Você está na página 1de 32

BAB 5

ANALISA DAN SISTEM


PENGENDALIAN BANJIR

5.1. IDENTIFIKASI BANJIR RAWABANGUN


Dari data dan informasi masyarakat, diketahui banjir yang terjadi di Das
Rawabangun yatu hanya terjadi pada kawasan kampung Rawabangun yang
merupakan daerah rawan banjir.
Seperti

diuraikan

pada

bab

sebelumnya,

maka

permasalahan

banjir

Rawabangun dapat diidentifikasikan sebagai berikut;

Kondisi Topografi terutama di Kawasan kampung Rawabangun yang


relatif rendah berbentuk cekungan, dan merupakan titik dimana terjadinya
perubahan kemiringan sungai dari agak curam menjadi landai.

Kampung rawabangun terletak pada pusat aliran dimana pertemuan


sungai ada di daerah ini atau disebut sebagai titik konsentrasi.

Kapasitas sungai yang semakin menurun dan tidak sesuai dengan debit
yang dihasilkan dari Das Rawabangun.

Sebagian Ruas Sungai yang tertutup oleh sedimen dan tanaman


penganggu serta adanya bangunan di atas badan sungai.

Adanya

Pembuangan

sampah

ke

badan

sungai

dan

terjadinya

pendangkalan di muara sungai oleh sedimentasi lumpur.

Pemukiman yang sudah terlanjur padat pada daerah rawan banjir dan
disepanjang sempadan sungai Rawabangun.

LAPORAN AKHIR
Perencanaan / SID Penanggulangan Banjir
Rawabangun Toboali

V-1

Gambar 5.1

LAPORAN AKHIR
Perencanaan / SID Penanggulangan Banjir
Rawabangun Toboali

Peta Identifikasi Daerah Rawan Banjir


V-2

5.2. ANALISA BANJIR RAWABANGUN


Setelah diperoleh identifikasi banjir Rawabangun, maka yang perlu untuk
diketahui lebih lanjut adalah mengenai besarnya debit yang mengalir melewati
daerah

banjir

kampung
titik

yaitu

terutama

Rawabangun

konsentrasi

sebagai

banjir.

Luas

tangkapan hujan (catchment area)


yang

masuk

di

daerah

Rawabangun seluas 3.33 km2 dan


panjang sungai utama 2.70 km
menghasilkan debit banjir rencana
kala ulang berturut-turut 2th, 5th, 10th, 25th, 50th dan 100th yaitu 33.22 m 3,
42.14 m3, 47.43 m3, 54.37 m3, 59.13 m3 dan 64.07 m3.

5.2.1 ANALISA HIDROLIKA SUNGAI RAWABANGUN


Sebelum dapat membuat sistem pengendalian banjir, terlebih dahulu perlu
diketahui besanya atau tinggi banjir yang terjadi saat ini. Selain berdasarkan
informasi masyarakat maka perlu dianalisis dengan analisa hidrolika
berdasarkan pengukuran profil sungai yang telah diukur.
Untuk itu analisa profil muka air diperlukan untuk mengetahui apakah debit
rencana dapat ditampung oleh sungai dan apabila meluap untuk mengetahui
titik tempat air meluap (banjir) sehingga dapat direncanakan sistem
pengendalian banjir.
Sebagai alat bantu analisa

profil muka air digunakan program HEC-RAS

versi 3.1.3 untuk kondisi aliran unsteady (pasang surut). Prosedur


perhitungan didasarkan pada penyelesaian persamaan aliran satu dimensi
melalui saluran terbuka. Aliran satu dimensi ditandai dengan besarnya
kecepatan yang sama pada seluruh penampang atau digunakan kecepatan
rata-rata.

LAPORAN AKHIR
Perencanaan / SID Penanggulangan Banjir
Rawabangun Toboali

V-3

A. Dasar Teori Hidrolika


1.

Persamaan Energi

Persamaan energi digunakan sebagai dasar perhitungan untuk aliran


steady dalam saluran terbuka, diberikan oleh persamaan berikut ini
(Chow, 1997:243):
h1 1

U12
U2
z1 h2 2 2 z2 hf he
2g
2g

dengan :
g

= percepatan gravitasi (m2/dtk)

hf

= kehilangan tinggi akibat gesekan (m)

he = kehilangan tinggi akibat perubahan penampang (m)


U

= kecepatan rerata (m/dtk)

= koefisien distribusi kecepatan

= ketinggian dari datum (m)

= kedalaman air (m)

he

U2
1 1
2g

hf = Sf . L

U 22
2g

h1
h2

Z1
Z2
Bidang persamaan

Gambar 5.2
2.

Energi Dalam Saluran Terbuka

Kehilangan Tinggi Energi

Kehilangan tinggi energi pada penampang sungai diakibatkan oleh


gesekan dan perubahan penampang. Kehilangan akibat gesekan
dievaluasi sebagai hasil dari kemiringan garis energi Sf dan panjang
L (Anonim, 2001:2-3), seperti terlihat dalam persamaan berikut :

LAPORAN AKHIR
Perencanaan / SID Penanggulangan Banjir
Rawabangun Toboali

V-4

hf L. Sf
Q

Sf

Sf

Sf1 Sf 2
2

dengan :
hf

kehilangan energi akibat gesekan (m)

jarak antar sub bagian (m)

Sf

kemiringan garis energi (friction slope)

pengangkutan aliran tiap sub bagian

debit air (m3/dtk)

Adapun kehilangan tinggi energi akibat perubahan penampang terdiri


dari dua yaitu akibat kontraksi dan ekspansi. Kontraksi dan ekspansi
terjadi akibat back water yang disebabkan perubahan penampang,
atau perubahan kemiringan dasar saluran yang sangat curam sekali.
Kehilangan tinggi energi akibat kontraksi dan ekspansi dapat dihitung
dengan menggunakan

persamaan

sebagai berikut : (Anonim,

2001:2-11)
he C

2 V22
V2
1 1
2g
2g

dengan :
C = koefisien akibat kehilangan tinggi kontraksi dan ekspansi
3.

