Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Internal Audit Charter adalah dokumen formal, disetujui oleh komite audit , untuk
menggambarkan misi, independensi, objektivitas, lingkup, tanggungjawab, otoritas,
akuntabilitas dan standar-standar fungsi audit internal untuk suatu perusahaan
Argumen atau manfaat yang mendukung desentralisasi meliputi:
proyek. Dari perspektif audit internal, kegiatan ini dapat berkisar dari tinjauan
individu untuk melaksanakan program berkelanjutan kegiatan audit internal.
3. Mengontrol. Sebuah set berkelanjutan proses harus berada di tempat untuk
memantau penyelesaian sesuai unsur-unsur proyek, menentukan bahwa
anggaran dan tujuan terpenuhi. Ini bisa menjadi komponen penting dalam
manajemen audit internal secara keseluruhan.
4. Penutup. Proses akhir membutuhkan membungkus usaha proyek,
memberikan komponen proyek serta meringkas dan melaporkan hasil proyek.
Bagi banyak kegiatan audit internal, penutupan terdiri dari menghasilkan
laporan audit internal.
KERTAS KERJA AUDIT INTERNAL
Kertas kerja audit (KKA) merupakan catatan-catatan yang dibuat dan data-data
yang dikumpulkan auditor secara sistematis pada saat melaksanakan tugas audit.
Untuk memberikan gambaran yang lengkap terhadap peroses audit, KKA harus
mencerminkan langkah-langkah kerja audit yang ditempuh, pengujian-pengujian
yang dilakukan, informasi yang diperoleh, kesimpulan hasil audit.
FAKTOR-FAKTOR YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM PEMBUATAN KERTAS
KERJA YANG BAIK.
Ada lima faktor yang harus diperhatikan:
1.
Lengkap
a.
Berisi semua imformasi yang pokok, menentuakn komposisi semua data
penting yang dicamtumkan dalam kertas kerja.
b.
Tidak memerlukan tambahan penjelasan secara lisan. Artinya kertas kerja
harus jelas dapat berbicara sendiri, harus berisi imformasi yang lengkap, tidak berisi
imformasi yang belum jelas atau pertanyaan yang belum dijawab.
2.
Teliti
Ringkas
Kertas kerja harus dibatasi pada imformasi yang pokok-pokok saja yang relevan
dengan tujuan pemeriksaan yang dilakukan serta disajikan dengan ringkas . untuk
menghindari rincian-rincian yang tidak perlu. Analisis yang perlukan oleh seorang
akuntan harus merupakan peringkasan dan penapsiran data dan bukan hanya
merupakan penyalinan catatan klien kedalam kertas kerja.
4.
Jelas
Kejeasan dalam imformasi kepada pihak-pihak yang akan memeriksa kertas kerja
perlu diusahakan oleh akuntan. Penggunaan ini istilah yang menimbulkan arti ganda
perlu dihindari. Penyajian imformasi secara sistematik perlu dilakukan.
5.
Rapi
Kerapian dalam pembuatan kertas kerja dan keteraturan penyusunan kertas kerja
akan membantu akuntan senior dalam menelaah hasil pekerjaan stafnya serta
memudahkan memperoleh imformasi dari kertas kerja tersebut.
saldo-saldo akun buku besar pada akhir tahun yg diaudit dan pada akhir
tahun sebelumnya
operasional
yg
Fraud Triangle
Semua organisasi, apapun jenis, bentuk, skala operasi dan kegiatannya memiliki
risiko terjadinya fraud atau kecurangan. Fraud atau kecurangan tersebut, selain
memberi keuntungan bagi pihak yang melakukannya, membawa dampak yang
cukup fatal, seperti misalnya hancurnya reputasi organisasi, kerugian organsisasi,
kerugian keuangan Negara, rusaknya moril karyawan serta dampak-dampak negatif
lainnya.
