonomi produktif.
Sesuai dengan asas kekeluargaan yang dianut, maka sarana usaha ekonomi produktif
tersebut diberikan dan dikelola dalam sebuah kelompok usaha bersama yang berada
dalam pembinaan pemerintah.
Tindak lanjut dari pemberian bantuan sosial adalah rehabilitasi sosial yang
berfungsi sebagai proses refungsionalisasi dan pengembangan, untuk memungkinkan
fakir miskin mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan
masyarakat. Dalam proses rehabilitasi sosial ini, fakir miskin berhak untuk
mendapatkan pembinaan kesadaran berswadaya, pembinaan mental, pembinaan fisik,
pembinaan keterampilan, dan pembinaan kesadaran hidup bermasyarakat. Fakir
miskin yang telah selesai menjalani pembinaan dapat diberikan bantuan permodalan
oleh Departemen Sosial guna meningkatkan taraf kesejahteraannya.
Berdasarkan rumusan masalah dan telaah literatur yang ada maka hipotesis
yang dapat dikembangkan dari penelitian ini adalah : Alokasi dana pembinaan
usaha kecil menengah berpengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan
masyarakat kota Medan.
2.4. Pengukuran dan Defenisi Operasional Variabel
Varibel penelitian terdiri dari :
a. Alokasi Dana pembinan UKM ; yang merupakan penyaluran dana bagi usaha
kecil menengah yang diukur dengan besarnya dana yang diterima UKM,
prosedur penerimaan dana UKM, dan pembinaan UKM.
b. Kesejahteraan Masyarakat ; yang merupakan peningkatan perekonomian baik
dilihat dari peningkatan penghasilan, tingkat pendidikan, tingkat kesehatan
dan tempat tinggal.
Masing masing variabel diukur dengan model skala Likert yaitu mengukur
sikap dengan menyatakan setuju atau ketidaksetujuannya terhadap pernyataan yang

Konferensi Ilmiah Akuntansi 1 2014, IAIKAPd Jakarta Banten


Di Universitas Mercu Buana Jakarta 26-27 Februari 2014

Sinergi Peran Akuntan Dan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Meningkatkan


Transparansi Dan Akuntabilitas Pelaporan Keuangan

diajukan dengan skor 4 (SS = Sangat Setuju), 3 (S = Setuju), 2 (TS = Tidak Setuju)
dan 1 (STS = Sangat Tidak Setuju).
3. METODE PENELITIAN
Penelitian ini bermaksud untuk memperoleh gambaran atau deskripsi
mengenai pengaruh alokasi dana pembinaan UKM dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat kota Medan. Penelitian ini akan dilakukan pada masyarakat
yang menerima alokasi dana pembinaan UKM di kota Medan. Pendekatan dalam
penelitian ini adalah pendekatan survey-explanatory. Populasi dalam penelitian ini
masyarakat yang menerima alokasi dana UKM di kota Medan. dengan sampel
penelitian yang diambil adalah sebanyak 35 UKM. Sumber data dalam penelitian ini
berasal dari data primer dalam bentuk persepsi responden (subjek) penelitian. Data
dikumpulkan oleh peneliti dengan survey langsung dan instrumen yang digunakan
adalah kuesioner (angket). Untuk itu diperlukan dua macam pengujian yaitu uji
Validitas (test of validity) dan uji reliabilitas (test of reliability). Untuk mengetahui
pengaruh alokasi dana pembinaan UKM dalam meningkatkan kesejahteraan
mayarakat kota Medan digunakan alat statistik regresi sederhana. Hal-hal yang akan
dianalisis adalah koefisien regresi, koefisien determinasi (r-square), dan uji
hipotesis.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Data Hasil Penelitian
Responden dalam penelitian ini adalah para pelaku usaha kecil dan menengah
yang berjumlah 35 orang. Dengan karakteristik Jenis kelamin, Usia, Pendidikan,
Lama Usaha, Besarnya modal usaha. Dari 35 responden yang telah memenuhi kriteria
untuk diolah, diantaranya 15 orang laki-laki dan 20 orang perempuan, rata rata
berusia 30 49 tahun ( 72%) selebihnya berusia dibawah 30 tahun (17 %) dan diatas
50 tahun sekitar 11%. Untuk pendidikan rata rata berpendidikan rendah yakni SD,
SMP dan SMA (77%) selanjutnya akademi dan sarjana (23%). Bila dilihat dari lama
usaha sebahagian besar lebih dari satu tahun (91%) sedangkan yang kurang dari satu
tahun hanya 7 %.
4.1.1.

