Você está na página 1de 3

GEJALA KLINIS

Adapun gejala klinis akibat dari alergi makanan, antara lain:

Gambar
4. Gejala Klinis Alergi Makanan7
DIAGNOSIS
Penegakan diagnosis mengenai alergi makanan, dapat ditegakkan dari anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
a. Anamnesis

Diagnosis alergi makanan bisa didapatkan dengan menggali riwayat alergi pada
pasien sebelumnya dan juga riwayat alergi dalam keluarga. Ada pula beberapa pertanyaan
yang dapat membantu dalam diagnosis, antara lain: 1). Apakah reaksi muncul tiap kali
pasien mengkonsumsi makanan yang dicurigai menyebabkan alergi? Jika tidak maka
kemungkinan makanan tersebut bukan penyebab alergi. 2). Berapa lama gejala muncul
setelah pasien mengkonsumi makanan yang dicurigai menyebabkan alergi? Reaksi
diperantarai IgE biasanya muncul dalam waktu beberapa menit sampai 2,5 jam kemudian
sementara reaksi tidak diperantarai IgE (diperantarai sel T) dapat berlangsung 4 jam
sampai 5-7 hari kemudian. Selain itu, dapat juga digali mengenai riwayat sakit
sebelumnya, seperti: dermatitis atopic, asma, dan lain sebagainya.1,8
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dapat berfungsi untuk mengevaluasi sistem kulit, saluran cerna, dan
sistem respirasi. Pada pasien yang dicurigai menderita alergi makanan, kulit harus diperiksa
dengan cermat dengan memfokuskan pada tanda-tanda seperti pruritus, papulovesikel
eritema dengan ekskoriasi, eksudat serosa, xerosis, likenifikasi, papul, dan keratosis pilaris.
Distribusi dan reaksi kulit juga penting untuk diperhatikan. Pada bayi dan anak umumnya lesi
ditemukan di daerah wajah, leher dan ekstremitas bagian ekstensor. Sedangkan anak yang
lebih besar biasanya didapatkan likenifikasi atau rash yang terlokalisir di ekstremitas bagian
fleksor. Dan orang-orang dengan dermatitis atopic, yakni sekitar >34% dari pasiennya
biasanya memiliki alergi terhadap makanan.8
Langkah selanjutnya adalah dengan melalukan pendekatan dengan melihat reaksi yang
dapat dikategorikan apakah termasuk ke dalam reaksi alergi atau intoleransi makanan. Jika
reaksi dicurigai karena reaksi alergi maka reaksi dikategorikan lagi menjadi reaksi diperantari
IgE atau reaksi tidak diperantarai IgE. Untuk membedakan kedua reaksi tersebut dapat
dilakukan dengan mencermati kembali hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik. Onset cepat
(<4 jam) cenderung mengarah ke diagnosis reaksi alergi diperantarai IgE sementara onset
lama (6-48 jam atau kronik) cenderung mengarah ke diagnosis reaksi alergi tidak diperantarai
IgE. Adanya gejala dan tanda klasik reaksi diperantarai IgE seperti urtikaria, angioedema,
dan anafilaksis mengarahkan diagnosis ke reaksi alergi yang diperantarai IgE sementara
adanya gejala gastrointestinal seperti mual, muntah, nyeri perut, atau diare tanpa gejala

lainya atau tanda dermatitis atopik pada pemeriksaan fisik maka mengarahkan diagnosis ke
reaksi alergi tidak diperantarai IgE.8
c. Pemeriksaan Penunjang
Terdapat 2 metode yang digunakan untuk mengukur IgE spesifik pada hipersensitivitas
tipe cepat, yakni dengan skin prick test dan in vitro serum spesifik IgE tes, yang biasa disebut
dengan imunoCAP FEIA Test. RAST Test merupakan metode yang tidak selalu digunakan,
tetapi terkadang masih digunakan untuk menjelaskan pemeriksaan spesifik serum IgE secara
umum. Pemeriksaan ini memiliki sensitifitas yang tinggi (>90%) tetapi memiliki spesifisitas
sedang (50%). Bagaimanapun skrining ini tidak seharusnya digunakan tanpa adanya riwayat
yang mendukung karena tingginya angka positif palsu. Pemeriksaan ini hanya dapat
digunakan ketika kecurigaan klinis sangat tinggi untuk alergi makanan.8

Você também pode gostar