Maraknya berita mengenai investigasi terhadap indikasi penyimpangan (fraud) di
dalam perusahaan dan juga pengelolaan negara di surat kabar dan televisi semakin
membuat sadar bahwa kita harus melakukan sesuatu untuk membenahi
ketidakberesan tersebut. Walaupun saat ini sorotan utama sering terjadi pada
manajemen puncak perusahaan, atau terlebih lagi terhadap pejabat tinggi suatu
instansi, namun sebenarnya penyimpangan perilaku tersebut bisa juga terjadi di
berbagai lapisan kerja organisasi.
Defenisi Fraud
Secara harafiah fraud didefenisikan sebagai kecurangan, namun pengertian ini telah
dikembangkan lebih lanjut sehingga mempunyai cakupan yang luas. Blacks Law
Dictionary Fraud menguraikan pengertian fraud mencakup segala macam yang
dapat dipikirkan manusia, dan yang diupayakan oleh seseorang, untuk
mendapatkan keuntungan dari orang lain dengan saran yang salah atau pemaksaan
kebenaran, dan mencakup semua cara yang tidak terduga, penuh siasat. Licik,
tersembunyi, dan setiap cara yang tidak jujur yang menyebabkan orang lain tertipu.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa fraud adalah perbuatan curang (cheating)
yang berkaitan dengan sejumlah uang atau properti.
Berdasarkan defenisi dari The Institute of Internal Auditor (IIA), yang dimaksud
dengan fraud adalah An array of irregularities and illegal acts characterized by
intentional deception: sekumpulan tindakan yang tidak diizinkan dan melanggar
hukum yang ditandai dengan adanya unsur kecurangan yang disengaja.
Ada enam ranting yang muncul dari cabang corruption. Bandingkan ini dengan 30
(tiga puluh) jenis tindak pidana korupsi dalam ketentutan perundang-undangan
Indonesia. Cabang kedua adalah Asset Misappropriation yang dapat diartikan secara
bebas sebagai penjarahan kekayaan perusahaan atau lembaga. Kita bisa
membayangkan banyaknya jenis fraud dalam cabang ini, mulai dari pencurian uang
secara terbuka (larceny), pencurian dan penyalahgunaan (misuse) harta lembaga,
sampai pada larceny secara tidak langsung (rekening bank atas nama pejabat).
Cabang ketiga (Fraudulent Statement) merupakan fraud yang dilakukan dengan
menggunakan cara-cara akuntansi seperti earning managemen dan, windows
dressing. Kausus Enron merupakan contoh nyata dari tipe Fraud ini.
Sedangkan Delf (2004) menambahkan satu lagi tipologi fraud yaitu cybercrime. Ini
jenis fraud yang paling canggih dan dilakukan oleh pihak yang mempunyai keahlian
khusus yang tidak selalu dimiliki oleh pihak lain. Cybercrime juga akan menjadi jenis
fraud yang paling ditakuti di masa depan dimana teknologi berkembang dengan
pesat dan canggih.
Motivasi Melakukan Fraud
Pada umumnya fraud terjadi karena tiga hal yang mendasarinya terjadi secara
bersama, yaitu:
1. Insentif atau tekanan untuk melakukan fraud
2. Peluang untuk melakuakn fraud
3. Sikap atau rasionalisasi untuk membenarkan tindakan fraud.
Ketiga faktor tersebut digambarkan dalam segitiga fraud (Fraud Triangle) berikut:
Opportunity
biasanya muncul sebagai akibat lemahnya pengendalian inernal di organisasi
tersebut. Terbukanya kesempatan ini juga dapat menggoda individu atau kelompok
yang sebelumnya tidak memiliki motif untk melakukan fraud.
Pressure atau motivasi pada sesorang atau individu akan memebuat mereka
mencari kesempatan melakukan fraud, beberapa contoh pressure dapat timbul
Faktor generic
Faktor individu
Moral, faktor ini berhubungan dengan keserakahan (greed).
Terdapat peningkatan jumlah ayat jurnal penyesuaian pada akhir tahun buku.
2.
Penghancuran,
pembayaran;
Faktur ganda;
penghilangan,
pengrusakan
dokumen
pendukung
Penjudi berat;
Peminum berat;
Bekerja tenang, bekerja keras, bekerja melampaui jam kerja, sering bekerja
sendiri.