Alokasi Dana Pembinaan UKM


Berdasarkan kuesioner yang telah disebarkan, dapat diketahui bahwa untuk
Alokasi Dana Pembinaan UKM sebahagian besar (57,1 %) pelaku usaha menyatakan
sangat setuju dan sebahagian lagi (42,9 %) menyatakan setuju untuk pernyataan
pertama yang berarti bahwa semua pelaku usaha mengetahui tentang adanya alokasi
dana untuk pembinaan usaha kecil menengah. Dana untuk pembinaan tersebut juga
sudah dialokasikan kepada para pelaku usaha, hal ini terlihat dari pernyataan
responden tersebut yang sama dengan pernyataan tentang mereka mengetahui adanya
informasi alokasi dana pembinaan dimana sebahagian besar (54,3 %) juga
menyatakan setuju dan yang menyatakan sangat setuju sebesar 31,4 % hal ini
Konferensi Ilmiah Akuntansi 1 2014, IAIKAPd Jakarta Banten
Di Universitas Mercu Buana Jakarta 26-27 Februari 2014

Sinergi Peran Akuntan Dan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Meningkatkan


Transparansi Dan Akuntabilitas Pelaporan Keuangan

menunjukkan bahwa para pelaku usaha tersebut telah memperoleh dana pembinaan
untuk usaha mereka.
Dalam mendapatkan dana pembinaan ternyata responden atau para pelaku
usaha memiliki pengalaman yang hampir sama dimana sebahagian besar dari
penyataan mereka menjawab tidak setuju (45,7%) bahkan sangat tidak setuju (8,6%),
walaupun sebahagian lagi menyatakan setuju. Hal ini menunjukan bahwa untuk
mendapatkan dana pembinaan untuk usaha kecil menengah tersebut para pelaku
usaha masih mengalami kesulitan. Hal inilah yang perlu mendapatkan perhatian, atau
harus dicari akar penyebabnya, apakah karena informasi yang belum jelas,
persyaratan yang belum lengkap atau prosedur belum berjalan sebagaimana mestinya.
Alokasi dana yang diterima ternyata sudah sesuai dengan usaha yang
dijalankan, walupun jawaban mereka sangat bervariasi hal ini dapat dilihat dari
pernyataan responden yang sebagian besar menyatakan setuju (85,7%) bahkan
pernyataan sangat setuju (5,7%) juga mereka berikan, walaupun masih ada juga
ternyata yang mendapatkan dana pembinaan tersebut belum sesuai dengan usaha
yang dijalankan (8,6%). Dari pernyataan tersebut menunjukan bahwa dana
pembinaan untuk usaha kecil menengah dialokasikan sesuai dengan usaha yang
dijalankan.
Jawaban responden tentang mendapatkan dana pembinaan sesuai dengan
kebutuhan ternyata bertolak belakang dengan pernyataan mereka tentang dana
pembinaan dialokasikan sesuai usaha yang dijalankan hal ini terlihat dari penyataan
mereka menyatakan setuju (42,9%) lebih kecil dari yang menyatakan tidak setuju
(57.1%). Penyataan ini mengindikasikan bahwa walupun mereka mendapatkan dana
pembinaan yang sesuai dengan usaha yang mereka jalankan namun jumlah yang
mereka peroleh belum sesuia dengan dana yang mereka butuhkan untuk melakukan
pengembangan usaha. Sehingga tujuan dana pembinaan tersebut untuk
mengembangkan usaha yang ada belum dapat berjalan sesuai dengan harapan. Hal ini
perlu menjadi pertimbangan dan perhatian dari para pembina usaha kecil menengah
agar dana yang dialokasikan tersebut dapat digunakan sesuai dengan tujuannya.
4.1.2. Kesejateraan Masyarakat
Kesejahteraan Masyarakat meliputi peningkatan penghasilan, pendidikan,
kesehatan dan tempat tinggal serta adanya kemapuan untuk memnuhi kebutuhan
hidup. Kesejahteraan masyarakat yang akan dinilai dalam penelitina ini adalah
peningkatan kesejahteraan yang akan terlihat dengan adanya peningkatan
penghasilan, dari adanya peningkatan penghasilan tersebut maka secara otomastis
dapat mendorong peningkatan terhadap kindikator kesejahteraan hidup lainnya. Dari
hasil penyebaran kuesioner kepada responden para pelaku usaha kecil menengah
dapat diketahui bahwa alokasi dana pembinaan usaha kecil menengah dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hal ini ditunjukkan lewat pernyataan para
pelaku usaha tersebut bahwa rata-rata mereka menjawab setuju dan sangat setuju.
Pernyataan untuk bagaimana usaha yang dijalankan setelah mendapatkan
alokasi dana pembinaan usaha kecil menengah ternyata mereka rata rata menjawab
lebih banyak setuju dan sangat setuju sebesar 85% . Hal ini menunjukkan bahwa
Konferensi Ilmiah Akuntansi 1 2014, IAIKAPd Jakarta Banten
Di Universitas Mercu Buana Jakarta 26-27 Februari 2014

