Você está na página 1de 15

Mutia Mandallassari

Bahan belajar LI Blok 18 Lbm 2


Kista Odontogenik

A. Apakah kista non odontogenik ada yang multiokular, atau


hanya kista odontogen?
B. Kista Rongga Mulut
Definisi Kista adalah rongga patologis yang berisi cairan, dibatasi
oleh lapisan epitel dan jaringan ikat . Kista dapat menyebabkan
pembesaran intraoral atau ekstraoral yang secara klinis dapat
menyerupai tumor jinak. Kista banyak didapatkan pada regio Oral dan
Maksilofasial karena adanya sisa epitel odontogenik (Cawson, 2002,
p.102).

Gambaran skematis kista dari dalam ke luar (Lumen, lining


epithelial, wall of fibrous connective tissue) (Dunlap, 2000, p.1)
1. Kista Odontogenik
1) Definisi
Kista odontogenik adalah kista yang berasal dari sisa-sisa
epithelium pembentuk gigi . seperti kisata yang lainnya, kista
odontogenik dapat berisi cairan, material semisolid dan gas.
2) Etiologi
Ada 3 macam sisa jaringan yang berperan sebagai asal
pembentukan kista odontogenik:
a. The epithelial rest or glands of serres yang terisa setelah
putusnya dental lamina. Ini merupakan penyebab odontonek
keratosis. Dan juga penyebab kista gingival dan periodontal
lateral developmental.
b. Email epithelium teruduksi yang berasal dari organ email dan
selubung gigi yang belum erupsi namun telah terbentuk
sempurna. Kista dentigerous dan kista erupsi terbentuk dari
jaringan ini.

c. The rest of Mallessez yang terbentuk melalui fragmentasi dari


epithelial root selubung Hertwig.

Keratosis odontogenik (kista primordial)


Kista folikular (dentigerous)
- Disebabkan oleh ekspansi folikel gigi
Kista periodontal lateral
- Tumbuh dari sisa empitel di ligament periodontium
- Kista lateral periodontal merupakan jenis kista yang
tumbuh dari sisa epitel dental lamina yang tertinggal
di daerah tulang regio interradicular crestal atau di
daerah tulang setinggi setengah panjang akar
(Shear, 2007, p.85).
Kista radikuler
- Kista radikular adalah kista yang terjadi akibat dari
proses keradangan. Dinding epitel dari kista radikular
berasal dari proliferasi sel epitel Malassez yang
berada di ligamen periodontal (Rincon et al, 2006,
p.245).
Kista residual
- Merupakan kista yang ditemukan pada regio yang
tidak bergigi dengan riwayat ekstraksi akibat tidak
terambilnya granuloma atau kista radikular secara
sempurna pada saat dilakukan enukleasi (Regezi,
2003, p.244).
3) Klasifikasi
4) Gambaran klinis dan Gejala
Keratosis odontogenik (kista primordial)
- Kista saat masih berukuran kecil tidak menunjukkan
gejala
- Kemudian
kista
akan
mebesra,
bengkak,
menimbulkan rasa sakit dan mengeluarkan cairan
- Bila terinfeksi atau terjadi fraktur patologis , akan
menimbulakan mati rasa pada gigi bawah
- Kista dapat berkembang luas , melibatkana seluruh
ramus assenden termasuk kondilus dan prosesus
koronoideus tanpa menimbulkan gejala
- Kista memiliki kecenderungan berkembang di rongga
medulla tulang dan ekspansi terjadi beberapa saat
kemudian.
Kista folikular (dentigerous)
- Terasa sakit bila ada infeksi

Asomtimatis walau membesar


Dapat ekspansi ke alveolus bila mebesar
Dapat menungkit gigi sebelahnya
Dikaitkan dengan M3 yang tidak erupsi

