Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
NIM
: 1113021070
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pendidikan merupakan salah satu bentuk kebudayaan manusia yang dapat
dikatakan memiliki peran dalam menunjukkan kualitas sumber daya manusia
(SDM) suatu negara. Pendidikan bersifat dinamis dan selalu berkembang sesuai
dengan perkembangan kebudayaan manusia itu sendiri. UU No. 20 Tahun 2003,
Pasal 3 menyebutkan fungsi dan tujuan pendidikan sebagai berikut Pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab, manusia memiliki hak yang sama untuk
mendapatkan pendidikan.
Melalui fungsi dan tujuan pendidikan yang terlaksana dengan baik, tentu
outcome yang diperoleh adalah manusia dengan memiliki kualitas yang sesuai
dengan harapan undang-undang tersebut dan dapat pula dikatakan bahwa kualitas
pendidikan dan sumber daya manusia (SDM) Indonesia sudah baik. UU Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat bangsa, dan negara.
Pendidikan yang dilaksanakan diharapkan mengacu pada Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Standar Pendidikan Nasional
diantaranya terdapat 8 (delapan) standar minimum yang harus dipenuhi untuk
melaksanakan pendidikan oleh sekolah ataupun tenaga pendidiknya.
1. Standar kompetensi lulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan
lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
2. Standar isi adalah kriteria mengenai ruang lingkup materi dan tingkat
kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis
pendidikan tertentu.
3. Standar proses adalah kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satu
satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi.
4. Standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah kriteria mengenai pendidikan
prajabatan dan kelayakan maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan.
5. Standar sarana dan prasarana adalah kriteria mengenai ruang belajar, tempat
berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja,
tempat bermain, tempat berkreasi, dan berekreasi serta sumber belajar lain,
kegiatan
pendidikan
pada
tingkat
satuan
pendidikan,
Siswa
diharapkan
mampu
berproses
secara
aktif
dengan
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada tahun 2006 menjadi Kurikulum 2013; 2)
meningkatkan profesionalisme guru melalui sertifikasi dan melaksanakan
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG); 3) menyediakan Buku Sekolah
Elektronik (BSE) yang bisa diunduh di internet secara gratis; 4) menyediakan
dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan memberikan beasiswa kepada
siswa guna memperdayakan pendidikan pada masyarakat yang kurang mampu; 5)
melaksanakan diklat dan seminar pendidikan bagi para guru sebagai bahan
pembaharuan pelajaran yang digunakan; dan 6) melaksanakan lomba dan
olimpiade dalam dalam bidang sains mulai dari tingkat kabupaten sampai
nasional.
Kenyataannya kualitas pendidikan di Indonesia masih jauh dari harapan.
Berdasarkan data Education For All (EFA) Global Monitoring Report 2012 Youth
and skills: Putting education to work yang dikeluarkan Organisasi Pendidikan,
Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa, menyatakan
bahwa Indonesia berada di peringkat ke-64 dari 120 berdasarkan penilaian
Education Development Index (EDI) atau Indeks Pembangunan Pendidikan
(UNESCO, 2012). Hasil studi The Third International Mathematic and Science
Study Repeat (TIMSS-R), memperlihatkan bahwa, diantara 38 negara peserta,
prestasi siswa SMP kelas 2 Indonesia berada pada urutan ke-32 untuk IPA, ke-34
untuk Matematika (EQAO, 2000). Selain itu, dalam dunia pendidikan tinggi
menurut majalah Asia Week dari 77 universitas yang disurvei di asia pasifik
ternyata 4 universitas terbaik di Indonesia hanya mampu menempati peringkat ke61, ke-68, ke-73 dan ke-75, sehingga hal tersebut menunjukkan dengan jelas
prestasi akademik siswa. John dan Olatoye (2014) mengungkapkan bahwa selfregulation adalah proses mengambil kendali dan mengevaluasi pembelajaran
secara mandiri. Peserta didik yang mandiri adalah menyadari kekuatan dan
kelemahan akademik mereka dan memiliki banyak strategi untuk mengatasi
tantangan tugas akademik dari hari ke hari. Schunk dan Zimmerman (dalam
Hidayat, 2013) juga menjelaskan bahwa pembelajaran mandiri berimplikasi
terhadap kemampuan seseorang untuk meregulasi diri dalam proses belajar
mengajar.
Selain kedua faktor yang telah disebutkan diatas faktor lain yang
mempengaruhi pencapai prestasi belajar adalah study habits (kebiasaan belajar).
Setiap siswa tentu memiliki kebiasaan belajar yang berbeda sehingga akan
menghasilkan pengetahuan yang berbeda pula. Pencapaian siswa tergantung pada
kebiasaan belajar (Chaudhari, 2013). Oleh karena itu, jika siswa memiliki
kebiasan belajar yang kurang efektif, maka akan berdampak buruk terhadap
prestasi belajarnya di sekolah. Sandhu (2014) juga mengungkapkan bahwa
kebiasaan belajar yang kurang baik akan menyebabkan prestasi akademik yang
rendah. Chaudhari (2013) mengemukakan terdapat korelasi positif yang signifikan
antara kebiasaan belajar dan prestasi akademik siswa. Jadi, prestasi akademik
dipengaruhi oleh percaya diri dan kebiasaan belajar. Semakin tinggi percaya diri
dan semakin bagus kebiasaan belajar yang dimiliki siswa, semakin tinggi pula
prestasi akademik yang dicapai.
Terdapat dua faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari
dalam diri siswa. Faktor internal meliputi kondisi jasmani (kesehatan dan cacat
tubuh), psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motivasi, kematangan,
kesiapan), dan kelelahan jasmani dan rohani. Faktor eksternal adalah faktor yang
berasal dari luar diri siswa yaitu kondisi lingkungan di sekitar siswa. Faktor
eksternal terdiri dari faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa itu harus dapat
dikendalikan oleh siswa agar prestasi belajar yang diharapkan tercapai (Slameto,
2003). Salah satu alternatif solusi yang mampu untuk memecahkan masalah
tersebut adalah dengan mencari pengaruh hubungan self-efficacy, self regulation,
study habits, dan prestasi belajar siswa yang dapat mencerminkan tingkat peserta
didik yang percaya bahwa mereka dapat berhasil meningkatkan prestasi belajar di
sekolah.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu diadakan penelitian lebih lanjut
untuk memperoleh data yang menunjukkan derajat keterhubungan antara selfefficacy, self regulation, study habits, dan prestasi belajar siswa dengan judul
penelitian Pengaruh Self-Efficacy, Self Regulation, dan Study Habits
terhadap prestasi belajar siswa kelas X SMA Negeri di Kabupaten Gianyar
Sejalan dengan rumusan masalah tersebut, maka tujuan yang ingin dicapai
dari pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan pengaruh self-efficacy terhadap prestasi belajar siswa kelas X
SMA Negeri di Kabupaten Gianyar.