Persamaan Momentum

Persamaan momentum menyatakan bahwa pengaruh dari semua


gaya luar terhadap volume kontrol dari cairan dalam setiap arah sama
dengan besarnya perubahan momentum dalam arah itu, yaitu (Raju,
1986:11) :
Fx = . Q . U
W sin + P1 P2 Ff Fa = Q (U2 U1)

LAPORAN AKHIR
Perencanaan / SID Penanggulangan Banjir
Rawabangun Toboali

V-5

dengan :
P1 dan P2

muatan hidrostatis pada potongan 1 dan 2

berat volume kontrol

kemiringan dasar dengan garis mendatar

Ff

gesekan batas terhadap panjang x

Fa

tahanan udara pada permukaan bebas

1
h1

Fa

U1
W sin

P1
W cos

L
Bidang persamaan

Gambar 5.3

U2
P2

h2

Ff

Z1

4.

Z2

Prinsip Momentum Pada Saluran Terbuka

Pengangkutan Aliran

Penentuan pengangkutan aliran total dan koefisien kecepatan untuk


suatu penampang melintang mengharuskan aliran dibagi menjadi
bagian-bagian dimana kecepatan tersebut akan didistribusikan secara
merata. Pendekatan yang digunakan dalam program ini adalah
membagi aliran didaerah pinggir sungai dengan menggunakan nilai
kekasaran n sebagai dasar pembagian penampang melintang.
Pengangkutan aliran Kj

dihitung berdasarkan persamaan sebagai

berikut (Anonim, 2001:2-4):


2

1.49
Kj
A jRj3
nj

(dalam satuan Inggris)

Kj

1
A jRj3
nj

LAPORAN AKHIR
Perencanaan / SID Penanggulangan Banjir
Rawabangun Toboali

(dalam satuan Metrik)


V-6

dengan :
Kj =

pengangkutan tiap bagian

koefisien kekasaran manning tiap bagian

Aj =

daerah aliran tiap bagian

Rj =

jari-jari hidrolis tiap bagian

Program akan menjumlahkan penambahan pengangkutan di daerah


pinggir sungai untuk mendapatkan pengangkutan di daerah samping
kiri dan kanan. Pengangkutan di bagian utama saluran dihitung
sebagai elemen pengangkutan tunggal. Pengangkutan total pada
penampang

melintang

didapatkan

dengan

menjumlahkan

pengangkutan di tiga bagian ( kiri, tengah dan kanan).


n

Kt K j
j1

dengan :
n

adalah jumlah sub bagian pada suatu penampang


melintang sungai.

5.

Koefisien Kekasaran

Aliran dalam suatu penampang melintang tidak dibagi menjadi


beberapa sub bagian, kecuali terjadi perubahan dalam area saluran
utama. Dan program akan menerapkannya dalam perhitungan pada
penampang melintang. Jika tidak dapat diterapkan, maka program
akan menghitung satu nilai n kekasaran untuk seluruh bagian saluran.
Untuk perhitungan n komposit, saluran utama dibagi menjadi

bagian, dimana setiap sub bagian diketahui parameter basah Pi dan


koefisien kekasarannya ni. (Anonim, 2001 : 2-7).
P n
N

nc

i1

1,5
i

dengan :

LAPORAN AKHIR
Perencanaan / SID Penanggulangan Banjir
Rawabangun Toboali

V-7

6.

nc

koefisien kekasaran komposit

parameter basah untuk saluran utama

Pi

parameter basah untuk sub bagian ke-i

ni

koefisien kekasaran untuk sub bagian ke-i

Persamaan Kontinuitas

Dasar persamaan kontinuitas unsteady flow pada saluran terbuka


diturunkan sebagai persamaan berikut (Raju, 1986:9) :
dQ
dA

0
dx
dt

dengan :
Q

debit (m3/dt)

panjang pias (m)

luas penampang (m2)

waktu (detik)

C
1

(Q

Q x
)
x 2

(Q

Q x
)
x 2

x
2

Gambar 5.4

B.

Potongan C - C

Kontinuitas Aliran Tak Tetap

Data Input
Dalam menjalankan program HECRAS maka sebagai langkah awal adalah
inputing data, yang meliputi :

Skema sistem sungai (River System Schematic)


Data Penampang sungai (Cross Section Data)

LAPORAN AKHIR
Perencanaan / SID Penanggulangan Banjir
Rawabangun Toboali

V-8

Jarak antar patok (Left of Bank/LOB, Channel dan Right of


Bank/ROB)
Parameter setiap data penampang yang terdiri dari kekasaran
manning (n) dan 2 titik koordinat yang membentuk penampang utama
(Main Channel Bank Station).
Data Aliran tidak tetap meliputi : Kondisi Batas (Boundary Conditions)
dan Initial Conditions ;
Kondisi-kondisi batas meliputi : Pasang surut di muara sungai,
hidrograf debit banjir (Qtr) di setiap titik kontrol.
Initial conditions secara otomatis akan muncul yaitu debit puncak
pada setiap titik kontrol, dan masih bisa ditambahkan pada titik kontrol
tertentu jika diperlukan

C.