Kista periodontal lateral


- Ada arasa sakit, nyeri tekan pada gingival , dan ada
pembengkakakan
- Asimtomatis, biasanya ditemukan saat pemeriksaan
gigi rutin dan pengambilan foto rontgen
- Biasanya ditemukan di regio kaninus dan premolar
rahang bawah
- Terjadi pada gigi vital
- Kista lateral periodontal bersifat asimptomatik, tidak
tampak secara klinis, sehingga sering ditemukan
secara tidak sengaja pada pemeriksaan radiologis
rutin (Neville, 2010, p.693).
Kista radikuler
Kista radikular bersifat asimptomatis dengan proses
pembesaran yang perlahan dan tidak disadari oleh
penderita sampai ukurannya membesar dan bisa tampak
secara klinis (Regezi, 2003, p.242).
Kista residual
- Kista residual bersifat asimptomatis dengan proses
pembesaran secara perlahan-lahan yang tidak
disadari oleh penderita sehingga kista residual sering
ditemukan secara tidak sengaja pada saat dilakukan
pemeriksaan radiologis rutin.
Kista residual bisa menggangu ketepatan
pemasangan dari gigi tiruan, karena adanya
penebalan yang progresif pada epithelial lining dari
kista (Cawson, 2002, p.106).
5) Pemeriksaan
Keratosis odontogenik (kista primordial)
- Rontgen

Sebagian besar radiolusensi yang ditemukan


bersifat unilokular , disertai tepi sklerotik yang
radiopak
Beberapa lesi berbentuk cekung, sehingga
dikira sebagai lesi multilokular
Sulit dibedakan dari ameloblastoma
Jarang terjadi resorbsi gigi
- Biopsy
Dinding kista tipis, ditemukan orto dan
parakeratosis disertai kista satelit (hingga
50%) dijaringan fibrosa kapsular
Aspirasi : lumen yang mengandung cairan
berwarna kuning pucat berisi keratin yang
mengalami deskuamasi
Kista folikular (dentigerous)
- Rontgen
Terlihat sebagai daerah radiolusen unilokular
yang berkaitan dengan gigi yang tidak erupsi.
Memiliki tepi sklerotik dan berbatas jelas
Kista menyelimuti mahkota gigi (dan melekat
pada leher gigi)
Dapat terjadi resorbsi akar pada giigi
sebelahnya
Gambaran radiografis menunjukkan bahwa
kista dentigerous memiliki korteks yang
berbatas jelas dengan outline berbentuk kurva
atau sirkuler dan melekat pada cementoenamel junction (Neville, 2010, p.680).

Gambaran
radiografis
kista
dentigerous
(Neville, 2003, p.340)
Histpatologis
Gambaran histopatologis menunjukkan bahwa
dinding kista dentigerous dilapisi oleh jaringan
ikat dan epitel pipih yang bersatu dengan

reduced enamel epithelium dan menutupi


mahkota gigi (Cawson, 2002, p.110).

Gambaran histopatologis dari kista dentigerous


dengan dinding epitel yang dilapisi jaringan
ikat. (Cawson, 2002, p.110).

Kista periodontal lateral


- Rontgen
Terlihat radiolusen bulat berhubungan dengan
permukaan lateral gigi
Dikelilingi oleh tepi kortikal yang berbatas jelas
Tidak ditemukan resorbsi akar gigi
Secara radiografis susah dibedakan dengan
keratosis
Diagnosis ditegakkan melalui pemeriksaan
histologist
kista lateral periodontal menunjukkan adanya
gambaran radiolusen oval di daerah interdental
gigi premolar (Shear, 2007, p.87).

histopatologis
Gambaran histopatologis menunjukkan bahwa
kista lateral periodontal dilapisi oleh dua atau
tiga lapis epitel tipis, dan pada lapisan ini akan
terlihat pemadatan epitel yang mendorong ke
arah luar atau ke dalam lumen (Shear, 2007,
p.89).

Gambaran
histopatologis
kista
lateral
periodontal (Shear, 2007, p.88)
Kista radikuler
- Rontgen
Secara radiografis, kista radikular nampak
sebagai area bulat radiolusen berbatas
radiopak di apeks gigi. Gambaran radiografis
kista radikular biasanya ditandai dengan
adanya kerusakan lamina dura (Cawson, 2002,
p.103).

Gambaran radiografis dari kista radikular. Lesi


radiolusen
berbatas
radiopak
yang
berhubungan dengan apeks gigi non vital
(Shear, 2007, p.123)
-

Gambaran histopatologis
Gambaran
histopatologis
kista
radikular
ditunjukkan dengan adanya suatu rongga
berlapiskan epitel yang tidak berkeratin dan
memiliki ketebalan yang bervariasi .
Gambaran khas kista radikular menunjukkan
adanya kerusakan pada dinding epitel kista
radikular akibat proses radang sehingga
banyak ditemukan sel neutrofil dan sel radang

lainnya pada dinding kista tersebut (Shear,


2007, p.125).