2. Mendeskripsikan pengaruh self regulation terhadap prestasi belajar siswa kelas
X SMA Negeri di Kabupaten Gianyar.
3. Mendeskripsikan pengaruh study habits dan prestasi belajar siswa kelas X
SMA Negeri di Kabupaten Gianyar.
4. Mendeskripsikan pengaruh self-efficacy, self regulation, dan study habits
secara bersama-sama terhadap prestasi belajar siswa kelas X SMA Negeri di
Kabupaten Gianyar.
10
1 Ubud, SMA Negeri 1 Tegallalang, dan SMA Negeri 1 Payangan. Variabel terikat
dalam penelitian ini adalah prestasi belajar siswa sedangkan variabel bebas terdiri
dari 3 yaitu self-efficacy, self regulation, dan study habits. Penelitian ini tidak
memberikan perlakuan atau proses pembelajaran pada subjek penelitian. Variabel
bebas (self-efficacy, self regulation, dan study habits) maupun variabel terikat
(prestasi belajar) yang diteliti merupakan ukuran kemampuan dan sikap alami
yang sudah dimiliki oleh setiap guru itu sendiri.
11
beberepa fase yang saling terkait yaitu evaluasi diri dan penetapan tujuan.
Sedangkan Zimmerman (1989) mengemukakan bahwa self-regulation mencakup
tiga komponen yang diaplikasikan dalam belajar yaitu metakognisi, motivasi, dan
perilaku. Dari pendapat tersebut aspek dan indikator yang digunakan sebagai
dasar bagi pengukuran regulasi diri siswa adalah: (1) evaluasi diri dengan
indikator siswa melaksanakan refleksi terhadap proses belajarnya, siswa
mengevaluasi proses belajarnya berdasarkan tujuan yang sudah ditetapkan, dan
siswa membuat antisipasi dari semua proses belajar, (2) penetapan tujuan dengan
indikator tujuan sesuai dengan kurikulum dan fenomena dunia nyata, tujuan dapat
diukur, dan tujuan sesuai dengan perkembangan siswa, (3) Metakognisi dengan
indikator merencanakan, mengorganisasikan, dan mengukur diri, (4) motivasi
dengan indikator motivasi intrinsik, otonomi dan kepercayaan diri, dan (5)
perilaku
dengan indikator
upaya
12
13
14
indikator tujuan sesuai dengan kurikulum dan fenomena dunia nyata, tujuan dapat
diukur, dan tujuan sesuai dengan perkembangan siswa.
1.7.3 Kebiasaan Belajar
Kebiasaan belajar adalah skor yang diperoleh siswa setelah menjawab
kuesioner kebiasaan belajar.
1.7.4 Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah nilai yang diperoleh siswa setelah menjawab tes
prestasi belajar. Tes ini menggunakan tes pilihan ganda dengan materi suhu dan
kalor yang mengacu pada ranah kognitif C2 (pemahaman), C3 (mengaplikasikan),
C4 (menganalisis), dan C5 (mengevaluasi). Ranah ini disesuaikan dengan
indikator pada silabus mata pelajaran Fisika. Tes prestasi belajar ini bertujuan
untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran.
15
adalah
keyakinan
pribadi
seseorang
terhadap
seberapa
besar
16
17
18
Mastery Experience
EFIKASI DIRI
Social
Persuasive
19
dapat bekerja dengan baik. Mereka juga setuju dengan pernyataan Saya tahu
bahwa saya akan mampu menguasai materi ini dan Saya akan bisa mengerjakan
tugas ini (Santrock, 2011). Efikasi itu muncul dari kepercayaan diri seseorang
terhadap kemampuan dirinya sendiri tanpa bantuan orang lain. Tidak seorang pun
dilahirkan dengan perasaan percaya diri, seseorang mendapatkannya melalui
pengalaman penguasaan kemampuan baru, mengatasi rintangan, dan mempelajari
hikmah dari setiap kegagalan yang dialaminya.
Bandura (dalam Handayani & Nurwidawati, 2013) mengungkapkan bahwa
self efficacy terdiri dari 3 dimensi, yaitu:
1. Level/magnitude, dimensi level/magnitude berhubungan dengan taraf kesulitan
tugas. Dimensi ini mengacu pada taraf kesulitan tugas yang diyakini individu
akan mampu mengatasinya.
2. Strength, dimensi strength berkaitan dengan kekuatan penilaian tentang
kecakapan individu. Dimensi ini mengacu pada derajat kemantapan individu
terhadap keyakinan yang dibuatnya. Kemantapan ini yang menentukan
ketahanan dan keuletan individu dalam usaha. Dimensi ini merupakan
keyakinan individu dalam mempertahankan perilaku tertentu. Apabila individu
dengan efikasi diri tinggi mereka akan cenderung pantang menyerah, ulet
dalam meningkatkan usahanya walaupun menghadapi rintangan.
3. Generality, dimensi generality merupakan suatu konsep bahwa self efficacy
seseorang tidak terbatas pada situasi yang spesifik saja. Dimensi ini mengacu
pada variasi situasi di mana penilaian tentang self efficacy dapat diterapkan.
20
Individu dapat memiliki efikasi diri (self efficacy) yang tinggi ataupun
rendah. Bandura (1995) memaparkan mengenai perbedaan ciri-ciri orang yang
mempunyai efikasi diri (self efficacy) yang tinggi dan rendah, antara lain:
1. Ciri-ciri orang yang mempunyai efikasi diri (self efficacy) rendah yaitu:
a. Orang yang menjauhi tugas-tugas yang sulit.
b. Berhenti dengan cepat bila menemui kesulitan.
c. Memiliki cita-cita yang rendah dan komitmen yang buruk untuk tujuan yang
telah dipilih.
d. Berfokus pada akibat yang buruk dari kegagalan.
e. Cenderung mengurangi usaha karena lambat memperbaiki keadaan dari
kegagalan yang dialaminya.
f. Mudah mengalami stres dan depresi.
2. Ciri-ciri orang yang mempunyai efikasi diri tinggi yaitu:
a. Mendekati tugas-tugas yang sulit sebagai tantangan untuk dimenangkan.
b. Menyusun tujuan-tujuan yang menantang dan memelihara komitmen untuk
tugas-tugas tersebut.
c. Mempunyai usaha yang tinggi atau gigih.
d. Memiliki pemikiran yang strategis.
e. Berpikir bahwa kegagalan yang dialami karena usaha yang tidak cukup
sehingga diperlukan usaha yang tingi dalam menghadapi kesulitan.
f. Cepat memperbaiki keadaan setelah mengalami kegagalan.
g. Mengurangi stres.