Evaluasi Kondisi Eksisting

Skematik Sungai
Ruas Aliran yang ditinjau dimulai dari P.32 yaitu 50 m dibawah Jalan
Teladan Baru sampai dengan Muara

Skematik Sungai Rawabangun


Untuk menentukan rencana pengendalian banjir di Kp. Rawabangun yang
merupakan titik rawan banjir, dilakukan evaluasi kondisi eksisting profil
muka air yang terjadi saat terjadi banjir dengan kala ulang Q2th, dimana
kapasitas sungai biasanya dalam kondisi ideal harus mampu mengalirkan
debit Q2th.
Gambar 5.5

LAPORAN AKHIR
Perencanaan / SID Penanggulangan Banjir
Rawabangun Toboali

V-9

Evaluasi kondisi eksisting ini akan ditinjau terhadap aliran pada saat surut
dan kondisi banjir ekstrim yang terjadi bersamaan dengan pasang.
Dari hasil simulasi dengan menggunakan program Hec-ras diketahui
bahwa perbedaan kondisi muka air banjir Q2th yang terjadi pada saat
surut dan pada saat pasang besar, yaitu pada titik tinjau ruas sungai
antara 50-60 m di atas jalan KH. Agus Salim, terjadi luapan sebesar 40
cm saat kondisi surut dan 80 cm saat banjir terjadi bersamaan dengan
kondisi pasang. (lihat gambar 5.6).

Gambar 5.6

Kondisi Muka Air Banjir Q2th kondisi Surut (kiri) dan kondisi
pasang (kanan) ruas 50-60 m di atas Jl. KH. Agus Salim.

Kondisi ini dapat dibandingkan pada ruas lain yaitu 120 m di bawah jalan
Rawabangun. Pada titik ini terjadi luapan 35 cm kondisi surut dan 80
cm kondisi banjir Q2th bersamaan dengan pasang besar.
Gambar 5.7

Kondisi
Muka
Air
Banjir Q2th kondisi
Surut (kiri) dan kondisi
pasang (kanan) ruas
120 m di bawah Jl.
Rawabangun

LAPORAN AKHIR
Perencanaan / SID Penanggulangan Banjir
Rawabangun Toboali

V - 10

Banjir Q2th ini akan terjadi dengan probabilitas 1 kali terjadi dalam 2
tahun sedangkan banjir tahunan terjadi lebih rendah dari level ini.
Dari hasil evaluasi kondisi hidrolik sungai Rawabangun dapat disimpulkan
bahwa kapasitas sungai sudah mengalami degardasi, dimana secara
alami seharusnya kapasitas sungai mampu mengalirkan debit Q2th.
Sedangkan pada bagian hilir atau muara sungai lebar sungai sudah
cukup yaitu lebar dasar sungai Bb = 11,40 m dan lebar atas Ba=14.40 m.
Hal ini dapat ditunjukkan pada hasil analisa profil muka air di patok P.60,
dimana Muka air banjir pada saat kondisi surut dan kondisi pasang masih
dapat dialirkan sesuai kapasitas tampung pada ruas ini.

Gambar 5.8

Muka Air Banjir pada P.60 (Muara) kondisi


Surut dan Pasang.

Untuk lebih memperlancar aliran perlu dinormalisasi atau pengerukan,


karena telah mengalami sedimentasi.

D.

Modifikasi Penampang sungai (Channel Modification)


Penampang yang diperlukan untuk dapat mengalirkan debit banjir Q2th,
dapat diketahui dengan mencoba beberapa alternatif normalisasi baik
terhadap kemiringan dasar, lebar dan kedalaman sungai.

LAPORAN AKHIR
Perencanaan / SID Penanggulangan Banjir
Rawabangun Toboali

V - 11

Analisa hidrolika ditinjau dari patok di bawah Jl. Teladan Baru P.32 sampai
dengan P.60 atau 50 m sebelum muara.
Normalisasi yang dilakukan yaitu memperlebar ruas sungai P.32 sampai
dengan patok P.46 terletak 60 m diatas Jl. KH. Agus Salim menjadi lebar
dasar B = 8.0 m dengan penampang tegak, dan kemiringan dasar pada
ruas ini coba direncanakan I = 0.004859 yaitu menyesuaikan dengan
kemiringan dasar sungai eksisting.
Sedangkan dari patok P.46 samapi dengan P.60 (muara) direncanakan
dengan beberapa alternatif yaitu dengan B = 10 m, B = 15 m, B = 20 m
dan B = 25 m. Kemiringan dasar sungai pada ruas ini disesuiakan dengan
kondisi eksisting yaitu I = 0.001965.

Gambar 5.9

Tipikal Penampang Sungai yang digunakan


sebagai Analisa Modifikasi Penampang.

