Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sekolah inklusi adalah sekolah yang menggabungkan layanan pendidikan
khusus dan regular dalam satu sistem persekolahan, dimana siswa
berkebutuhan khusus mendapatkan pendidikan khusus sesuai dengan
potensinya masing-masing dan siswa regular mendapatkan layanan khusus
untuk mengembangkan potensi mereka sehingga baik siswa yang berkebutuhan
khusus ataupun siswa regular dapat bersama-sama mengembangkan potensi
masing-masing dan mampu hidup eksis dan harmonis dalam masyarakat.
Dan di dalam membangun sekolah inklusi kita juga harus memperhatikan
berbagai konsep mulai dari konsep manajemen sekolah hingga konsep
infrastruktur sekolah. Upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah perlu
didukung kemampuan manajerial Kepala Sekolah. Kepala Sekolah hendaknya
berupaya untuk mendayagunakan sumber-sumber, baik personal maupun
material, secara efektif dan efisien guna menunjang tercapainya tujuan
pendidikan di sekolah secara optimal.
Manajemen sekolah akan efektif dan efisien apabila didukung oleh sumber
daya manusia yang professional untuk mengoperasikan sekolah, kurikulum yang
sesuai dengan tingkat perkembangan dan karakteristik siswa, kemampuan dan
commitment (tanggung jawab terhadap tugas) tenaga kependidikan yang
handal, sarana-prasarana yang memadai untuk mendukung kegiatan belajarmengajar, dana yang cukup untuk menggaji staf sesuai dengan fungsinya, serta
partisipasi masyarakat yang tinggi. Bila salah satu hal di atas tidak sesuai
dengan yang diharapkan dan/atau tidak berfungsi sebagaimana mestinya, maka
efektivitas dan efisiensi pengelolaan sekolah kurang optimal.
2. Tujuan
apresiasi
bahwa
setiap
orang
memiliki
baru
dalam
pembelajaran
dan
mengembangkan
sosial
dan
kedamaian
dalam
masyarakat.
b.Mengajarkan kerjasama dalam masyarakat dan mengajarkan
setiap anggota masyarakat tentang proses demokrasi.
c.Membangun rasa saling mendukung dan saling membutuhkan
antar anggota masyarakat.
2 | Page
BAB II
PEMBAHASAN
A. MANAJEMEN SEKOLAH
a. Manajemen Komponen-Komponen Pendidikan
1. Manajemen Kesiswaan
Penerimaan siswa baru pada sekolah inklusi hendaknya memberi kesempatan
dan peluang kepada anak luar biasa untuk dapat diterima dan mengikuti pendidikan
di sekolah inklusi terdekat. Untuk tahap awal, agar memudahkan pengelolaan kelas,
seyogianya setiap kelas inklusi dibatasi tidak lebih dari 2 (dua) jenis anak luar biasa,
dan jumlah keduanya tidak lebih dari 5 (lima) anak.
Manajemen Kesiswaan bertujuan untuk mengatur berbagai kegiatan
kesiswaan agar kegiatan belajar-mengajar di sekolah dapat berjalan lencar, tertib,
dan teratur, serta mencapai tujuan yang diinginkan. Manajemen Kesiswaan meliputi
antara lain: (1) Penerimaan Siswa Baru; (2) Program Bimbingan dan Penyuluhan; (3)
Pengelompokan Belajar Siswa; (4) Kehadiran Siswa; (5) Mutasi Siswa; (6) Papan
Statistik Siswa; (7) Buku Induk Siswa.
2. Manajemen Kurikulum
Kurikulum mencakup kurikulum nasional dan kurikulum muatan local.
Kurikulum nasional merupakan standar nasional yang dikembangkan oleh
Departemen Pendidikan Nasional. Sedangkan kurikulum muatan local merupakan
kurikulum yang disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan, yang
disusun oleh Dinas Pendidikan Propinsi dan/atau Kabupaten/Kota.
Kurikulum yang digunakan di kelas inklusi adalah kurikulum anak normal
(reguler) yang disesuaikan (dimodifikasi sesuai) dengan kemampuan awal dan
karakteristik siswa. Modifikasi dapat dilakukan dengan cara: (1) Modifikasi alokasi
waktu, (2) Modifikasi isi/materi, (3) Modifikasi proses belajar-mengajar, (4)
Modifikasi sarana-prasarana, (5) Modifikasi lingkungan belajar, dan (6) Modifikasi
pengelolaan
kelas.