21
untuk
membangun
pemahaman
mereka
terhadap
bahan-bahan
22
pembelajaran (Magno, 2011). Pemahaman konsep tentang regulasi diri (selfregulated) sangat penting dalam pengembangan kemampuan prestasi pebelajar.
Self-regulated learning adalah tindakan prakarsa diri (self-initiated) yang meliputi
latar tujuan (goal setting) dan usaha-usaha pengaturan untuk mencapai tujuan,
pengelolaan waktu, dan pengaturan lingkungan fisik dan sosial (Zimmerman &
Risenberg dalam Schunk et al, 2008).
Zimmerman (1989) mengemukakan bahwa self-regulation mencakup tiga
komponen yang diaplikasikan dalam belajar yaitu metakognisi, motivasi dan
perilaku, yaitu:
1.
metakognisi
Menurut Zimmerman (1989) metakognisi merupakan proses pengambilan
keputusan yang mengevaluasi pilihan dan menggunakan berbagai macam
pengetahuan. Metakognitif bagi individu yang melakukan Self-Regulated
Learning adalah individu yang merencanakan, mengorganisasikan, mengukur
diri dan menginstruksikan diri sebagai kebutuhan selama proses belajar
(Zimmerman & Pons, 1988).
2.
motivasi
Zimmerman (1989) menyatakan bahwa motivasi dalam Self-Regulated
Learning ini merupakan pendorong (drive) yang ada pada diri individu yang
mencakup persepsi terhadap kepercayaan diri, kompetensi, dan otonomi dalam
aktivitas belajar.
3.
perilaku
Zimmerman (1989) merupakan upaya untuk mengatur diri, menyeleksi dan
memanfaatkan lingkungan maupun menciptakan lingkungan yang mendukung
23
24
25
Salah satu yang paling penting dalam keterampilan sosial emosional yang
anak-anak perlu untuk diperoleh adalah regulasi diri. Bandura (Ahmad et al,
2012) berpendapat bahwa orang-orang mengantisipasi kemungkinan konsekuensi,
menetapkan tujuan, dan program untuk mencapai tujuan mereka. Tinggi rasa
keberhasilan regulasi membantu membangun rasa yang kuat dalam keberhasilan
kognitif dan meningkatkan tujuan akademik terkait (Zimmerman et al, 1996).
Kemampuan untuk menekan keinginan awal mereka untuk melakukan sesuatu
yang mendukung dalam melakukan sesuatu yang lain yang sebagian banyak tidak
menyenangkan. Kemampuan ini memprediksikan kemampuan seorang anak untuk
menunda kepuasan sekarang untuk hadiah yang lebih besar kemudian, mengontrol
emosi yang bersifat negatif, memperhatikan tugas yang dihadapi, dan melakukan
hal baik di sekolah, dari TK sampai perguruan tinggi (Wade & Travis, 2010).
Dari teori dan pendapat beberapa ahli yang dipaparkan, maka dapat
dikatakan bahwa regulasi diri adalah usaha atau kemauan seseorang dalam
melakukan tindakan untuk mengatur dirinya sendiri dengan berbagai cara dalam
mencapai tujuan atau hasil yang diinginkannya.
Definisi Belajar
Menurut Djamarah (2002) belajar secara sederhana dapat definisikan
26
27
28
diberikan
guru. Kebiasaan
menunda
pekerjaan
nantinya
akan
29
Belajar efektif adalah belajar dengan menggunakan metode (cara) yang tepat
sehingga hasil belajarnya bisa maksimal. Metode (cara) belajar di sini
digunakan untuk mempelajari suatu mata pelajaran, kegiatan membaca buku,
dan menghadapi ulangan. Oleh karena itu, agar belajar efektif, siswa perlu
menggunakan suatu metode atau mengkombinasikan beberapa metode dalam
belajar.
5. Efisiensi Mengerjakan Tugas
Siswa memerlukan efisiensi dalam mengerjakan tugas baik tugas individu
maupun kelompok. Tugas individu agar efisien sebaiknya sebelum dikerjakan
dibicarakan dulu pokok-pokok tugas dengan siswa lainnya. Sedangkan tugas
kelompok agar efisien, terlebih dahulu ditentukan orang, tempat, waktu, cara,
dan pembagian tugas masing-masing anggota.
6. Keterampilan Belajar
Keterampilan
belajar
adalah
tingkat
ketelitian
siswa
dalam
belajar.
30
31
32
prosedural
merupakan
metode-metode
bagaimana
penelitian,
dan
melakukan
kriteria-kriteria
sesuatu,
untuk
33
sesuatu
dalan
satu
kategori,
4)
merangkum
adalah
34
Menganalisis
merupakan
memecah-mecah
materi
jadi
bagian-bagian
35
1.
Mengingat
Mengenali
Mengingat
kembali
2.
Memahami
Menafsirkan
Mencontohkan
b.
Pengetahuan
konseptual
Mengingat
kembali
c.
Pengetahuan
prosedural
Mengingat
kembali
Menafsirkan
Mengklasifikasikan
Menjelaskan
Mencontohkan
Membandingkan
Mengklasifikasikan
d.
Pengetahuan
metakognitif
Mengingat
kembali
a.
Pengetahuan
faktual
Mengklasifikasikan
Merangkum
5.
Mengevaluasi
Memeriksa
6.
Mencipta
Merumuskan
Mengkritik
Merumuskan
Memproduksi
Merencanakan
Merumuskan
Mengkonstruksi
Mengeksekusi
Mengimplementasikan
Membedakan
(memilih)
Memeriksa
Mengimplementasikan
Mengatribusi
Membedakan
Mengkritik
36
Menyimpulkan
2.5 Hubungan Efikasi Diri dengan Prestasi Belajar
Efikasi diri (self efficacy) adalah keyakinan seseorang terhadap kemampuan
diri sendiri untuk melakukan sesuatu. Efikasi diri (self efficacy) adalah prediktor
yang baik dalam pencapaian prestasi yang memberikan landasan bagi motivasi
dalam semua bidang kehidupan dan pengaruhnya pada prestasi belajar siswa
(Koura & Al-Hebaishi, 2014). Sedangkan menurut Saeid (2014) efikasi diri adalah
perasaan, kompetensi dan kemampuan untuk mengatasi tantangan hidup. Individu
dapat memiliki efikasi diri yang tinggi atau rendah sehingga dengan efikasi diri
tinggi individu akan lebih tekun, sedikit merasa cemas, dan tidak mengalami
depresi dalam menghadapi suatu masalah sedangkan individu yang memilki
efikasi rendah memiliki keterampilan sosial yang kurang, kecemasan yang tinggi,
dan cenderung lebih depresi dalam menghadapi suatu masalah.