Analisa profil muka air ini di uji dalam 2 (dua) kondisi yaitu pada saat
terjadi surut dan saat terjadi pasang besar.
Dan perbedaan hasil profil muka air banjir Q2th dengan beberapa
alternatif normalisasi penampang sungai yang dicoba pada kondisi sungai
surut maupun saat sungai pasang dapat ditunjukan pada gambar profil
muka air (Gambar 5.10 dan gambar 5.11).
-

LAPORAN AKHIR
Perencanaan / SID Penanggulangan Banjir
Rawabangun Toboali

V - 12

Kp. Rawabangun

Gambar 5.10

Profil Muka Air Banjir Q2th kondisi Surut dengan Beberapa Alternatif Normalisasi & Pelebaran Ruas Hilir

Kp. Rawabangun

Gambar 5.11

Profil Muka Air Banjir Q2th kondisi Pasang dengan Beberapa Alternatif Normalisasi & Pelebaran Ruas Hilir

LAPORAN AKHIR
Perencanaan / SID Penanggulangan Banjir
Rawabangun Toboali

V - 13

5.2.2 KESIMPULAN HASIL ANALISA


Dari hasil analisa hidrolika profil muka air dengan debit aliran Q2th, maka
dapat disimpulkan sebagai berikut :
-

Kapasitas sungai Rawabangun sudah mengalami degradasi dari


kondisi aslinya/alami, dan dapat diidentifikasikan dari debit aliran
Q2th yang tidak bisa lagi dialirkan secara normal melainkan
meluap pada sebagian besar ruas-ruas sungai.

Debit aliran yang dihasilkan dari daerah aliran sungai


Rawabangun seluas 3.33 km2 adalah sebesar 33.22 m3/dt untuk
Q2th. Sedangkan kapasitas sungai kondisi saat ini hanya mampu
mengalirkan debit sebesar 10 m3/dt.

Pada ruas sungai di muara, untuk memperlancar aliran supaya


tidak terjadi efek pembendungan (backwater), diperlukan
pengerukan, dimana sedimentasi biasanya terjadi hanya pada
satu sisi.

Lebar penampang sungai Rawabangun kondisi saat ini tidak


mampu mengalirkan debit Q2th, sehingga diperlukan sistem
pengendalian banjir yang sesuai dan dapat diterima oleh
masyarakat.

Lebar penampang patok P.46 sampai dengan muara P.60


idealnya harus diperlebar atau dibuat jalan banjir baru dengan
membuat saluran buatan untuk membagi aliran (Diversion
Channel), Pada P.46 merupakan titik perubahan kemiringan
dasar sungai sehingga terjadi efek pembendungan (back water),
apalagi saat terjadinya bersamaan dengan kondisi pasang besar.

LAPORAN AKHIR
Perencanaan / SID Penanggulangan Banjir
Rawabangun Toboali

V - 14

5.3. UPAYA PENGENDALIAN BANJIR

5.2.3 UMUM
Secara umum upaya pengendalian banjir dapat dilakukan secara struktural
maupun Non Struktural. Upaya pengendalian banjir akan tergantung dari
obyek yang akan dilindungi dan seberapa penting daerah tersebut sehingga
mempengaruhi sektor-sektor yang lain.

5.2.4 PENDEKATAN STRUKTURAL


Secara konkret pelaksanaan upaya aktif (pendekatan struktural) tersebut
dilakukan dengan cara sebagaimana diuraikan pada bagian berikut ini:
Debit banjir (Q, m3/det) adalah fungsi dari kecepatan aliran banjir (V, m/det)
dan luas penampang sungai (A, m2 ). Jadi upaya pengendalian banjir dapat
dilakukan dengan pendekatan terhadap ketiga komponen banjir tersebut.
Adapun tindakantindakan yang dapat dilakukan dalam hal ini di antaranya
adalah:
Mengatur debit puncak banjir (Q), misalnya dengan waduk/reservoir maupun
retarding basin. Dengan cara ini maka debit Q yang dikeluarkan dari waduk
dapat diatur. Jadi pada saat terjadi Q banjir, ditampung dalam waduk
tersebut, dan akan dikeluarkan sesuai dengan kemampuan kapasitas
sungai.
Memperkecil (Q) yang masuk dengan jalan membuat sudetan, bypass atau
floodways ke sungai dan atau DAS lainnya.
Memperkecil (Q) dengan upaya perbaikan lahan di daerah hulu (watershed
management). Diharapkan dengan pengelolaan lahan yang baik, akan
dapat ditingkatkan kapasitas infiltrasi dan perkolasi, sehingga limpasan
permukaan yang masuk ke sungai dapat direduksi.
Memperbesar penampangnya (A) dengan pembuatan tanggul banjir dalam
suatu alur (dikes), tembok banjir (flood walls) dan sejenisnya.
Memperbesar kecepatan aliran (V) dengan jalan perbaikan alur, misalnya
dengan cara normalisasi, memperpendek panjang alur/short-cut, mengatur
bed slope atau dengan lining system pada bagian-bagian tertentu.

LAPORAN AKHIR
Perencanaan / SID Penanggulangan Banjir
Rawabangun Toboali

V - 15

5.2.5 PENDEKATAN NON STRUKTURAL


Upaya non struktural (non structural measures) yang bersifat pengaturan dan
rekayasa sosial terkait dengan fenomena banjir yang merupakan interaksi
antara fenomena alam dan fenomena sosial. Oleh sebab itu penanganannya
harus komprehensif dalam arti tidak hanya bersifat fisik struktural semata,
namun juga harus bersifat non fisik seperti upaya pengaturan dan
pengelolaan yang lintas sektoral dan integratif.
Upaya tersebut secara singkat dapat berupa kegiatan:

Sosialisasi dan penyamaan persepsi dari semua stakeholders yang


berkaitan dengan upaya pengendalian dan penanggulangan banjir.