Manajemen Kurikulum (program pengajaran) Sekolah Inklusi antara lain
meliputi: (1) Modifikasi kurikulum nasional sesuai dengan kemampuan awal dan
karakteristik siswa (anak luar biasa); (2) Menjabarkan kalender pendidikan; (3)
Menyusun jadwal pelajaran dan pembagian tugas mengajar; (4) Mengatur
pelaksanaan penyusunan program pengajaran persemester dan persiapan
pelajaran; (5) Mengatur pelaksanaan penyusunan program kurikuler dan
ekstrakurikuler; (6) Mengatur pelaksanaan penilaian; (7) Mengatur pelaksanaan
kenaikan kelas; (8) Membuat laporan kemajuan belajar siswa; (9) Mengatur usaha
perbaikan dan pengayaan pengajaran.
3. Manajemen Tenaga Kependidikan
Tenaga kependidikan bertugas menyelenggarakan kegiatan mengajar,
melatih, meneliti, mengembangkan, mengelola, dan/atau memberikan pelayanan
teknis dalam bidang pendidikan.
3 | Page
4. Manajemen Sarana-Prasarana
Di samping menggunakan sarana-prasarana seperti halnya anak normal,
anak luar biasa perlu pula menggunakan sarana-prasarana khusus sesuai dengan
jenis kelainan dan kebutuhan anak.
Manajemen sarana-prasarana sekolah bertugas merencanakan, mengorganisasikan,
mengarahkan, mengkoordinasikan, mengawasi, dan mengevaluasi kebutuhan dan
penggunaan sarana-prasarana agar dapat memberikan sumbangan secara optimal
pada kegiatan belajar-mengajar.
5. Manajemen Keuangan/Dana
Komponen keuangan sekolah merupakan komponen produksi yang
menentukan terlaksananya kegiatan belajar-mengajar bersama komponenkomponen lain. Dengan kata lain, setiap kegiatan yang dilakukan sekolah
memerlukan biaya. Dalam rangka penyelenggaraan pendidikan inklusi, perlu
dialokasikan dana khusus, yang antara lain untuk keperluan: (1) Kegiatan
identifikasi input siswa, (2) Modifikasi kurikulum, (3) Insentif bagi tenaga
kependidikan yang terlibat, (4) Pengadaan sarana-prasarana, (5) Pemberdayaan
peranserta masyarakat, dan (6) Pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar. Pada tahap
perintisan sekolah inklusi, diperlukan dana bantuan sebagai stimulasi, baik dari
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Namun untuk penyelenggaraan
program selanjutnya, diusahakan agar sekolah bersama-sama orang tua siswa dan
masyarakat (Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah), serta pemerintah daerah
dapat menanggulanginya. Dalam pelaksanaannya, manajemen keuangan menganut
asas pemisahan tugas antara fungsi : (1) Otorisator; (2) Ordonator; dan (3)
Bendaharawan. Otorisator adalah pejabat yang diberi wewenang untuk mengambil
tindakan yang mengakibatkan penerimaan dan pengeluaran anggaran. Ordonator
adalah pejabat yang berwenang melakukan pengujian dan memerintahkan
pembayaran atas segala tindakan yang dilakukan berdasarkan otorisasi yang telah
ditetapkan. Bendaharawan adalah pejabat yang berwenang melakukan penerimaan,
penyimpanan, dan pengeluaran uang serta diwajibkan membuat perhitungan dan
pertanggungjawaban. Kepala Sekolah, sebagai manajer, berfungsi sebagai
Otorisator dan dilimpahi fungsi Ordonator untuk memerintahkan pembayaran.
Namun, tidak dibenarkan melaksanakan fungsi Bendaharawan karena berkewajiban
melakukan pengawasan ke dalam. Sedangkan Bendaharawan, di samping
mempunyai fungsi-fungsi Bendaharawan, juga dilimpahi fungsi Ordonator untuk
menguji hak atas pembayaran.