Siswa dengan tingkat yang lebih tinggi akademik self efficacy memiliki
kinerja jauh lebih tinggi dibandingkan dengan rekan-rekan belajar mereka yang
rendah akademik self efficacy. Beberapa studi yang telah dilakukan telah
menemukan bahwa efikasi diri memiliki hubungan yang positif dengan prestasi
belajar. Tamannaeifar dan Leis (2014) menyatakan bahwa efikasi diri (self
efficacy) memberikan dampak yang positif terhadap pencapaian prestasi belajar
siswa. Selain itu, Handayani dan Nurwidawati (2013) dalam penelitiannya juga
menemukan bahwa efikasi diri (self efficacy) meberikan pengaruh yang positif
terhadap prestasi belajar yang diraih oleh siswa akselerasi. Ahangi dan Sharaf
(2013) dalam penelitiannya juga memperoleh hasil bahwa ada hubungan yang
37
positif antara efikasi diri dan prestasi akademik. Penelitian ini juga menunjukkan
efikasi diri paling berperan dalam prestasi akademik siswa.
38
tidak sepenuhnya menjelaskan prestasi mereka yang menunjukkan bahwa faktorfaktor lain seperti motivasi dan self regulated yang penting pada keterampilan dan
kemampuan siswa (Saadatzaade, 2012). Menerapkan self regulated untuk
pendidikan juga memiliki ruang lingkup pada pembelajaran yang sebenarnya di
luar penekanan kinerja tindakan yang telah dipelajari sebelumnya. Self regulated
dipandang sebagai sebuah proses yang dapat membantu menjelaskan perbedaan
prestasi di kalangan siswa dan meningkatkan prestasi mereka.
Peran siswa sendiri sebagai faktor internal merupakan salah satu hal yang
sangat menentukan. Hasil belajar yang optimal dan prestasi dapat dicapai salah
satunya melalui kemampuan siswa untuk mengatur dirinya dalam kegiatannya.
Siswa diharapkan mampu mengorganisir dirinya sehingga dengan kondisi yang
seperti itu, mereka mampu menjalani dan bahkan bisa mencapai hasil yang
optimal. Di dalam proses belajar, seorang akan memperoleh prestasi belajar yang
baik bila menyadari, bertanggung jawab, dan mengetahui cara belajar yang efisien
(Apranadyanti, 2010). Hal ini tentu membutuhkan pengaturan diri yang baik pada
siswa atau dengan kata lain adanya regulasi diri dalam siswa.
39
40
41
menyebutkan
banyak
faktor
yang
mempengaruhi
42
43
regulasi diri terhadap prestasi belajar fisika bagi siswa kelas X SMA Negeri di
Kabupaten Gianyar pada tahun pelajaran 2012/2013.
Keempat, Sandhu (2014), dalam penelitiannya berhasil menemukan adanya
hubungan yang positif dan signifikan antara prestasi akademik dengan motivasi
prestasi. Meningkatkan prestasi akademik, dapat dilakukan dengan meningkatkan
motivasi prestasi dan mengembangkan kebiasaan belajar yang baik. Oleh sebab
itu, meningkatkan motivasi prestasi dan mengembangkan kebiasaan belajar yang
baik mesti dilakukan untuk meningkatkan prestasi akademik siswa. Kelima,
Chaudhari (2013), dalam penelitiannya yang berjudul Study habits of higher
secondary school students in relation to their academic achievement menemukan
hubungan yang positif antara kebiasaan belajar dan prestasi akademik siswa.
Pengembangan kebiasaan belajar yang baik akan membantu meningkatkan
prestasi akademik siswa.
44
saat ini. Keberhasilan dalam pendidikan tentunya tidak terlepas dari pencapaian
prestasi belajar di dalam proses pembelajaran.
Prestasi belajar merupakan hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah
menjalani serangkaian proses pembelajaran. Hasil belajar tersebut digambarkan
secara kuantitas dan kualitas dimana secara kuantitas dinyatakan dengan angka
sedangkan secara kualitas digambarkan dengan katagori. Kualitas dan kuantitas
hasil belajar sangat dipengaruhi oleh diri siswa itu sendiri. Untuk mencapai
kualitas dan kuantitas tersebut diperlukan suatu dorongan dalam diri siswa yang
mempengaruhi kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, keyakinan diri,
kebutuhan, pengaturan diri, penyesuaian diri, motivasi, kebiasaan belajar dan lain
sebagainya.
Selama ini prestasi yang diraih siswa dalam pelajaran masih mendatar atau
kurang maksimal, ini dikarenakan kurangnya dorongan dalam diri siswa untuk
mencapai prestasi yang lebih. Salah satu dorongan yang mempengaruhi siswa
dalam mencapai prestasi yang baik adalah efikasi diri dalam mencapai hasil yang
maksimal, regulasi diri dalam melakukan tindakan, dan memiliki kebiasaan
belajar yang baik dalam diri siswa. Efikasi diri, regulasi diri, dan kebiasaan
belajar sangatlah penting untuk dilakukan oleh siswa dalam pembelajaran di kelas.
Pelajaran sains khususnya fisika merupakan pelajaran yang menuntut keaktifan
siswa untuk membangun pengetahuannya dalam proses pembelajaran.
Efikasi diri akan menumbuhkan rasa percaya diri siswa itu untuk berusaha
lebih keras dalam mencapai hasil yang maksimal dalam belajar. Efikasi yang
tinggi akan membuat siswa percaya bahwa dirinya dapat mengerjakan sesuatu
dengan tuntunan situasi dan memiliki harapan yang realistik untuk mengambil
45
keputusan pada suatu permasalahan dalam pembelajaran. Efikasi diri ini sangat
menentukan seberapa besar keyakinan mengenai kemampuan yang dimiliki oleh
siswa untuk melakukan proses belajarnya sehingga dapat mencapai hasil belajar
yang optimal. Siswa yang memiliki efikasi diri yang tinggi akan mampu
menyelesaikan tugas sesulit apapun saat belajar, keyakinan bahwa ia mampu
menyelesaikan berbagai macam tugas serta usaha yang keras untuk menyelesaikan
semua tugas. Hal tersebut akan dapat mendorong siswa untuk dapat merencanakan
aktivitas
belajarnya,
berusaha
untuk
memonitornya
serta
memanipulasi
lingkungan sedemikian rupa guna mendukung aktivitas belajar siswa itu sendiri.