Pengelolaan DAS (Watershed Management) yang non struktural

Pengelolaan Dataran Banjir (Flood plain management)

Penyesuaian tipikal rumah dengan level banjir

Evakuasi penduduk dan relokasi bangunan

Manajemen Kelembagaan

Pemberdayaan Masyarakat

dan sejenisnya

Upaya struktural yang telah dijelaskan sebelumnya tidak akan bermanfaat


dengan optimal apabila tidak didukung oleh kegiatan non struktural, bahkan
bisa dikatakan upaya struktural tersebut akan mengalami kegagalan. Sebab
pada upaya struktural secara kaidah teknis akan menetapkan kala ulang
(return period) yang layak (teknis, ekonomi, sosbud dan lingkungan) sampai
pada tingkat magnitude banjir tertentu. Namun banjir masih akan sangat
mungkin terjadi pada kondisi yang melebihi kala ulang yang direncanakan.
Dalam kondisi demikian upaya struktural terkesan gagal. Karena itu
penanganannya harus dilakukan secara komprehensif struktural & non
struktural dan dilaksanakan tidak hanya oleh dinas teknis terkait (Dinas
Pekerjaan Umum), namun harus juga oleh stakeholders/instansi lain seperti
Bappeda, Dinas PU-Ciptakarya, Dinas Kehutanan, Dinas Perkebunan, Dinas
Pertanian, dan lain-lain termasuk LSM dan masyarakat itu sendiri.

LAPORAN AKHIR
Perencanaan / SID Penanggulangan Banjir
Rawabangun Toboali

V - 16

5.2.6 KRITERIA PERENCANAAN PENGENDALIAN BANJIR


Penentuan kala ulang debit banjir ini berdasarkan kriteria desain yang
disarankan dalam Pedoman Pengendalian Banjir Departemen Pekerjaan
Umum Dirjen Pengairan, tahun 1996.
Pengendalian banjir akan aman jika debit banjir tidak melebihi debit banjir
rencana, yang secara umum ditentukan dengan suatu kala ulang tanpa
menyebabkan ancaman terhadap jiwa dan harta benda.
Tabel 5 - 1 Kala Ulang Minimum yang Disarankan sebagai banjir Rencana yang
Berkenaan dengan Genangan Banjir
Sistem Aliran

o Didasarkan pada Tipe Proyek


(Proyek Pengendalian Banjir)

Fase

Fase

Awal

Akhir

10

10

25

25

50

25

100

Perdesaan

Perkotaan P<500.000

10

Perkotaaan

15

10

25

Perdesaan

Perkotaan P<500.000

Perkotaaan

10

o Didasarkan

pada

populasi

total (Sistem Drainase)


Sungai

Proyek darurat
Proyek baru
o Untuk

pedesaan

dan/atau

kota dengan P<20.000.000


o Untuk

perkotaan

dengan

P.2.000.000
Sistem Drainasi Primer (DPS<500
ha)

500.000<P<2.000.000
Perkotaan P> 2juta
Sistem Drainasi Sekunder (DPS<500
ha)

500.000<P<2.000.000
Perkotaan P> 2juta
Sistem Drainasi Tersier (DPS<10 ha)

Persedaaan dan perkotaan

Sumber: Pedoman Pengendalian Banjir : Departemen Pekerjaan Umum Dirjen Pengairan, th.1996 hal :
10

LAPORAN AKHIR
Perencanaan / SID Penanggulangan Banjir
Rawabangun Toboali

V - 17

Tabel 5 - 2 Kala Ulang Minimum yang Disarankan sebagai banjir Rencana Bagi
Bangunan-bangunan Sungai
Jenis Bangunan

Kala Ulang
(tahun)

Rincian

Perkuatan Tebing

25

Krib,Rip-rap,Bronjong,dsb

Perlindungan Erosi Tebing


Tanggul

50

Rip-rap,Bronjong,dsb

Normalisasi Alur
Bendungan dan Pelimpah

Bervariasi
PMP

1000
hingga PMF

Minimum
hingga 100
Jembatan

50

Bendung

50 hingga
100

Bendungan Sabo
Jaringan Pipa

Debit alur penuh atau debit rejim untuk


alur-alur alamiah
Bendungan urugan atau urugan tanah
yang terletak di hulu wilayah yang
sekarang atau di masa depan merupakan
daerah konsentrasi penduduk

Bendungan pasangan atau betyon yang


direncanakan untuk dapat menahan luapan
tanpa kerusakan dan terletak di huluy
wilayah yang sekaran atau di masa depan,
merupakan daerah konsentrasi penduduk

Bila jebolnya bendungan tidak mengancam


nyawa serta harta benda dalam jumlah
besar, banjir rencana harus ditetapkan
berdasarkan analisis ekonomi dari biaya
keamanan bendungan serta resiko bila
terjadi jebol

100
50

100

Jalur pipa di atas atau di bawah tanah yang


mengalirkan bahan-bahan bukan
pencemar.

Jalur pipa di atas atau dibawah tanah yang


mengalirkan bahan-bahan pencemar

Sumber: Pedoman Pengendalian Banjir : Departemen Pekerjaan Umum Dirjen Pengairan, th.1996 hal :
12

5.4. PENGENDALIAN BANJIR SUNGAI RAWABANGUN


Dari hasil analisa di atas maka dapat disusun pola pengendalian banjir sungai
Rawabangun yang disesuaikan dengan identifikasi permasalahan dan
keinginan masyarakat.

