Você está na página 1de 11

ALERGI MAKANAN

Ariyanto Harsono, Anang Endaryanto

BATASAN
Alergi makanan adalah kumpulan gejala yang mengenai banyak organ dan sistem
tubuh yang ditimbulkan oleh alergi terhadap bahan makanan. Alergi makanan di
masyarakat merupakan istilah umum untuk menyatakan reaksi simpang terhadap
makanan termasuk di dalamnya proses non-alergi yang sebenarnya lebih tepat disebut
intoleransi. Intoleransi makanan merupakan reaksi terhadap makanan yang bukan
reaksi imunologik, misalnya reaksi toksik, reaksi metabolik, dan reaksi indiosinkrasi.
PATOFISIOLOGI
Faktor yang berperan dalam alergi makanan :

Imaturitas usus secara fungsional (misalnya dalam fungsi-fungsi : asam


lambung, enzym-enzym usus, glycocalyx) maupun fungsi-fungsi imunologis
(misalnya : IgA sekretorik) memudahkan penetrasi alergen makanan. Imaturitas
juga mengurangi kemampuan usus mentoleransi makanan tertentu.

Genetik berperan dalam alergi makanan. Sensitisasi alergen dini mulai janin
sampai masa bayi dan sensitisasi ini dipengaruhi oleh kebiasaan dan norma
kehidupan setempat.

Faktor pencetus : faktor fisik (dingin, panas, hujan), faktor psikis (sedih, stress)
atau beban latihan (lari, olah raga).

Alergen dalam makanan :

Merupakan protein, glikoprotein atau polipeptida dengan besar molekul lebih dari
18.000 dalton, tahan panas dan tahan enzim proteolitik.

Pada ikan diketahui allergen-M sebagai determinan. Pada telur ovomukoid


merupakan alergen utama. Pada susu sapi betalaktoglobulin (BLG),
alfalalaktalbumin (ALA), bovin serum albumin (BSA) dan bovin gama globulin
(BGG) merupakan alergen utama dan BLG adalah alergen terkuat. Pada kacang
tanah alergen terpenting adalah arachin, conarachin dan peanut-1. Pada udang
dikenal allergen-1 dengan berat molekul 21.000 dalton dan Allergen-2 dengan
berat molekul 200.000 dalton. Pada gandum yang merupakan alergen utama
adalah: albumin, pseudoglobulin dan euglobulin

Terjadinya alergi makanan :

Pada paparan awal, alergen dikenali oleh sel penyaji antigen untuk selanjutnya
mengekspresikan pada sel-T. Sel-T tersensitisasi dan akan merangsang sel-B
menghasilkan antibodi dari berbagai subtipe.

Alergen yang intak diserap oleh usus dalam jumlah cukup banyak dan mencapai
sel-sel pembentuk antibodi di dalam mukosa usus dan organ limfoid usus,yang
pada anak atopi cenderung terbentuk IgE lebih banyak.Selanjutnya terjadi
sensitisai sel mast pada saluran cerna, saluran nafas dan kulit. Kombinasi
alergen dengan IgE pada sel mast bisa terjadi pada IgE yang telah melekat pada
sel mast atau komplek IgE-Alergen terjadi ketika IgE masih belum melekat pada
sel mast atau IgE yang telah melekat pada sel mast diaktifasi oleh pasangan non
spesifik, akan menimbulkan degranulasi mediator. Pembuatan antibodi IgE
dimulai sejak paparan awal dan berlanjut walaupun dilakukan diet eliminasi.
Komplemen akan mulai mengalami aktivasi oleh kompleks antigen antibodi.

Pada paparan selanjutnya mulai terjadi produksi sitokin oleh sel-T. Sitokin
mempunyai berbagai efek terhadap berbagai sel terutama dalam menarik sel-sel
radang misalnya netrofil dan eosinofil, sehingga menimbulkan reaksi
peradangan. Aktifasi komplemen dan terjadinya komplek imun akan menarik
netrofil.