6. Manajemen Lingkungan (Hubungan Sekolah dengan Masyarakat)
4 | Page
Sekolah sebagai suatu system social merupakan bagian integral dari system
social yang lebih besar, yaitu masyarakat. Maju mundurnya sumber daya manusia
(SDM) pada suatu daerah, tidak hanya bergantung pada upaya-upaya yang
dilakukan sekolah, namun sangat bergantung kepada tingkat partisipasi masyarakat
terhadap pendidikan. Semakin tinggi tingkat partisipasi masyarakat terhadap
pendidikan di suatu daerah, akan semakin maju pula sumber daya manusia pada
daerah tersebut. Sebaliknya, semakin rendah tingkat partisipasi masyarakat
terhadap pendidikan di suatu daerah, akan semakin mundur pula sumber daya
manusia pada daerah tersebut. Oleh karena itu, masyarakat hendaknya selalu
dilibatkan dalam pembangunan pendidikan di daerah. Masyarakat hendaknya
ditumbuhkan rasa ikut memiliki sekolah di daerah sekitarnya. Maju-mundurnya
sekolah di lingkungannya juga merupakan tanggungjawab bersama masyarakat
setempat. Sehingga bukan hanya Kepala Sekolah dan Dewan Guru yang
memikirkan maju mundurnya sekolah, tetapi masyarakat setempat terlibat pula
memikirkannya.Untuk menarik simpati masyarakat agar mereka bersedia
berpartisipasi memajukan sekolah, perlu dilakukan berbagai hal, antara lain dengan
cara memberitahu masyarakat mengenai program-program sekolah, baik program
yang telah dilaksanakan, yang sedang dilaksanakan, maupun yang akan
dilaksanakan sehingga masyarakat mendapat gambaran yang jelas tentang sekolah
yang bersangkutan.
7. Manajemen Layanan Khusus
Oleh karena para siswa sekolah inklusi terdiri atas anak-anak normal dan
anak-anak luar biasa, agar anak-anak luar biasa tidak sampai terabaikan, dapat
dilakukan manajemen layanan khusus.
Manajemen layanan khusus ini mencakup manajemen kesiswaan, kurikulum, tenaga
kependidikan, sarana-prasarana, pendanaan, dan lingkungan.Kepala sekolah dapat
menunjuk stafnya, terutama yang memahami ke-PLB-an, untuk melaksanakan
manajemen layanan khusus ini.
b. Struktur sekolah inklusi
Struktur Organisasi SekolahAgar semua komponen di atas dapat
dilaksanakan sebaik mungkin, struktur organisasiSekolah Inklusi dapat dibuat
seperti alternatif di bawah ini.
5 | Page
8 | Page
Pengertian
a. Model kurikulum regular
yaitu kurikulum yang mengikutsertakan peserta didik berkebutuhan
khusus untuk mengikuti kurikulum reguler sama seperti kawan-kawan
lainnya di dalam kelas yang sama.
Perbedaan
Perbedaan dari ketiganya sudah nampak pada pengertiannya, yakni :
a.
Model kurikulum regular penuh, Peserta didik yang berkebutuhan
khusus mengikuti kurikulum reguler ,sama seperti teman-teman lainnya di
dalam kelas yang sama. Program layanan khususnya lebih diarahkan kepada
proses pembimbingan belajar, motivasi dan ketekunan belajar.
b.
Model kurikulum regular dengan modifikasi, kurikulum regular
dimodifikasi oleh guru dengan mengacu pada kebutuhan siswa berkebutuhan
khusus.
c.
Model kurikulum PPI, kurikulum disesuaikan dengan kondisi
peserta didik yang melibatkan berbagai pihak. Guru mempersiapkan Program
Pembelajaran Individual (PPI) yang dikembangkan bersama tim pengembang
Kurikulum Sekolah. Model ini diperuntukan bagi siswa yang tidak
memungkinkan mengikuti kurikulum reguler.
