Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PADANG
Seharusnya tidak perlu ada kontroversial untuk sekedar membedakan apakah itu
alamiah (=colonnade) atau manmade. Dari prinsip di atas, tinggal diteliti saja
bagaimana hubungan antara arah kolom-kolom dengan kedudukan bidang
lapisan/permukaannya. Mudah bukan? Tidak sulit memang, tapi seorang ahli
geologi harus melihat sendiri permukaan susunan batu-batu kolom tersebut di
kotak gali (lubang eskavasi). Kemudian, kedudukan bidang lapisan/permukaan
dapat terlihat dari penampang radargram (hasil survey georadar) atau/dan
penampang geolistrik ( struktur lapisan batuan berdasarkan perbedaan sifat
resistivitas listriknya). Seorang ahli gunung api yang berpengalaman sekalipun
apabila belum pernah melihat sendiri data bawah permukaan dari kotak gali
(eskavasi) arkeologi atau/dan tidak punya data georadar dan/atau geolistrik akan
menjadi tidak mudah untuk menginterpretasikan apa-apa. Paling hanya bisa
mengira-ngira saja berdasarkan data geologi di permukaan dan bentang
alamnya. Dengan kata lain, sangat aneh apabila ada ahli geologi dan gunung
api senior yang sesumbar bahwa mereka yakin benar di bawah tanah Gunung
Padang pasti lapisan geologi alamiah sehingga menganjurkan agar penelitian
tidak diteruskan, padahal mereka tidak pernah lihat kotak gali dan tidak
melakukan survey bawah permukaan.
Faktanya, susunan rapi batu-batu kolom yang tersingkap pada kotak gali di teras
1 (yang dieskavasi oleh Balai Arkeologi tahun 2005) dan pada kotak gali di lereng
timur (dieskavasi tahun 2012 dan 2013 oleh Arkenas dan Dr, Ali Akbar-UI)
mempunyai kedudukan persis sama berarah (sub) horisontal, barat-timur.
Susunan batu-kolom yang sama sebenarnya terlihat diantara tumpukan serakan
batubatu kolom pada dinding antara teras 1 dan 2. Permukaan susunan batubatu kolom tersebut jelas terlihat rata-horisontal ketika di kotak gali. Kemudian
dari penampang georadar dan geolistrik bidang lapisannya jelas juga horisontal
atau sejajar permukaan tanah. Artinya posisi susunan kolom-kolom batu
terhadap bidang lapisan/permukaan Searah TIDAK TEGAK LURUS. Dari data bor
diketahui juga bahwa lapisan susunan batu-batu kolom tersebut berada di atas
hamparan lapisan pasir kerikil dengan ketebalan beberapa puluh sentimeter
pada kedalaman sekitar 4-5 meter di bawah situs. Di bawah lapisan pasir
tersebut masih terdapat susunan batu kolom tapi dengan pola yang berbeda
sampai kedalaman 15-16 meter, tidak disusun horisontal tapi kebanyakan
miring, membentuk sudut terhadap bidang permukaan/lapisannya. Diantara
kolom-kolomnya juga terdapar material halus seperti yang di atasnya. Jadi jelas
susunan batu-batu kolom di bawah tanah ini tidak dalam posisi alamiah alias
bukan collonade tapi sudah hasil susunan manusia (manmade). Loud an clear!
Gambar 3. Kotak Gali Tim mandiri Terpadu Dr. Ali Akbar Arkeolog UI, Maret
2013.
Bagaimana dengan kerak lempung diantara kolom-kolom batu tersebut? Ini
fenomena menarik, tapi tidak perlu dikaitkan dengan masalah apakah susunan
batu kolom ini alamiah atau manmade, karena hanya dari arah kolom dan
kedudukan lapisannyas aja sudah cukup untuk mebedakannya. Kerak lempung
itu batasnya tegas dengan permukaan segar batu-batu kolom, tidak terlihat ada
transisi pelapukan. Demikian juga tidak ditemukan ada indikasi pelapukan
mekanis (=gejala pelapukan mengulit bawang atau pengelupasan dari
permukaan batu kolomnya lapis demi lapis akibat interaksi dengan udara dan
air). Kemudian balutan kerak lempung itu terlihat teratur merata dan ditemukan
terus dikotak gali sampai kedalaman 4 meter. Kerak lmpung ini malah terlihat
menjadi lebih pejal dan tidak tembus air atau impermeable. Hasil lab
memperlihatkan material ini bukan didominasi lempung tapi malah terdiri dari
45% mineral besidan 41% mineral silika, sisanya baru lempung dan sedikit unsur
karbon. Komposisi yang aneh untuk material alamiah atau hasil pelapukan.
Lebih aneh lagi, dari data bor, kita tahu bahwa kerak lempung ini masih juga
didapatkan di kedalaman sampai 15 meter! Itulah sebabnya kerak lempung ini
lebih pas kalau disebut sebagai semen purba.
Harusnya tidak ada lagi perdebatan? Ternyata tidak juga. Dalam seminar-diskusi
antara Tim Mandiri Terpadu dan Tim Petisi 34 di Kantor Kemendikbud yang
dipimpin oleh Pak Dirjen. Saya diantaranya mempresentasikan apa-apa yang
diuraikan di atas. Ketika itu hadir dan presentasi seorang Ahli Gunung Api senior
tersebut di atas. Setalah saya presentasi, tanpa di sangka-sangka Sang Ahli
Gunung Api ini kelihatannya masih tetap teguh pada keyakinannya bahwa tidak
bisa menyimpulkan lapisan susunan batu kolom ini sebagai tidak alamiah karena
di alam arah-arah kolom bisa macam-macam katanya, kemudian dia
memberikan contoh dari tempat lain yang memperlihatkan singkapan susunan
batu kolom yang posisinya horisontal teratur dan juga contoh singkapan batu
kolom yang terlihat acak (= entablature). Saya mulai agak tidak sabar karena
merasa dengan semena-mena digurui. Kemudian saya nyeletuk ketika
diperlihatkan singkapan batu-batu kolom yang posisinya horisontal tersebut,
saya bilang yang itu pasti merupakan bagian dari intrusi batuan magma yang
kedudukannya vertikal. Tapi anenya dia malah menukas: bagaimana anda bisa
tahu? Nah...lho, giliran saya yang kemudian menjawab setengah bingung:
tentu saja, karena keduduukan kolom-kolomnya kan horisontal. Setelah itu
saya jadi membatin sendiri, masa iya sih seorang ahli gunung api tidak tahu
tentang prinsip dasar columnar joints alamiah ini? Atau barangkali dia hanya
pura-pura tidak tahu? Atau mungkin juga karena sudah sangat lama tidak aktif
melakukan penelitian sehingga lupa? entahlah.
DAFTAR PUSTAKA:
http://volcano.oregonstate.edu/education/facts/col_joint.html
http://www.glgarcs.net/topics/columnar/columnar_2.html