Você está na página 1de 7

ANALISIS TINGKAT PEMAHAMAN SISWA BERDASARKAN TEORI

APOS DALAM MEMPELAJARI PERSAMAAN GARIS LURUS


DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA SMP NEGERI 6
NGANJUK
Gigih Ardiantoro1), Budi Usodo2), Yemi Kuswardi3)
Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika, J.PMIPA, FKIP, UNS
2),3)
Dosen Prodi Pendidikan Matematika, J.PMIPA, FKIP, UNS
Alamat Korespondensi:

1)

1)

Jalan Ir. Sutami No 36 A Kentingan Surakarta, 085725009773, gie_hfc@yahoo.co.id

ABSTRACT
The objectives of this research are to determine how the understanding
level of the students who have high, moderate, and low learning activity in
learning the material of straight line equation based on APOS theory. This
research is qualitative research and the subject of the research is some of eight
grade students. This research uses purposive sampling. It uses questionnaire
method to obtain the category of the students learning activity and interview
method to obtain the information of the students mathematical problem solving
process. It can be concluded as follows: (1) the students who have low learning
activities was at action level, shes just doing what she remembers in accordance
with the examples she has ever known. (2) the students who have moderate
learning activities was at process level, shes able to select the step to make it
easier to finish the job even though he used the same way by the way taught by
the teacher. (3) the students who have high learning activities was at object level,
shes able to see the connection between the problems of the equation straight line
through the two points with a straight line equation problems through a point and
a certain gradient.
Keywords: student activity, APOS theory, straight-line equation
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan suatu
proses pengubahan tingkah laku dan
kemampuan seseorang menuju ke
arah kemajuan dan peningkatan.
Pendidikan dapat mengubah pola
pikir
seseorang
untuk
selalu
melakukan inovasi dan perbaikan
dalam segala aspek kehidupan ke
arah peningkatan kualitas diri. Pada
pendidikan formal, penyelenggaraan
pendidikan tidak lepas dari tujuan
pendidikan yang akan dicapai karena
tercapai atau tidaknya tujuan

pendidikan merupakan tolak ukur


dari keberhasilan penyelenggaraan
pendidikan.
Tujuan
pendidikan
nasional disesuaikan dengan tuntutan
pembangunan dan perkembangan
Bangsa Indonesia sehingga tujuan
pendidikan bersifat dinamis.
Matematika adalah ilmu
dasar yang digunakan secara luas
dalam berbagai bidang kehidupan.
Melalui pembelajaran matematika
siswa
diharapkan
dapat
menumbuhkan kemampuan berpikir

kritis, logis, sistematis, cermat,


efektif,
dan
efisien
dalam
memecahkan masalah.
Menurut data dari Trends in
International
Mathematics
and
Science Study pada tahun 2007
dengan responden siswa kelas VIII
yang
termuat
pada
http://litbangkemdiknas.net/detail.ph
p?id=214,
menyatakan
bahwa
prestasi belajar matematika di
Indonesia berada pada peringkat ke36
dari 49 negara yang turut
berpartisipasi.
Rata-rata
skor
Internasional adalah 500, sedangkan
skor Indonesia dalam studi tersebut
hanyalah 397. Selain fakta tersebut,
dari hasil wawancara yang dilakukan
dengan guru kelas VIII SMP Negeri
6 Nganjuk, guru menyatakan bahwa
siswa masih sering melakukan
kesalahan
saat
mengerjakan
persoalan yang terkait dengan
Persamaan Garis Lurus. Kesalahan
yang dilakukan siswa bisa jadi
karena kurangnya pemahaman yang
dialami
oleh
siswa
dalam
mempelajari materi tersebut.
Pembelajaran
persamaan
garis lurus dapat melatih siswa untuk
mampu berpikir logis, analitis,
sistematis, dan kreatif. Dalam
mempelajari garis lurus, siswa akan
mengetahui fakta logis bahwa untuk
setiap dua titik yang berbeda dapat
dibuat tepat satu garis yang melalui
kedua titik tersebut. Permasalahan
dalam menentukan persamaan garis
lurus juga menuntut siswa untuk
dapat menganalisa permasalahan dan
mencoba menyelesaikannya secara
sistematis dan sesuai prosedur yang
biasa digunakan dalam penyusunan
persamaan
garis.
Selain
itu,
terkadang untuk dapat menyusun
persamaan garis lurus, siswa