Keunggulan:
Peserta didik berkebutuhan khusus dapat mengoptimalkan potensi
yang dimilikinya. (Freiberg, 1995)
Kelemahan:
Peserta didik berkebutuhan khusus harus menyesuaikan diri dengan
metode pengajaran dan kurikulum yang ada. Pada saat-saat tertentu, kondisi
ini dapat menyulitkan mereka. Misalnya, saat siswa diwajibkan mengikuti
mata pelajaran menggambar. Karena memiliki hambatan penglihatan,
tentu saja siswa disability tidak bisa menggambar. Tapi, karena mata
pelajaran ini wajib dengan kurikulum yang ketat, tidak fleksibel, tidaklah
11 | P a g e
Keunggulan:
Peserta didik berkebutuhan khusus dapat diberi pendidikan yang
sesuai dengan kebutuhannya.
Kelemahannya:
Tidak semua guru di sekolah regular paham tentang ABK. Untuk itu
perlu adanya sosialisasi mengenai ABK dan kebutuhannya.
c.
Keunggulan:
Peserta didik mendapatkan layanan pendidikan yang sesuai dengan
kebutuhan.
Kelemahan:
Guru kesulitan dalam menyusun IEP dan sangat membutuhkan waktu yang
banyak.
maupun
normal,
sehingga
b) Gaya Perancangan
Penggayaan yang diterapkan pada sekolah inklusi ini adalah Art Deco
Retro. Art Deco adalah sebuah gerakan seni yang melibatkan campuran
unsur dekoratif modern, Art Deco ini dikenal luas sekitar tahun 1920-1930an,
dimana mempunyai ciri khas yang didapat dari para pelopor pelukis sekitar
awal tahun 1900an. Art deco adalah sebuah pekerjaan yang menunjukan
aspek cubism, Russian constructivism dan Italian futurism, dengan ciri
abstrak, distorsi, dan simple, terutama bentuk-bentuk geometris dan
memakai banyak warna, yang dipakai untuk menunjukan tingginya tingkat
perdagangan, teknologi dan kecepatan. Penggayaan Art Deco yang akan
diterapkan, adalah gaya Art Deco yang ada di kota Bandung, hal itu
dikarenakan lokasi sekolah inklusi terletak di kota Bandung, selain itu
Bandung merupakan kota di dunia yang memiliki bangunan Art Deco yang
signifikan. Penggayaan Art Deco di kota Bandung lebih didominasi oleh
bangunan-bangunan dengan gaya Streamline Deco, seperti: Hotel Savoy
Homan, Hotel Grand Preanger, Villa Isola, dan Villa Tiga Warna. Elemen Art
Deco yang ada Bangunan tersebut akan dijadikan sebagai acuan atau dasar
perancangan Interior sekolah inklusi.
A. Konsep Ruang
a) Konsep Pembagian Ruang (Zona)
Pembagian Ruang dalam sekolah Inklusi ini didasarkan pada sifat dari
ruang tersebut, yaitu:
a. Area Privat
: Ruang yang termasuk ke dalam area
privat di
sekolah inklusi ini adalah ruang rapat, ruang Kepala
Sekolah, ruang wakil Kepala Sekolah, ruang staff non kependidikan.
Penerapan konsep pada area ini tidak terlalu detail seperti pada
area publik.
b. Area Semi Privat
: Ruang yang termasuk kedalam area semi
privat di sekolah inklusi ini adalah ruang pembelajaran, dan ruang
penunjang pembelajaran. Area semi privat sifatnya lebih fleksibel,
pengunjung dapat memasuki area ini, tetapi dengan ketentuan
tertentu.
c. Area Publik
: Area yang dikhususkan bagi pengunjung,
sehingga dibutuhkan konsentrasi penerapan penggayaan yang
cukup signifikan dalam area ini, sehingga identitas dan karakter
sebuah interior bangunan dapat dirasakan oleh pengujung.
b) Konsep Bentukan Ruang
13 | P a g e
14 | P a g e
Gambar
31.Fasilitas Duduk
Sumber: www.designrumahku.com
Sumber:www.apartmenttherapy.com
A. Bentuk ceiling
Gambar 33.