Sinergi Peran Akuntan Dan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Meningkatkan


Transparansi Dan Akuntabilitas Pelaporan Keuangan

usaha menjadi lebih besar dan maju setelah mendapat alokasi dana pembinaan.
Sedangkan 15% lagi mereka menjawab tidak setuju, hal ini disebabkan karena dana
yang mereka terima belum dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin.
Para pelaku usaha yang telah mendapatkan dana pembinaan juga menyatakan
bahwa pendapatan mereka menjadi lebih tinggi setelah mendapat alokasi dana
pembinaan usaha kecil menengah, hal ini terlihat dari pernyataan mereka yang
sebagian besar menjawab setuju (77,1 %) dan sangat setuju
(14,3 %) sedangkan
sisanya menjawab tidak setuju (8,6 %).
Pendapatan mereka yang meningkat tersebut disebabkan karena omset
penjualan mereka mengalami peningkatan setelah mendapat alokasi dana pembinaan
UKM. Hal ini ditunjukkan dengan pernyataan setuju (85,7%) sedangkan tidak setuju
(14,3%). Senjutnya dengan meningkatnya omset penjualan maka juga meningkatkan
keuntungan mereka. Pernyataan tentang hal ini di tunjukan dengan pernyataan setuju
hampir oleh semua para pelaku usaha hal ini juga berdampak pada peningkatan
penghasilan mereka perbulannya.
Adanya peningkatan pendapatan yang mereka alami ternyata belum
berdampak pada peningkatan indicator kesejahteraan yang lainnya. Hal ini dapat
dilihat pernyataan mereka tentang apakah dengan adanya alokasi dana pembinaan
UKM dapat membiayai pendidikan anak-anak, mereka rata rata menjawab tidak
setuju (68,6%) yang mana pernyatan ini lebih besar dari yang menyatakan setuju
(31,4%). Berdasarkan data ini maka dapat di nyatakan bahwa dengan adanya alokasi
dana pembinaan belum sepenuhnya dapat meningkatkan kegiatan untuk pendidikan
masyarakat. Demikian pula halnya dengan pernyataan mereka dengan tingkat
kesehatan yang mereka rasakan, alokasi dana pembinaan yang mereka terima belum
dapat meningkatkan kesehatan mereka secara tidak langasung hal ini dapat dilihat
pada pernyataan meraka yang menyatakan tidak setuju sebesar 71,4% sedangkan
selebihnya menyatakan setuju sebesar 28,6%.
Dalam memenuhi kebutuhan hidup maka para pelaku usaha rata rata
menyatakan bahwa dengan adanya alokasi dana pembinaan yang mereka terima
ternyata dapat meningkatkan pemenuhan kebutuhan hidup mereka hal ini terlihata
dari banyaknya mereka yang menyatakan setuju sampai pernyataan sangat setuju
(97%), dan hanya 3% yang menyatakan tidak setuju. Untuk indikator kesejahteraan
hidup lainnya, responden atau para pelaku usaha masih menjawab berimbang (
50%) hal ini dikarenakan mereka masih merasakan bahwa dana pembinaan yang
mereka peroleh sepenuhnya digunakan untuk meningkatkan usaha mereka.
Berdasarkan data yang telah diperoleh diketahui bahwa belum sepenuhnya alokasi
dana pembinaan yang diterima usaha kecil menengah dapat meningkatkan seluruh
indikator kesejahteraan masyarakat.
4.1.3