dihadapkan dengan permasalahan


menuntut mereka untuk kreatif
dengan
mencoba
untuk
menghubungkan materi-materi lain
yang
dapat
digunakan
untuk
membantu
dalam
penyusunan
persamaan garis.
Teori APOS merupakan suatu
alat analisis untuk mendeskripsikan
perkembangan skema seseorang pada
suatu topik matematika yang
merupakan totalitas dari pengetahuan
yang terkait terhadap topik tersebut.
Teori APOS membedakan tingkat
pemahaman siswa dalam 4 tingkatan,
yaitu Aksi, Proses, Objek dan Skema
[1].
Banyak
faktor
yang
mempengaruhi tingkat pemahaman
siswa, salah satunya adalah aktivitas
belajar siswa. Aktivitas belajar siswa
meliputi
berbagai
kegiatan,
diantaranya adalah kegiatan visual,
kegiatan-kegiatan lisan, kegiatan
mendengarkan dan lain sebagainya
[2]. Jika siswa kurang aktif dalam
kegiatan-kegiatan tersebut, maka
akan
mengakibatkan
informasi
tentang konsep persamaan garis lurus
yang diperoleh siswa dalam kegiatan
belajar menjadi kurang atau bahkan
siswa salah menafsirkan informasi
tersebut,
sehingga
berakibat
pemahaman terhadap konsep tersebut
menjadi
kurang.
Kurangnya
pemahaman akan mengakibatkan
tingkat pemahaman siswa rendah.
Dalam penelitian ini, peneliti
membedakan
aktivitas
belajar
menjadi tiga, yaitu aktivitas belajar
rendah, aktivitas belajar sedang dan
aktivitas belajar tinggi. Siswa yang
memiliki aktivitas belajar rendah
memiliki kencenderungan hanya

dapat mencapai tingkat aksi dalam


teori APOS, karena pada tahap aksi
siswa
hanya
menyelesaikan
permasalahan secara prosedural, jadi
tidak diperlukan banyak aktivitas
belajar untuk dapat menyelesaikan
permasalahan secara prosedural.
Untuk dapat menentukan prosedur
mana yang lebih mudah dan lebih
cepat dalam menyelesaikan masalah,
siswa harus sering berlatih untuk
menggunakan
prosedur
secara
berulang. Jadi siswa yang memiliki
aktivitas belajar sedang cenderung
akan mancapai tingkat proses dalam
teori APOS. Sedangkan siswa yang
memiliki aktivitas belajar tinggi
cenderung mencapai tingkatan objek
atau bahkan tingkat skema dalam
teori APOS.

mempelajari materi persamaan garis


lurus berdasarkan teori APOS, (2)
Mengetahui tingkat pemahaman
siswa yang tergolong memiliki
aktivitas belajar sedang dalam
mempelajari materi persamaan garis
lurus berdasarkan teori APOS, (3)
Mengetahui tingkat pemahaman
siswa yang tergolong memiliki
aktivitas belajar tinggi dalam
mempelajari materi persamaan garis
lurus berdasarkan teori APOS.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di
SMP Negeri 6 Nganjuk pada kelas
VIII-2 semester II tahun ajaran
2012/2013.

Rumusan
masalah
dalam
penelitian ini yaitu: (1) Bagaimana
tingkat pemahaman siswa dengan
aktivitas belajar rendah dalam
mempelajari persamaan garis lurus
berdasarkan teori APOS? (2)
Bagaimana tingkat pemahaman
siswa dengan aktivitas belajar sedang
dalam mempelajari persamaan garis
lurus berdasarkan teori APOS? (3)
Bagaimana tingkat pemahaman
siswa dengan aktivitas belajar tinggi
dalam mempelajari persamaan garis
lurus berdasarkan teori APOS?

