Você está na página 1de 9

TEKNIK SAMPLING DALAM PENELITIAN

Oleh: Rostina Sundayana *)


Abstrak
Tidak semua penelitian dapat dilakukan secara populasi. Banyak alasan yang
mendasari hal tersebut, diantaranya sebaran populasi yang luas, waktu yang
dibutuhkan terlalu lama, keterbatasan biaya, dll. Sehingga mendorong peneliti
untuk melakukan penelitian secara sampel. Ada beberapa keuntungan dari
penelitian yang dilakukan secara sampel antara lain (1) memudahkan jalannya
penelitian, (2) penelitian lebih efisien, (3) lebih teliti dan cermat dalam
pengumpulan data, dan (4) lebih efektif. Dalam menentukan sampel mana yang
akan dijadikan sebagai objek penelitian tidaklah mudah, karena sampel yang
kita ambil harus dapat mewakili semua karakteristik dari populasinya. Jika
sampel yang kita gunakan tidak dapat mewakili semua karakteristik populasinya
(tidak representatif), maka hasil penelitian tersebut tidak dapat dibuatkan
generalisasinya. Untuk mendapatkan sampel yang refresentatif tersebut,
maka diperlukan teknik sampling yang tepat, sehingga sampel yang kita
gunakan benar-benar mewakili semua karakteristik populasi penelitian.

A. Pendahuluan
Pada hakekatnya, perguruan tinggi baik negeri maupun swasta mengemban tiga
tugas pokok yang lebih dikenal dengan nama Tri Dharma Perguruan Tinggi yang
harus dilakukan oleh seluruh sivitas akademika. Ketiga dharma tersebut adalah:
pendidikan dan pengajaran, melaksanakan penelitian, dan melakukan
pengabdian pada masyarakat.

Pada bidang penelitian, baik mahasiswa maupun dosen dituntut untuk


melakukan penelitian secara ilmiah. Adapun bentuk penelitian yang dilaksanakan
disesuaikan dengan jenjang dan bidang kajian masing-masing. Bentuk penelitian
yang dilakukan mahasiswa dapat berupa makalah, tugas akhir (TA), ataupun
skripsi; sedangkan penelitian yang dilakukan dosen dapat berupa penelitian
pengembangan keilmuan dan teknologi, supaya dapat meningkatkan mutu
pendidikan, serta memungkinkan penerapan dan pemanfaatan hasilnya bagi
kepentingan dan usaha meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Selain itu, bagi
seorang dosen, penelitian merupakan salah satu syarat mutlak untuk kenaikan
pangkat.

Sebelum seseorang akan melakukan penelitian, sebaiknya harus menyusun


rencana penelitian, yang dikenal dengan usulan/proposal penelitian. Kegunaan
dari proposal penelitian tersebut adalah sebagai pedoman rencana awal yang
akan dilakukan peneliti, baik mengenai masalah, ruang lingkup, metode

penelitian yang dipakai, populasi dan sampel penelitian, perencanaan tempat


dan waktu penelitian, instrumen penelitian, sampai pada perencanaan anggaran
(jika diperlukan).

Dalam melakukan penelitian, tidak semua penelitian dapat dilakukan secara


populasi. Banyak alasan yang mendasari hal tersebut, diantaranya sebaran
populasi yang luas, waktu yang dibutuhkan terlalu lama, keterbatasan biaya, dll.
Lebih lanjut Riduan dan Akdon (2006:240) mengatakan bahwa keuntungan
menggunakan sampel antara lain (1) memudahkan jalannya penelitian, (2)
penelitian lebih efisien, (3) lebih teliti dan cermat dalam pengumpulan data, dan
(4) lebih efektif. Dari berbagai alasan di atas, sangat beralasan jika penelitian
dilakukan hanya terhadap sampel saja.

Dalam menentukan sampel mana yang akan dijadikan sebagai objek penelitian
tidaklah mudah, karena sampel yang kita ambil harus dapat mewakili semua
karakteristik dari populasinya. Jika sampel yang kita jadikan tidak dapat
mewakili semua karakteristik populasinya, maka hasil penelitian tersebut tidak
dapat dibuatkan generalisasinya.

B. Menentukan Populasi dan Ukuran Sampel yang Representatif


Populasi ialah Wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 1997:59).
Populasi dalam setiap penelitian harus disebutkan secara jelas yaitu yang
berkenaan dengan besarnya anggota populasi serta wilayah penelitian yang
dicakup. Tujuan diketahunya ukuran populasi ialah agar kita dapat menentukan
besarnya ukuran sampel yang diambil dari anggota populasi dan membatasi
berlakunya daerah generalisasi.

