Você está na página 1de 8

JURNAL PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN, Volume 1, Nomor 1

Tahun 2014, Halaman 1-8


Online di: http://ejurnal-s1.undip.ac.id/

Gambaran Tingkat Stress dan Koping Pada Pengguna Narkoba di Balai


Rehabilitasi Sosial Mandiri Semarang
Ghilma Agustia R (1), Sri Padma Sari (2)
1)
2)

Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas


Diponegoro (email: ghilma.agustia@gmail.com)
Staf Pengajar Jiwa dan Komunitas Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas
Kedokteran, Universitas Diponegoro (email: ners_45@yahoo.com)

Abstract
Drug abuse is a global problem and the number of drug users keeps increasing. Drug
abuse cases can be treated through rehabilitation. During the rehabilitation process,
rehabilitants are required to undergo all the scheduled program and not allowed to have other
activities outside the rehabilitation center. The condition has become the stressor for drug
users under rehabilitation program. To deal with stress, drug users apply different coping
strategies. The study has intended to describe the characteristics of drug users by age,
education level, length of drug use, types of drugs used, the use of reason, and underwent a
long rehabilitation,the stress levels and coping strategies experienced by drug users during
rehabilitation. The study was based on quantitative method using descriptive cross sectional
and total sampling that involve 35 respondents who were 15-24 year old in Mandiri Social
Rehabilitation Center Semarang.The data of stress level was obtained using questionnaire
based on Perceived Stress Scaleand the data of coping strategy was based on the
questionnaire based on The Brief Cope. The result is most of the respondents experienced
moderate stress (82.9%). The most common strategy of the respondents is religion (mean =
5.11). As a recommendation, Mandiri Social Rehabilitation Center should give counseling to
drug users so that they will be able to share the problems that might be their cause of stress.
Furthermore, the rehabilitation center should increase religious activities based on the facts
that the drug users usually use religion as their coping strategy.
Keywords: drug users, the level of stress, coping strategies
Abstrak
Kasus penggunaan
narkoba merupakan masalah global dan terus mengalami
peningkatan. Penanganan kasus narkoba dapat dilakukan dengan rehabilitasi. Selama
proses rehabilitasi ini rehabilitan diwajibkan menjalani program kegiatan yang ada di
rehabilitasi dan tidak diijinkan untuk melakukan kegiatan diluar rehabilitasi. Hal ini menjadi
stresor bagi pengguna narkoba yang menjalani rehabilitasi. Untuk mengatasi tekanan akibat
stresor pengguna narkoba menggunakan strategi koping yang berbeda-beda. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan karakteristik pengguna narkoba berdasarkan
usia, tingkat pendiidkan, lama penggunaan narkoba, jenis narkoba yang digunakan, alasan
penggunaan narkoba,dan lama menjalani rehabilitasi, tingkat stress dan strategi koping pada

pengguna narkoba yang menjalani rehabilitasi. Metode penelitian dengan menggunakan


metode kuantitatif pendekatan deskriptif cross sectional, menggunakan total sampling
dengan jumlah responden 35 penggunan narkoba berusia 15-24 tahun di Balai Rehabilitasi
Sosial Mandiri Semarang. Pengambilan data tingkat stress menggunakan kuesioner
Perceived Stress Scale dan pengambilan data strategi koping menggunakan kuesioner The
Brief Cope yang diisi oleh responden. Hasil penelitian didapat sebagian besar responden
mengalami stress sedang (82,9 %). Strategi koping yang sering digunakan adalah religion
(mean = 5,11). Sebagai rekomendasi pada Balai Rehabilitasi Sosial Mandiri Semarang
untuk memberikan fasilitas konseling pada pengguna narkoba untuk membantu
mengungkapkan masalah-masalah yang menjadi stresor dan meningkatkan kegiatan
keagamaan mengingat koping yang paling sering digunakan oleh pengguna narkoba adalah
religion.
Kata kunci: pengguna narkoba, tingkat stress, strategi koping