Penelitian yang dilakukan ini


adalah penelitian kualitatif karena
hasil penelitian berupa data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan
[3].
Sumber data pada penelitian ini
berasal dari kata-kata dan tindakan
dari responden, yaitu berupa data
hasil wawancara berbasis tugas.
Pemilihan subyek penelitian
dipilih tiga orang siswa yang
mewakili masing-masing katagori
aktivitas belajar siswa untuk
dilakukan wawancara berbasis tugas,
untuk
mengetahui
tingkat
pemahaman
siswa
dalam
mempelajari materi persamaan garis
lurus berdasarkan teori APOS.

Penelitian ini bertujuan untuk :


(1) Mengetahui tingkat pemahaman
siswa yang tergolong memiliki
aktivitas belajar rendah dalam

Dalam penelitian ini, pemilihan


subyek penelitian dilakukan dengan
beberapa pertimbangan yaitu; (1)
kemampuan
komunikasi
siswa
(berdasarkan informasi guru), (2)
berdasar katagori aktivitas belajar
siswa (tinggi, rendah, atau sedang).
Penentuan katagori aktivitas belajar
siswa berdasarkan data skor angket
aktivitas belajar siswa, sesuai dengan
tabel berikut [4].
Tabel 1 Penentuan Kategori Angket
Aktivitas Belajar Siswa.
Kategori
Tinggi

menunjukkan data yang konsisten,


maka data yang diperoleh valid.
Tetapi jika tidak ada data yang
konsisten dari wawancara pertama
dan
kedua
maka
diperlukan
wawancara
ketiga,
kemudian
membandingkan hasil wawancara
pertama
dan
ketiga
dengan
wawancara kedua dan ketiga, untuk
memilih data yang konsisten,
sehingga data yang diperoleh
tersebut valid.
Teknik analisis data yang
digunakan
meliputi:
menelaah
seluruh data, reduksi data, penyajian
data dan penarikan kesimpulan /
verifikasi data.

Ketentuan

X + s

Sedang

X s < X <
X + s

Rendah

HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan data skor angket
aktivitas
belajar
siswa
yang
=97
X
terkumpul, diperoleh
dan s

X s

Metode pengumpulan data


yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode wawancara berbasis
tugas. Instrumen utama dalam
penelitian ini adalah peneliti dengan
instrumen bantu: (1) angket aktivitas
belajar siswa, (2) lembar tugas
pemecahan
masalah,
untuk
memperoleh data tentang tingkat
pemahaman
siswa
dalam
memecahkan
permasalahan
matematika,
(3)
pedoman
wawancara,
disusun
untuk
mempermudah peneliti saat kegiatan
wawancara berlangsung.
Validasi data dilakukan dengan
teknik triangulasi dimana dalam
penelitian
ini
menggunakan
triangulasi
waktu,
yakni
membandingkan
data
hasil
wawancara pertama dengan hasil
wawancara kedua untuk setiap
subyek penelitian. Apabila hasil
wawancara pertama dan kedua

= 11,243, sehingga siswa dengan


aktivitas belajar rendah berada pada
rentang nilai: 85,757, siswa dengan
aktivitas belajar sedang berada pada
rentang nilai: 85,757 108,243, dan
siswa dengan aktivitas belajar tinggi
berada pada rentang nilai: 108.243.
Dari hasil pengklasifikasian yang
telah dilakukan, diperoleh 3 kategori
siswa berdasarkan aktivitas belajar
siswa, yaitu siswa dengan aktivitas
belajar rendah sebanyak 6 orang,
siswa dengan aktivitas belajar sedang
sebanyak 27 orang, dan siswa dengan
akivitas belajar tinggi sebanyak 7
orang. Selanjutnya dari tiga kategori
aktivitas belajar siswa dipilih
masing-masing satu orang siswa
yang mewakili kategori aktivitas
belajar siswa untuk dilakukan
wawancara berbasis tugas. Untuk
keperluan validasi data, dilakukan
triangualasi
waktu
dengan
membandingkan
data
hasil
4