Regulasi diri akan membantu siswa untuk membangun pengetahuannya
sendiri karena mampu mengatur dirinya dalam melakukan tindakan belajar. Siswa
yang melaksanakan pengaturan diri dalam belajar akan mampu merencanakan,
mengatur, memonitor, dan melakukan evaluasi selama aktivitas belajar. Selama
proses pengaturan diri, siswa akan menggunakan strategi-strategi belajar yang
dapat menunjang proses belajarnya untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Strategi pengaturan diri, yaitu: evaluasi diri, pengorganisasian dan perubahan,
penetapan tujuan dan perencanaan, pencarian informasi, latihan mencatat dan
memonitor, penyusunan lingkungan, pemberian konsekuensi diri, latihan dan
mengingat, pencarian bantuan kepada teman sebaya, pencarian bantuan kepada
guru, pencarian bantuan kepada orang dewasa, pemeriksaan ulang catatan,
pemeriksaan ulang soal-soal ujian, pemeriksaan ulang buku-buku teks yang
dipelajari.
Kebiasaan belajar yang baik juga akan membantu siswa untuk penguasaan
pengetahuan, ketrampilan, dan sikap karena siswa mampu membiasakan diri
46
untuk belajar aktif, teratur, efektif, dan efisien atau dengan kata lain siswa telah
dapat mengorganisir dirinya sendiri untuk mencapai tujuan yang ingin dicapainya
yang dalam hal ini adalah mencapai prestasi belajar yang maksimal. Kebiasaan
belajar yang efektif harus memiliki sistem belajar yang baik, dimana individu
harus mengembangkan kemampuan mendasar yaitu regulasi kerja dan dan
ketekunan dalam mengerjakan sesuatu. Siswa yang memiliki kebiasaan belajar
akan memiliki kecenderungan belajar ketika diberi kesempatan disamping itu,
cara siswa dalam mempelajari sesuatu dilakukan secara sistematis dan efisien.
Kebiasaan belajar tidak hanya membantu dalam meningkatkan prestasi akademik
tetapi juga mengembangkan potensi siswa.
2.11 Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir, maka dapat dirumuskan
hipotesis sebagai berikut.
1. Terdapat pengaruh self-efficacy terhadap prestasi belajar siswa kelas X SMA
Negeri di Kabupaten Gianyar.
2. Terdapat pengaruh self regulation terhadap prestasi belajar siswa kelas X SMA
Negeri di Kabupaten Gianyar.
3. Terdapat pengaruh study habits dan prestasi belajar siswa kelas X SMA Negeri
di Kabupaten Gianyar.
4. Terdapat pengaruh self-efficacy, self regulation, dan study habits secara
bersama-sama terhadap prestasi belajar siswa kelas X SMA Negeri di
Kabupaten Gianyar.
47
III.METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis Penelitian yang dilaksanakan merupakan penelitian korelasional.
Penelitian ini bersifat ex-post facto yaitu penelitian yang hanya bertujuan
mengungkap derajat keterhubungan dua variabel dengan tidak memberikan
perlakuan khusus pada variabel terikat. Penelitian ini juga tidak memberikan
perlakuan khusus kepada subyek penelitian.
(2010)
mengemukakan
bahwa
populasi
adalah
wilayah
generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh guru fisika
SMA se-Kabupaten Gianyar pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016 yang
terdiri dari 7 sekolah yaitu SMA Negeri 1 Gianyar, SMA Negeri 1 Sukawati, SMA
Negeri 1 Blahbatuh, SMA Negeri 1 Tampak Siring, SMA Negeri 1 Ubud, SMA
Negeri 1 Tegallalang, dan SMA Negeri 1 Payangan.
Sebaran populasi pada masing-masing sekolah yang diteliti dapat dilihat
pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Sebaran Populasi Siswa SMA Negeri di Kabupaten Gianyar
(Sumber: Data TU masing-masing Sekolah)
No
1
2
3
Sekolah
SMA Negeri 1 Gianyar
SMA Negeri 1 Sukawati
SMA Negeri 1 Blahbatuh
Jumlah Siswa
48
4
5
6
7
3.2.2 Sampel
Sugiyono (2010) menyatakan bahwa sampel merupakan bagian dari jumlah
dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Pengambilan sampel harus
dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel yang representative
(mewakili). Teknik pemilihan sampel dalam penelitian ini dipilih dengan
menggunakan teknik proportional random sampling. Tahap penentuan proporsi
sampel dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
1. Menentukan jumlah sampel menggunakan tabel yang dikembangkan dari Isaac
dan Michael (dalam Sugiyono, 2010), untuk tingkat kesalahan 1%, 5%, dan
10%. Rumus untuk menghitung ukuran sampel dari populasi yang diketahui
adalah sebagai berikut:
2 PNQ
s 2
d ( N 1) 2 PQ
(Sugiyono, 2010)
Keterangan:
s = jumlah sampel
2 = nilai chi kuadrat untuk dk = 1
P = Q = 0,5
N = jumlah populasi
d = 0,05
Berdasarkan tabel yang dikembangkan dari Isaac dan Michael bila populasi
berjumlah xxxx siswa maka jumlah sampel yang diambil dalam penelitian
berjumlah xxx siswa dengan taraf kesalahan 5% (Sugiyono, 2010).
2. Untuk menghindari kurangnya jumlah sampel yang dapat dianalisis datanya,
Warwich dan Lininger (dalam Dantes, 2012) menambahkan jumlah sampel
dengan formula sebagai berikut:
JS
n
(0,90)(0,95)
49
Keterangan:
JS = jumlah sampel
n = jumlah sampel menurut formula Isaac dan Michael
0,90= estimasi jumlah sampel yang dapat diolah datanya
0,95= estimasi jumlah sampel yang dapat diobservasi
Sehingga jumlah sampel yang diambil menjadi xxx siswa.
3. Menentukan jumlah siswa dalam setiap sekolah yang terpilih. Penentuan
jumlah siswa dilakukan dengan proporsional random sampling. Penentuan
proporsi dilakukan dengan menggunakan rumus:
Pi
ni
N
(Supranto, 2000)
Keterangan:
Pi
= proporsi sekolah ke-i
ni
= jumlah total siswa di sekolah ke-i
N
= jumlah populasi
Jumlah sampel pada masing-masing sekolah yang diteliti tersedia pada
Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Distribusi Sampel pada SMA Negeri di Kabupaten Gianyar
No
1
2
3
4
5
6
7
Sekolah
SMA Negeri 1 Gianyar
SMA Negeri 1 Sukawati
SMA Negeri 1 Blahbatuh
SMA Negeri 1 Tampak
Siring
SMA Negeri 1 Ubud
SMA Negeri 1 Tegallalang
Negeri 1 Payangan
Total Sampel
Jumlah Siswa
50
X1
r1y
X2
X3
Rxy
r2y
r3y
efikasi diri
X2
regulasi diri
X3
kebiasaan belajar
prestasi belajar
Rxy
r2y
r3y
51
melibatkan dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas
yang disebut prediktor dalam penelitian ini adalah efikasi diri (X 1), regulasi diri
(X2), dan kebiasaan belajar (X3)
kemudian
meminta
izin
kepada
kepala
sekolah
untuk
melaksanakan penelitian.