Gejala klinis yang timbul adalah hasil interaksi mediator, sitokin dan kerusakan
jaringan yang ditimbulkannya.

Bayi atopi juga mendapat sensitisasi melalui makanan alergenik yang


terkandung dalam air susu ibu. Bayi-bayi dengan alergi awal terhadap satu
makanan misalnya susu, juga mempunyai resiko yang tinggi untuk berkembang
menjadi alergi terhadap makanan lain.

GEJALA KLINIK/Symptom
Gejala klinis alergi makanan biasanya mengenai berbagai organ sasaran seperti kulit,
saluran nafas, saluran cerna, mata, telinga, saluran vaskuler. Organ sasaran bisa
berpindah-pindah, gejala sering kali sudah dijumpai pada masa bayi. Makanan tertentu
bisa menyebabkan gejala tertentu pada seseorang anak, tetapi pada anak lain bisa
menimbulkan gejala lain. Pada seseorang makanan yang satu bisa mempunyai organ
sasaran yang lain dengan makanan yang lain, misalnya udang menyebabkan urtikaria,
sedangkan kacang tanah menyebabkan sesak nafas. Susu sapi bisa menimbulkan
gejala alergi pada saluran nafas, saluran cerna, kulit dan anafilaksis. Bischop (1990)

mendapatkan pada penderita yang alergi susu sapi : 40% dengan gejala asma, 21%
eksema, 43% dengan rinitis. Peneliti lain mendapatkan gejala alergi susu sapi berupa :
urtikaria, angionerotik udem, pucat, muntah, diare, eksema dan asma.

CARA PEMERIKSAAN/DIAGNOSIS
Diagnosis alergi makanan diperoleh dari anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
laboratorium dan secara akademis dipastikan dengan Double Blind Placebo Controlled
Food Challenge. Secara klinis bisa dilakukan uji eliminasi dan provokasi terbuka Open
Challenge. Pertama-tama dilakukan eliminasi dengan makanan yang dikemukakan
sendiri oleh penderita atau orangtuanya atau dari hasil uji kulit. Kalau tidak ada
perbaikan maka dipakai regimem diet tertentu.

Diagnosis dengan diet eliminasi


Ada beberapa regimen diet yang bisa digunakan :
1. ELIMINATION DIET: beberapa makanan harus dihindari yaitu Buah, Susu,
Telur, Ikan dan Kacang, di Surabaya terkenal dengan singkatan BSTIK.
Merupakan makanan-makanan yang banyak ditemukan sebagai penyebab
gejala alergi, jadi makanan-makanan dengan indeks alergenisitas yang tinggi.
Indeks ini mungkin lain untuk wilayah yang lain, sebagai contoh dengan DBPFC
mendapatkan telur, kacang tanah, susu sapi, ikan, kedelai, gandum, ayam, babi,
sapi dan kentang, sedangkan Bischop mendapatkan susu, telur, kedelai dan
kacang.
2. MINIMAL DIET 1 (Modified Rowes diet 1): terdiri dari beberapa makanan dengan
indeks alergenisitas yang rendah. Berbeda dengan elimination diet, regimen ini
terdiri dari beberapa bahan makanan yang diperbolehkan yaitu : air, beras, daging
sapi, kelapa, kedelai, bayam, wortel, bawang, gula, garam dan susu formula kedelai.
Bahan makanan lain tidak diperbolehkan.
3. MINIMAL DIET 2 (Modified Rowes Diet 2): Terdiri dari makanan-makanan dengan
indeks alergenisitas rendah yang lain yang diperbolehkan, misalnya : air, kentang,
daging kambing, kacang merah, buncis, kobis, bawang, formula hidrolisat kasein,
bahan makanan yang lain tidak diperkenankan.
4. EGG and FISH FREE DIET: diet ini menyingkirkan telur termasuk makananmakanan yang dibuat dari telur dan semua ikan. Biasanya diberikan pada penderita-