Transaction Level Control Process yang dilakukan oleh auditor internal, pada
dasarnya adalah proses yang lebih bersifat preventif dan pengendalian yang
bertujuan untuk memastikan bahwa hanya transaksi yang sah, mendapat otorisasi
yang memadai yang dicatat dan melindungi perusahaan dari kerugian.
Retrospective Examination yang dilakukan oleh Auditor Eksternal diarahkan
untuk mendeteksi fraud sebelum menjadi besar dan membahayakan perusahaan.
Investigation and Remediation yang dilakukan forensik auditor. Peran auditor
forensik adalah menentukan tindakan yang harus diambil terkait dengan ukuran
dan tingkat kefatalan fraud, tanpa memandang apakah fraud itu hanya berupa
pelanggaran kecil terhdaap kebijakan perusahaan ataukah pelanggaran besar yang
berbentuk kecurangna dalam laporan keuangan atau penyalahgunaan aset.
Mengapa Pencegahan?
Keberhasilan kegiatan memerangi fraud, setelah korupsi terjadi adalah suatu ironi
tersendiri dalam upaya penanggualan fraud karena semakin banyak mendeteksi
dan menyelesaikan kasus berindikasi fraud, bukan merupakan kondisi umum yang
dikehendaki masyarakat, sebab pada dasarnya kejadian fraud bukanlah kejadian
yang dikehendaki masyarakat.
Pencegahan fraud bisa dianalogikan dengan penyakit, yaitu lebih baik dicegah dari
pada diobati. Jika menunggu terjadinya fraud baru ditangani itu artinya sudah ada
kerugian yang terjadi dan telah dinikmati oleh pihak terntu, bandingkan bila kita
berhasil mencegahnya, tentu kerugian belum semuanya beralih ke pelaku fraud
tersebut. Dan bila fraud sudah terjadi maka biaya yang dikeluarkan jauh lebih besar
untuk memulihkannya daripada melakukan pencegahan sejak dini.
Untuk melakukan pencegahan, setidaknya ada tiga upaya yang harus dilakukan
yaitu (1) membangun individu yang didalamnya terdapat trust and openness,
mencegah benturan kepentingan, confidential disclosure agreement dan corporate
security contract. (2) Membangun sistem pendukung kerja yang meliputi sistem
yang terintegrasi, standarisasi kerja, aktifitas control dan sistem rewards and
recognition. (3) membangun sistem monitoring yang didalamnya terkandung
control self sssessment, internal auditor dan eksternal auditor
Peran Internal Auditor
Pendeteksian fraud oleh auditor internal merupakan salah satu peran dari kegiatan
internal auditing yang dijalankan dalam organisasi. Standards No. 1210.A2
menyatakan sebagai berikut: The internal auditor should have sufficient
knowledge to identify the indicators of fraud but is not expected to hace the
expertise of a person whose primary responsibility is detecting and investigating
fraud.
Sebagai perusahan publik yang juga melantai di bursa internasional (NYSE dan LSE)
Telkom berupaya mewujudkan tata kelola perusahaan yang bersih sebagai mana
tuntutan dari aturan Sarbanes Oxley Act (SOA) yang dianut Telkom Grup. Telkom
secara berkala terus mengeluarkan berbagai program yang memastikan
kesempatan berbuat curang (fraud) itu tertutup. Didalam program anti fraud
tersebut terdapat code of ethics, whistleblower policy, organization structure dan
Human Resource Policy.
Artinya, akuntansi yang dapat bertahan dalam kancah perseteruan selama proses
pengadilan, atau dalam proses peninjauan judicial atau administratif.
Dengan demikian, Audit Forensik bisa didefinisikan sebagai tindakan
menganalisa dan membandingkan antara kondisi di lapangan dengan criteria, untuk
menghasilkan informasi atau bukti kuantitatif yang bisa digunakan di muka
pengadilan.