Pendahuluan
Kasus penggunaan narkoba merupakan masalah global dan terus mengalami
peningkatan.Penyalahgunaan narkoba sendiri merupakan pemakaian obat-obatan
atau zat-zat berbahaya dengan tujuan bukan untuk pengobatan dan penelitian serta
digunakan tanpa mengikuti aturan yang benar sehingga dapat mengakibatkan adiksi
atau kecanduan (BNN, 2009). Penggunaan narkoba sendiri dapat memberikan
pengaruh negatif bagi pemakainya, seperti gangguan kesehatan, mental emosional,
hingga kehidupan sosial (Alatas & Madiyono, 2008). Penanggulangan masalah
narkoba dilakukan mulai dari pencegahan dengan memberikan informasi dan
pendidikan yang efektif tentang narkoba, pengobatan dengan detoksifikasi, dan yang
terakhir dengan rehabilitasi yang bertujuan sebagai pemulihan dan pengembangan
pasien baik fisik, mental, sosial, maupun spiritual (Marlindawani, Purba, Wahyuni,
Nasutier, & Daulay, 2008).
Pada penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa beberapa penghuni panti
rehabilitasi mengalami stress selama menjalani rehabilitasi, seperti yang telah
dikemukakan oleh Sakrazad (2008) dan Syafitri (2013) dalam penelitian kualitatif
menyebutkan bahwa stressor pada rehabilitan diantaranya merasa berat berada di
panti rehabilitasi, kejenuhan akibat mengikuti jadwal kegiatan yang ada, dan tidak
dapat melakukan kegiatan di luar panti rehabilitasi, dan kurangnya perhatian
keluarga untuk menjenguk mereka di panti rehabilitasi .
Dengan adanya stressor-stressor selama menjalani rehabilitasi akan
menimbulkan perasaan kurang nyaman hingga tertekan pada rehabilitan selama
menjalani rehabilitasi. Ketika seseorang stress maka akan muncul koping sebagai
respon dari stress tersebut. Koping merupakan upaya yang ditujukan untuk
penatalaksanaan stress, termasuk upaya menyelesaikan masalah langsung dan
mekanisme pertahanan ego yang digunakan untuk melindungi diri (Stuart, 2007).
Setiap individu memiliki koping yang berbeda beda untuk mengatasi stress.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sakrazad (2008) dan Syafitri (2013)
mekanisme koping yang digunaan oleh rehabilitan selama rehabilitasi yaitu dengan
membersihkan wisma, bermain gitar, serta sharing dengan teman-teman yang ada

di panti rehabilitasi dan mendekatkan diri kepada Tuhan serta memotivasi diri untuk
sembuh.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan dengan melakukan wawancara dengan 2
responden pengguna narkoba mengatakan stress menjalani rehabilitasi karena
merasa jenuh dengan kegiatan yang ada di rehabilitasi, tidak bisa pergi ke luar
rehabilitasi, dan kangen dengan keluarga karena keluarga jarang menjenguk. Selain
itu dari pengisian kuesioner pada 5 responden didapat bahwa 4 responden
mengalami tingkat stress sedang dan 1 responden mengalami tingkat stress tinggi.
Untuk mengatasi stress muncul koping yang berbeda-beda pada rehabilitan. Namun,
koping pada pengguna narkoba di rehabilitasi tidak efektif, sehingga tingkat stress
bertambah tinggi dan muncul masalah seperti pemakaian kembali narkoba setelah
keluar dari rehabilitasi, kabur dari rehabilitasi , dan tidak mengikuti kegiatan yang
ada di rehabilitasi. Oleh karena itu peneliti membuat rumusan masalah gambaran
tingkat stress dan koping pada pengguna narkoba di Balai Rehabilitasi Sosial
Mandiri Semarang.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deskriptif menggunakan
rancangan penelitian cross sectional.Populasi dalam penelitian ini adalah pengguna
narkoba yang menjalani rehabilitasi di Balai Rehabilitasi Sosial Mandiri Semarang.
Tehnik pengambilan sampel dengan total sampling, sehingga didapat sampel 35
orang. Pengukuran tingkat stress menggunakan kuesioner Perceived Stress Scale
dan strategi koping menggunakan kuesioner Brief Cope yang telah dialih bahasa ke
dalam bahasa Indonesia dan telah dilakukan uji validitas dengan face validity dan uji
reliabilitas dengan nilai cronbachs alpha 0,832 untuk kuesioner Perceived Stress
Scale dan 0,874 untuk The Brief Cope. Untuk analisa data penelitian ini
menggunakan analisa univariat dengan perhitungan mean, nilai minimum, nilai
maksimum, standar deviasi, serta frekuensi.
Hasil Penelitian
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Nilai Mean di
Balai Rehabilitasi Sosial Mandiri Semarang Bulan Mei- Juni Tahun 2014 (N=35)
NO.