wawancara satu dengan lainnya yang


dilakukan pada waktu yang berbeda.
Dari hasil triangulasi yang
dilakukan terhadap data wawancara
subjek dengan aktivitas belajar
rendah, terdapat kesesuaian data dari
wawancara I dan wawancara II,
yakni subyek berada pada tingkat
pemahaman
aksi
dalam
menyelesaikan
permasalahan
persamaan garis lurus. Subyek hanya
mengingat apa yang pernah diajarkan
dan dicontohkan oleh guru dalam
menyelesaikan permasalahan. Dalam
menyelesaikan permasalahan, subyek
hanya bekerja dengan mengingat
sesuai dengan contoh saja. Jadi
berdasarkan teori APOS, maka
subyek
berada
pada
tingkat
pemahaman aksi.
Berdasarkan hasil analisis
data yang telah dilakukan terhadap
subjek dengan aktivitas belajar
rendah, diperoleh hasil bahwa subjek
hanya mengerjakan berdasarkan apa
yang dia ingat sesuai dengan contohcontoh yang pernah ia ketahui, baik
itu dari apa yang pernah diajarkan
guru maupun dari catatannya sendiri,
yang tentu saja diperoleh dari guru
ketika mengajar. Jadi berdasarkan
hal-hal tersebut, maka subyek berada
pada tingkat pemahaman aksi.
Dari hasil triangulasi yang
dilakukan terhadap data wawancara
subjek dengan aktivitas belajar
sedang, terdapat kesesuaian data dari
wawancara I dan wawancara II,
yakni subyek bisa melihat bahwa ada
titik yang bisa mempermudahnya
dalam menyelesaikan permasalahan.
Meskipun pekerjaannya tidak sampai
selesai dikarenakan subyek lupa
dengan salah satu konsep aljabar
untuk menyelesaikan pekerjaannya
tersebut. Meskipun cara untuk

menyelesaikan
permasalahan
tersebut sama seperti apa yang
pernah diajarkan dan dicontohkan
oleh guru. Jadi berdasarkan teori
APOS,
dalam
menyelesaikan
permasalahan tersebut subyek berada
pada tingkat pemahaman proses.
Berdasarkan hasil analisis
data yang telah dilakukan terhadap
subjek dengan aktivitas belajar
sedang, diperoleh hasil bahwa
subyek mampu melihat pilihan titik
mana yang dapat mempermudahnya
dalam menyelesaikan permasalahan.
Serta subyek juga mampu untuk
memilih
langkah
untuk
memudahkannya
dalam
menyelesaikan
pekerjaannya
meskipun cara yang digunakannya
sama dengan cara yang diajarkan
oleh guru. Berdasarkan hal-hal
tersebut, dapat disimpulkan bahwa
subyek
berada
pada
tingkat
pemahaman proses.
Dari hasil analisis data
terhadap subjek dengan aktivitas
belajar tinggi, subjek mampu melihat
bahwa permasalahan persamaan
garis lurus yang melalui dua buah
titik dapat di selesaikan juga dengan
persamaan yang digunakan untuk
menyelesaikan persamaan garis lurus
yang melalui sebuah gradien dan satu
titik tertentu. Dalam menyelesaikan
permasalahan tersebut, siswa telah
mampu keluar dari yang pernah
diajarkan guru untuk menyelesaikan
permasalahan persamaan garis lurus
yang melalui dua titik yang berbeda.
Dan mampu memahami adanya
hubungan sub konsep persamaan
garis lurus yang melalui dua buah
titik yang berbeda dan persamaan
garis lurus bergradien m dan melalui
sebuah titik tertentu. Sehingga
berdasarkan teori APOS, maka

pemahaman
subyek
dalam
menyelesaikan
permasalahan
tersebut berada pada tingkat objek.

3. Tingkat pemahaman subyek


dengan aktivitas belajar tinggi
berdasarkan teori APOS
Subyek telah mampu melihat
adanya
hubungan
antara
permasalahan persamaan garis
lurus yang melalui dua buah titik
dengan permasalahan persamaan
garis lurus yang melalui sebuah
titik dan bergradien tertentu.
Sehingga dapat disimpulkan
bahwa subyek berada pada
tingkat pemahaman objek.
Berdasarkan hasil penelitian
ini, maka dapat disarankan beberapa
hal sebagai berikut:
1. Bagi guru
Mengingat
adanya
perbedaan tingkat pemahaman
siswa
dari
masing-masing
katagori aktivitas belajar siswa,
hendaknya guru dapat menyusun
pembelajaran yang bisa menuntut
siswa untuk lebih aktif, serta
memberikan
himbauan,
dukungan dan arahan kepada
siswa untuk lebih meningkatkan
aktivitas belajarnya.
2. Bagi siswa
Siswa hendaknya selalu
aktif
dalam
pembelajaran
matematika.
Akibatnya
pembelajaran menjadi bermakna
bagi siswa karena memiliki
pengalaman
belajar
sendiri.
Siswa
hendaknya
selalu
mendengarkan
apa
yang
disampaikan oleh guru, tidak
malu untuk bertanya ketika ada
materi yang tidak dimengerti,
mempersiapkan materi terlebih
dahulu sebelum pelajaran dimulai
serta selalu kreatif untuk
menyelesaikan
permasalahanpermasalahan matematika dan
mencoba
mengkait-kaitkan

KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan
penelitian
tentang tingkat pemahaman siswa
berdasarkan teori APOS dalam
pokok bahasan persamaan garis
lurus, diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Tingkat pemahaman subyek
dengan aktivitas belajar rendah
berdasarkan teori APOS
Dalam
menyelesaikan
tiap
permasalahan
yang
diberikan,
subyek
hanya
mengerjakan berdasarkan apa
yang dia ingat sesuai dengan
contoh-contoh yang pernah ia
ketahui, baik itu dari apa yang
pernah diajarkan guru maupun
dari catatannya sendiri, yang
tentu saja diperoleh dari guru
ketika mengajar. Jadi berdasarkan
hal-hal tersebut, maka subyek
berada pada tingkat pemahaman
aksi.
2. Tingkat pemahaman subyek
dengan aktivitas belajar sedang
berdasarkan teori APOS
Subyek mampu melihat
pilihan titik mana yang dapat
mempermudahnya
dalam
menyelesaikan
permasalahan.
Serta subyek juga mampu untuk
memilih
langkah
untuk
memudahkannya
dalam
menyelesaikan
pekerjaannya
meskipun
cara
yang
digunakannya sama dengan cara
yang diajarkan oleh guru.
Berdasarkan hal-hal tersebut,
dapat disimpulkan bahwa subyek
berada pada tingkat pemahaman
proses.

penyelesaian masalah dengan


materi matematika yang telah
diberikan sebelumnya tanpa
harus diperintahkan oleh guru.
3. Bagi peneliti
Berdasar hasil penelitian
ini diketahui bahwa subyek
dengan aktivitas yang lebih tinggi
memiliki tingkat pemahaman
yang lebih tinggi pula. Oleh
karena itu penulis menyarankan
kepada
peneliti lain untuk
melakukan penelitian yang lebih
spesifik tentang jenis aktivitas
belajar apa yang mempengaruhi
tingkat pemahaman siswa. Atau
dapat pula melakukan penelitian
yang sejenis, tetapi pada materi
selain persamaan garis lurus.

memberi bimbingan dan bantuan


selama penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Ed Dubinsky, Michael A.
McDonald. 2001. APOS: A
Constructivist
Theory
of
Learning in Undergraduate
Mathematics
Education
Research.
http://www.math.kent.edu/~edd/
publications.html#C.
%29%20Mathematics
%20Education%20%20Refereed
[2] Oemar Hamalik. 2001. Proses
Belajar Mengajar. Jakarta :
Bumi Aksara.
[3] Lexy J. Moleong. 2001.
Metodologi
Penelitian
Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
[4] Siti Nur Rohmah. 2010.
Eksperimentasi Pembelajaran
Matematika Dengan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe
Two Stay Two Stray (TSTS)
Pada Materi Keliling Dan Luas
Segitiga Dan
Segi Empat
Ditinjau Dari Aktivitas Belajar
Matematika Siswa. Skripsi.
Surakarta: Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret.

UCAPAN TERIMA KASIH


Penelitian ini dapat selesai
dengan baik karena bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu
penulis mengucapkan terima kasih
kepada Bapak Drs. Edy Supriyanto,
S.Pd., kepala SMP Negeri 6 Nganjuk
atas kesempatan dan izin yang
diberikan kepada penulis untuk
melaksanakan penelitian. Penulis
juga mengucapkan terima kasih
kepada Ibu Sri Winarti, S. Pd, guru
mata pelajaran Matematika SMP
Negeri 6 Nganjuk, yang telah

Você também pode gostar