penderita dengan keluhan dengan keluhan utama urtikaria, angionerotik udem dan
eksema.
5. HIS OWNS DIET: menyingkirkan makanan-makanan yang dikemukakan sendiri
oleh penderitanya sebagai poenyebab gejala alergi.
Diet dilakukan selama 3 minggu, setelah itu dilakukan provokasi dengan 1 bahan
makanan setiap minggu. Makanan yang menimbulkan gejala alergi pada provokasi ini
dicatat. Disebut alergen kalau pada 3 kali provokasi menimbulkan gejala alergi.
Waktunya tidak perlu berturut-turut. Jika dengan salah satu regimen diet tidak ada
perbaikan padahal sudah dilakukan dengan benar, maka diberikan regimen yang lain.
Sebelum memulai regimen yang baru, penderita diberi carnaval selama seminggu,
artinya selama 1 minggu itu semua makanan boleh dimakan (pesta). Maksudnya
adalah memberi hadiah setelah 3 minggu diet dengan baik, dengan demikian ada
semangat untuk menjalani diet berikunya. Selanjutnya diet yang berikutnya juga
dilakukan selama 3 minggu sebelum dilakukan provokasi.
Periksaan Penunjang

Uji kulit : sebagai pemerikasaan penyaring (misalnya dengan alergen hirup


seperti tungau, kapuk, debu rumah, bulu kucing, tepung sari rumput, atau
alergen makanan seperti susu, telur, kacang, ikan).

Darah tepi : bila eosinofilia 5% atau 500/ml condong pada alergi. Hitung leukosit
5000/ml disertai neutropenia 3% sering ditemukan pada alergi makanan.

IgE total dan spesifik: harga normal IgE total adalah 1000u/l sampai umur 20
tahun. Kadar IgE lebih dari 30u/ml pada umumnya menunjukkan bahwa
penderita adalah atopi, atau mengalami infeksi parasit atau keadaan depresi
imun seluler.

DIAGNOSA BANDING

Gangguan saluran cerna dengan diare dan atau mual muntah, misalnya :
stenosis pilorik, Hirschsprung, defisiensi enzim, galaktosemia, keganasan
dengan obstruksi, cystic fibrosis, peptic disease dan sebagainya.

Reaksi karena kontaminan dan bahan-bahan aditif, misalnya : bahan pewarna


dan pengawet, sodium metabisulfite, monosodium glutamate, nitrit, tartrazine,
toksin, fungi (aflatoxin), fish related (scombroid, ciguatera), bakteri (Salmonella,
Escherichia coli, Shigella), virus (rotavirus, enterovirus), parasit (Giardia, Akis
simplex), logam berat, pestisida, kafein, glycosidal alkaloid solanine, histamin

(pada ikan), serotonin (pisang, tomat), triptamin (tomat), tiramin (keju) dan
sebagainya.

Reaksi psikologis.

PENATALAKSANAAN
Identifikasi alergen dan eliminasi :

Diet eliminasi/provokasi adalah untuk diagnostik. Bila alergen telah diketemukan


maka harus dihindari sebaik mungkin dan makanan-makanan yang tergolong
hipoalergenik dipakai sebagai pengganti.

Pada bayi dari keluarga atopik, disarankan menunda pemberian makanan


makanan yang dikenal sebagai makanan alergenik utama, dengan cara :
o

Eliminasi susu sapi sampai usia 1 tahun

Eliminasi telur sampai usia 18-24 bulan

Eliminasi kacang-kacangan dan ikan sampai usia 3 tahun

Pencegahan :

Alergi tidak bisa disembuhkan, tapi dengan pencegahan yang efektif akan
mengendalikan frekuensi dan intensitas serangan, penggunaan obat, jumlah hari
absen sekolah, serta membantu memperbaiki kualitas hidup.