Ditinjau dari ukuran anggota populasi, maka populasi terdiri dari populasi
terbatas/ terhingga (Finite Population)., dan populasi tak terbatas / tak terhingga
(Infinite Population). Namun dalam kenyataannya populasi terhingga selalu
menjadi populasi yang tak terhingga. Ditinjau dari sudut sifatnya, maka populasi
dapat bersifat homogen, dan heterogen. Bersifat homogen artinya populasi
tersebut mempunyai karakteristik yang sama, sehingga tidak perlu
mempersoalkan berapa banyak jumlah ukuran sampel harus diambil.

Sedangkan bersifat heterogen artinya setiap anggota sampel dari populasi


tersebut mempunyai karakteristik yang berbeda, sehingga perlu ditetapkan
batasan-batasannya, baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif.

Penelitian yang menggunakan seluruh anggota populasinya disebut sampel total


atau sensus. Penggunaan ini berlaku jika anggota populasi relatif kecil. Untuk
anggota populasi yang relatif besar, maka diperlukan mengambil sebagian
anggota populasi yang dijadikan sampel. Pengambilan anggota sampel yang
merupakan sebagian dari anggota populasi tadi harus dilakukan dengan teknik
tertentu dengan yang disebut teknik sampling.

Berkenaan dengan teknik pengambilan sampel, Nasution (2003: 53) mengatakan


bahwa Mutu penelitian tidak selalu ditentukan oleh besarnya sampel, akan
tetapi oleh kokohnya dasar-dasar teorinya, oleh desain penelitiannya,serta mutu
pelaksanaan dan pengolahannya. Beberapa kriteria yang perlu diperhatikan
dalam mengambil sampel adalah sebagai berikut:
1. Berilah batas-batas yang tegas tentang sifat-sifat / karakteristik populasi,
sehingga dapat menghindari kekaburan dan kebingungan.
2. Tentukan sumber-sumber informasi tentang populasi. Ada beberapa sumber
informasi yang dapat memberi petunjuk tentang karakteristik suatu populasi.
Umpamanya didapat dari dokumen-dokumen.
3. Pilihlah teknik sampling dan hitunglah besar anggota sampel yang sesuai
dengan tujuan penelitiannya.
4. Tentukan ukuran sampel yang akan dianalisis.

Supaya sampel yang dijadikan penelitian representatif, maka diperlukan jumlah


sampel minimal yang digunakan dalam penelitian. Dalam penentukan ukuran
sampel dapat dilakukan dengan dua cara yaitu cara praktis (tidak menggunakan
rumus atau hitungan) dan cara perhitungan dengan menggunakan rumus.
Banyak sekali model rumus-rumus yang dapat digunakan untuk menentukan
jumlah sampel minimum, salah satunya rumus empiris dianjurkan oleh Issac dan
Michael (1981:192) dalam Sukardi (2004:55) sebagai berikut:

Keterangan:
S = jumlah sampel yang dicari;
N = Jumlah populasi;
P = proporsi populasi, asumsi diambil P = 0,50
d = derajat ketepatan, biasanya diambil d = 0,05
2 = nilai tabel 2 = 3,841

Sebagai contoh, jika banyakya populasi diketahui = 500, maka banyaknya


sampel minimum yang harus diambil adalah:
Jadi minimal sebanyak 217.

Supaya dalam pelaksanaan penelitian tidak terlalu banyak perhitungan, maka


Issac dan Michael (1981:192) menuangkan rumus tersebut ke dalam bentuk
tabel, sehingga kita tinggal memakai tabel tersebut.

Tabel 1 : Menentukan Jumlah sampel dengan Taraf Signifikansi 5%


NSNSNSNS
10 10 90 73 300 169 1900 320
15 14 95 76 400 196 2000 322
20 19 100 80 500 217 2200 327
25 24 120 92 600 234 2400 331
30 28 130 97 700 248 2600 335
35 32 140 103 800 260 2800 338
40 36 150 108 900 269 3000 341
45 40 160 113 1000 278 3500 346
50 44 170 118 1100 285 4000 351
55 48 180 123 1200 291 4500 354
60 52 190 127 1300 297 5000 357
65 56 200 132 1400 302 10000 370
70 59 220 140 1500 306 15000 375
75 63 240 148 1600 310 20000 377
80 66 260 155 1700 313 50000 381
85 70 280 162 1800 317 100000 384
Sumber : Sugiono (1997 : 67)

Sebagai contoh, untuk populasi yang berjumlah 100, dengan taraf signifikasi 5%
ukuran sampelnya 80, sedangkan untuk populasi yang berjumlah 3500 taraf
signifikansi 5% sebanyak 346.

