Você está na página 1de 15

Analisa Kerentanan (Vulnerability) Berdasarkan Indeks Kerentanan

Pantai (IKP) Pada Pesisir Kabupaten Blitar

Nama : Usfuri Qorina Putri


NRP : 4311100078

Jurusan Teknik Kelautan


Fakultas Teknologi Kelautan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Pendahuluan
Kabupaten Blitar merupakan salah satu dari wilayah Propinsi Jawa Timur yang terletak di
kawasan Selatan, berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia.Secara geografis, Kabupaten
Blitar terletak diantara 111o 40 112o 10 Bujur Timur dan 7o 58 - 8o 9 51 Lintang Selatan.
Kabupaten Blitar tercatat sebagai salah satu kawasan yang strategis dan mempunyai
perkembangan yang cukup dinamis. Kabupaten Blitar berbatasan dengan tiga kabupaten lain.
Berikut ini adalah batas-batas wilayah Kabupaten Blitar :
Sebelah timur

: Kabupaten Malang

Sebelah barat

: Kabupaten Tulungagung dan Kabupaten Kediri

Sebelah utara

: Kabupaten Kediri dan Kabupaten Malang

Sebelah selatan

: Samudera Indonesia

Kabupaten Blitar memiliki luas wilayah sebesar 1.588, 79 km2 dan terdapat Sungai
Brantas yang membelah wilayah Kabupaten Blitar menjadi dua, yaitu Kawasan Blitar Selatan
yang mempunyai luas 689,85 km dan Kawasan Blitar Utara yang mempunyai luas wilayah
898,94 km2. Berikut ini merupakan peta orientasi Kabupaten Blitar terhadap Provinsi Jawa
Timur.

Peta 1 Orientasi Kab. Blitar terhadap Provinsi Jawa Timur

Peta 2. Peta Kabupaten Blitar


Secara administratif Kabupaten Blitar terdiri dari 22 kecamatan yang dibagi lagi menjadi
220 desa, 28 kelurahan, 759 dusun/Rukun Warga (RW), dan 6.978 Rukun Tetangga (RT). Berikut
ini merupakan nama-nama kecamatan di Kabupaten Blitar, antara lain:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Bakung
Wonotirto
Panggungrejo
Wates
Binangun
Sutojayan
Kademangan
Kanigoro

9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.

Talus
Selopuro
Kesamben
Selorejo
Doko
Wlingi
Gandusari
Garum

17.
18.
19.
20.
21.
22.

Nglegok
Sanankulon
Ponggok
Srengat
Wonodadi
Udanawu

Dari ke-22 kecamatan tersebut, terdapat 4 kecamatan yaitu Kecamatan Bakung,


Kecamatan Wonotirto, Kecamatan Panggungrejo dan Kecamatan Wates yang wilayahnya
sebagian berada di pesisir pantai dan berbatasan langsung dengan Samudera Hindia. Sehingga
terdapat berbagai macam ancaman bencana yang sewaktu-waktu dapat menimpa Kabupaten
Blitar. Ancaman tersebut perlu dikaji mengingat pertumbuhan jumlah penduduk yang terus
meningkat untuk menekan kerugian akibat resiko bencana yang ditimbulkan.

Dasar Teori

Definisi Bencana (Disaster) dan Ancaman (Hazard)

Bencana (disaster) merupakan konsekuensi dari pengelolaan resiko yang tidak tepat.
Sedangkan resiko merupakan produk dari ancaman/bahaya dan kerentanan.
Ancaman (hazard) merupakan peristiwa yang mempunyai potensi dapat menimbulkan
kerusakan, kehilangan jiwa manusia atau kerusakan lingkungan. Ancaman tidak selalu
menimbulkan bencana jika dilakukan pengurangan resiko bencana. Ancaman yang terjadi di
daerah yang kerentanannya rendah tidak diperhitungkan sebagai bencana.
Bencana disebabkan oleh alam atau ulah manusia yang terjadi secara tiba-tiba dan
menyebabkan hilangnya jiwa manusia, kerusakan harta benda dan lingkungan, serta melampaui
kemampuan dan sumber daya masyarakan untuk menanggulangainya. Manajemen bencana harus
dilakukan dengan tepat dengan mengetahui macam ancaman/bahaya dan kerenatanan. (Wahyudi,
2008).