2. Berdiskusi dengan guru fisika yang ditunjuk mengenai waktu melaksanakan
penelitian.
3. Merancang instrumen penelitian yang terdiri atas kuesioner efikasi diri,
regulasi diri, kebiasaan belajar, dan tes prestasi belajar.
4. Melakukan bimbingan instrumen penelitian dengan para ahli, yaitu dua dosen
pembimbing dari jurusan pendidikan fisika.
5. Melakukan uji instrumen yang akan digunakan dalam penelitian. Uji
instrumen dilakukan di sekolah lain. Uji instrumen tes prestasi belajar
meliputi uji validitas isi, uji validitas butir tes, uji konsistensi internal tes,
52
indeks kesukaran butir (IKB), dan indek daya beda butir (IDB). Uji instrumen
kuesioner regulasi diri, efikasi diri, dan kebiasaan belajar meliputi uji
validitas isi dan uji konsistensi internal tes/kuesioner (reliabilitas).
6. Melakukan perbaikan (revisi) instrumen. Revisi instrumen disesuaikan
dengan hasil uji coba instrumen.
7. Menentukan sampel penelitian pada masing-masing sekolah dengan teknik
proportional random sampling.
8. Pengambilan data. Pada tahap ini peneliti mulai memberikan instrumen
penelitian kepada responden penelitian. Pengumpulan data meliputi seluruh
sampel penelitian.
9. Melakukan analisis data dan pengujian hipotesis yang telah diajukan.
Selanjutnya menyusun laporan penelitian.
10. Melakukan Pelaporan hasil Penelitian. Pada tahap ini dilakukan pelaporan
hasil penelitian berdasarkan analisa statistika.
53
Skor Pernyataan
Positif
5
4
3
2
1
Skor Pernyataan
Negatif
1
2
3
4
5
Dimensi
Indikator
Level/Mangnitud
e
a. Keyakinan
terhadap
kemampuan
dalam
mengambil tindakan yang diperlukan untuk
mencapai suatu hasil
b. Keyakinan terhadap kemampuan yang dimiliki
unruk mengatasi hambatan dalam tingkat
kesulitan tugas yang dihadapi
c. Memiliki pandangan yang positif terhadap tugas
yang dikerjakan
a. Memiliki keyakinan diri yang kuat terhadap
potensi diri dalam menyelesaikan tugas
b. Memiliki semangat juang dan tidak mudah
menyerah ketika mengalami hambatan dalam
menyelesaikan tugas
c. Memiliki komitmen untuk dapat menyelesaikan
tugas akademik dengan baik
a. Mampu menyikapi situasi dan kondisi yang
beragam dengan sikap positif
b. Menggunakan pengalaman hidup sebagai suatu
langkah untuk mencapai keberhasilan
c. Menampilkan sikap yang menunjukkan keyakinan
diri pada seluruh proses pembelajaran
Strength
Generality
54
3.6.2
regulated. Aspek regulasi diri yang diukur dalam pembelajaran fisika dengan
kuesioner terdiri dari dua aspek yaitu aspek evaluasi diri dan penetapan tujuan.
Jumlah item yang di ujicobakan dalam kuesioner regulasi diri berjumlah 20 item.
Sebelum menetapkan kuesioner regulasi diri yang dilakukan terlebih dahulu
adalah menyusun kisi-kisi, menyusun item, konsultasi dengan pembimbing,
menguji coba tes, menentukan validitas instrumen kuesioner, dan menentukan
tingkat reliabilitas kuesioner.
Sekala pengukuran yang digunakan untuk mengukur setiap item yaitu
dengan lima poin skala Likert dengan rentangan 1-5. Kriteria yang digunakan
untuk setiap pilihan jawaban dalam kuesioner regulasi diri adalah pilihan 1 untuk
tingkat pernyataan sebesar < 45%, pilihan 2 untuk tingkat pernyataan sebesar 45%
- 54%, pilihan 3 untuk tingkat pernyataan sebesar 55% - 69%, pilihan 4 untuk
tingkat pernyataan sebesar 70% - 85%, dan pilihan 5 untuk tingkat pernyataan
sebesar 86% - 100%. Kisi-kisi kuesioner regulasi diri tersedia pada Tabel 3.5.
Tabel 3.5 Kisi-Kisi Kuesioner Regulasi Diri
N
o
1
Aspek
Evaluasi diri
Penetapan
tujuan
55
3.6.3
siswa pada waktu menerima pelajaran dari guru, membaca buku, dan mengerjakan
tugas sekolah, serta mengatur waktu untuk menyelesaikan kegiatan tersebut.
Kebiasaan belajar diukur dengan menggunakan kuesioner, penskoran dilakukan
berdasarkan aspek-aspek kebiasaan belajar yaitu 1) Ketepatan Waktu Penyelesaian
Tugas Akademis, 2) Penundaan Tugas, 3) Konsentrasi Belajar, 4) Cara Belajar
Efektif, 5) Efisiensi Mengerjakan Tugas, 6) Keterampilan Belajar.
Penskoran dilakukan dengan cara menjawab Hampir Selalu (HS) skor = 5,
Seringkali (S) skor = 4, Kadang-kadang (KK) skor = 3, Jarang (J) skor = 2, dan
Jarang Sekali (JS) skor = 1 untuk pernyataan positif, dan sebaliknya untuk
pernyataan negatif. Kriteria yang digunakan untuk setiap pilihan jawaban dalam
kuesioner regulasi diri adalah pilihan 1 untuk tingkat pernyataan sebesar < 45%,
pilihan 2 untuk tingkat pernyataan sebesar 45% - 54%, pilihan 3 untuk tingkat
pernyataan sebesar 55% - 69%, pilihan 4 untuk tingkat pernyataan sebesar 70% 85%, dan pilihan 5 untuk tingkat pernyataan sebesar 86% - 100%.