C. Teknik Pengambilan Sampel


Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan dua cara yaitu : sampling random
(probability sampling) dan sampling nonrandom (nonprobability sampling).
Sampling random yaitu pengambilan sampel secara acak yang dilakukan
dengan cara undian, atau tabel bilangan acak/random atau dengan
menggunakan kalkulator/komputer. Sedangkan sampling nonrandom atau
disebut juga sebagai incidental sampling, yaitu pengambilan sampel tidak secara
acak.

1. Teknik Sampling Random


Teknik sampling random terdiri atas tiga jenis, yaitu sampling random sederhana
(Simple Random Sampling), sampling bertingkat (Stratified Sampling), dan
sampling kluster/area (Cluster Sampling)

a. Sampling Random Sederhana


Digunakan jika populasi bersifat homogen. Dikatakan sederhana karena cara
pengambilan sampel dari semua anggota populasi dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata/tingkatan yang ada dalam populasi itu.

b. Teknik Sampling Bertingkat


Teknik sampling ini disebut juga dengan istilah teknik sampling berlapis,
berjenjang, dan petala. Teknik ini digunakan apabila populasinya heterogen atau
terdiri atas kelompok-kelompok yang bertingkat. Penentuan tingkat berdasarkan
karakteristik tertentu. Misalnya : menurut usia, pendidikan, golongan pangkat,
dan sebagainya. Teknik ini akan semakin baik jika dilengkapi dengan
penggunaan proporsional, sehingga setiap tingkat diwakili oleh jumlah yang
sebanding. Sampling bertingkat yang dilengkapi dengan proposional ini disebut
proportional stratified random sampling. Keuntungan menggunakan cara ini ialah
anggota sampel yang diambil lebih representatif. Kelemahannya ialah lebih
banyak memerlukan usaha pengenalan terhadap karakteristik populasinya. Jika
banyaknya ukuran dari masing-masing tingkatan/kelompok tidak proporsional
maka disebut dengan disproportional stratified random sampling.

Contoh Teknik sampling proporsional :

Misalnya populasi untuk A = 25, B = 60, C = 15. Jadi, jumlah anggota populasi =
100. Sedangkan besar anggota sampel = 80 sehingga besar masing-masing
sampel untuk A, B, dan C dapat dihitung sebagai berikut :
untuk A : (25/100) x 80 = 20 orang,
untuk B : (60/100) x 80 = 48 orang, dan
untuk C : (15/100) x 80 = 12 orang.

Sehingga jumlah sampel seluruhnya sebanyak 80 orang.

Contoh Teknik sampling yang tidak proporsional:


Misalnya populasi untuk A = 3, B = 4, C = 33, D = 60. Jadi, jumlah anggota
populasi = 100. Sedangkan besar anggota sampel sebanyak 80 sehingga besar
masing-masing sampel untuk A, B, C dan D dapat dihitung sebagai berikut :

Untuk A dan B diambil semuanya sebagai sampel, sedangkan untuk C dan D


diambil secara proporsi dengan perhitungan sebagai berikut:
Sehingga jumlah sampel seluruhnya sebanyak 80 orang.

c. Teknik Sampling Kluster


Teknik sampling ini disebut juga sebagai teknik sampling daerah, conditional
sampling/restricted sampling/area sampling. Teknik ini digunakan apabila
populasi tersebar dalam beberapa daerah, propinsi, kabupaten, kecamatan, dan
seterusnya. Pada peta daerah diberi petak-petak dan setiap petak diberi nomor.
Nomor-nomor itu kemudian ditarik secara acak untuk dijadikan anggota
sampelnya.

Pada penggunaan teknik sampling kluster, biasanya digunakan dua tahapan,


yaitu tahap pertama menentukan sampel daerah, dan tahap kedua menentukan
orang/orang atau objek yang dijadikan penelitian pada daerah yang terpilih yang
dilakukan secara random.

Keuntungan menggunakan teknik ini ialah : (1) dapat mengambil populasi besar
yang tersebar diberbagai daerah, dan (2) pelaksanaannya lebih mudah dan
murah dibandingkan teknik lainnya. Sedangkan kelemahannya ialah (1) jumlah
individu dalam setiap pilihan tidak sama, karena itu teknik ini tidaklah sebaik

teknik lainnya; (2) ada kemungkinan penduduk satu daerah berpindah kedaerah
lain tanpa sepengetahuan peneliti, sehingga penduduk tersebut mungkin
menjadi anggota rangkap sampel penelitian.

