Você está na página 1de 5

Sistem Religi

Agama Islam merupakan agama yang dianut oleh sebagian besar masyarakat didesa
Bengkak. Hal tersebut tampak nyata pada bangunan-bangunan tempat beribadah bagi orang-orang
islam. Disamping agama islam, terdapat juga agama lain yang dianut masyarakat Bengkak, yaitu,
agama Kristen dan agama Hindu. Namun demikian presentase masyarakat penganut agama selain
Islam bisa dibilang sangat sedikit, kurang lebih 7-8%. Bangunan-bangunan tempat beribadahnyapun
(kuil, gereja, dll) tidak ditemukan didesa Bengkak ini.
Masyarakat bengkak mengaitkan upacara-upacara keagamaan dengan selamatan yang
antara lain sebagai berikut:
a. selamatan dalam rangka lingkaran hidup seseorang, seperti :

1. tujuh bulan kelahiran


2. kelahiran
3. khitanan
4. upacara perkawinan
5. upacara kekah (aqiqah)
6. upacara khatam alquran
7. upacara kematian, serta upacara berkala(tahlilan) setelah kematian.
b. selamatan yang bertalian dengan kehidupan desa, seperti:
1. bersih desa
2. penggarapan tanah pertanian
3. masa tanam & masa panen
4. selamatan untuk memperingati hari hari serta bulan-bulan besar islam, seperti :
- mauled nabi Muhammad SAW (Mulutan)
- Isra Miraj
- Idul fitri & Idul Adha
- Bulan Syaban (Syabanan)
c. selamatan pada saat yang tidak menentu berkenaan dengan kejadian-kejadian, seperti :

1. menempati rumah baru


2. menolak bahaya

3. mempunyai kendaraan baru


4. dll.
Oleh karena mayoritas masyarakat bengkak yang menganut agama islam, maka upacaraupacara keagamaan selain islam hampir tidak pernah dilaksanakan didesa bengkak.
Di Bengkak, masih terdapat surau-surau/mushalla-mushallah yang digunakan sebagai
sekolah agama dalam bentuk dan kegiatan yang sama dengan pesantren. Pelajaran agama
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dilaksanakan oleh seorang kiyai atau seorang ustad.
2. Sistem Kemasyarakatan (Kekerabatan & Perkawinan) dan Organisasi Sosial
Secara Administratif, desa Bengkak biasanya disebut kelurahan Bengkak yang dikepalai oleh
seorang Lurah. Seorang Lurah didampingi oleh Carik, Hansip, dll yang biasanya disebut Pamong
Desa. Pamong Desa ini mempunyai tugas yaitu tugas kesejahteraan desa dan tugas kepolisian untuk
keamanan dan ketertiban desa. Sedangkan seorang Lurah berkewajiban mengurus rumah tangga
desa, mengurus pekerjaan umum, serta mengurus harta benda desa.
Garis keturunan masyarakat Bengkak yang dianut adalah garis keturunan bilineal, yatiu
seseorang akan masuk keluarga ayah ibunya. Ikatan kekerabatan luas atau keluarga besar masih
kuat di desa Bengkak.
Bagi masyarakat Bengkak tidak ada larangan adanya perkawinan dengan saudara sepupu,
namun ini hanya berlaku pada masyarakat Bengkak yang bersuku Madura yang notabene adalah
suku mayoritas desa Bengkak.Lain halnya masyarakat Bengkak yang bersuku jawa, perkawinan
seperti ini justru dilarang.
Pada umumnya, masyarakat Bengkak tidak mempersoalkan tempat tinggal menetap setelah
pernikahan. Mereka bebas memilih apakah menetap disekitar pembelai wanita (uxurilokal) atau pria
(utrolokal), bertempat tinggal ditempat yang baru (reolokal) ataupun menetap dirumah orang tua salah
satu pembelai.
Masyarakat Bengkak mempunyai tradisi tolong menolong apabila ada peristiwa-peristiwa
penting dalam salah satu keluarga ataupun umum. Misalnya, ada upacara-upacara dalam perayaan
yang berkaitan dengan pernikahan, kematian, tujuh bulanan, maulid nabi, dll. Mereka (umumya
wanita/ ibu-ibu rumah tangga sekitar/ tetangga) akan berkumpul (pada tempat upacara/selamatan)
tanpa diminta,walaupun tidak terkait ikatan keluarga antara si empunya acara dan mereka.
Adakalanya mereka menyumbangkan sesuatu untuk upacara yang dimaksud seperti sumbangan kue,
beras, gula, dll. Walau demikian, ada timbal balik antar anggota mayarakat (balin/walin) yang
bersangkutan.
3. Sistem pengetahuan
Pengetahuan masyarakat madura tentang flora dan fauna dapat dilihat jelas dalam upaya
mereka untuk mengembangkan produktivitasnya dibidang pertanian, penangkapan ikan, dan
peternakan. Meskipun rata-rata para petani, peternak, maupun pemancing hanya berijazahkan
sekolah dasar namun karena penerapan sistem pengetahuan tradisional mereka baik sehingga
mereka mamapu meningkatkan produktivitas kebutuhan hidupnya.
Meskipun di Madura telah dikenal pengobatan modern (dokter, bidan, mantri,dll) sejak lama,
namun pengetahuan masyarakat bengkak tentang pengobatan tradisional melalui dukun/tabibpun
masih melekat pada beberapa anggota masyarakat Madura.
Terdapat juga berbagai macam lembaga pendidikan yang terdapat Madura ini, baik formal
maupun nonformal, diantaranya:

- taman kanak-kanak/ raudhatul Adfal, PAUD


- Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah
- Madrasah Tsanawiyah
- Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah
- Perguruan Tinggi
- Madrasah Diniyah
- dll
Kemajuan dibidang pendidikan dengan berkembangnya kesempatan belajar serta
bertambanya tenaga ahli dan terampil sebagai kaum pelajarpun juga tampak Madura. Hal tersebut
masih bersifat ordiner, tak seperti lembaga-lembaga pendidikan di kota-kota lainnya. Namun, rata-rata
masyarakat Madura sudah bisa membuka pola pikir bahwa program pemerintah wajib belajar 9
tahun merupakan landasan pelaksanaan pendidikan nasional dimana masyarakatlah sebagai
objeknya.
4. Sistem Bahasa
Berdasarkan tinjauan etnografis, masyarakat Bengkak menggunakan bahasa Madura dan
bahasa Jawa sebagai bahasa sehari-hari. Penggunaan bahasa selain B. Madura dan Jawa jarang
dijumpai pada masyarakat Bengkak dikehidupan sehari-hari.
Dialek yang digunakan masyarakat didesa Bengkak juga bermacam-macam. Dialek bahasa
Jawa khas daerah Banyuwangi adalah Bahasa Jawa Osing, Bahasa Osing ini biasanya hanya
digunakan oleh orang-orang asli Banyuwangi. Selain itu, di Banyuwangi juga ada dialek jawa yang
biasa disebut jawa Timuran, seperti halnya bahasa Jawa didaerah Surabaya, Malang, Madiun juga
ada di daerah Bengkak.
Bahasa Madura yang digunakan di Banyuwangi pun berbeda-beda, khusus untuk daerah
Banyuwangi utara menggunakan dialek Situbondo. Hal ini disebabkan letak geografis kecamatan
Wongsorejo yang merupakan daerah Banyuwangi paling utara (berbatasan dengan Situbondo).
Di Bengkak, bahasa yang digunakan untuk penyampaian ceramah/pidato biasanya
menggunakan Bahasa madura, hal ini dikarenakan jumlah masyarakat yang bersuku madura lebih
banyak dari suku lainnya. Seperti ceramah/pidato pada perayaan maulid nabi, idul fitri/idul adha,
ceramah jumat,dll.
Adapun bahasa Indonesia yang notabene merupakan bahasa persatuan Indonesia
kebanyakan dipakai pada hari-hari tertentu yang sifatnya lebih universal.