Uji Kualitas Data


a. Uji Validitas
Validitas adalah ketetapan atau kecermatan suatu instrumen dalam mengukur
apa yang ingin diukur. Dalam penelitian ini peneliti mengukur validitas berdasarkan
Konferensi Ilmiah Akuntansi 1 2014, IAIKAPd Jakarta Banten
Di Universitas Mercu Buana Jakarta 26-27 Februari 2014

Sinergi Peran Akuntan Dan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Meningkatkan


Transparansi Dan Akuntabilitas Pelaporan Keuangan

validitas item. Validitas item ini ditunjukkan dengan adanya korelasi atau dukungan
terhadap item total (skor total), perhitungan dilakukan dengan cara mengerelasikan
antara skor item dengan skor total item. Analisis ini dikenal dengan Bivariate
Pearson (Korelasi Produk Momen Pearson).
- Alokasi Dana Pembinaan UKM
Setelah dilakukan analisis perhitungan mengenai validitas variabel Alokasi
Dana Pembinaan UKM dalam penelitian dari 5 pertanyaan tersebut dinyatakan bahwa
butir intrumen tersebut valid, dimana nilai Sig. setiap butir lebih kecil dari 0.05. Ini
terlihat dalam tabel berikut:
Tabel 4.1.3.a (1)
Validitas Instrumen Penelitian
Butir pertanyaan
Koef. Korelasi
Sig.
Keputusan
Butir 1
0.699
0.000 < 0.05
Valid
Butir 2
0.345
0.045 < 0.05
Valid
Butir 3
0.563
0.000 < 0.05
Valid
Butir 4
0.522
0.001< 0.05
Valid
Butir 5
0.514
0.002 < 0.05
Valid
Sumber : Data Diolah (Lampiran
-

Kesejahteraan Masyarakat kota Medan


Setelah dilakukan analisis perhitungan mengenai validitas variabel
Kesejahteraan Masyarakat kota Medan dalam penelitian dari 10 pertanyaan tersebut
dinyatakan butir pertanyaan yang valid secara statistik karena nilai signifikannya
lebih kecil dari 0,05. Ini terlihat dalam tabel berikut :
Tabel 4.1.3. a (2)
Validitas Instrumen Penelitian
Butir pertanyaan
Koef. Korelasi
Sig.
Butir 1
0.843
0.000 < 0.05
Butir 2
0.910
0.000 < 0.05
Butir 3
0.952
0.000 < 0.05
Butir 4
0.952
0.000 < 0.05
Butir 5
0.952
0.000 < 0.05
Butir 6
0.448
0.007 < 0.05
Butir 7
0.437
0.009 < 0.05
Butir 8
0.470
0.004 < 0.05
Butir 9
0.360
0.034 < 0.05
Butir 10
0.532
0.001 < 0.05
Sumber : Data Diolah (Lampiran)
b.Uji Reliabilitas

Konferensi Ilmiah Akuntansi 1 2014, IAIKAPd Jakarta Banten


Di Universitas Mercu Buana Jakarta 26-27 Februari 2014

Keputusan
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid

Sinergi Peran Akuntan Dan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Meningkatkan


Transparansi Dan Akuntabilitas Pelaporan Keuangan

Reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur, apakah alat


pengukur yang digunakan dapat diandalkan dan tetap konsisten jika pengukur
tersebut diulang. Perhitungan ini dengan menggunakan metode Alpha (Cronbachs)
Berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas diketahui bahwa nilai Cronbach
Alpha sebesar 0, 690 untuk variabel Alokasi Dana Pembinaan UKM dan 0,888 untuk
variabel Kesejahteraan Masyarakat. Jika dibandingkan dengan asumsi yang
menyatakan bahwa instrumen dikatakan reliabel jika memiliki nilai Cronbach
Alphanya lebih besar dari 0,5. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data yang
dikumpulkan melalui instrumen-instrumen tersebut adalah reliable. Tabel 5.2.1.b (1)
merupakan out-put dari perhitungan Cronbach Alpha.
-

Alokasi Dana Pembinaan UKM


Tabel 4.1.3.b (1)
Reliabilitas Jawaban Responden
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha

N of Items

.690
Sumber : Data Diolah (Lampiran)

Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa variabel Alokasi Dana Pembinaan
UKM adalah reliable, karena memiliki nilai cronbachs alpha sebesar 0.690 > 0.5.
-

Kesejahteraan Masyarakat
Tabel 4.1.3. b (2)
Reliabilitas Jawaban Responden
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha

N of Items

.888
Sumber : Data Diolah (Lampiran)