Tabel 3.6 Kisi-Kisi Kuesioner Kebiasaan Belajar
56
No
1
2
3
4
5
Skor Pernyataan
Positif
5
4
3
2
1
Skor Pernyataan
Negatif
1
2
3
4
5
pertanyaan, tes yang disajian dalam bentuk pilihan ganda atau objektif berupa
skala dikotomi yakni 1 dan 0 sebanyak 35 item. Skor 1 diberikan untuk jawaban
butir benar, sedangkan skor 0 diberikan untuk jawaban butir yang salah. Adapun
langkah-langkah penyusunan tes prestasi belajar adalah menyusun kisi-kisi tes,
menyusun item tes, melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing, uji tes,
menentukan konsistensi internal butir, indeks daya beda, dan indeks kesukaran
butir. Materi yang digunakan yaitu suhu dan kalor. Dimensi proses kognitif
meliputi empat dimensi yaitu memahami (C2), mengaplikasikan (C3),
menganalisis (C4), dan mengevaluasi (C5). Indikator yang dikembangkan sesuai
dengan kebutuhan peneliti dengan mengadaptasi dari silabus mata pelajaran fisika
2014/2015. Adapun kisi-kisi dan rubrik penskoran tes prestasi belajar fisika
disajikan pada Tabel 3.7 dan Tabel 3.8.
Tabel 3.7 Kisi-kisi Tes Prestasi Belajar
57
NO
.
1
Sub Pokok
Bahasan
Suhu dan
Pemuaian
Kalor dan
Perubahan
Wujud
Perpindahan
Kalor
Indikator
Menjelaskan konsep suhu secara
ilmiah
Menjelaskan pengukuran suhu
secara ilmiah
Membandingkan skala termometer
Menjelaskan faktor-faktor yang
mempengaruhi besar pemuaian
pada berbagai zat
Menghitung besar pemuaian
(panjang, luas, dan volume) pada
berbagai zat
Menerapkan konsep pemuaian
dalam kehidupan sehari-hari
Menjelaskan konsep kalor
Menjelaskan pengaruh kalor
terhadap perubahan suhu dan
wujud zat
Merumuskan hubungan kalor
dengan kenaikan suhu zat, massa
zat, dan kalor jenis zat
berdasarkan hasil percobaan
Menerapkan persamaan Asas
Black dalam menyelesaiakan
permasalahan fisika
Menjelaskan faktor-faktor yang
mempengaruhi peristiwa
perubahan wujud zat
Menjelaskan peristiwa perubahan
wujud zat dalam kehidupan
sehari-hari
Menganalisis peristiwa perubahan
wujud zat
Menerapkan konsep hubungan
antara kalor dengan perubahan
suhu dan hubungan antara kalor
dengan perubahan wujud zat
Membedakan peristiwa
perpindahan kalor secara
konduksi, konveksi, dan radiasi
Menganalisis faktor-faktor yang
berpengaruh pada peristiwa
perpindahan kalor
Menghitung besar dari
Ranah Kognisi
C C C C
2
3
4
5
58
NO
.
Sub Pokok
Bahasan
Indikator
Ranah Kognisi
C C C C
2
3
4
5
perpindahan kalor
Menerapkan peristiwa
perpindahan kalor dalam
kehidupan sehari-hari
Skor
1
0
mengajar yang digunakan dalam penelitian meliputi uji validitas isi, uji validitas
butir, dan reliabilitas kuisioner.
1
harus diukur, artinya instrumen tersebut harus mampu mengungkap isi suatu
konsep atau variabel yang hendak diukur. Menurut Gay (1987), validitas isi
(content validity) adalah derajat pengukuran yang mencerminkan domain isi yang
diharapkan. Validitas isi cukup diestimasi berdasarkan pertimbangan ahli isi. Ahli
59
isi dapat ditunjuk seorang guru pada bidang studi yang sama yang memiliki
kualifikasi dan pengalaman kerja yang cukup (Santyasa, 2005). Peneliti meminta
pertimbangan kepada dua orang dosen jurusan pendidikan fisika sebagai dosen
pembimbing dan seorang guru fisika untuk melakukan estimasi validitas isi
instrumen penelitian.
2
yang memiliki skor 1 sampai 5. Validitas butir kuesioner kompetensi guru dan
motivasi mengajar ditentukan dengan koefisien korelasi product moment dari Carl
Pearson dengan rumus (Candiasa, 2010) berikut.
rxy
N X
N XY X Y
2
N Y
Keterangan:
rxy = koefisien korelasi antara skor butir dengan skor total
N = jumlah responden
X = skor butir
Y = skor total
Apabila rxy > rtabel maka terdapat korelasi yang signifikan antara skor butir
dengan skor total yang artinya butir bersangkutan dinyatakan valid. Sebaliknya
jika rxy < rtabel maka butir bersangkutan dinyatakan tidak valid (Candiasa, 2010).
3
Realibilitas Kuesioner
Reliabilitas instrumen mengacu pada konsistensi hasil pengukuran yang
60
instrumen tersebut digunakan dalam kurun waktu yang berbeda (Candiasa, 2010).
Menurut Gay (1987), reliabilitas tes adalah derajat pada mana suatu tes dapat
mengukur secara konsisten apa yang seharusnya diukur. Suatu instrumen yang
baik tidak berubah pengukurannya dan dapat diandalkan karena penggunaan alat
ukur tersebut berkali-kali akan memberikan hasil yang serupa.
Instrumen yang skor butirnya bersifat non-dikotomis (bukan 0 dan 1) dalam
mencari indeks reabilitas menggunakan formula Alpha Cronbach. Adapun
formula Alpha Cronbach adalah sebagai berikut:
b2
k
r11
1
k 1
t2
b2
t2
2
X
Dengan :
2
Y
dan
(Candiasa, 2010)
Keterangan:
r11
2
b
t2
= skor butir
= skor total
= jumlah responden
61
3.7.2
internal butir, indeks kesukaran butir, indek daya beda butir, reliabilitas tes.
Adapun masing-masing uji coba instrumen tersebut sebagai berikut.
1.
Uji Validitas Isi
Validitas isi berkenaan dengan kesanggupan instrumen mengukur isi yang
harus diukur, artinya instrumen tersebut harus mampu mengungkap isi suatu
konsep atau variabel yang hendak diukur. Prosedur yang ditempuh agar suatu tes
prestasi belajar mampu mencerminkan domain isi secara komprehensif adalah
dengan menyusun kisi-kisi tes. Ahli isi dapat ditunjuk seorang guru pada bidang
studi yang sama yang memiliki kualifikasi dan pengalaman kerja yang cukup
(Santyasa, 2005).
2.