LAPORAN AKHIR
Perencanaan / SID Penanggulangan Banjir
Rawabangun Toboali

V - 18

Secara Teknis

upaya struktural pengendalian banjir sungai Rawabangun

dapat dilakukan dengan beberapa cara/alternatif ataupun gabungan dari


beberapa alternatif tersebut.

5.2.7 NORMALISASI SUNGAI


Upaya normalisasi ini dapat dilakukan hanya sebatas memperbaiki
kemiringan dasar dan kedalaman sungai. Sedangkan upaya untuk
memperlebar sungai akan kesulitan, karena space pada kiri dan kanan
sungai yang seharusnya masih merupakan sempadan sungai sudah terlanjur
padat dengan pemukiman, sehingga akan berbenturan dengan kepentingan
masyarakat.
Dengan demikian upaya ini masih belum bisa memberikan hasil yang optimal
karena adanya kendala-kendala di tingkat pelaksanaan termasuk
pembebasan lahan.

5.2.8 PEMBUATAN KANAL BANJIR


Secara teknis hal, upaya ini juga dapat dilakukan, dan bertujuan untuk
membagi debit banjir sehingga debit aliran tidak seluruhnya melewati daerah
rawan banjir. Jalur yang dijadikan kanal banjir ini secara topografi
memanfaatkan cekungan di sebelah utara pasar di Jl. Jenderal Sudirman atau
di sebelah selatan sungai Rawabangun. Dimulai dari 370 m di atas Jl. KH.
Agus Salim menuju Laut mewati Jl. Jenderal Sudirman, Jl. Diponegoro dan Jl.
Merdeka. (lihat gambar)
Pembuatan Jalur kanal ini, secara teknis baik sekali sebagai upaya untuk
mengurangi konsentrasi banjir yang terjadi di Kp. Rawabangun, selain untuk
mengalihkan aliran dari tangkapan hujan di Jl. Jenderal sudirman juga bisa
mengurangi beban aliran dari sungai rawabangun dihubungkan dengan
saluran iinterkoneksi dilengkapi dengan bangunan pengatur (pintu).
Upaya ini juga, masih diperlukan survey lebih lanjut terutama menyangkut
kepentingan masyarakat yang terkena dampak kegiatan proyek jika akan
dilaksanakan.
Diperlukan lagi pengukuran detil jalur kanal banjir meliputi situasi trase,
pengukuran profil melintang dan memanjang. Site survey pada bangunanbangunan seperti gorong-gorong jalan harus di ukur detil.

LAPORAN AKHIR
Perencanaan / SID Penanggulangan Banjir
Rawabangun Toboali

V - 19

Gambar 5.12

Jalur Kanan Banjir dan Sistem Pengendaliannya

LAPORAN AKHIR
Perencanaan / SID Penanggulangan Banjir
Rawabangun Toboali

V - 20

5.2.9 PEMBUATAN RETENSI BANJIR


Bangunan retensi banjir berfungsi sebagai bangunan pengendali banjir
dengan cara menahan/menampung volume hujan sementara waktu dan
kemudian mengatur debit outflow sesuai dengan kapasitas sungai di waktu
sungai mulai surut.
Bangunan ini biasanya ditempatkan di hulu sungai dimana ada areal yang
cukup luas untuk menampung volume hujan.
Bangunan retensi banjir juga bisa ditempatkan di lokasi tengah maupun di
hilir, dan bangunan semacam ini biasanya digunakan untuk pengendalian
banjir dari minor system (saluran sekunder) atau drainase kota sebelum
masuk pada saluran primer (sungai). Bangunan ini biasa disebut dengan
Bosem dengan kapasitas tampung yang terbatas untuk suatu areal tertentu.
Pada daerah perkotaan yang luas dan padat, biasa menggunakan Bosem
pada beberapa titik, dimana rawan terhadap genangan.
Pada kasus banjir Rawabangun dalam studi ini, penanganan banjir dilakukan
terhadap mayor system (sungai) terlebih dahulu, sehingga bangunan retensi
banjir ditempatkan pada daerah-daerah hulu pada sungai utama dan anak
sungai yang mempunyai cekungan alam yang dapat dimanfaatkan sebagai
tampungan.
Dari hasil pemetaan situasi daerah aliran sungai Rawabangun dapat
diidentifikasikan beberapa alternatif lokasi yang bisa dimanfaatkan sebagai
retensi banjir.
1.SITE-1

: Terletak di hulu sungai Rawabangun, mempunyai bentang


antara 35 m 45 m, tergantung tinggi dan luas tampungan
yang
direncanakan.
Pada
bentang
tersebut
akan
membutuhkan luas genangan seluas 6.00 Ha 9.00 Ha dan
ketinggian bangunan/tanggul retensi banjir 6.00 m dihitung
dari dasar sungai. Volume tampungan yang dapat dihasilkan
dapat mencapai 113.370 m3 pada muka air normal.

2.SITE-2

: Terletak pada cabang sungai di hulu (lihat gambar 5.13),


mempunyai bentang antara 25 m 30 m. Pada bentang
tersebut luas genangan dibutuhkan seluas 0.53 Ha 0.86 Ha,
dan ketinggian bangunan 3.50 m dihtung dari dasar sungai.
Volume tampungan yang dpat dicapai pada ketingggian muka
air normal 4.030 m3.