Pemberian ASI sangat dianjurkan. Pada bayi yang melakukan eliminasi makanan
dan mendapat ASI, maka ibu juga harus pantang makanan penyebab alergi.
Dengan eliminasi sebelumnya, alergi susu sapi menghilang pada kebanyakan
kasus pada umur 2 tahun. Untuk pengganti susu sapi dapat dipakai susu
hidrolisat whey atau hidrolisat casein. Pilihan lain adalah susu formula kedelai,
dengan harus tetap waspada terhadap kemungkinan alergi terhadap kedelai.
Pada bayi yang menderita alergi makanan derajat berat yang telah
menggunakan formula susu hipoalergenik, bila ingin melakukan diet provokasi
dengan susu formula sapi, harus dilakukan dirumah sakit, karena jika gagal ada
kemungkinan terjadi renjatan anafilaksis.

Sayur mayur bisa dianjurkan sebagai pengganti buah, daging sapi atau kambing
sebagai pengganti telur ayam dan ikan.

Makan di restoran kurang aman dan dianjurkan selalu membaca label bahanbahan makanan jika membeli makanan jadi.

Desensitisasi pada alergi makanan tidak dilakukan sebab reaksinya hebat dan
sedikit sekali bukti-bukti kerberhasilannya. Andaikata berhasil, selama
desensitisasi penderita juga tetap harus menyingkirkan makanan penyebab
serangan alergi itu.

Pengobatan
Bila diet tidak bisa dilaksanakan maka harus diberi farmakoterapi dengan obat-obatan
seperti yang tersebut di bawah ini :
Kromolin, Nedokromil.
Dipakai terutama pada penderita dengan gejala asma dan rinitis alergika. Kromolin
umumnya efektif pada alergi makanan dengan gejala Dermatitis Atopi yang disebabkan
alergi makanan. Dosis kromolin untuk penderita asma berupa larutan 1% solution (20
mg/2mL) 2-4 kali/hari untuk nebulisasi atau berupa inhalasi dengan metered-dose
inhaler 1,6 mg (800 g/inhalasi) 2-4 kali/hari. Untuk rinitis alergik digunakan obat
semprot 3-4 kali/hari yang mangandung kromolin 5.2 mg/semprot. Untuk konjungtivitis
diberikan tetes mata 4% 4-6 x 1 tetes mata/hari. Nedokromil untuk nebulisasi tak ada.
Yang ada berupa inhalasi dengan metered-dose inhaler dan dosis untuk asma adalah
3,5 mg (1,75 mg/inhalasi) 2-4 kali/hari. Untuk konjungtivitis diberikan tetes mata
nedokromil 2% 4-6 x 1-2 tetes mata/hari.
Glukokortikoid.
Digunakan terutama bila ada gejala asma. Steroid oral pada asma akut digunakan pada
yang gejala dan PEF nya makin hari makin memburuk, PEF yang kurang dari 60%,
gangguan asma malam dan menetap pada pagi hari, lebih dari 4 kali perhari, dan
memerlukan nebulizer serta bronkodilator parenteral darurat. menggunaan
bronkodilator. Steroid oral yang dipakai adalah : metil prednisolon, prednisolon dan
prednison. Prednison diberikan sebagai dosis awal adalah 1-2 mg/kg/hari dosis
tunggal pagi hari sampai keadaan stabil kira-kira 4 hari kemudian diturunkan sampai 0,5
mg/kg/hari, dibagi 3-4 kali/hari dalam 4-10 hari. Steroid parenteral digunakan untuk
penderita alergi makanan dengan gejala status asmatikus, preparat yang digunakan
adalah metil prednisolon atau hidrokortison dengan dosis 4-10 mg/kg/dosis tiap 4-6
jam sampai kegawatan dilewati disusul rumatan prednison oral. Steroid hirupan
digunakan bila ada gejala asma dan rinitis alergika.
Beta adrenergic agonist

Digunakan untuk relaksasi otot polos bronkus. Epinefrin subkutan bisa diberikan
dengan dosis 0,01 mg/kg/dosis maksimum 0,3 mg/dosis.
Metil Xantin
Digunakan sebagai bronkodilator. Obat yang sering digunakan adalah aminofilin dan
teofilin, dengan dosis awal 3-6/kg/dosis, lanjutan 2,5 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam.
Simpatomimetika