KETERANGAN

MEAN

MIN-MAX

STANDAR
DEVIASI
2,578
16,513

Usia
18,34 tahun
15 24
Lama Penggunaan
23,03 bulan
2 - 50
Narkoba
3.
Lama Menjalani
5,91 bulan
5 12
1,597
Rehabilitasi
Tabel 4.1 menunjukan karakteristik responden yang rata-rata berusia 18 tahun
dengan usia terendah 15 tahun dan tertinggi 24 tahun, lama penggunaan narkoba
rata-rata selama 23 bulan dengan lama penggunaan terendah 2 bulan dan tertinggi
50 bulan dan rata-rata lama menjalani rehabilitasi selama 5 bulan dengan lama
menjalani rehabilitasi terendah 5 bulan dan tertinggi 12 bulan.
1.
2.

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Balai Rehabilitasi Sosial


Mandiri Semarang Bulan Mei-Juni Tahun 2014 (N=35)
NO.
KETERANGAN
JUMLAH
PRESENTASE
(Orang)
(%)
1.
Tingkat Pendidikan
SMP
20
57,1
SMA
15
42,9
2.
Jenis Narkoba yang Digunakan
Sabu sabu
2
5,7
Morfin
1
2,9
Alkohol
1
2,9
Nikotin
19
54,3
Ganja dan Sabu-sabu
1
2,9
Ganja, alkohol, dan nikotin
2
5,7
Alkohol dan nikotin
7
20
Ganja dan alcohol
1
2,9
Ganja dan nikotin
1
2,9
3.
Alasan Penggunaan Narkoba
Coba coba
13
37,1
Bentuk solidaritas
7
20
Saat ada masalah
7
20
Rutinitas
3
8,6
Kebutuhan
1
2,9
Saat ada masalah dan kebutuhan
1
2,9
Bentuk solidaritas teman dan saat
1
2,9
ada masalah
Coba-coba dan saat ada masalah
1
2,9
Coba-coba dan bentuk solidaritas
1
2,9
teman
Tabel 4.2 menunjukan bahwa secara umum responden berpendidikan SMP
sebanyak 20 responden (57,1%) , jenis narkoba yang umum digunakan adalah
nikotin sebanyak 19 responden (54,3%), dan alasan penggunaan narkoba secara
umum adalah coba-coba sebanyak 13 responden (37,1%).
Tabel 4.3 Gambaran Statistik Tingkat Stress Pada Pengguna Narkoba di Balai
Rehabilitasi Sosial Mandiri Semarang Bulan Mei-Juni Tahun 2014 (N=35)
NO
TINGKAT STRESS
JUMLAH
PRESENTASE
(Orang)
(%)
1.
Ringan
2.
Sedang
29
82,9
3.
Tinggi
6
17,1
Total
35
100
Tabel 4.3 menunjukan bahwa tingkat stress pengguna narkoba secara umum
berada pada tingkat sedang yaitu sebanyak 29 responden (82,9%).