Konsistensi Internal Butir
Validitas butir tes dihitung dengan mengkorelasikan skor butir dengan skor
total yang diperoleh responden. Skor butir tes objektif berupa skala 1 dan 0,
sedangkan skor totalnya berupa skala interval yakni jumlah skor butir. Teknik
korelasi yang digunakan untuk menghitung validitas butir tes objektif adalah
teknik korelasi point-biserial (
pbi
berikut:
pbi
M p Mt
Sd
p
q
(Candiasa, 2010)
62
Keterangan:
Mp = Rerata skor total dari subjek yang menjawab betul butir yang dicari
validitasnya
Mt = Rerata skor total
Sd = Standar deviasi sekor total
p
antara skor butir dengan skor total dibandingkan dengan r tabel . Apabila
pbi
> rtabel
maka skor butir bersangkutan berkorelasi secara signifikan dengan skor total,
pbi
butir bersangkutan tidak berkorelasi secara signifikan dengan skor total, sehingga
butir tersebut dinyatakan tidak valid. Nilai rtabel dapat dilihat pada tabel nilai
koefisien korelasi point-biserial dengan taraf signifikan yang ditetapkan, pada
derajat kebebasan (dk) = n-2, yang mana n menyatakan banyak responden
(Candiasa, 2010).
3.
butir untuk membedakan peserta tes yang memperoleh skor tinggi dengan peserta
tes yang memperoleh skor rendah (Candiasa, 2010). Indeks daya beda butir
dinyatakan dengan d dan dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
U L
N
(Candiasa, 2010)
63
Keterangan:
d
menjawab butir tersebut dengan benar (Candiasa, 2010). Tingkat kesukaran tes
atau derajat kesukaran suatu tes bertujuan untuk menentukan apakah suatu
instrumen terlalu sukar atau terlalu mudah bagi siswa. Rumus yang digunakan
untuk menghitung indeks kesukaran butir sebagai berikut:
I
B
N
(Candiasa, 2010)
Keterangan:
I
64
65
Sumber
Siswa
Siswa
Siswa
Siswa
Instrumen
Kuisioner efikasi diri
Kuisioner regulasi diri
Kuisioner kebiasaan belajar
Tes prestasi belajar
Waktu
20 menit
20 menit
20 menit
60 menit
3.9.1
hasil penelitian secara umum. Teknik ini meliputi pencarian skor rata-rata x ,
Mean Ideal (Mi), dan Standar Deviasi Ideal (Sdi). Analisis deskriptif digunakan
untuk mendeskripsikan kondisi kompetensi guru dan motivasi mengajar.
Pengolahan data dilakukan dengan bantuan program SPSS-PC 20.0 for Windows.
Kriteria penggolongan nilai kuesioner dilakukan dengan mengkonversi nilai rata-
66
rata ke dalam konversi nilai absolut skala lima atau berdasarkan Penilaian Acuan
Norma (PAN) yang dapat dilihat pada Tabel 3.10.
Tabel 3.10 Konversi Nilai Absolut Skala Lima
Interval Skor Rata-Rata
Kategori
Sangat tinggi
x Mi + 1,5 Sdi
Tinggi
Mi + 0,5 Sdi x < Mi + 1,5 Sdi
Sedang
Mi 0,5 Sdi x < Mi + 0,5 Sdi
Rendah
Mi 1,5 Sdi x < Mi 0,5 Sdi
Sangat rendah
x < Mi 1,5 Sdi
(Nurkancana & Sunartana, 1990)
Rumusan Mi dan Sdi untuk instrumen kompetensi guru, dan motivasi
mengajar adalah sebagai berikut.
Mi = (Skor Maksimum Ideal + Skor Minimum Ideal)
Sdi = 1/6 (Skor Maksimum Ideal + Skor Minimum Ideal)
Skor kuisioner efikasi diri dan motivasi belajar yang digunakan dalam
penelitian ini mengikuti pola Likert yang terdiri dari 5 jawaban yang bersifat
gradasi.
adalah 5.
3.9.2
Uji Asumsi
Sebelum melakukan uji hipotesis, maka terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yaitu
uji normalitas sebaran data, uji homogenitas, dan uji linieritas data dan keberartian
arah regresi. Uji asumsi dilakukan dengan bantuan program SPSS-PC 20.0 for
Windows.
1. Uji Normalitas Sebaran Data
Uji normalitas sebaran data dilakukan untuk meyakinkan bahwa data untuk
kompetensi guru, motivasi mengajar, dan kinerja guru fisika siswa yang
67
Test of
68
signifikansinya lebih kecil dari taraf signifikansi yang ditetapkan yaitu =0,05
maka menyatakan bahwa bentuk regresi linier (Candiasa, 2011).
69
(Sudjana, 2002)
( Yi )( X i2 ) ( X i )( X i Yi )
n X i Yi ( X i )( Yi )
n X i2 ( X i ) 2
n X i2 ( X i ) 2
(Sudjana, 2002)
Freg
RJK reg
RJK res (Riduwan dan Sunarto, 2009)
70
Dengan:
Freg
RJKreg
RJKres
Kaidah pengujian signifikansinya jika Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak yang
artinya signifikan dan Fhitung < Ftabel, terima Ho yang artinya tidak signifikan.
Dengan taraf signifikan: = 0,05. Cari nilai F tabel menggunakan tabel F dengan
rumus Ftabel = F(1-)(1: n-2).
3.10.5 Uji Regresi Tiga Prediktor
Uji regresi tiga prediktor digunakan untuk menguji hipotesis keempat. Uji
ini digunakan dalam membuat persamaan untuk memprediksi perubahan kriterium
sebagai akibat perubahan ketiga prediktor. Persamaan regresinya adalah sebagai
berikut.
a a X a X a X
Y
0
1 1
2
2
3 3
(Sudjana, 2002)
Dalam sekor deviasi persamaan persamaan garis regresi ganda tiga prediktor
dapat ditulis:
a x a x a x
Y
1 1
2 2
3 3
Koefisien-koefisien a1, a2, dan a3 untuk persaman diatas dapat dihitung dari
persamaan berikut:
y x
y x
i 1i
y x
i
2i
3i
(Sudjana, 2002)
a1 x1 y a 2 x2 y a3 x3 y
(Hadi, 2000)
71
Freg
RJK reg
RJK res (Riduwan, 2009)
RJKreg
RJKres
Kaidah pengujian signifikansinya jika Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak yang
artinya signifikan dan Fhitung < Ftabel, terima Ho yang artinya tidak signifikan.
Dengan taraf signifikan: = 0,05. cari nilai F tabel menggunakan tabel F dengan
rumus Ftabel = F(1-)(1: n-3-2).
Menentukan besarnya pengaruh antara variabel bebas terhadap terikat
dengan rumus koefisien determinasi R2 x 100%.
Menentukan besarnya sumbangan relatif (SR) dan sumbangan efektif (SE)
pada masing-masing variebel bebas terhadap variabel terikat dengan rumus:
SR (%)
an xn y
JK reg
100%
SE (%) SR (%). R 2
(Koyan, 2012)
Keterangan:
SR
= Sumbangan relatif
SE
= Sumbangan efektif
R2
= Determinasi
JKreg
72