Efedrin : 0,5 1,0 mg/kg/dosis, 3 kali/24 jam

Orciprenalin : 0,3 0,5 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam

Terbutalin : 0,075 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam

Salbutamol : 0,1 0,15 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam

Leukotrien antagonis
LTC4 dan LTD4 menimbulkan bronkokonstriksi yang kuat pada manusia, sementara
LTE4 dapat memacu masuknya eosinofil dan netrofil ke saluran nafas. Dapat digunakan
pada penderita dengan asma persisten ringan. Namun pada penelitian dapat diberikan
sebagai alternatif peningkatan dosis kortikosteroid inhalasi, posisi anti lekotrin mungkin
dapat digunakan pada asma persisten sedang, bahkan pada asma berat yang selalu
membutuhkan kortikosteroid sistemik, digunakan dalam kombinasi dengan xantin, beta2-agonis dan steroid. Preparat yang sudah ada di Indonesia adalah Zafirlukast yang
diberikan pada anak sebesar 20 mg/dosis 2 kali/24jam.
H1-Reseptor antagonis
H1 reseptor antagonis generasi kedua tidak ada efek samping CNS. Setirizin bisa
digunakan pada anak mulai umur 1 tahun dan tidak ada efek samping kardiovaskular,
dapat digunakan jangka lama. H1 reseptor antagonis generasi pertama efek
antikolinergiknya dapat memperburuk gejala asma karena pengentalan mukus. Pada
dosis tinggi efek samping pada CNS sangat membatasi penggunaanya dalam
pengobatan asma. Beberapa penelitian membuktikan efektifitas. Difenhidramin
diberikan dengan dosis 0,5 mg/kg/dosis, 3 kali/24 jam. CTM diberikan dengan dosis 0,09
mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam. Setirizin, dosis pemberian sesuai usia anak adalah: 2-5 tahun: 2.5
mg/dosis,1 kali/hari; > 6 tahun : 5-10 mg/dosis,1 kali/hari. Loratadin, dosis pemberian sesuai
usia anak adalah: 2-5 tahun : 2.5 mg/dosis,1 kali/hari; > 6 tahun : 10 mg/dosis,1 kali/hari.
Feksofenadin, dosis pemberian sesuai usia anak adalah : 6-11 tahun : 30 mg/hari, 2 kali/hari; >
12 tahun : 60 mg/hari, 2 kali/hari atau 180 mg/hari, 4 kali/hari. Azelastine, dosis pemberian
sesuai usia anak adalah: 5-11 tahun : 1 semprotan 2 kali/hari; > 12 tahun : 2 semprotan, 2

kali/hari. Pseudoephedrine, dosis pemberian sesuai usia anak adalah : 2-6 tahun : 15 mg/hari, 4
kali/hari; 6-12 tahun : 30 mg/hari, 4 kali/hari; > 12 tahun : 60 mg/hari 4 kali/hari. Ipratropium
bromide 0.03% 2 semprotan, 2-3 kali/hari.

PROGNOSIS
Alergi makanan yang mulai pada usia 2 tahun mempunyai prognosis yang lebih baik
karena ada kemungkinan kurang lebih 40% akan mengalami grow out. Anak yang
mengalami alergi pada usia 15 tahun ke atas cenderung untuk menetap.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sampson HA, Leung DYM. Adverse reaction to Foods. In: Behrman RE,
Kliegman RM, Jenson HB (eds): Textbook of Pediatrics. 17 th Ed Philadelphia, WB
Saunders 2004. pp. 789-792.
2. Sampson HA. Food allergy. J Allergy Clin Immunol, 2004; 111 : S540-7.
3. American Academy of Pediatrics, Committee on Nutrition : Hypoallergenic infant
formulas. Pediatrics 2000; 106 : 346-49.
4. Sicherer SH: Diagnosis and management of childhood food allergy. Curr Probl
Pediatr 2001; 31 : 35-57.
5. Wahn U, Nickel R, Illi S, Lau S, Grubber C, Hamelmann E, 2004. Strategies for
early prevention of allergic disorders. Clin Exp All Rev; 4 : 194-199.

