Você está na página 1de 9

RTRW vs REKLAMASI PANTAI

(Kasus Reklamasi Pantai Kota Makassar)

Oleh
Sukardi

Latar Belakang
Reklamasi pantai sebagai alternatif pemenuhan kebutuhan
lahan perkotaan menjadi kemutlakan karena semakin
sempitnya wilayah daratan.
Asumsi yang digunakan oleh Para Penentu Kebijakan
adalah semakin banyak kawasan komersial yang dibangun
maka dengan sendirinya juga akan menambah pendapatan
asli daerah (PAD), maka Reklamasi memberikan
keuntungan dan dapat membantu kota dalam rangka
penyediaan lahan
Kegiatan yang dirasakan akhir-akhir ini dilaksanakan di Kota
Makassar yang mereklamasi kawasan pantai Losari 950 m.
Luas areal yang akan diratakan dan dipadatkan mencapai
106.821 m yang seluruhnya diperuntukkan bagi
kepentingan publik khususnya untuk rekreasi dan kawasan
CBD

Gambaran Umum:

Tahun 1977
Tahun 1920

Tahun 1953

Tahun 2009

Plan
Tahun 2012

Issu Issu Kontemporer:


Pembangunan kota Makassar saat ini diarahkan sebagai kota pantai
(Waterfront City) dengan menjadikan simbol Kota Makassar yang dikaitkan
dengan city branding, dengan konsep yang mewakili strategi kota tersebut
untuk menempatkan jati dirinya ke target pasar.
Issu issu :
1. Reklamasi menjadi sensitif diperdebatkan dalam kasus perda RTRW dinilai perlu
ada perda tersendiri untuk mengatur itu yaitu Perda Zonasi Laut;
2. Perda Zonasi Laut belum dimiliki oleh Pemerintah Kota Makassar
3. Reklamasi pantai di Kota Makassar menjadi pemicu utama kerusakan hutan
mangrove, khususnya yang terjadi di wilayah utara ibu kota provinsi Sulawesi
Selatan
4. Disparitas ruang kota Makassar

KETERKAITAN RTRW TERHADAP


ARAHAN PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR KOTA MAKASSAR

Sebagaimana yang tercantum di dalam Pasal 2 ayat (1) dan (2) Peraturan Daerah
Nomor 6 Tahun 2006 tentang Rencana Tata Ruang Kota Makassar 2005-2015,
bahwa ruang lingkup rencana tata ruang kota Makassar diatur sebagai berikut :
1.

2.

Ruang Lingkup RTRW Kota mencakup strategi dan struktur pemanfaatan ruang
wilayah Kota sampai dengan batas ruang daratan, ruang lautan,dan ruang udara
sesuai dengan peraturan per Undang-Undangan yang berlaku.
RTRW Kota sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini berisi : (1). Asas, Visi dan
Misi pembangunan, serta tujuan penataan ruang Kota Makassar; (2). Kebijakan dan
strategi pengembangan tata ruang; (3). Struktur dan pola pemanfaatan ruang; (4).
Pengelolaan kawasan lindung dan pemanfaatan kawasan budidaya; (5).
Pengendalian pemanfaatan ruang; (6). Hak, kewajiban dan peran serta masyarakat.

Kemudian lebih dipertegas lagi dalam Pasal 3 yang menyatakan bahwa RTRW Kota
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 disusun berasaskan:
1. Pemanfaatan ruang bagi semua kepentingan secara terpadu, serasi, selaras,
seimbang, berdaya guna, berhasil guna, berbudaya dan berkelanjutan.
2. Keterbukaan, persamaan, keadilan, dan perlindungan hukum.

TINJAUAN ISSU :
1. Ditinjau dari Peraturan Daerah RTRW Kota Makassar Tahun 2005
2015, maka implementasi tentang pengelolaan wilayah pesisir yang
berkelanjutan akan tidak dapat terpenuhi sesuai Pasal 3 RTRW Kota
Makassar poin 1 dan 2.
2. Oleh karena itu reklamasi pantai di Kota Makassar sangat perlu ditinjau
kembali baik dari segi regulasi dan kebijakan-kebijakan khusus,
sehingga pengelolaan wilayah pesisir yang berkelanjutan dapat
terpenuhi dengan tidak mengenyampingkan brand Kota Makassar
sebagai Waterfront City
Sesuai Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penataan
Kawasan Pulau, Pantai, Pesisir dan Pelabuhan, pada pasal 23 poin (2) Untuk menikmati
dan memanfaatkan kawasan beserta sumber daya alam yang terkandung didalamnya,
menikmati manfaat kawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini yang
dapat berupa manfaat ekonomi, sosial dan lingkungan dilaksanakan atas dasar
pemilikan, penguasaan atau pemberian hak tertentu berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan ataupun atas hukum adat dan kebiasaan yang
berlaku atas ruang pada masyarakat setempat, dan pasal 24 poin (1) menyatakan
bahwa Hak memperoleh penggantian yang layak atas kerugian terhadap perubahan
status semula yang dimiliki oleh masyarakat sebagai akibat pelaksanaan
pemanfaatan ruang diselenggarakan dengan cara musyawarah antara pihak yang
berkepentingan.