10

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa variabel Alokasi Dana


Pembinaan UKM adalah reliabel, karena memiliki nilai cronbachs alpha sebesar
0.888 > 0.5.
4.2.Uji Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah mengenai pengaruh alokasi dana
pembinaan UKM dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat adalah sebagai
berikut :
Konferensi Ilmiah Akuntansi 1 2014, IAIKAPd Jakarta Banten
Di Universitas Mercu Buana Jakarta 26-27 Februari 2014

Sinergi Peran Akuntan Dan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Meningkatkan


Transparansi Dan Akuntabilitas Pelaporan Keuangan

H0:=0 (Tidak ada pengaruh signifikan alokasi dana pembinaan UKM dengan
peningkatan kesejahteraan masyarakat)
- H1:0 (Ada pengaruh signifikan alokasi dana pembinaan UKM dengan
peningkatan kesejahteraan masyarakat)
Asumsi untuk pengujian hipotesis di atas adalah sebagai berikut:
Terima H0, apabila nilai probabilitas korelasi (sig-2-tailed) > tingkat
signifikan () sebesar 0,05
Tolak H0, apabila nilai probabilitas korelasi (sig-2-tailed) < tingkat signifikan
() sebesar 0,05
Uji hipotesis adalah pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah
kesimpulan pada sampel dapat berlaku untuk populasi (dapat digeneralisasi). Dari
hasil pegolahan data untuk uji hipotesis maka diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4.2.2 (1)
Analisis Determinasi (R2)

Model

R
.366a

Adjusted R
Square

R Square
.134

Std. Error of the


Estimate

.108

2.00732

a. Predictors: (Constant), Alokasi Dana Pembinaan UKM


Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa angka R Square sebesar 0.134 atau
13,4 %. Hal ini menunjukkan Alokasi Dana Pembinaan UKM mampu menjelaskan
sebesar 38.6 % Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat kota Medan.
Tabel 4.2.2 (2)
Uji F (Uji Signifikansi Simultan)
ANOVAb
Model
1

Sum of Squares
Regression

20.575

Df

Mean Square
1

Residual
132.968
33
Total
153.543
34
a. Predictors: (Constant), Alokasi Dana Pembinaan UKM

20.575 5.106

Sig.
.031a

4.029

b. Dependent Variable: Kesejahteraan Masyarakat


Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa F hitung sebesar 5.106,
sedangkan F tabel dengan taraf 5% ketentuan numerator = variabel -l, dan
denumertor = kasus -4 sebesar 4.160, maka dapat disimpulkan bahwa F hitung
sebesar 5.106 > F tabel sebesar 4.160, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya
Ada pengaruh Alokasi Dana Pembinaan UKM terhadap peningkatan

Konferensi Ilmiah Akuntansi 1 2014, IAIKAPd Jakarta Banten


Di Universitas Mercu Buana Jakarta 26-27 Februari 2014

Sinergi Peran Akuntan Dan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Meningkatkan


Transparansi Dan Akuntabilitas Pelaporan Keuangan

Kesejahteraan Masyarakat di kota Medan. Dengan tingkat probabilitas 0.031


(signifikansi), karena probabilitas lebih kecil dari 0.05, maka model regresi dapat
digunakan untuk memprediksi Alokasi Dana Pembinaan UKM bersama-sama
berpengaruh terhadap peningkatan Kesejahteraan masyarakat kota Medan.
Tabel 4.2.2 (3)
Uji F (Uji Signifikansi Parsial)
Coefficientsa

Model

Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error

Standardized
Coefficients
Beta

Sig.