MATERI
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PENYAKIT ALERGI MAKANAN
A. DEFINISI

Alergi makanan adalah reaksi hipersensitivitas sistem kekebalan tubuh terhadap makanan
tertentu. Makanan yang sering menyebabkan alergi adalah susu sapi, sereal, kacang-kacangan,
putih telur, udang dan ikan. Alergi juga dapat disebabkan oleh sulfida atau salisilat dalam
makanan dan obat, penyedap masakan, zat pengawet dan pewarna sintetis.
Pada 80% kasus, alergi makanan menghilang di tahun-tahun awal kehidupan. Hanya 1-2
% orang dewasa yang memiliki alergi (perempuan dua kali lebih banyak dari laki-laki). Alergi
terhadap makanan tertentu seperti susu sapi dan putih telur cenderung menghilang ketika anak
tumbuh dewasa. Alergi udang, ikan, kerang dan kacang-kacangan cenderung terus berlanjut
seumur hidup.
makanan memengaruhi sekitar 3-10% anak-anak. Pada beberapa bayi, protein tidak dapat
dicerna secara optimal karena aktivitas enzim pencernaan belum sepenuhnya berkembang. Selain
itu, mereka memiliki permeabilitas mukosa usus untuk makromolekul lebih besar daripada orang
dewasa. Akibatnya, protein yang belum dipecah lebih banyak terserap di usus kecil sehingga
menimbulkan reaksi alergi.
B. Penyebab
Tubuh kita dilindungi dari infeksi oleh sistem kekebalan tubuh. Kita memproduksi
sejenis protein yang disebut antibodi untuk menandai kuman yang menyebabkan infeksi. Ada
berbagai jenis antibodi, dan yang menyebabkan reaksi alergi disebut imunoglobulin E (IgE).
Antibodi IgE biasanya dihasilkan sebagai respon terhadap infeksi parasit, seperti pada malaria.
Namun, beberapa orang memproduksi IgE sebagai respon terhadap makanan tertentu.
Saat pertama kali Anda memakan makanan penyebab alergi, sistem kekebalan tubuh
Anda merespon dengan membuat IgE. IgE dalam hal ini bertindak seperti penanda molekul
makanan penyebab alergi (alergen). Ketika Anda memakan makanan itu lagi, tubuh akan
mengeluarkan antibodi IgE dan bahan kimia lainnya, termasuk histamin, untuk mengusir
protein musuh dari tubuh Anda. Histamin adalah bahan kimia kuat yang dapat memengaruhi
sistem pernafasan, saluran pencernaan, kulit, atau sistem kardiovaskular. Sebagai akibat respon
ini, gejala alergi makanan terjadi. Gejala yang Anda rasakan tergantung pada bagian tubuh mana
histamin dilepaskan. Jika dilepaskan di telinga, hidung, dan tenggorokan, Anda mungkin
merasakan hidung dan mulut gatal, atau kesulitan bernapas atau menelan. Jika histamin
dilepaskan di kulit, Anda dapat mengembangkan gatal-gatal atau ruam. Jika histamin dilepaskan