KASUS-KASUS DAN REALITA YANG BERKEMBANG SAAT INI


Regulasi yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kota Makassar yaitu Perda No.16 Tahun 2004 secara kasus-kasus
dan realita yang berkembang saat ini telah banyak dilanggar khususnya berkaitan dengan Hak, Kewajiban dan
Peran Serta Masyarakat sesuai Bab VII Pasal 23 dan 24, adapun pelecehan hak-hak dasar masyarakat Kota
Makassar khususnya pada daerah yang terkena dampak Reklamasi Pantai adalah sebagai berikut :

1. Pengambilan paksa tanah masyarakat yang telah bermukim puluhan tahun di


Tanjung Bunga, dengan dasar pengembangan wilayah akan tetapi lahan tersebut
hanya dimanfaatkan oleh kaum pemodal dalam pengembangan bisnisnya;
2. Terampasnya hak dasar pencarian kehidupan yang layak bagi kaum nelayan dan
pengumpul kerang sehingga mata pencahariannya dengan keahlian yang terbatas
tidak dapat bersaing di dunia kerja dengan bermodal keterampilan sebagai nelayan.
3. Perubahan fisik spasial yang berlangsung sangat cepat mendorong akselerasi
pembangunan, diawali dengan berkembangnya fungsi-fungsi baru, mendorong
masuknya penduduk pendatang secara infiltratif dan ekspansif. Perubahan formasi
sosial tunggal ke formasi ganda yang di dalam terdapat formasi sosial prakapitalis
dan formasi sosial kapitalisme menunjukkan bahwa koeksistensi dua tipe formasi
sosial dalam penguasaan reproduksi ruang pada pembangunan kawasan kota baru
tidak selalu saling kait-mengkait (interrelation) dan harmoni, sehingga berdampak
pada marginalisasi komunitas lokal

PENUTUP:
1. Pelaksanaan Tata Ruang di Kota Makassar saat ini belum sesuai Perda Nomor 6 Tahun 2006 tentang
Tata Ruang Kota Makassar, dimana dalam penelitian banyak ditemukan penggunaan ruang yang
tidak sesuai dengan peruntukan sehingga penataan ruang dan lingkungan di Kota Makassar ke depan
semakin hari semakin rumit.
2. Peranan pemerintah dalam pengendalian Tata ruang di Kota Makassar dari segi pembuatan dan
penyusunan sudah ada dengan adanya RTRW dan Perda Nomor 6 Tahun 2006 tentang Tata Ruang
Kota Makassar, namun bahwa didalam mengimplementasikan kedua hal tersebut pemerintah belum
ada keinginan untuk melaksanakannya dengan baik karena adanya kepentingan sesaat dari
pemerintah yang berkuasa dan ego dari setiap instansi serta tidak adanya koordinasi antar instansi.
3. Peranan masyarakat dalam pengendalian Tata Ruang di Kota Makassar secara umum bahwa
pengendalian tata ruang oleh masyarakat dipengaruhi oleh kesadaran hukum, budaya, sosial
ekonomi dan potensi masyarakat. Kesadaran hukum masyarakat akan hal ini masih sangat
dipengaruhi oleh faktor ekonomi dan budaya sehingga untuk mewujudkan tata ruang dan
lingkungan hidup belum bisa diwujudkan. Disisi lain bahwa penyaluran aspirasi rakyat baru sebatas
didengarkan sehingga partisipasi masyarakat tidak terlalu mendukung penataan ruang dan
lingkungan hidup.
4. Diharapkan supaya pemerintah konsisten dalam pemanfaatan ruang khususnya Reklamasi Pantai,
perlu diatur dalam peraturan daerah seperti Pemberian IMB, peraturan Zonasi, dan pengawasan serta
insentif dan disinsentif.
5. Agar partisipasi masyarakat dapat menunjang implementasi penataan ruang, maka perlu
penjaringan aspirasi yang lebih objektif jangan hanya merupakan formalitas belaka, sehingga hakhak dasar masyarakat sesuai Pasal 23 dan 24 Perda Kota Makassar No. 16 Tahun 2004 dapat
terpenuhi

Terima Kasih

Você também pode gostar