(Constant)
8.827
3.582
2.464 .019
Alokasi Dana
.555
.246
.366 2.260 .031
Pembinaan UKM
a. Dependent Variable: Kesejahteraan Masyarakat
Untuk pengujian hipotesis pengaruh Alokasi Dana Pembinaan UKM
sangat berpengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat kota Medan. Ini
dapat dilihat dari nilai t hitung sebesar 2.260 dengan nilai signifikansi 0,031 <
0,05, sedangkan nilai t tabel pada taraf signifikan 5% sebesar 1.692, oleh karena t
hitung lebih besar dari t tabel maka dapat disimpulkan bahwa koefisien regresi
berpengaruh secara signifikan atau alokasi dana pembinaan UKM
sangat
berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat kota
Medan.
Dari tabel diatas diperoleh Nilai B konstan sebesar 8.827 menyatakan bahwa
jika variabel alokasi dana pembinaan UKM diabaikan, maka peningkatan
kesejahteraan masyarakat kota Medan adalah 8.827, sedangkan nilai B untuk variabel
alokasi dana pembinaan UKM sebesar 0.555 menyatakan bahwa setiap
peningkatan alokasi dana pembinaan UKM maka akan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
Berdasarkan nilai B konstan dan nilai B pada variabel alokasi dana
pembinaan UKM, maka dapat dibuat persamaan regresi sebagai berikut :
Y= a +bX
Y = 8.827 + 0.555X
Dengan demikian alokasi dana pembinaan UKM diperlukan terhadap
peningkatan kesejahteraan masyarakat kota Medan.
Dalam penelitian ini menggunakan alat analisis regresi. Penelitian ini
menggunakan tingkat keyakinan 95% yang berarti alpha yang digunakan sebesar
0,05. Hal ini menunjukkan jika sigf atau p-value < 0,05 maka variabel independen
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
4.2.Pembahasan

Konferensi Ilmiah Akuntansi 1 2014, IAIKAPd Jakarta Banten


Di Universitas Mercu Buana Jakarta 26-27 Februari 2014

Sinergi Peran Akuntan Dan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Meningkatkan


Transparansi Dan Akuntabilitas Pelaporan Keuangan

Hasil dari hipotesis dapat dilihat bahwa alokasi dana pembinaan UKM
berpengaruh secara signifikan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan
melihat taraf signifikansinya yaitu sebesar 0,031. Hubungan yang ditunjukkan oleh
koefisien regresi adalah positif 0.134 artinya semakin tinggi alokasi dana
pembinaan UKM yang diberikan maka kesejahteraan masyarakat akan semakin
meningkat. Dilihat dari koefisien determinasinya, pengaruh alokasi dana
pembinaan UKM dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat sebesar 13,4 %
atau 13 % yang menunjukkan bahwa kesejahteraan masyarakat dijelaskan oleh
alokasi dana pembinaan UKM sedangkan sisanya 87% (100% - 13%) dijelaskan
oleh faktor lain yang berasal dari luar model regresi ini.
Bila dilihat dari nilainya mungkin pengaruh dengan nilai13% sangat kecil
terhadap kesejahteraan masyarakat kota Medan. Namun kondisi ini mengisyaratkan
bahwa alokasi dana pembinaan UKM di kota Medan sudah dijalankan, begitu juga
pembinaan atas UKM sudah berjalan walaupun masih belum maksimal. Hal ini
disebabkan oleh banyak faktor seperti kurangnya informasi pada para pelaku UKM,
birokrasi yang terkadang belum jelas, dan persyaratan-perayaratan yang ditentukan.
Merujuk dari Trihandayani (2003) yang menyatakan bahwa peran serta
dalam perguliran dana Pembinaan Usaha Kecil Menengah sangat diperlukan
dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian semua pihak
yang terlibat dalam pembinaan usaha kecil menengah harus memberikan
dukungannya kepada pelaku usaha sehingga mereka dapat meningkatkan
kesejahteraan hidupnya.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat kita ketahui bahwa ada pengaruh
alokasi dana pembinaan UKM terhadap kesejahteraan masyarakat khususnya di kota
Medan. Ini mengisyaratkan bahwa dengan adanya alokasi dana pembinaan kepada
UKM maka para pelaku UKM tersebut dapat menjalankan usahanya dengan modal
yang cukup. Dengan modal yang cukup maka para UKM tidak perlu melakukan
peminjaman dana untuk modal usaha sehingga mereka tidak perlu memikirkan
pengembalian pinjaman dan bunganya. Dengan demikian maka keuntungan yang
diperoleh dapat dikelola untuk meningkatkan usahanya dan juga kesejahteraan
pelaku UKM tersebut. Bila pelaku UKM tersebut sejahtera maka masyarakat juga
akan meningkat kesejahteraannya. Untuk itu pemerintah maupun swasta masih
sangat perlu melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap alokasi dana
pembinaan UKM ini, agar kesejahteraan masyarakat dapat meningkat.

5. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan
Berbagai tahapan penelitian telah dilakukan untuk menjawab rumusan
masalah yang telah diungkapkan sebelumnya, maka dari hasil perolehan data dan
pengolahan data, hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Alokasi dana pembinaan usaha kecil menengah di kota Medan telah dilakukan
dengan baik, hal ini terlihat dari pernyataan responden yang telah menerima dana
Konferensi Ilmiah Akuntansi 1 2014, IAIKAPd Jakarta Banten
Di Universitas Mercu Buana Jakarta 26-27 Februari 2014

Sinergi Peran Akuntan Dan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Meningkatkan


Transparansi Dan Akuntabilitas Pelaporan Keuangan

usaha kecil menengah. Pernyataan mereka sebahagian besar setuju dan


menyatakan sangat setuju.
2. Dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat juga sudah terlaksana dengan
cukup baik, hal ini terlihat dari pernyataan para responden yang menyatakan
sangat sangat setuju dan setuju sedangkan selebihnya menyatakan sangat tidak
setuju tentang kesejahteraan masyarakat mulai dari peningkatan pendapatan,
peningkatan kesehatan samapai kemapuan memenuhi kebutuhan hidup.
3. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa alokasi dana pembinaan UKM
berpengaruh secara positif terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat kota
Medan.
5.2. Saran
Sebagaimana diketahui bahwa alokasi dana pembinaan usaha kecil
menengah memiliki pengaruh dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat maka
sebaiknya pemerintah dan lembaga-lembaga terkait lainnya lebih meningkatkan
pengawasan dalam melakukan alokasi dana untuk pembinaan UKM tersebut. Selain
itu juga harus ditingkatkan kegiatan untuk pembinaan usaha kecil menengah yang ada
sehingga dana yang dialokasikan tersebut benar benar dapat digunakan untuk
meningkatkan usaha mereka. Dengan meningkatnya usaha tersebut diharapkan dapat
pula meningkatkan penghasilan masyarakat baik itu pelaku usaha maupun masyarakat
sekitar.
Penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperluas area survey dan jumlah
sampel yang digunakan atau mencoba dengan responden yang lebih banyak atau para
pelaku usaha kecil menengah diluar kota Medan.
DAFTAR PUSTAKA
Basri, Yuswar Zainul dan Mulyadi Subri, 2005. Keuangan Negara dan Analisis
Kebijakan Utang Luar Negeri. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Bazwir, Revvisoynd, 1999. Akuntansi Pemerintah Indonesia. Edisi Tiga BPFE
Yogyakarta.
Ichsan,M, Ratih., dan Trilaksono,N, 1997. Administrasi Keuangan Daerah:
pengelolaan dan penyusunan APBD. Brawijaya University Pers, Malang.
Indra ismawan, 2001. Sukses diEra Ekonomi Liberal. Grasindo, Jakarta.
Indriantoro, Nur dan Supomo, Bambang, 1999. Metodologi Penelitian Bisnis untuk
Akuntansi dan Manajemen. BPFE, Yogyakarta.
Loekman Soetrisno, 1995. Menuju Masyarakat Partisipatif. Yogjakarta.
Mardiasmo, 2002. Akuntansi Sektor Publik. Andi, Yogyakarta.
_________, 2002. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Andi, Yogyakarta.
Mariarosa Dalla Costa, 2000. Politik Strategi Ekonomi Internasional.Kalianamita,
Jakarta.
Muklis Rasyid, 1998.KUK ditengah gejolak moneter. Jakarta.
Mohammad IkhSan, 1997. Profil Usaha Kecil dan Kebijakan Kredit Perbankan di
Indonesia. LPM FE - UI, Jakarta.

Konferensi Ilmiah Akuntansi 1 2014, IAIKAPd Jakarta Banten


Di Universitas Mercu Buana Jakarta 26-27 Februari 2014

Sinergi Peran Akuntan Dan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Meningkatkan


Transparansi Dan Akuntabilitas Pelaporan Keuangan

Republik Indonesia, 2001. Peraturan Pemerintah No. 105 Tahun 2000 tentang
Pengelolahan
dan
Pertanggung
Jawaban
Anggaran.
http://www.bakd.depdagri.go.id
________________ , 2001. Keputusan Presiden No. 74 Tahun 2001 Tentang
Tatacara
Pengawasan
Penyelenggaraan
Pemerintahan
Daerah.
http://www.bpkp.go.id
, 2004. Undang-undang No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara. Pustaka Pergaulan. Jakarta.

Konferensi Ilmiah Akuntansi 1 2014, IAIKAPd Jakarta Banten


Di Universitas Mercu Buana Jakarta 26-27 Februari 2014

Você também pode gostar