Potensi Bencana Alam di Kabupaten Blitar

1. Bencana Letusan Gunung Berapi


Kawasan yang berada di Blitar Utara khususnya yang berda di sekitar Gunung Kelud dan
sekitar aliran lahar tentunya menjadi daerah yang paling terkena dampak letusan gunung
berapi disbanding wilayah Kabupaten Blitar yg lain. Daerah tersebut antara lain Desa
Pasirharjo, Desa Soso, sekitar Sungai lekso, Sungai Putih, Sungai Lahar dan Sungai
Semut. Dan untuk mengantisipasi lahar mengalir ke wilayah yang lebih luas maka
dibangunlah dam-dam penahan lahar Gunung Kelud dengan lokasi meliputi Kecamatan
Gandusari, Kecamatan Wlingi, Kecamatan Talun, Kecamatan Ponggok dan Kecamatan
Udanawu.
2. Bencana Tanah Longsor
Bencana ini rawan terjadi di wilayah pegunungan dan perbukitan seperti di Kecamatan
Doko, Kecamatan wlingi, Kecamatan Selorejo dan Kecamatan Kesamben.
3. Bencana Banjir
Di wilayah Kabupaten Blitar terdapat sungai Brantas yang mengalir di sepanjang
Kecamatan Selorejo, Kesamben, Wlingi, Talun, Sutojayan, Kanigoro, Kademangan,
Srengat dengan lebar 50 meter dan kedalaman antara 5-10 meter. Sungai-sungai di
Kabupaten Blitar pada musim hujan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan irigasi lahan
pertanian. Namun, jika luapan melebihi bahu sungai bisa pula menyebabkan banjir.

4. Bencana Angin Puyuh


Ternyata ada beberapa kecamatan di Kabupaten Blitar yang menjadi kawasan rawan
bencana alam angina puyuh yaitu Kecamatan Ponggok, Kecamatan Nglegok dan
Kecamatan Srengat.
5. Bencana Tsunami
Bencana ini pastilah mengancam wilayah pesisir selatan Kabupaten Blitar yang memang
letaknya berbatasan langsung dengan Samudera Hindia. Kecamatan yang merupakan
kawasan rawan bencana tsunami antara lain Kecamatan Wates, Kecamatan Bakung,
Kecamatan Wonotirto dan Kecamatan Panggungrejo.

Kerentanan (Vulnerability)

Kerentanan (vulnerability) merupakan suatu kondisi dari suatu komunitas atau


masyarakat yang mengarah atau menyebabkan ketidakmampuan dalam menghadapi ancaman
bahaya Kerentanan adalah tingkat kemungkinan suatu objek bencana yang terdiri dari
masyarakat, struktur, pelayanan atau daerah geografis mengalami kerusakan atau gangguan
akibat dampak bencana atau kecenderungan suatu benda yang rusak akibat bencana. Tingkat
kerentanan adalah suatu hal penting untuk diketahui sebagai salah satu faktor yang
berpengaruh terhadap terjadinya bencana alam, bencana akan menjadi bahaya apabila terjadi
pada kondisi yang rentan. tingkat kerentanan akibat terjadinya suatu bencana dapat ditinjau
dari 3 aspek yaitu kerentanan fisik, kerentanan sosial, kerentanan ekonomi dan kerentanan
lingkungan.

Analisa Kerentanan (Vulnerability) di Kabupaten Blitar


Yang akan dibahas kali ini adalah kecamatan di Kabupaten Blitar yg memiliki wilayah di
pesisir pantai yaitu Kecamatan Bakung, Kecamatan Wonotirto, Kecamatan Wates dan
Kecamatan Panggungrejo. Keempat kecamatan ini merupakan wilayah yang menarik untuk
dikaji potensi bahaya tsunami sebagai upaya awal untuk mitigasi sebelum terjadi tsunami.
Sebelum mengkaji mitigasi yang harus dilakukan, perlu diketahui tingkat kerentanannya
berdasarkan indeks kerentanannya.