Sumber:
16 | P a g e
Dari diagram diatas dapat disimpulkan bahwa penerapan warna orange dan
hijau memiliki perbandingan yang sama, warna kuning dijadikan sebagai
aksentuasi ruang. Warna cream merupakan warna dominan yang diterapkan
pada dinding dan lantai, agar ruang lebih terkesan ringan dan luas.
c) Konsep Material & Tekstur
Konsep pemilihan bahan yang akan diterapkan pada sekolah ini adalah
material yang aman, dan tidak membahayakan
user
atau pengguna
bangunan ini. hal tersebut dikarenakan pada bangunan sekolah ini terdapat
anak difabel ortopedi yang memiliki kebutuhan khusus atau memiliki cara
yang berbeda dalam beradaptasi pada lingkungan, dikarenakan anak difabel
ortopedi membutuhkan alat bantu untuk ambulasi atau pergerakannya.
a. Material Lantai
Material lantai yang akan diterapkan pada sekolah ini adalah material
yang tidak licin, dan tidak bersifat keras, hal itu dilakukan agar tidak terlalu
membahayakan ketika anak difabel terjatuh. Material tersebut
seperti:
- Karpet Loop Pile
Material ini hanya diterapkan pada ruang-ruang yang membutuhkan
peredaman suara yang cukup tinggi, seperti ruang auditorium, ruang rapat,
dan laboratoriumbahasa.
- Lantai Vinyl
17 | P a g e
Lantai vinyl diterapkan hampir pada semua ruangan. Hal itu dikarenakan
anak memiliki karakter yang aktif oleh karena itu diterapkan material vinyl
yang bersifat lunak, sehingga aman untuk anak-anak. Berikut adalah
spesifikasi vinyl yang diterapkan pada elemen
Lantai interior sekolah inklusi:
Gambar 36.
Sumber. www.marsdenflooring.com
Sumber.www.marsdenflooring.com
Gambar 38.
Sumber.
- Lantai Keramik
Lantai keramik diterapkan pada ruang laboratorium ipa, indoorswimming
pool,
greenhouse school, dan ruang kesenian, yang memiliki tingkat
kekotoran yang cukup tinggi, sehingga dapat lebih mudah untuk dibersihkan.
18 | P a g e
b. Material Ceiling
Material yang akan diterapkan pada ceiling adalah material gypsum
dengan rangka metal furing hollow 4/4 cm. Finishing ceiling gypsum ini
menggunakan cat dan lapisan HPL (High Pressure Laminated) atau PVC (Poly
Vinyl Chloride)
c. Material Dinding
Sama dengan konsep material lantai, material dinding pun harus
memerhatikan kenyamanan dan keamanan dari user bangunan. Material
yang akan dipilih untuk dinding adalah:
- Gypsum
- HPL (High Pressure Laminated)
- Multipleks
- MDF (Medium Destiny Board)
d) Konsep Furnitur
Galt Furnitur (1999) mengemukakan 6 konsep perancangan desain
bangku dan kursi, yaitu folding, stacking, portable, knock down, adjustable,
dan combination. Berikut ini dipaparkan 6 konsep tersebut. (Martadi,
2006:73).
19 | P a g e
a. Folding yaitu suatu konsep desain bangku dan kursi yang dapat dilipat.
Konsep ini lebih menekankan kepada upaya untuk meningkatkan efesiensi
dalam hal pengangkutan atau penyimpanan.
b. Stacking, yaitu konsep desain bangku dan kursi yang dapat ditumpuk. Seperti
pada konsep folding konsep ini berupaya memudahkan dan menghemat
ruang dalam hal penyimpanannya.
dengan konsep ini biasanya cukup ringan atau diberi roda pada bagian
dasarnya sehingga mudah dipindahkan.
d. Knock down yaitu suatu konsep desain bangku dan kursi yang dapat
dibongkar-pasang. Konsep desain ini biasanya berupa komponen-komponen
secara terpisah yang bisa di bongkar pasang secara mudah dan cepat.
Konsep ini lebih menekankan pertimbangan efesiensi untuk penyimpanan
maupun pengangkutan.
e. Adjustable yaitu suatu konsep desain bangku dan kursi yang dapat disetel
atau disesuaikan dengan kebutuhan pemakai. Konsep ini banyak diterapkan
21 | P a g e
pada kursi kantor yang bisa diatur sedemikian rupa, untuk mendapat posisi
duduk yang nyaman sesuai aktivitas yang dilakukan.
f.