Gambaran histopatologis kista radikular yang


dilapisi dinding epitel (Shear, 2007, p. 142)
Kista residual
- Rontgen
Gambaran radiografis kista residual menunjukkan
adanya gambaran radiolusen berbatas radiopak di
regio tidak bergigi seperti yang ditunjukkan pada
gambar 2.8 (Marx, 2003, p.578).

Gambaran
Radiografis
kista
residual
yang
menunjukkan adanya gambaran radiolusen berbatas
jelas pada regio tidak bergigi (Neville, 2003, p. 672)
Histopatologis
kista residual hampir sama dengan kista radikular
yang dilapisi stratified squamous epithelium dan
menunjukkan adanya proses inflamasi pada dinding
epitel (Cawson, 2002, p.107).

Gambaran histopatologis kista residual yang


menunjukkan adanya proses inflamasi pada dinding
epitel (Cawson, 2002, p.107)
Source: diagnosis kelainan dalam mulut, Warren
Birnbaunm & Stephen M Dunne
Skripsi Andreas Pratama Nugraha, UNAIR
6) Penatalaksanaan
a. PARTSCH I : CYSTOTOMY = MARSUPIALISAS
b. PARTSCH II : CYSTECTOMY = ENUKLEASI
pertimbangan :
- diameter
- kecil
- besar
- lokasi dekat organ penting
- keberanian operator
Enucleation
[ l . e = out + nucleus = kernel ]
the removal an organ , tumor , tooth , or another body in
such a way that it comes out clean and whole , like a nut
from its shell.
Merupakan proses pengangkatan seluruh lesi kista tanpa
terjadinya perpecahan pada kista. Kista itu sendiri dapat
dilakukan enukleasi karena lapisan jaringan ikat antara
komponen epitelial (melapisi aspek anterior kista) dan
dinding kista yang bertulang pada rongga mulut. Lapisan
ini akan lepas dan kista dapat diangkat dari kavitas yang
bertulang. Proses enukleasi sama dengan pengangkatan
periosteum dari tulang. Enukleasi pada kista seharusnya
dilakukan secara hati hati untuk mencegah terjadinya lesi
rekuren.
Indikasi
- Pengangkatan kista pada rahang
- Ukuran lesi kecil, sehingga tidak banyak melibatkan
struktur
jaringan
yang
berdekatan

Keuntungan
- Pemeriksaan patologi dari seluruh kista dapat
dilakukan
- Pasien tidak dilakukan perawatan untuk kavitas
marsupialisasi dengan irigasi konstan

Jika akses flap mucoperiosteal sudah sembuh, pasien


tidak merasa terganggu lebih lama oleh kavitas kista
yang ada
Kerugian
- Jika
beberapa
kondisi
diindikasikan
untuk
marsupialisasi, enukleasi bersifat merugikan seperti :
- Fraktur rahang
- Devitalisasi pada gig
- Impaksi gigi
- Banyak jaringan normal yang terlibat
Dasar pembedahan
- Konsep sepsis asepsis
- Rancangan insisi
- Flap ( mukoperiosteal )
- Struktur anatomi
- Radikal death space
Armamentarium dan penggunaan
- Suci hama daerah operasi
- Anestesi ( lokal )
- Lakukan insisi skalpel
- Buat flap periosteal - rasparatorium
- Buat jendela tulang knobel tang
- Deseksi gunting
- Kuretase
- Perdarahan klem
- Irigasi : nacl 0,9% , h2o2 3 % , nacl 0,9%
- Rol tampon
- Reposisi flat
- Suturing chromic atraumatic
Teknik :
- Insisi
- Flap mucoperiosteal
- Pembuangan tulang pada aspek labial dari lesi
- Osseous window untuk membuka bagian lesi
- Pengangkatan kista dari kavitas menggunakan
hemostate & kuret
- Menjahit daerah pembedahan
- Penyembuhan mukosa & remodelling tulang, dimana
terbentuk jaringan granulasi pada dinding kavitas
yang bertulang dalam waktu 3-4 hari. Dan
remodelling tulang akan terjadi selama 6 12 bulan.