Perhitungan Indeks Kerentanan Pantai (IKP)

Kerentanan pantai adalah suatu kondisi yang menggambarkan keadaan mudah terkana
(susceptibility) dari suatu sistem alami serta keadaan sosial pantai (manusia, kelompok atau
komunitas) terhadap bencana pantai. Penilaian kerentanan pantai penting untuk menentukan
daerah yang beresiko tinggi, mengapa mereka berada dalam resiko dan bagaimana cara
mengurangi resiko tersebut. Menurut (Kaiser, dan Doukais dalam Wahyudi, et al) membagi
kerentanan pantai menjadi empat ketagori, yaitu rendah - sedang - tinggi dan sangat tinggi.
Dalam makalah ini, kerentanan wilayah pantai terhadap ancaman kerusakan yang terjadi
ditentukan berdasarkan pembobotan dari 6 variabel fisik dan 3 variabel social yang didapat dari 6
data fisik dan 3 data social , antara lain :
Tabel 1 Nama kecamatan yang ditinjau
No Nama Kecamatan
1
Bakung
2
Panggungrejo
3
Wates
4
Wonotirto
Tabel 2 Luas wilayah kecamatan yang ditinjau
No
Kecamatan
Luas wilayah (km2)
1
Bakung
111,24
2
Panggungrejo
119,04
3
Wates
80,86
4
Wonotirto
164,54
Sumber : Kabupaten Blitar dalam angka 2013

Kondisi Fisik dan Lingkungan Daerah

Tabel 3 Topografi dan ketinggian


No
Kecamatan
Ketinggian (m)
1
Bakung
160
2
Panggungrejo
242
3
Wates
302,5
4
Wonotirto
387
Sumber : Kabupaten Blitar dalam angka 2013

Topografi
Pegunungan Berbatu
Lereng
Pegunungan Berbatu
Pegunungan Berbatu

Tabel 4 Tata Guna Lahan kecamatan yang ditinjau


No
1
2
3
4

Kecamatan
Tata Guna Lahan
Bakung
Hutan
Panggungrejo
Perkebunan
Wates
Perkebunan
Wonotirto
Perkebunan
Sumber : Kabupaten Blitar dalam angka 2013
Tabel 5 Luas hutan kecamatan yang ditinjau

No

Kecamatan

Luas Hutan (Ha)

Bakung

4645

Panggungrejo

1766

Wates

250

Wonotirto

436

Sumber : Kabupaten Blitar dalam angka 2013


Tabel 6 Ketersediaan fasilitas umum
No

Kecamatan

1
2
3
4

Bakung
Panggungrejo
Wates
Wonotirto

Fasilitas
Pendidikan
52
39
36
41

Fasilitas
Fasilitas
Pasar
Kesehatan
Peribadatan
52
95
4
66
160
5
48
131
3
61
167
4
Sumber : Kabupaten Blitar dalam angka 2013

Tabel 7 Kemiringan Pantai

total
203
270
218
273

No
1
2
3
4

Kecamatan
Bakung
Panggungrejo
Wates
Wonotirto

Kemiringan
1,62
1,59
1,83
1,76
Sumber : Analisa Data, 2014

Tabel 8 Run Up Tsunami


No

Nama Kecamatan

Run-Up Tsunami (m)

Bakung

0,5

Panggungrejo

0,5

Wates

0,5

Wonotirto

0,5

Sumber: TRIBUNnews.com Kam, 3 Apr 2014.