Tabel 4.5 Gambaran statistik strategi koping pada pengguna narkoba di Balai
Rehabilitasi Sosial Mandiri Semarang Bulan Mei-Juni Tahun 2014 (N=35)
No.
STRATEGI KOPING
STANDAR
MEAN
MIN-MAX
DEVIASI
1
Religion
5,40
1,576
28
2
Active coping
5,11
1,132
48
3
Planning
5,11
1,231
48
4
Acceptance
5,06
1,187
48
5
Positive reframing
4,91
0,951
37
6
Use of instrumental use
4,83
1,124
38
7
Self-blame
4,69
1,022
37
8
Self-distraction
4,43
1,034
37
9
Use of emotional support
4,00
0,907
27
10
Humor
3,94
1,136
27
11
Denial
3,57
0,979
26
12
Venting
3,54
1,039
26
13
Behavioral disengagement
3,31
1,105
26
14
Substance use
3,26
1,400
27
Tabel 4.5 menunjukan bahwa strategi koping yang mempunyai nilai rata-rata
tertinggi adalah koping religion yaitu 5,11 dan yang mempunyai rata-rata terendah
adalah koping substance use yaitu 3,26.
Pembahasan
Usia rata-rata pengguna narkoba berusia 18 tahun, sehingga tergolong usia
remaja. Adapun alasan remaja menggunakan narkoba karena kondisi sosial seperti
teman sebaya membenarkan penggunaan narkoba, faktor psikologis dimana remaja
membutuhkan pengakuan identitas, dan kelabilan emosi (Marlindawani et al., 2008).
Hal tersebut juga menjadi stressor bagi remaja, apabila remaja tidak dapat
mengatasinya dapat menimbulkan konflik hingga terjadi depresi atau kecemasan
(Potter & Perry, 2005). Pada penelitian Andarini (2008) untuk mengatasi stressor
remaja menggunakan 2 jenis strategi koping yaitu problem focused coping dan
emotional focused coping.
Tingkat pendidikan pengguna narkoba sebagian besar SMP. Pada penelitian
yang dilakukan oleh (Djamaluddin, Noor, & Wahiduddin, 2014) menyatakan bahwa
tingkat pendidikan tidak berkontribusi terhadap penyalahgunaan narkoba. Namun,
pendidikan memberikan peranan penting dalam pencegahan penyalahgunaan
narkoba. Tingkat pendidikan individu dapat mempengaruhi tingkat stress dan
strategi koping pada individu. Dimana semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan
semakin rendah tingkat stress yang disebabkan individu yang memiliki tingkat
pendidikan tinggi akan lebih memahami dan lebih mempunyai kemampuan dalam
menganalisa masalah, sehingga lebih efektif dalam mengatasi masalah (Kumar,
2008).
Lama penggunaan narkoba rata-rata telah menggunakan narkoba selama 23
bulan. Penggunaan narkoba dalam waktu yang lama dapat menyebabkan dampak
adiktif, dimana akan menimbulkan kecanduan karena narkoba mengandung zat
yang dapat memutuskan saraf otak sehingga menyebabkan seseorang bersifat pasif