Marsupialisasi
Merupakan metode pembedahan yang menghasilkan
surgical window pada dinding kista, mengevakuasi isi kista
dan memelihara kontinuitas antara kista dan rongga mulut,
sinus maksilary atau rongga nasal. Proses ini mengurangi
tekanan inrakista dan meningkatkan pengerutan pada
kista. Marsupialisasi dapat digunakan sebaga terapi
tunggal atau sebagai tahap preeliminary dalam perawatan
dengan enukleasi.
Indikasi :
- Jumlah jaringan yang terluka
Dekatnya kista dengan struktur vital berarti
keterlibatan jaringan tidak baik jika dilakukan
enukleasi.
Contoh : jika enuklesi pada kista menyebabkan luka
pada struktur neurovaskular mayor atau devitalisasi
gigi sehat, sebaiknya diindikasikan metode
marsupialisasi.
- Akses pembedahan
Jika akses untuk pengangkatan kista sulit, sebaiknya
dilakukan marsupialisasi untuk mencegah lesi
rekuren.
- Bantuan erupsi gigi
Jika gigi tidak erupsi (dentigerous cyst),
marsupialisasi dapat memberikan jalur erupsi ke
rongga mulut.
- Luas pembedahan
Untuk pasien dengan kondisi medik yang kurang
baik, marsupialisasi merupakan alternatif yang tepat
dibandingkan enukleasi, karena prosedurnya yang
sederhana dan sedikit tekanan untuk pasien.
- Ukuran kista
Pada kista yang sangat besar, adanya resiko fraktur
rahang selama enukleasi. Ini lebih baik dilakukan
marsupialisasi, setelah remodelling tulang dapat
dilakukan enukleasi
Keuntungan :
- Prosedur yang dilakukan sederhana
- Memisahkan struktur vital dari kerusakan akibat
pembedahan
Kerugian :

Teknik :
-

Jaringan patologi kemungkinan masih tertinggal di


dalam kavitas
Tidak dapat dilakukan pemeriksaan histologi secara
teliti
Terselip debris makanan akibat adanya kavitas
Pasien harus irigasi kavitas beberapa kali setiap hari
Diberikan antibiotik sistemik, untuk pasien dengan
kondisi yang tidak sehat
Pemberian anastesi lokal
Aspirasi kista, jika aspirasi dapat memperkuat
diagnosis kista, prosedur marsupialisasi dapat
dilakukan
Insisi awal, biasanya sirkular / ellips dan
menghasilkan saluran yang besar (1 cm atau lebih
besar) di dalam kavitas kista.
Jika lapisan atas tulang tebal, osseous window
dibelah secara hati hati dengan round bur atau
rongeurs
Pengambilan isi kista
Menjahit tepi luka hingga membentuk sseperti
kantung
Irigasi kavitas kista untuk menghilangkan beberapa
fragmen residual debris
Masukkan iodoform gauze ke dalam kavitas kista
Irigasi kavitas rutin selama 2 minggu
Menjahit daerah pembedahan

Source: Buku Ajar Praktis Bedah Mulut , Goedon W


Pederson
Slide Kuliah Kista Rahang, drg Devi Farida Utami,
SpBM

2. Kista Non Odontogenik


a. Kista Duktus Nasopalatinus
1) Definisi
Kista dukutus nasopalatinus adalah kista non odontogen
yang berasal dari sisa-sisa epitel embrionik duktus
nasopalatinus kanalis insisivus. Kista ini ditemukan di regio
anterior midline di atas maupun dianatara akar gigi
insisivus sentralis yang masih vital.
Kista dukutus