Kondisi Sosial Ekonomi


Tabel 9 Kepadatan Penduduk Kecamatan yang Ditinjau
No
1
2
3
4

Kecamatan
Bakung
Panggungrejo
Wates
Wonotirto

Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2)


228
345
347
216
Sumber : Kabupaten Blitar dalam angka 2013

Tabel 10 Rasio jenis Kelamin


No
1
2
3
4

Kecamatan
Rasio jenis Kelamin (%)
Bakung
96
Panggungrejo
99,36
Wates
99,89
Wonotirto
100,69
Sumber : Kabupaten Blitar dalam angka 2013
Tabel 11 Jumlah Rumah Tangga Miskin

No
1
2
3
4

Kecamatan
Bakung
Panggungrejo
Wates
Wonotirto

Jumlah Rumah Tangga Miskin


6446
3692
10415
6270

Sumber : Kabupaten Blitar dalam angka 2013

Berdasarkan dari data di atas maka didapatkan 6 variabel fisik dan 3 variabel social
ekonomi. Pembobotan seluruh variabel tersebut kemudian dihitung nilai indeks kerentanan
pantai (IKP) dengan mengadopsi persamaan umum menurut (Wahyudi 2008, dalam Puspita
2014) sebagai berikut :

IKP (CVI) =
Dengan :
IKP : Indeks kerentanan pantai
CVI : Coastal Vulnerability Index
Variabel : sesuai dengan ancaman bencana

Pembobotan variabel yang digunakan dalam menentukan Indek Kerentanan Pantai (IKP)
atau Coastal Vulnerability Index (CVI) ditentukan dengan menentukan variable-variabel
kerentanan yang digunakan. Variabel yang digunakan untuk menentukan tingkat kerentanan
pesisir Blitar dapat ditunjukkan dengan rincian sebagai berikut:
Variable kepadatan penduduk adalah salah satu variable yang berpengaruh terhadap
perhitungan tingkat kerentanan terhadap ancaman bahaya tsunami. Karena apabila ancaman
tsunami terjadi dampak tersebut akan terkena langsung kepada penduduk wilayah pesisir.
Semakin tinggi tingkat kepadatan penduduk semakin tinggi tingkat kerentanan. Hal
tersebut berkaitan langsung dengan banyaknya jiwa yang terancam akan bahay, yang nantinya
akan menyebabkan besarnya kerugian yang terjadi. Penilaian variable kepadatan peduduk
ditunjukkan pada table 12.

Tabel 12 Pembagian kelas kepadatan penduduk


Variabel
Kepadatan Penduduk
(Jiwa/Km2)

Deskripsi
0 - 70
71 - 140

Klasifikasi
Tidak rentan
Sedikit rentan

Skor
1
2

Keterangan
Dihitung
berdasarkan

141 - 210
211 - 280
281 - 350

jumlah
penduduk
terhadap luas
5
Sangat Rentan
wilayah
Sumber : Analisa Data, 2014
Cukup rentan
Rentan

3
4

Rasio jenis kelamin melihat perbandingan jumlah penduduk wanita dan penduduk lakilaki. Semakin banyak jumlah penduduk wanita, maka tingkat kerentanan suatu daerah semakin
tinggi terhadap ancaman bahay tsunami. Hal tersebut dikarenakan berpengaruh terhadap proses
evakuasi saat terjadi bencana. Penilaian variable penduduk rentan ditunjukkan pada table 13.
Tabel 13 Pembagian kelas rasio jenis kelamin
Variabel
Pembagian rasio jenis
kelamin
(%)

Deskripsi
<20 %
20-49%
50-79%
80 -100%
>100%

Klasifikasi
Skor
Keterangan
Tidak rentan
1
Presentase
Sedikit rentan
2
penduduk wanita
Cukup rentan
3
terhadap
penduduk lakiRentan
4
laki
Sangat Rentan
5
Sumber : Analisa Data, 2014

Variable fasilitas umum berpengaruh kepada kerentanan fisik suatu wilayah. Semakin
banyak jumlah fasilitas maka semakin rentan daerah tersebut terhadap ancaman bencana
tsunami. Hal tersebut menunjukkan kerugian fisik yang akan dialami suatu daerah apabila
bencana terjadi. Penilaian variable ketersediaan fasilitas umum ditunjukkan pada table 14.
Tabel 14 Pembagian kelas ketersediaan fasilitas umum
Variabel
Ketersediaan fasilitas
umum