(Pieter, Janiwarti, & Saragih, 2011). Namun, batas penggunaan hingga terjadi
pemutusan saraf otak belum diketahui. Penggunaan narkoba sebagai bentuk koping
stress
individu dan apabila dikonsumsi dalam jangka waktu lama dapat
menimbulkan masalah gangguan kesehatan, mental emosional, kehidupan sosial,
hingga dapat memungkinkan terjerat kasus hukum atau kriminal. Dengan dampak
yang ditimbulkan dapat menambah stresor dan akan meningkatkan tingkat stress
(Alatas & Madiyono, 2008).
Jenis narkoba yang digunakan secara umum menggunakan nikotin. Stress yang
dialami individu juga dapat berpengaruh pada perilaku negatif. Apabila individu tidak
dapat mengatasi stress maka akan cenderung untuk melakukan perilaku negatif,
seperti merokok, minum alkohol, dan penggunaan narkoba (Rey, 2002). Pada
umumnya menggunaan alkohol, rokok, dan obat-obatan lain untuk menyelesaikan
masalah atau saat berada pada situasi stress.
Alasan penggunakan narkoba secara umum adalah coba-coba. Hal ini
dikarenakan pengguna narkoba pada penelitian ini adalah kelompok remaja.
Dimana pada kelompok remaja mulai mengembangkan pengalaman baru.
Penggunaan narkoba ini juga dapat didasari dengan situasi stress yang dialami oleh
seseorang. Sehingga penggunaan narkoba pada taraf situasional dimana individu
menggunakan narkoba untuk menenangkan diri dari kecemasan dan mengatasi
stress (Yosep, 2007).
Lama menjalani rehabilitasi pengguna narkoba rata-rata telah menjalani
rehabilitasi selama 5 bulan. Rehabilitasi ini bertujuan untuk mengembalikan
pengguna narkoba pada fungsi sosial dimasyarakat dengan diberi pelatihan kerja
dan pengetahuan tentang narkoba (Marlindawani et al., 2008). Lama rehabilitasi ini
juga mempengaruhi stress pada individu. Respon individu terhadap stress salah
satunya dipengaruhi oleh durasi stresor itu sendiri. Durasi stresor mempengaruhi
respon stress individu karena semakin lama durasi dari stresor dapat mempengaruhi
tingkat stress individu (Alimul, 2009). Pada awal menjalani rehabilitasi pengguna
narkoba menggunakan strategi koping penyangkalan tidak terima dengan keadaan
yang sedang terjadi namun setelah beberapa lama melalui penyesuaian diri
terhadap masalah pengguna narkoba dapat menerima keadaannya (Sholichatun,
2011).
Hasil penelitian pada pengguna narkoba yang sedang menjalani rehabilitasi
secara umum berada pada tingkat stress sedang. Tingkat stress dipengaruhi oleh
perspektif individu dalam menghadapi peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam
kehidupan mereka sebagai hal-hal yang tidak terduga, tidak terkendali, dan menjadi
sebuah beban yang menumpuk (Lee, 2012). Selain itu kemampuan individu dalam
menghadapi stresor juga mempengaruhi respon stress (Alimul, 2009).
Hasil tingkat stress pengguna narkoba di rehabilitasi ini berbeda dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Aguatin (2008) pada narapidana kasus narkoba di
Lapas Kelas IIA Bekasi yang menyatakan bahwa mayoritas responden memiliki
tingkat stress dengan kategori rendah (42%), sedangkan untuk tingkat stress sedang
berjumlah 28% dan tingkat stress tinggi berjumlah 30%. Adapun faktor yang
mempengaruhi narapidana mengalami stress yaitu masa tahanan, status
pernikahan, jumlah anak, dan pekerjaan istri dari narapidana.

Religion merupakan bentuk koping dimana seseorang menemukan


kenyamanan dan dukungan dalam spiritual dan keyakinan agamanya (Wong, 2006).
Nilai rata-rata koping religion merupakan nilai rata-rata tertinggi dari rata-rata 14
strategi koping, artinya strategi koping ini adalah strategi koping yang paling sering
digunakan oleh pengguna narkoba selama menjalani rehabilitasi. Hasil ini selaras
dengan penelitian yang dilakukan oleh Kasi (2013) yang menyatakan bahwa religion
coping paling banyak digunakan untuk mengatasi tanda-tanda kecemasan dan
depresi pada pasien yang mengalami tanda-tanda cemas dan depresi.
Kesimpulan dan Saran
Karakteristik pengguna narkoba pada penelitian ini adalah rata-rata usia 18
tahun, lama penggunaan narkoba adalah 23 bulan, lama menjalani rehabilitasi
adalah 5 bulan. Selain itu, sebagian besar responden berpendidikan SMP (57,1%),
jenis narkoba yang digunakan adalah nikotin (59,2%), dan alasan menggunakan
narkoba adalah coba-coba (38,5%). Tingkat stress pengguna narkoba sebagian
besar berada dalam tingkat stress sedang (82,9%), dan untuk strategi koping yang
sering digunakan adalah koping religion dengan nilai rata-rata tertinggi (mean= 5,11)
dan strategi koping yang jarang digunakan adalah substance use dengan nilai ratarata terendah (mean=3,26). Rekomendasi untuk Balai Rehabilitasi Sosial Mandiri
Semarang yaitu dengan memberikan fasilitas konseling pada pengguna narkoba
untuk membantu mengungkapkan masalah-masalah yang menjadi stresor dan
meningkatkan kegiatan keagamaan mengingat koping yang paling sering digunakan
oleh pengguna narkoba adalah religion.
Ucapan Terima Kasih
Semua responden pengguna narkoba di Balai Rehabilitasi Sosial Mandiri
Semarang yang telah bersedia menjadi responden serta semua pihak yang telah
membantu dalam proses penelitian ini.
Daftar Pustaka
Alatas, H., & Madiyono, B. 2008. Penanggulangan Korban Narkoba Meningkatkan
Peran Keluarga dan Lingkungan. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Alimul, A. 2009. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Andarini, S., Andri, T.W., dan Hidayah, H. 2008. Gambaran Strategi Koping Remaja
di SMA Negeri 8 Malang Dalam Menghadapi Penyalahgunaan Narkoba.
Diakses pada tanggal 28 Juni 2014 pukul 15.07 WIB melalui
www.elibrary.ub.ac.id
BNN. 2009. Advokasi Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba. Jakarta: BNN-RI.
Djamaluddin, M., Noor, N. N., & Wahiduddin. 2014. Hubungan Faktor Individu
Dengan Penyalahgunaan Narkoba Pada Tahanan Polrestabes Kota Makassar.
Repository Unhas, 113. Diakses pada tanggal 10 Juni 2014 pukul 04.28 WIB
melalui www.repository.unhas.ac.id
Kasi, M. 2013. Coping Style in Patients with Anxiety and Depression. Diakses 19
Juni 2014 pukul 21.34 WIB melalui www.hindawi.com

