Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
TINJAUAN PUSTAKA
pemberi
asuhan
keperawatan,
perawat
pelindung
perawat
membantu
menjalankan perannya
sebagai advokat,
model
praktik
memberikan
perawat
kekuatan
bagi
klien
untuk
mencapai
dapat
memberikan
kenyamanan
dengan
dengan
perlindungan
bagi
mengkoordinasi
klien
dan
klien
dari
dan
mengatur
keluarga,
memberikan
ancaman
kesehatannya,
asuhan
keperawatan,
konsep
dan
data-data
tentang
kesehatan,
diabetes.
Perawat
menggunakan
metode
maka
profesi
perawat
menawarkan
peran
10
atau
meningkatkan
kualitas
asuhan
11
4. Implementasi
5. Evaluasi
fisik
dan
mempelajari
data
penunjang
12
pengkajian
ulang
dan
merevisis
diagnosis
13
Standar IV : Implementasi
Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi
dalam rencana asuhan keperawatan.
Kriteria proses:
1. Bekerjasama
dengan
klien
dalam
pelaksanaan
tindakan
keperawatan
2. Kolaborasi dengan profesi kesehatan lain untuk meningkatkan
status kesehatan klien
3. Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah
kesehatan klien
4. Melakukan supervisi terhadap tenaga pelaksana keperawatan di
bawah tanggung jawabnya
5. Menjadi koordinator pelayanan dan advokasi terhadap klien
untuk mencapai tujuan kesehatan
6. Menginformasikan kepada klien tentang status kesehatan dan
fasilitas-fasilitas pelayanan kesehatan yang ada
7. Memberikan pendidikan pada klien dan keluarga mengenai
konsep, keterampilan asuhan diri serta membantu klien
memodifikasi lingkungan yang digunakannya.
14
Standar V : Evaluasi
Perawat mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan dalam
pencapaian tujuan dan merevisi data dasar serta perencanaan.
Kriteria proses:
1. Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara
komprehensif, tepat waktu dan terus menerus
2. Menggunakan data dasar dan respon klien dalam mengukur
perkembangan ke arah pencapaian tujuan
3. Memvalidasi dan menganalisis data baru dengan sejawat dan
klien
4. Bekerjasama dengan klien, keluarga untuk memodifikasi rencana
asuhan keperawatan
5. Mendokumentasikan
hasil
evaluasi
dan
memodifikasi
perencanaan.
15
16
adalah
pemenuhan
kebutuhan
fisik
kurang
17
3. Metode Tim
Pada tahun 1950 mulai dikembangkan metode tim, model
tim merupakan model asuhan keperawatan dimana perawat
profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada sekelompok klien
melalui upaya kooperatif dan kolaboratif. Dalam metode tim
asuhan keperawatan dilakukan oleh sekelompok staf perawatan
yang terdiri perawat profesional bertanggung jawab mengkaji,
merencanakan dan mendelegasikan sebagian pekerjaannya
kepada anggota, mengevaluasi dan merevisi asuhan keperawatan.
Pada dasarnya didalam model ini mengandung dua
konsep utama yaitu kepemimpinan yang harus dimiliki ketua tim
dan komunikasi efektif melalui laporan, pre dan post conference
atau pembahasan sebelum dan sesudah penugasan.
Uraian tugas kepala ruangan, ketua tim dan anggota tim
a. Kepala ruangan
a) Menetapkan kinerja staf
b) Membantu staf dalam menetapkan sasaran asuhan
keperawatan
c) Memberikan kesempatan kepada ketua tim untuk
mengembangkan kepemimpinan
d) Mengorientasikan tenaga keperawatan tentang fungsi
model tim.
18
tugas
berdasarkan
rencana
asuhan
19
4. Metode Primer/Utama
Metode
primer
adalah
metode
pemberian asuhan
20
21
22
23
keperawatan
bertanggung
jawab
atas
pelayanan
24
3. Rencana
asuhan
keperawatan
disusun
setelah
diadakan
25
8. Penelitian keperawatan.
9. Bila penelitian keperawatan dilakukan, hak asasi pasien harus
dilindungi sesuai dengan pedoman yang berlaku dengan
menjunjung tinggi etika profesi.