Deskripsi
0 55
56 110
111 165
166 220
221 275

Keterangan
Klasifikasi
Skor
Jumlah
fasilitas
1
Tidak rentan
umum yang
2
Sedikit rentan
tersedia
3
Cukup rentan
4
Rentan
5
Sangat Rentan
Sumber : Analisa Data, 2014

Variable tata guna lahan dilihat dari penggunaan lahan pada daerah penelitian. Tingkat
kerentanan akan semakin tinggi bila penggunaan lahan digunakan untuk pemukiman dan untuk
kegiatan perekonomian masyarakat. Penilaian variable tata guna lahan ditunjukkan pada table
15.
Tabel 15 Pembagian kelas penggunaan lahan mayoritas

Variabel

Penggunaan Lahan

Deskripsi
Hutan, batuan cadas
Semak Belukar
Ladang
Kebun
Pemukiman, Sawah

Klasifikasi
Skor
Keterangan
Tidak rentan
1
Sedikit rentan
2
Dinilai dari
penggunaan
lahan
Cukup rentan
3
mayoritas pada
Rentan
4
wilayah penelitian
Sangat
5
Rentan
Sumber : Nababan dan Sengaji, 2009

Variable jumlah rumah tangga miskin menggambarkan tingkat kerentanan ekonomi suatu
wilayah. Jumlah rumah tangga miskin menggambarkan kemampuan suatu keluarga untuk dapat
pulih akibat dampak yang ditimbulkan akibat bencana yang terjadi. Semakin banyak jumlah
rumah tangga miskin maka daerah tersebut semakin rentan. Penilaian variable jumlah rumah
tangga miskin ditunjukkan pada table 16.

Variabel

Deskripsi
Klasifikasi
Skor
1
0 - 2100
Tidak rentan
2
2101 - 4200
Sedikit rentan
Jumlah rumah tangga
3
miskin
4201 - 6300
Cukup rentan
(Rumah Tangga)
4
6301 - 8400
Rentan
5
8401 - 10500
Sangat Rentan
Tabel 16 Pembagian kelas jumlah rumah tangga miskin

Keterangan
Dinilai
berdasarkan
jumlah rumah
tangga yang
menerima BLT

Sumber : Analisa Data, 2014


Variable kerapatan vegetasi sangat mempengaruhi tingkat kerentanan suatu daerah akibat
bencana tsunami. Kerepatan vegetasi dilihat dari luas hutan yang ada di wilayah pesisir. Semakin
luas hutan makan tingkat kerentanannya semakin rendah. Penilaian variable kerapatan vegetasi
ditunjukkan pada table 17.

Tabel 17 Pembagian kelas kerapatan vegetasi


Variabel
Kerapatan vegetasi

Deskripsi
3717 - 4645
2729 - 3716
1859 - 2728

Klasifikasi
Tidak rentan
Sedikit rentan
Cukup rentan

Skor
1
2
3

Keterangan
Dinilai dari luas hutan
alam, hutan lindung,
dan hutan bakau

930 - 1858
0-929

Rentan
Sangat Rentan

4
5
Sumber : Analisa Data, 2014

Variable topografi berkaitan langsung dengan tinggi rendahnya kondisi geografis suatu
wilayah. Ketinggian tempat dikatakan berpengaruh karena daerah yang akan terkena dampak
genangan tsunami pada daerah yang bertopografi rendah akan tergolong sangat rentan. Penilaian
variable topografik ditunjukkan pada table 18.
Tabel 18 Pembagian kelas ketinggian topografi daratan
Variabel
Ketinggian
(meter)

Deskripsi
321 400
241 320
161 240
81 160
0 80

Klasifikasi
Tidak rentan
Sedikit rentan
Cukup rentan
Rentan
Sangat Rentan

Skor
Keterangan
1
Dinilai berdasarkan
2
ketinggian topografi di
3
daratn, semakin rendah
4
semakin rentan.
5
Sumber : Analisa Data, 2014

Variable kemiringan lahan sama berpengaruhnya dengan topografi suatu wilayah.