Lee, E.H. 2012. Review of the Psychometric Evidance of the Perceived Stress
Scale. Diakses pada tanggal 21 Juni 2014 pukul 10.34 WIB melalui www.asiannursingresearch.com
Ekasari, A & Susanti, N.D. 2009. Hubungan Antara Optimisme dan Penyesuaian Diri
dengan Stress Pada Narapidana Kasus Napza di Lapas Kelas IIA Bulak Kapal
Bekasi. Jurnal Soul, Vol.2, No.2 Septemver 2009
Kumar, V. 2008. Psychological Stress and Coping Strategies of the Parents of
Mentally Challenged Children. Journal of the Indian of Applied Psychology,
34(2), 227231.
Marlindawani, Purba, J., Wahyuni, S. E., Nasutier, M. L., & Daulay, W. (2008).
Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah Psikososial dan Gangguan
Jiwa. Medan: USU Press.
Pieter, H., Janiwarti, B., & Saragih, M. 2011. Pengantar Psikopatologi Untuk
Keperawatan. Jakarta: Kencana.
Potter, & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan
Praktik, Volume 1 (Edisi 4.). Jakarta: EGC.
Rey J. 2002 More than just the blues: understanding serious teenage problems.
Australia: Simon & Schuster.
Sakrazad, S. 2008. Stress dan Coping Stress Pada Pecandu Narkoba Dewasa Awal
yang Sedang Menjalani Rehabilitasi. Diakses pada tanggal 3 April 2014 pukul
21.20 WIB. www.scribd.com
Sholichatun, Y. 2011. Stres dan Staretegi Coping pada Anak Didik di Lembaga
Pemasyarakatan Anak. Jurnal Psikologi Islam (JPI), 8(1), 2342.
Stuart, G. W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa (Edisi 5.). Jakarta: EGC.
Syafitri. 2013. Koping Stress Pada Pecandu Narkoba (Narkotika dan Obat-Obatan
Terlarang) Yang Menjalani Rehabilitasi di Wisma Sirih Rumah Sakit Khusus
Kalimantan Barat Diakses pada tanggal 24 September 2013 pukul 03.35 WIB.
www.portalgaruda.org
Yosep, I. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung: Rafika Aditama.
Wong, P. T. P., Reker, G. T. & Peacock, E. The resource-congruence model of
coping and the development of the Coping Schemas Inventory. In Wong, P. T.
P., & Wong, L. C. J. (Eds.). 2006. Handbook of Multicultural perspectives on
stress and coping. New York, NY: Springer.

Você também pode gostar