26
27
tempat
dan
peralatan
yang
sesuai
untuk
melaksanakan tugas.
2. Bila digunakan peralatan khusus, peralatan tersebut dijalankan
oleh staf yang telah mendapatkan pelatihan.
28
contoh
kebijakan
ialah
penyuntikan/pengobatan
29
30
ada
program
pengembangan
dan
pendidikan
perawat
yang
mampu,
dalam
program
31
mengenai
metode
penugasan
asuhan
32
bagi
staf
untuk
mengembangkan,
kekurangan
pengetahuan
yang
telah
program
pendidikan
keperawatan
maupun
33
ditetapkan.
b. Penampilan kerja semua tenaga perawat.
c. Proses dan hasil pelayanan keperawatan.
d. Tersedianya dan pendayagunaan sumber daya dari rumah
sakit.
3. Perawat terdaftar ditugaskan untuk mengkoordinasi program
ini.
4. Kegiatan pengendalian mutu meliputi hal-hal:
a. Pemantauan: pengumpulan informasi secara rutin tentang
pemberian pelayanan yang penting.
b. Pengkajian: pengkajian secara periodik tentang informasi
tersebut di atas untuk mengidentifikasi masalah penting
dalam pemberian pelayanan dan kemungkinan untuk
mengatasinya.
34
mengidentifikasi
dan
kekurangan-
35
36
yang
kompeten
secara
intelektual,
tekhnikal
dan
37
Vanhaven
dan
Kyngas
(1998)
38
39
mempunyai
kemampuan
berfikir
kritis
dalam
akan
diperoleh
melalui
pendidikan
tinggi
keperawatan.
Berdasarkan SK Menkes 1239 tahun 2001 tentang
Registrasi dan Praktik Perawat yang menyebutkan bahwa
tenaga perawat profesional tingkat pemula berpendidikan D
III keperawatan. Husin dalam Ali (2002) mengemukakan
40
bahwa
bersifat
melaksanakan
asuhan
keperawatan
meliputi:
karir
adalah
perencanaan
dan
41
42
standar
asuhan
keperawatan,
dokumentasi
asuhan
43
adalah
proses
interaksi
individu
dengan
44
organisme
atau
seseorang
terhadap
rangsangan
(stimulus) dari luar subyek tersebut. Respons ini ada dua macam,
yakni:
a. Bentuk pasif adalah respons internal, yaitu yang terjadi di
dalam diri manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat
oleh orang lain, misalnya berfikir, tanggapan atau sikap batin
dan pengetahuan.
b. Bentuk aktif, yaitu apabila perilaku itu dapat diobservasi
secara langsung.
3. Prosedur Pembentukan Perilaku
Menurut Skinner prosedur pembentukan perilaku dalam
Operant Conditioning (jenis respons atau perilaku yang
diciptakan karena adanya kondisi tertentu) adalah sebagai
berikut:
a. Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan
penguat atau reinforcer berupa hadiah-hadiah atau rewards
bagi perilaku yang akan dibentuk.
45
b. Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponenkomponen kecil yang membentuk perilaku yang dikehendaki.
Kemudian komponen-komponen tersebut disusun dalam
urutan yang tepat untuk menuju kepada terbentuknya perilaku
yang dimaksud.
c. Dengan menggunakan secara urut komponen-komponen itu
sebagai tujuan-tujuan sementara, mengidentifikasi reinforcer
atau hadiah untuk masing-masing komponen tersebut.
d. Melakukan pembentukan perilaku, dengan menggunakan
urutan komponen yang telah tersusun itu. Apabila komponen
pertama telah dilakukan, maka hadiahnya diberikan, hal ini
akan mengakibatkan komponen atau perilaku (tindakan)
tersebut cenderung akan sering dilakukan.