Karena sifat dasar dari audit forensik yang berfungsi untuk memberikan bukti
di muka pengadilan, maka fungsi utama dari audit forensik adalah untuk melakukan
audit investigasi terhadap tindak kriminal dan untuk memberikan keterangan saksi
ahli (litigation support) di pengadilan.
Audit Forensik dapat bersifat proaktif maupun reaktif. Proaktif artinya audit
forensik digunakan untuk mendeteksi kemungkinan-kemungkinan risiko terjadinya
fraud atau kecurangan. Sementara itu, reaktif artinya audit akan dilakukan ketika
ada indikasi (bukti) awal terjadinya fraud. Audit tersebut akan menghasilkan red
flag atau sinyal atas ketidakberesan. Dalam hal ini, audit forensik yang lebih
mendalam dan investigatif akan dilakukan.
2.2 Perbandingan
(Keuangan)
antara
Audit
Forensik
dengan
Audit
Audit Tradisional
Audit Forensik
Waktu
Berulang
Tidak berulang
Lingkup
Laporan
umum
Keuangan
Tradisional
secara
Spesifik
Hasil
Opini
Membuktikan
(kecurangan)
Hubungan
Non-Adversarial
Adversarial
hukum)
Metodologi
Teknik Audit
Eksaminasi
Standar
Standar Audit
Standar
Positif
Praduga
Professional Scepticism
Bukti awal
Audit
fraud
(Perseteruan
dan
Hukum
Perbedaan yang paling teknis antara Audit Forensik dan Audit Tradisional
adalah pada masalah metodologi. Dalam Audit Tradisional, mungkin dikenal ada
beberapa teknik audit yang digunakan. Teknik-teknik tersebut antara lain adalah
prosedur analitis, analisa dokumen, observasi fisik, konfirmasi, review, dan
sebagainya. Namun, dalam Audit Forensik, teknik yang digunakan sangatlah
kompleks.
Teknik-teknik yang digunakan dalam audit forensik sudah menjurus secara
spesifik untuk menemukan adanya fraud. Teknik-teknik tersebut banyak yang
bersifat mendeteksi fraud secara lebih mendalam dan bahkan hingga ke level
mencari tahu siapa pelaku fraud. Oleh karena itu jangan heran bila teknik audit
forensik mirip teknik yang digunakan detektif untuk menemukan pelaku tindak
kriminal. Teknik-teknik yang digunakan antara lain adalah metode kekayaan bersih,
penelusuran jejak uang / aset, deteksi pencucian uang, analisa tanda tangan,
analisa kamera tersembunyi (surveillance), wawancara mendalam, digital forensic,
dan sebagainya.
Penilaian risiko terjadinya fraud atau kecurangan adalah penggunaan ilmu audit
forensic yang paling luas. Dalam praktiknya, hal ini juga digunakan dalam
perusahaan-perusahaan swasta untuk menyusun sistem pengendalian intern yang
memadai. Dengan dinilainya risiko terjadinya fraud, maka perusahaan untuk
bisa
menutup
celah-celah
yang
Dalam hal ini, audit forensik digunakan untuk mendeteksi dan membuktikan adanya
fraud dan mendeteksi pelakunya. Dengan demikian, pelaku bisa ditindak secara
hukum yang berlaku. Jenis-jenis fraud yang biasanya ditangani adalah korupsi,
pencucian uang, penghindaran pajak, illegal logging, dan sebagainya.
Audit forensik juga bisa digunakan untuk mendeteksi dan menghitung kerugian
keuangan negara yang disebabkan tindakan fraud.
Seorang auditor forensik bisa menjadi saksi ahli di pengadilan. Auditor Forensik
yang berperan sebagai saksi ahli bertugas memaparkan temuan-temuannya terkait
kasus yang dihadapi. Tentunya hal ini dilakukan setelah auditor menganalisa kasus
dan data-data pendukung untuk bisa memberikan penjelasan di muka pengadilan.