nasopalatinus atau biasa juga disebut kista kanalis


insisivus, diaman kanalis insisivus itu sendiri dibentuk
sekunder dengan penyatuan premaksila dengan prosesus
palatinus kiri dan kanan. Kista ini termasuk kista noon
odontogen yang sering ditemukan di maksila.
Source : A text book of oral pathology, WG Shafer
Oral Pathology, JA Regezy
Kista Rongga Mulut, Shear Mervyn
2) Etiologi
Etiologi dari Kista dukutus nasopalatinus belum dapat
diketahui secara pasti. Namun diperkirakan bahwa kistta ini
berasal dari sisa-sisa epitel embrionik duktus nasopalatinus
didalam kanalis inssivus. Banyak teori yang mengatakan
bahwa infeksi bakteri dan trauma mampu merangsang sisa
sel epitel duktus nasopalatinus untuk berproliferasi.
Source: Oral Pathology, JA Regezy
Kista Rongga Mulut, Shear Mervyn
3) Gambaran klinis
Sebagaian besar kista duktus nasopalatinus bersifat
asimptomatis.
Keluhan
yang
sering
terjadi
adalah
pembengkakan pada daerah anterior midline. Pembengkakan
juga bias terjadi di daerah tengah sisi labial alveolar ridge.
Pada beberapa kasus pembengkakan disertai rasa nyeri
dan keluarnya secret. Pada beberapa kasus secret terkadang
menjadi satu-satunya keluhan. Tekanan yang ditimbulkan
kista ini menimbulakan migrasi pada gigi insisivus sentralis.
Apabila kista ini terinfeksi akan menimbulkan tanda-tanda
inflamasi termasuk meningkatnya suhu badan.
Kista dukstus nasopalatinus lebih sering terjadi pada lakilaki daripada perempuan dengan perbandingan 3:1. Kista ini
dapat terjadi pada seluruh umur bahkan janin, namun lebih
sering ditemukan pada usia 40 hingga 60 tahun.
4) Pathogenesis
Duktus nasopalatina biasanya berdegenerasi secara
progressive walaupun begitu persistensi dari sisa epitel
nantinya bisa menjadi sumber dari epitelial yang akan
menjadi kista nasopalatinus dari salah satu proliferasi yang

spontan atau proliferasi yang diikuti trauma contohnya pada


(removable denture), infeksi bakteri, retensi mukus. Faktor
genetik juga dapat mempengaruhi terjadinya kista ini. Adanya
kelenjar mukus diantara proliferasi epitel dapat memberikan
pembentukan kista sekunder oleh sekret musin dalam
struktur yang tertutup
Kista Duktus Nasopalatina dapat terbentuk dalam kanal
insisivus yang lokasinya pada tulang palatum dan dibelakang
prosessus alveolar dari insisivus sentral rahang atas atau
pada jaringan lunak pada palatum yang menutupi foramen
disebut kista insisivus papilla.
5) HISTOPATOLOGI
Epitel bagian luar pada kista ini yaitu epitel squamosa
stratifikasi atau epitel columner bersilia atau keduanya. Tipe
epitelium ini tergantung dari lokasi kista itu sendiri. Pada
beberapa sell yang sudah mengalami inflamasi kronik
biasanya terlihat dibawah epitelium pada beberapa bagian
dari dinding kista tersebut tapi tidak begitu jelas. Kelenjar
mucus sering terlihat di dinding kista.
Gambaran yang tidak biasa terlihat adalah adanya
neurovascular bundle pada dinding kista. Yang dimaksud
adalah saraf spenho-palatine yg panjang dan pembuluhpembuluh darah yang melewati kanal insisivus dan sering
terlepas oleh kista.Pada raksi inflamasi yang kronik terdapat
limfosit dan sel plasma yang ditemukan pada dinding kista.
Dan juga ditemukan perdarahan pada 71 % kasus. airan kista
terdiri dari eritrosit, leukosit, sel epitel desquamatif, debris
tissue dan bakteri.
6) GAMBARAN RADIOLOGIS
Gambaran radiologis terlihat daerah radiolusen yang
bundar, ovoid atau terkadang heart-shaped (biasanya ukuran
< 1,0 cm) dengan cirri khas adanya tepi sklerotik pada bagian
tengah depan maksila. Kista ini biasanya simetri tetapi dapat
juga besar pada satu sisi. Terlihat kerusakan dasar epithel
antrum rahang maxilla. Pada beberapa individu prominentia
canal insisivus terlihat radiolusen. Beberapa penulis setuju
batas normal dari canal insisivus sekitar 6mm. Apabila
terdapat radiolusen lebih besar diperkirakan berpotensi
menjadi keadaan yang patologis.