LAPORAN AKHIR
Perencanaan / SID Penanggulangan Banjir
Rawabangun Toboali

V - 21

Gambar 5.13 Alternatif Lokasi (Site) Retensi banjir

LAPORAN AKHIR
Perencanaan / SID Penanggulangan Banjir
Rawabangun Toboali

V - 22

3.SITE-3

: Terletak pada cabang sungai di dekat Kp. Rawabangun,


mempunyai bentang antara 18 m 25 m. Pada bentang
tersebut luas genangan dibutuhkan seluas 1.45 Ha 2.01 Ha,
dan ketinggian bangunan 2.50 m dihtung dari dasar sungai.
Volume tampungan yang dapat dicapai 9.800 m3.

4.SITE-4

: Terletak pada cabang sungai di dekat Kp. Rawabangun,


mempunyai bentang antara 25 m 30 m. Pada bentang
tersebut luas genangan dibutuhkan seluas 0.53 Ha 0.84 Ha,
dan ketinggian bangunan 2.50 m dihtung dari dasar sungai.
Volume tampungan yang dapat dicapai 3.230 m3.

5.SITE-5

: Terletak 500 m dibawah Site-1. Pada lokasi Site-5 ini,


merupakan alternatif yang dapat dimanfaatkan dibawah
bangunan pada Site-1 dibangun secara bersama yaitu Site-1
dan Site-5 seperti bangunan bertingkat, jika memang masih
diperlukan
tambahan
tampungan.
Genangan
yang
direncanakan pada Site-5 dibatasi berada di bawah sekitar kaki
tanggul Bangunan Site-1.
Bangunan pada Site-5 ini mempunyai bentang antara 60 m
70 m. Luas genangan yang diperlukan 1.50 Ha 2.00 Ha dan
ketinggian bangunan 2.50 m dohitung dari dasar sungai serta
volume tampungan yang bisa dicapai 9.600 m3.

5.2.10

PEMILIHAN ALTERNATIF

Dari ketiga alternatif, berdasarkan pertimbangan teknis dan masukan-masukan dari


masyarakat dalam acara diskusi yang difasilitas oleh dinas PU Kabupaten Bangka
Selatan di Toboali maka alternatif yang dapat diterima dan dipilih untuk tahap studi ini
adalah pembuatan retensi banjir. Sedangkan alternatif lain masih diperlukan
pertimbangan lebih lanjut baik secara teknis maupun lainnya menyangkut
kepentingan masyarakat dan pemerintah daerah sehingga perlu adanya
kesepakatan bersama.
Menanggapi usulan-usulan yang lain yang terkait dalam penataan jaringan drainase
pada minor sistem karena diluar lingkup studi ini sehingga akan direkomendasikan
sesuai dengan kebutuhan dalam rangka pengendalian genangan/banjir di
Rawabangun.

LAPORAN AKHIR
Perencanaan / SID Penanggulangan Banjir
Rawabangun Toboali

V - 23

Pada pembuatan Retensi banjir, ada beberapa alternatif lokasi yang perlu
dipertimbangkan untuk diprioritaskan untuk dibangun berdasarkan volume bangunan
terhadap manfaat yang dapat diterima atas bangunan tersebut.
Maka pemilihan alternatif ini akan dianalisa lebih lanjut dengan karaketristik masingmasing site sudah diuraikan pada sub bab sebelumnya mengenai bentang
bangunan, luas dan volume genangan serta perkiraan tinggi bangunan.
Lebih jelasnya mengenai kapasitas tampungan masing-masing dapat diuraikan
sebagai berikut;

LENGKUNG KAPASITAS TAMPUNGAN


Untuk mengetahui karakteristik cekungan alam masing-masing site dapat
diketahui dengan membuat lengkung kapasitas berdasarkan peta situasi hasil
survey pengukuran topografi daerah aliran sungai Rawabangun.
Berdasarkan pengukuran diperoleh data tinggi dan luas genangan dihitung
dari posisi site rencana bangunan. Kemudian volume genangan diperoleh
dengan menggunakan rumus empiris sebagai berikut :
Vi

1
H .(Ai 1 Ai
3

Ai 1.Ai )

Dimana :
Vi

Volume tampungan pada elevasi +i

A1-1

Luas tampungan pada elevasi +i-1

Ai

Luas tampungan pada elevasi +i

Beda tinggi elevasi +i dan +i+1

Dengan data tampungan tersebut dapat dibuat lengkung kapasitas yang


merupakan fungsi dari tinggi muka air, luas genangan dan volume
tampungan.
Untuk mengetahui besar tampungan dan luas tampungan pada setiap
kedalaman yang diinginkan dapat dicari menggunakan grafik lengkung
kapasitas tersebut. Bila menggunakan lengkung kapasitas akan kesulitan
bilamana diperlukan untuk analisis lebih lanjut seperti simulasi yang
memerlukan data luas dan volume tampungan pada elevasi tertentu dan
dilakukan berulang-ulang sebagai trial and error untuk mencari keseimbangan
antara kebutuhan air baku dan volume atau ketersediaan air.