5. Sistem Kesenian
Dalam sistem kesenian ini, membahas kesenian kabupaten Banyuwangi secara keseluruhan
dan khusus pada desa Bengkak.
Kesenian daerah Banyuwagi termasuk kesenian tipe jawa timur yang mana daerahnya
meliputi bagian timur sampai Banyuwangi dan Madura.
1. Seni Tari

Wujud seni tari di banyuwangi antara lain Tari Gandrung, Tari Lengger, jaranan, Kebokeboan, dll. Ada beberapa tarian yang sifatnya magis, seperti tarian jaranan. Pada tarian ini, penari
akan dirasuki roh sehingga akan berkelakuan seperti yang dinginkan oleh roh yang merasukinya.
Biasanya, jaranan akan dimainkan pada siang hari, dibawah terik panas matahari. Jika si penari
sudah kerasukan, dia akan melakukan hal-hal yang aneh, sepeti, memakan pecahan beling,
mengupas kelapa utuh, memakan ayam hidup, dll.
2. Seni Tembang
Seni tembang berupa lagu-lagu daerah banyuwangi, misalnya: umbul-umbul Blambangan.
Lagu tersebut dinyanyikan menggunakan bahasa osing kental yang diiringi dengan kendang kempul
khas banyuwangi dan juga beberapa alat musik modern. Lagu tersebut merupakan lagu khas
banyuwangi.
Ada juga tembang modern yang juga diiringi alat musik modern namun lirik lagunya
diadaptasi dari lagu-lagu osingan. Tembang seperti lebih dikenal dengan lagu banyuwangian oleh
orang kebanyakan.
3. Seni Musik
Alat musik khas banyuwangi adalah angklung, yaitu alat musik yang dibuat dari bambu dan
dimainkan dengan cara dipukul atau digerakkan.
6. Sistem Mata Pencaharian/ Sistem
Ekonomi
Pada umumnya, mata pencaharian
masyarakat Bengkak adalah bertani dan beternak.
Lahan yang digarap di desa bengkak berupa
lahan tegalan (pertanian dalam betuk kebun
kering). Tidak terdapat tanah pertanian bebentuk
sawah, ini disebabkan tidak adanya aliran sungai
di daerah Bengkak ini. Jenis tanaman yang
ditanam adalah jenis tanaman palawija ( jagung,
cabai, semangka, dll). Hewan yang biasa diternak
oleh masyarakat Bengkak adalah Sapi, Kambing,
dan Ayam.
Banyak juga masyarakat Bengkak yang bermata pencaharian sebagai pedagang, nelayan,
pegawai, berbagai pekerjaan pemerintahan, usaha jasa, industri rumah tangga, dll.
7. Sistem Pengetahuan dan peralatan hidup
Didesa Madura, upaya para petani untuk meningkatkan hasil produksi pertaniannya sudah
menggunakan alat bajak mesin walaupun pemakainya hanya beberapa petani saja. Mayoritasnya,
petani di Madura masih menggunakan alat bajak yang ditarik oleh sapi atau yang biasa disebut
Sakak. Masyarakat Madura juga sudah tidak lagi mengikuti siklus musim dalam menggarap ladang,
namun mereka menciptakan pengairan (Boran/Sumur Bor) untuk mengairi ladang. Para petani tidak
lagi mengandalkan turunnya hujan untuk mengairi ladang. Ini dikarenakan sistem irigasi yang berlaku
dimasyarakat Madura sudah cukup bagus.
Madura juga mempunyai alat pengangkut yang khas, khusus digunakan untuk mengangkat benda
atau barang-barang produksi ke tempat pemasaran atau konsumen. Alat tersebut biasa disebut
gerAndong. Gerandong ini bermodel seperti bentuk truk namun dibuat manual oleh si empunya
dengan menggunakan bahan seadanya pula. Adapun modelnya berupa jok belakang untuk tempat
pengangkut barang dan dibagian depan untuk sipengemudi tanpa kaca dan pintu layaknya truk atau
mobil biasanya. Gerandong ini dijalankan menggunakan mesin biasa yang biasanya digunakan untuk
sumur bor untuk mengairi ladang

Você também pode gostar