b. Kista globulomaksilaris
1) Definisi
Kista ini digambarkan sebagai kista fissural yang ditemui dalam
tulang antara insisivus dan kaninus maksila. Klinis didapat
benjolan pada palatum, sehingga menyebabkan palatumm
akanb lebih dangkal, diastema antara gigi 2-3 rahang atas oleh
karena distomi.
2) Gambaran radiologis didapat radiolusen berbatas tegas,
yang sering menyebabkan akar berdekatan divergen. Seperti
buah pear terbalik, bagian lancip pada bagian dekat mahkota.
Pada bagian bawah berbentuk V dan dapat meluas ketulang
interdental dan dapat mencapai alveolar crest gigi tetangga
yaitu insisiv dan kaninus tetap vital. Ini merupakan gejala klinis
yang spesifik utnuk menegakkan diagnosa dari kista tersebut.
3) Pertumbuhan kista
globulomaksilaris ini cenderung lambat sekali, Mikroskopis,
ditemukan epitel respiratori, limposit, dan sel plasma.
4) Perawatan pada kista ini adalah enukleasi dan penutupan
primer. Enukleasi ini mutlak karena pada perawatan dengan
marsupialisasi kista ini tidak mau mengecil, atau bila reaksi
pertumbuhan tulang pada mulanya baik, tapi pada suatu saat
regenerasi tulang akan berhenti dan rongga kista tidak
mengecil lagi. Bila lesi sangat besar, ada baiknya dilakukan
marsupialisasi dulu untuk mengurangi tekanan kista dan
memacu pertumbuhan tulang. Kemudian bila regenerasi
berhenti dilanjutkan dengan enukleasi.
d. Kista nasolabial
1) Definisi
Merupakan kista pada jaringan lunak yang lebih banyak
ditemukan pada wainita
2) Gejala
Bibir membengkak
Tidak sakit kecuali ada infeksi sekunder
3) Tanda
- Tampak sebagai pembengkakan bibir, sehingga
mengangkut kartilago alar
- Meluas hingga kedasar hidung dan sulkus labialis
- Ada fluktuasi
4) tes diagnostic

Aspirasi
- Ditemukan cairan mucin berwarna kekuningkecoklatan. Tidak ada Kristal kolestrin
- Ada pus bila infeksi

Radiologi
- Dari pemeriksaan radiologi rontgen standar terlihat
daerah cembung di posterior pada separuh pada
garis berbentuk tanda kurung yang membentuk tepi
arpectura nasalis

C. Rontgen Panaromic
1. Definisi
Gambaran panoramik adalah sebuah teknik untuk
menghasilkan sebuah gambaran tomografi yang memperlihatkan
struktur fasial mencakup rahang maksila dan mandibula beserta
struktur pendukungnya dengan distorsi dan overlap minimal dari
detail anatomi pada sisi kontralateral Radiografi panoramik
adalah sebuah teknik dimana gambaran seluruh jaringan gigi
ditemukan dalam satu film.
Foto panoramik dikenal juga dengan panorex atau
orthopantomogram dan menjadi sangat popular di kedokteran
gigi karena teknik yang simple, gambaran mencakup seluruh gigi
dan rahang dengan dosis radiasi yang rendah. Foto panoramik
dapat menunjukkan hasil yang buruk dikarenakan kesalahan
posisi pasien yang dapat menyebabkan distorsi.
2. Indikasi
a. Adanya lesi tulang atau ukuran dari posisi gigi terpendam yang
menghalangi gambaran pada intra-oral.
b. Melihat tulang alveolar dimana terjadi poket lebih dari 6 mm.
c. Untuk melihat kondisi gigi sebelum dilakukan rencana
pembedahan. Foto rutin untuk melihat perkembangan erupsi gigi
molar tiga tidak disarankan.
d. Rencana perawatan orthodonti yang diperlukan untuk
mengetahui keadaan gigi atau benih gigi.
e. Mengetahui ada atau tidaknya fraktur pada seluruh bagian
mandibula.
f. Rencana perawatan implan gigi untuk mencari vertical height

3. Gambaran Normal
4. Gambaran yang harus ada pada radiografis kista

Você também pode gostar