LAPORAN AKHIR
Perencanaan / SID Penanggulangan Banjir
Rawabangun Toboali

V - 24

Guna memudahkan dalam mengetahui luas dan volume tampungan pada


setiap ketinggian elevasi dapat dilakukan dengan mencari fungsi luas dan
tampungan menggunakan trendline yang tersedia pada software microsoft
excel, sehingga diperoleh persamaan untuk masing-masing site lokasi
rencana bangunan sebagai berikut:
Site-1
Luas(A) = (H/ 1.3729)^(1/ 0.6487)
Volume (V) = (H/ 0.6324)^(1/ 0.424)
Site-2
Luas(A) = (H/ 3.1303)^(1/ 0.2786)
Volume (V) = (H/ 1.9432)^(1/ 0.2245)

Site-3
Luas(A) = (H/ 1.0997)^(1/ 0.8583)
Volume (V) = (H/ 0.5895)^(1/ 0.4381)

Site-4
Luas(A) = (H/ 2.1888)^(1/ 0.5221)
Volume (V) = (H/ 1.1207)^(1/ 0.3311)

Site-5
Luas(A) = (H/ 1.0092)^(1/ 0.9752)
Volume (V) = (H/ 0.5384)^(1/ 0.4531)

Berdasarkan persamaan di atas maka diperoleh tabel dan grafik lengkung


kapasitas masing-masing site seperti pada halaman berikut

LAPORAN AKHIR
Perencanaan / SID Penanggulangan Banjir
Rawabangun Toboali

V - 25

Tabel 5 - 3 Data Tampungan Bangunan Pada Site-1

Gambar 5.14

Lengkung Kapasitas Bangunan Retensi Pada Site-1

LAPORAN AKHIR
Perencanaan / SID Penanggulangan Banjir
Rawabangun Toboali

V - 26

Tabel 5 - 4 Data Tampungan Bangunan Pada Site-2

Gambar 5.15

Lengkung Kapasitas Bangunan Retensi Pada Site-2

LAPORAN AKHIR
Perencanaan / SID Penanggulangan Banjir
Rawabangun Toboali

V - 27

Tabel 5 - 5 Data Tampungan Bangunan Pada Site-3

Gambar 5.16

Lengkung Kapasitas Bangunan Retensi Pada Site-3

LAPORAN AKHIR
Perencanaan / SID Penanggulangan Banjir
Rawabangun Toboali

V - 28

Tabel 5 - 6 Data Tampungan Bangunan Pada Site-4

Gambar 5.17

Lengkung Kapasitas Bangunan Retensi Pada Site-4

LAPORAN AKHIR
Perencanaan / SID Penanggulangan Banjir
Rawabangun Toboali

V - 29

Tabel 5 - 7 Data Tampungan Bangunan Pada Site-5

Gambar 5.18

Lengkung Kapasitas Bangunan Retensi Pada Site-5

VOLUME TAMPUNGAN YANG DIBUTUHKAN UNTUK RETENSI

LAPORAN AKHIR
Perencanaan / SID Penanggulangan Banjir
Rawabangun Toboali

V - 30

Pada analisa hidrolika sudah dijelaskan bahwa kapasitas sungai


Rawabangun saat ini hanya mampu mengalirkan debit sebesar 10 m3/dt
dari debit puncak sebesar 33.22 m3/dt yang dihasilkan dari daerah aliran
sungai Rawabangun di atas daerah banjir sesuai dengan debit banjir
rencana Q2th..
Dengan demikian volume tampungan yang dibutuhkan untuk menampung
volume banjir adalah sebagai berikut :
Sesuai hasil perhitungan maka hidrograf banjir Q2th yang mengalir ke
daerah banjir Kp. Rawabangun seperti pada tabel berikut.

Tabel 5 - 8 Data Tampungan Bangunan Pada Site-5

LAPORAN AKHIR
Perencanaan / SID Penanggulangan Banjir
Rawabangun Toboali

V - 31

Gambar 5.19

Hidrograf Banjir pada Das Kp. Rawabangun

Dari hidrograf banjir diketahui bahwa rerata debit yang terjadi pada Q2th
selama 1 hari (24 jam) adalah 3.80 m3/dt.
Dengan demikian volume banjir yang dihasilkan adalah sebesar
Vb

3.80 m3/dt x 24 jam x 3600 = 328,195 m3.

Volume sebesar ini hanya mengalir sebesar kapasitas sungai 10.00 m3/dt
selama periode surut (8 jam) = 10.00 x 8 x 3600 = 288,000 m 3.
Sisa volume yang harus ditampung dalam kolam retensi selma 1 hari
sebesar :
Vt1 =
328.195 m3 288.000 m3 = 40.195 m3 (empat puluh ribu seratus
sembilan puluh lima meter kubik).
Kolam retensi direncanakan mampu menampung volume tersebut sesuai
debit banjir Q2th yang terjadi selama 3 hari berturut-turut. Sehingga
kapasitas kolam retensi banjir minimal yang dibutuhkan untuk tahap ini
adalah sebesar 3 hari x 40.195 m3 = 120,584 m 3.

ALTERNATIF SITE RETENSI


Sesuai dengan perhitungan volum tampungan yang dibutuhkan maka kolam
retensi yang dibutuhkan adlah sebesar 120.584 m3. Lokasi site yang
mempunyai kapasitas tampungan yang sesuai dengan kebutuhan retensi
adalah Site-1 ( 113.370 m3) ditambah dengan Site-3 (9.800 m3), sehingga
total volume yang dapat ditampung adalah sebesar 122,800 m 3.

LAPORAN AKHIR
Perencanaan / SID Penanggulangan Banjir
Rawabangun Toboali

V - 32

Você também pode gostar