Uji tuntas atau Due diligence adalah istilah yang digunakan untuk penyelidikan
guna penilaian kinerja perusahaan atau seseorang , ataupun kinerja dari suatu
kegiatan guna memenuhi standar baku yang ditetapkan. Uji tuntas ini biasanya
digunakan untuk menilai kepatuhan terhadap hukum atau peraturan.
Dalam praktik di Indonesia, audit forensik hanya dilakukan oleh auditor BPK, BPKP,
dan KPK (yang merupakan lembaga pemerintah) yang memiliki sertifikat CFE
(Certified Fraud Examiners). Sebab, hingga saat ini belum ada sertifikat legal untuk
audit forensik dalam lingkungan publik. Oleh karena itu, ilmu audit forensik dalam
penerapannya di Indonesia hanya digunakan untuk deteksi dan investigasi fraud,
deteksi kerugian keuangan, serta untuk menjadi saksi ahli di pengadilan. Sementara
itu, penggunaan ilmu audit forensik dalam mendeteksi risiko fraud dan uji tuntas
dalam perusahaan swasta, belum dipraktikan di Indonesia.
Penggunaan audit forensik oleh BPK maupun KPK ini ternyata terbukti memberi
hasil yang luar biasa positif. Terbukti banyaknya kasus korupsi yang terungkap oleh
BPK maupun KPK. Tentunya kita masih ingat kasus BLBI yang diungkap BPK. BPK
mampu mengungkap penyimpangan BLBI sebesar Rp84,8 Trilyun atau 59% dari
total BLBI sebesar Rp144,5 Trilyun. Temuan tersebut berimbas pada diadilinya
beberapa mantan petinggi bank swasta nasional. Selain itu juga ada audit
investigatif dan forensik terhadap Bail out Bank Century yang dilakukan BPK
meskipun memberikan hasil yang kurang maksimal karena faktor politis yang
sedemikian kental dalam kasus tersebut.
Dalam tahap ini, auditor akan melakukan pembahasan bersama klien terkait
lingkup, kriteria, metodologi audit, limitasi, jangka waktu, dan sebagainya. Hal ini
dilakukan untuk membangun kesepahaman antara auditor dan klien terhadap
penugasan audit.
Pemeriksaan pendahuluan
Dalam tahap ini, auditor melakukan pengumpulan data awal dan
menganalisanya. Hasil pemeriksaan pendahulusan bisa dituangkan menggunakan
matriks 5W + 2H (who, what, where, when, why, how, and how much). Investigasi
dilakukan apabila sudah terpenuhi minimal 4W + 1H (who, what, where, when, and
how much). Intinya, dalam proses ini auditor akan menentukan apakah investigasi
lebih lanjut diperlukan atau tidak.
Pengembangan rencana pemeriksaan
Dalam tahap ini, auditor akan menyusun dokumentasi kasus yang dihadapi,
tujuan audit, prosedur pelaksanaan audit, serta tugas setiap individu dalam tim.
Setelah diadministrasikan, maka akan dihasilkan konsep temuan. Konsep temuan ini
kemudian akan dikomunikasikan bersama tim audit serta klien.
Pemeriksaan lanjutan
Dalam tahap ini, auditor akan melakukan pengumpulan bukti serta
melakukan analisa atasnya. Dalam tahap ini lah audit sebenarnya dijalankan.
Auditor akan menjalankan teknik-teknik auditnya guna mengidentifikasi secara
meyakinkan adanya fraud dan pelaku fraud tersebut.
Penyusunan Laporan
Pada tahap akhir ini, auditor melakukan penyusunan laporan hasil audit
forensik. Dalam laporan ini setidaknya ada 3 poin yang harus diungkapkan. Poinpoin tersebut antara lain adalah:
1.
2. Kriteria, yaitu standar yang menjadi patokan dalam pelaksanaan kegiatan. Oleh
karena itu, jika kondisi tidak sesuai dengan kriteria maka hal tersebut disebut
sebagai temuan.
3. Simpulan, yaitu berisi kesimpulan atas audit yang telah dilakukan. Biasanya
mencakup sebab fraud, kondisi fraud, serta penjelasan detail mengenai fraud
tersebut.