Kelerengan yang landau akan semakin rentan terhadap ancaman tsunami. Penilaian variable
kemiringan wilayah ditunjukkan pada table 19.

Variabel

Deskripsi
Klasifikasi
Skor
1
>40 %
Tidak rentan
2
25-40 %
Sedikit rentan
3
15-25 %
Cukup rentan
4
2-15%
Rentan
5
0-2%
Sangat Rentan
Tabel 19 Pembagian kelas kemiringan

Kemiringan Pantai
(%)

Keterangan
Semakin landai lahan
maka semakin rentan

Variable run-up tsunami adalah rayapan muka air laut kea rah daratan hingga elevasinya di atas muka air
laut rata-rata. Semakin tinggi run-up tsunami maka semakin rentan daerah wilayah tersebut terhadap
ancaman tsunami. Penilaian variable run-up tsunami ditunjukkan pada table 20.

Tabel 20 Pembagian kelas Run Up Tsunami


Variabel
Pembagian Kelas
Run-Up Tsunami
(meter)

Besaran
deskripsi
<0.75 m
0.75 2 m
2. 6 m
6- 16 m
> 16 m

Klasifikasi

skor

Klasifikasi

Tidak rentan
Sedikit rentan
Cukup rentan
Rentan
Sangat Rentan

1
2
3
4
5

Semakin tinggi
run up maka
akan semakin
rentan

Sumber : Nababan dan Sengaji, 2009

Setelah dilakukan penilaian penilaian terhadap variabel-variabel terkait, maka selanjutnya


adalah menghitung nilai atau melakuakan skoring IKP terhadap 4 kecamatan tersebut. Hasil
skoring IKP ditunjukkan pada Tabel 21.
Tabel 21 Indeks Kerentanan Pesisir (IKP)
No
1
2
3
4

Kecamatan
Bakung
Panggungrejo
Wates
Wonotirto

RT
1
1
1
1

T
4
2
2
1

TG
1
3
3
3

KV
1
4
5
5

FU
4
5
4
5

KP
4
5
5
4

SR
4
4
4
5

RM
4
2
5
3

K
5
5
5
5

indeks
23.85
51.64
81.65
50

Keterangan:
RT : Run up Tsunami
T : Tinggi Daratan
TG : Tata Guna Lahan
KV : Kerapatan Vegetasi
FU : Fasilitas Umum
KP : Kepadatan Penduduk
SR : Sex Ratio/Rasio Jenis Kelamin
RM : Rumah tangga Miskin
K : Kemiringan
Menurut Doukakis (2005), penyusunan tingkat kerentanan pantai berdasarkan indeks
kerentanan pantai (IKP) dapat dilihat pada table 22
Tabel 22 Tingkat kerentanan berdasarkan IKP

Analisa indeks kerentanan pesisir diatas merupakan analisa keseluruhan kondisi terkait
kondisi fisik dan social dari kecamatan Bakung, Wates, Wonotirto dan Panggungrejo. Kerentanan
ini melibatkan variabel-variabel yang telah di tentukan yakni 6 variabel fisik dan 3 variabel
sosial. Dari hasil akhir yang didapat daerah dengan kerentanan paling tinggi ada pada Kecamatan
Wates dengan indeks kerentanan 81.65 yang artinya wilayah Kecamatan Wates merupakan
wilayah yang rentan terhadap bencana tsunami.
.

Kesimpulan
Dari hasil analisa Indeks Kerentanan Pesisir (IKP) di atas maka:
1. Kecamatan yang memiliki kerentanan pesisir paling tinggi adalah Kecamatan Wates
dengan indeks kerentanan sebesar 81.65.
2. Indeks Kerentanan Pesisir di atas di dapat dari 6 Variabel Fisik antara lain Ketinggian
rata-rata daratan, Tata Guna Lahan, Run up Tsunami, Kerapatan Vegetasi, Kemiringan

dan Ketersediaan fasilitas Umum. Selain itu juga terdapat 3 variabel social ekonomi yaitu
Kepadatan Penduduk, Rasio jenis kelamin dan Jumlah rumah tangga miskin.

Você também pode gostar