4. Proses Pembentukan Perilaku
Proses pembentukan perilaku terbentuk karena adanya
kebutuhan. Menurut Abraham Harold Maslow, manusia memiliki
lima kebutuhan dasar yaitu kebutuhan fisiologis atau biologis
seperti O2, air, cairan elektrolit, makanan dan seks. Kebutuhan
rasa aman misalnya rasa aman terhindar dari pencurian,
penodongan, perampokan dan kejahatan lainnya. Kebutuhan
mencintai dan dicintai misalnya, mendambakan kasih sayang
atau cinta kasih orang lain baik dari orang tua, saudara, teman,
kekasih dan lain-lain. Kebutuhan harga diri misalnya, ingin
46
(menimbang-nimbang),
individu
menimbang-
47
artinya
kemampuan
untuk
menjelaskan
dan
48
2. Tujuan Akreditasi
a. Tujuan umum :
Meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit dan sarana
kesehatan lainnya.
b. Tujuan Khusus :
1) Memberikan jaminan, kepuasan dan perlindungan kepada
masyarakat.
2) Memberikan pengakuan kepada rumah sakit dan sarana
kesehatan lainnya yang telah menerapkan standar yang
ditetapkan.
3) Menciptakan lingkungan intern rumah sakit dan sarana
kesehatan lainnya yang kondusif untuk penyembuhan
dan pengobatan termasuk peningkatan dan pencegahan
sesuai standar struktur, proses dan hasil.
3. Peran Akreditasi
a. Peningkatan kualitas pelayanan (QI)
b. Kegiatan pelayanan komprehensif
c. Pelayanan integratif yang meliputi struktur, proses dan out
come secara obyektif, sistematik dan berlanjut.
d. Memantau dan menilai mutu dan kewajaran pelayanan
terhadap
pasien
dan
memecahkan
masalah
sehingga
49
4. Manfaat
a. Peningkatan Administrasi dan perencanaan
b. Peningkatan Koordinasi asuhan pasien
c. Peningkatan koordinasi pelayanan
d. Peningkatan kerjasama dalam organisasi, komitmen penuh
terhadap mutu pelayanan
e. Peningkatan komunikasi antar Staff
f. Penggunaan sumber daya yang lebih efisien
g. Lingkungan yang lebih aman
h. Peningkatan sistem dan prosedur
i. Peningkatan kesadaran staff akan tanggung jawabnya
j. Peningkatan pelayanan diukur dengan Clinical Indicator
k. Kepuasan Stakeholer
5. Metode
Akreditasi RS pada dasarnya menggunakan dua metode
yang saling berkaitan dan dilaksanakan secara peiodik dan
berkesinambungan :
c. Survei pra Akreditasi
Rumah
sakit
menilai
diri
sendiri
(self
assessment)
50
d. Survei Akreditasi
Survei dilakukan oleh Surveyor yang ditugaskan komisi
gabungan Akreditasi, survei ini dilakukan dilokasi rumah
sakit.
6. Keputusan Hasil Akreditasi
e. Tidak terakreditasi (gagal)
Suatu rumah sakit tidak dapat memperoleh status akreditasi
bila rumah sakit tersebut dianggap belum mampu memenuhi
standar yang ditetapkan.
f. Akreditasi bersyarat :
Status ini diberikan bila rumah sakit telah dapat memenuhi
persyaratan minimal tetapi belum cukup untuk mendapatkan
akreditasi penuh karena ada beberapa kriteria/standar yang
diberi rekomendasi khusus.
g. Akreditasi Penuh
Status akreditasi penuh diberikan untuk jangka waktu tiga
tahun
h. Akreditasi Istimewa
Untuk rumah sakit yang menunjukkan pemenuhan standar
secara istimewa selama tiga periode berturut turut, akan
mendapatkan status akreditasi untuk masa lima tahun.
51
acuan
petugas
melaksanakan
52
prosedur
keperawatan,
asuhan
program
pengembangan
staff jangka
53
konsumen
kesehatan
sesuai
dengan
UU
54
55
penelitian-penelitian
yang
56
Berpengaruh
Terhadap
Pelaksanaan
Standar
Asuhan
57
Perilaku perilaku
penerapan Standar
Operating Prosedure
(SOP) dalam
memberikan asuhan
keperawatan