dalam saluran pencernaan, Anda mungkin akan mengembangkan sakit perut, kram, atau
diare. Banyak orang mengalami kombinasi gejala-gejala tersebut.
Kita tidak tahu mengapa beberapa makanan dapat menyebabkan alergi dan yang lainnya
tidak, tapi kemungkinannya adalah karena beberapa protein dalam makanan sangat mirip dengan
protein yang terdapat dalam virus dan bakteri. Oleh karena itu, alergi biasanya adalah
kecenderungan genetik di mana sistem kekebalan tubuh seseorang tidak mampu membedakan
protein makanan dengan virus atau bakteri.
Tentang Syok Anafilaksis
Syok Anafilaksis (anaphylactic shock) adalah reaksi alergi fatal terhadap makanan, obat-obatan
(penisilin), lateks alam, atau sengatan serangga. Pada anak-anak, alergen yang paling umum
menyebabkan reaksi alergi parah adalah telur, susu dan kacang-kacangan, sedangkan pada
orang dewasa, makanan laut seperti kerang dan udang dapat ikut berperan. Selain penurunan
drastis tekanan darah, individu yang terkena juga mungkin mengalami gatal-gatal dan mengi
akibat penyempitan saluran udara, dan tenggorokan bengkak yang menyebabkan kesulitan
bernafas.
Syok ini disebabkan oleh alergen yang masuk ke dalam aliran darah dan sistem kekebalan
tubuh bereaksi berlebihan dengan melepaskan histamin dalam jumlah besar dan bahan kimia
lainnya, yang kemudian memicu gejala alergi intens. Syok terjadi dengan cepat, biasanya
hanya dalam beberapa menit atau jam setelah kontak dengan alergen. Seluruh bagian tubuh
terpengaruh. Gejala ini adalah kedaruratan medis. Bila Anda menemukan kerabat yang terkena
syok anafilaksis, segera bawa ke rumah sakit atau klinik untuk mendapatkan penanganan.
C. Gejala
Gejala alergi dan tingkat keparahannya bervariasi pada tiap orang. Makanan berbeda
dapat memicu gejala yang berbeda pula. Reaksi terhadap makanan biasanya muncul dalam
waktu satu jam setelah makan atau kurang. Berikut adalah beberapa gejala alergi yang mungkin
timbul:

Kulit: ruam kulit kemerahan (biduran/urtikaria) yang gatal dan menghilang dalam beberapa
hari.

Mata: edema, konjungtivitis alergi

Hidung: hidung meler (rhinitis), bersin

Tubuh: pembengkakan tubuh (angioneurotik edema)

Mulut: radang di mulut, lidah dan langit-langit

Saluran pernapasan: batuk, asma, sesak napas

Saluran pencernaan: diare, muntah, perut kram, keras dan kembung

Sistem: syok anafilaksis (jarang), tekanan darah, gangguan irama jantung, jantung berdebar,
sakit kepala, kelelahan

D. Alergi atau intoleransi makanan?


Perut kembung, otot atau sendi nyeri dan kelelahan juga dapat terjadi setelah seseorang
memakan makanan tertentu, tetapi penyebabnya bukan alergi melainkan intoleransi makanan.
Intoleransi makanan adalah respon sistem pencernaan bukan respon sistem kekebalan tubuh
yang terjadi ketika zat makanan mengganggu sistem pencernaan Anda atau tidak dapat Anda
cerna atau urai dengan sempurna. Intoleransi laktosa, yang ditemukan dalam susu dan produk
susu, adalah intoleransi makanan yang paling umum.
E. Diagnosis
Diagnosis alergi biasanya dilakukan dengan kombinasi penelaahan riwayat medis pasien,
pemeriksaan klinis dan tes untuk mendeteksi antibodi IgE. Cara yang lebih sederhana untuk
mengidentifikasi reaksi makanan adalah rotasi diet, yang terdiri dari hanya mengkonsumsi
makanan tertentu yang diganti setiap 3-4 hari sekali dalam dua atau tiga siklus. Cara ini dapat
mengidentifikasi makanan penyebab alergi.
F. Penanganan
Setelah mengetahui makanan yang menyebabkan alergi, Anda harus menghindarinya.
Namun, terkadang hal ini bisa sulit karena ada bahan tersembunyi seperti zat aditif, kacang,
kedelai, protein susu, dll yang mungkin tidak disebutkan dalam kemasan produk. Dalam hal ini,
Anda sebaiknya selalu membeli produk dari merek yang sama, yang Anda ketahui tidak
menimbulkan alergi. Pada kebanyakan kasus, penggunaan obat antihistamin dapat mengurangi
pembengkakan dan gatal-gatal alergi.

Você também pode gostar