Combination (modular) yaitu suatu konsep desain bangku dan kursi yang
terdiri dari modul-modul (bagian-bagian) yang bisa dirangkai atau disusun
sesuai dengan kebutuhan pemakai.
ini lebih dapat dikondisikan dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan siswa,
yang pada dasarnya ukuran dari furnitur bagi anak difabel dan anak normal
berbeda. Dikarenakan ada beberapa anak difabel ortopedi yang bergerak
dengan kursi roda, dan furnitur yang digunakan harus disesuaikan dengan
kebutuhan siswa pengguna kursi roda tersebut.
e) Konsep pencahayaan
Secara umum pencahayaan yang digunakan adalah pencahayaan
alami dan buatan. Pencahayaan yang akan diterapkan pada sekolah ini
adalah pencahayaan general dan pencahayaan khusus.
Pencahayaan
general akan diterapkan pada ruangan yang tidak terlalu memerlukan
sebuah efek visual yang khusus, seperti: Toilet,Dapur,Gudang. Pencahayaan
khusus akan diterapkan pada ruangan yang bersifat public, dan
membutuhkan kualitas visual yang baik, seperti: Lobby, Ruang Kelas, Aula/
Tuang Serbaguna, Ruang Kantor, Ruang Terapi, Ruang Assesment,
Perpustakaan, Ruang bermain Anak. Jenis-jenis lampu yang digunakan
adalah:
- Lampu Fluorescent tipe SL dengan arah pencahayaan downlight.
- Lampu Pijar (Incandescent/ Bohlam).
- Click strip continuous lighting.
23 | P a g e
BAB
PENUTUP
A. Kesimpulan
Di dalam membangun sekolah inklusi kita haru mengerti tentang manajemen
sekolah, selain itu juga harus mengetahui tentang model pendidikan inklusif, dan
juga konsep desain infratruktur jadi di dalam membangun sekolah inklusi kita
harus memperhatikan ketiga hal tersebut.
Manajemen
sekolah,
Manajemen
(berbasis)
sekolah,
memberikan
kewenangan
penuh
kepada
pihak
sekolah
untuk
merencanakan,
mengorganisasikan, mengarahkan, mengkoordinasikan, mengawasi, dan
mengevaluasi komponen-komponen pendidikan sekolah yang bersangkutan.
Komponen-komponen tersebut meliputi:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Model
pendidikan
inklusif
pada
dasarnya
memiliki
dua
model. Pertama yaitu model inklusi penuh (full inclusion). Model ini
menyertakan peserta didik berkebutuhan khusus untuk menerima pembelajaran
individual dalam kelas reguler.
Kedua yaitu model inklusif parsial (partial inclusion). Model parsial ini
mengikutsertakan
peserta
didik
berkebutuhan
khusus
dalam
sebagian
pembelajaran yang berlangsung di kelas reguler dan sebagian lagi dalam kelaskelas pull out dengan bantuan guru pendamping khusus.
Siswa sekolah inklusi adalah anak normal dan anak difabel. Hal ini
merupakan masalah yang harus diperhatikan dalam perancangan interior bangunan
sekolah Inklusi. Anak normal dan anak difabel memiliki karakteristik yang berbeda,
anak difabel cenderung lebih tertutup dibandingkan dengan anak yang lainnya.
Pendidikan merupakan tujuan utama dari sebuah lembaga sekolah, maka dari itu
tema perancangan sekolah inklusi ini adalah Unity In Diversity. Tema tersebut
diterapkan karena pengguna bangunan sekolah ini adalah anak difabel dan anak
24 | P a g e
normal, yang masing-masing anak memiliki kebutuhan yang berbeda pula. Namun
tujuan utama mereka sama, yaitu untuk mendapatkan pendidikan yang layak, hal
tersebut sesuai dengan tujuan diciptakannya sebuah sekolah inklusi, agar anak
normal dan akan difabel dapat belajar bersama dalam satu ruangan, tanpa ada
diskriminasi.Maka fasilitas-fasilitas baik fisik maupun non fisik harus dapat
digunakan oleh semua anak baik difabel maupun normal, sehingga tercapainya
sebuah tujuan pendidikan.
Daftar isi
https://asrulywulandari.wordpress.com/tag/pendidikan/
http://aqilfaro.blogspot.com/2010/05/manajemen-sekolah-dalampendidikan.html
http://elib.unikom.ac.id/download.php?id=147561
25 | P a g e