2. Teknik Sampling Nonrandom


Teknik sampling nonrandom terdiri atas lima macam yaitu: Teknik Sampling
Sistematis (Systematical Sampling), Teknik Sampling Kebetulan (Accidental
Sampling), Teknik Sampling Bertujuan (Porpusive Sampling), Teknik Sampling
Kuota (Quota Sampling), dan Teknik Bola Salju (Snowball Sampling)

a. Teknik Sampling Sistematis (Systematical Sampling)


Teknik ini sebenarnya dapat termasuk kepada teknik random sampling
sederhana yang digunakan secara ordinal. Artinya anggota sampel dipilh
berdasarkan urutan tertentu. Misalnya setiap kelipatan 10 atau 100 dari daftar
pegawai disuatu kantor, pengambilan sampel hanya nomor genap atau yang
ganjil saja, dll. Keuntungan teknik ini ialah lebih cepat dan mudah. Sedangkan
kelemahannya adalah kadang-kadang kurang mewakili populasinya.

b. Teknik Sampling Kebetulan (Accidental Sampling)


Teknik sampling kebetulan dilakukan apabila pemilihan anggota sampelnya
dilakukan terhadap orang atau benda yang kebetulan ada atau dijumpai dan
dipandang orang yang dijumpai tsb. cocok dijadikan sumber data. Misalnya kita
ingin meneliti pendapat masyarakat tentang kenaikan harga atau keluarga
berencana, maka pertanyaan diajukan kepada mereka yang kebetulan dijumpai
dipasar atau ditempat-tempat lainnya. Keuntungan menggunakan teknik ini ialah
murah, cepat dan mudah. Sedangkan kelemahannya ialah kurang representatif.

c. Teknik Sampling Bertujuan (Porpusive Sampling)


Teknik ini digunakan apabila anggota sampel yang dipilih secara khusus
berdasarkan tujuan penelitiannya. Sebagai contoh : untuk meneliti tentang
disiplin siswa maka yang dipilih adalah orang yang aahli dalam kesiswaan seperti
kepala sekolah, PKS urusan kesiswaan, ketua osos, yang dijadikan anggota
sampel. Keuntungan menggunakan teknik ini ialah murah, cepat dan mudah,
serta relevan dengan tujuan penelitiannya. Sedangkan kerugiannya ialah tidak
representatif untuk mengambil kesimpulan secara umum (generalisasi).

d. Teknik Sampling Kuota (Quota Sampling)

Teknik ini digunakan apabila anggota sampel pada suatu tingkat dipilih dengan
jumlah tertentu (kuota) dengan ciri-ciri tertentu. Sebagai contoh, Jemaah haji
yang berangkat ke tanah suci sudah diberi jatah (kuota) oleh Persatuan Haji
Indonesia (PHI) bekerjasama dengan Pemerintah Arab Saudi, yaitu sebanyak
250.000 orang haji dari populasi 250.000.000 jiwa penduduk Indonesia. Artinya
satu orang calon haji mewakili 1000 orang penduduk. (Riduan dan Akdon, 2006 :
246-247).

e. Teknik Bola Salju (Snowball Sampling)


Teknik penentuan sampel bola salju ini digunakan apabila jumlah sampel yang
diketahui hanya sedikit. Dari sampel yang sedikit tersebut peneliti mencari
informasi sampel lain dari yang dijadikan sampel terdahulu, sehingga makin
lama jumlah sampelnya makin banyak. Seperti bola salju yang menggelinding
makin lama bola salju tersebut makin besar.

D. Penutup
Dari uraian di atas, banyak teknik sampling yang dapat kita lakukan untuk
mendapatkan sampel yang representatif, baik secara sampling random
(probability sampling) maupun secara sampling nonrandom (nonprobability
sampling). Kesalahan-kesalahan umum yang sering dijumpai dalam menentukan
besarnya anggota sampel diantaranya: (1) Peneliti mengubah prosedur teknik
sampling; (2) Peneliti memilih anggota sampel yang tidak sesuai dengan tujuan
penelitiannya, (3) Peneliti mengurangi anggota sampel yang telah ditentukan
oleh perhitungannya; (4) Peneliti tidak memberikan alasan-alasan mengapa
rumus dan teknik sampling tertentu yang ia gunakan didalam penelitiannya itu;

Selain hal tersebut, kekeliruan non sampling ini dapat terjadi dalam setiap
penelitian, apakah itu berdasarkan sampling atau berdasarkan sensus,
penyebabnya adalah: (1) populasi tidak didefinisikan sebagaimana mestinya, (2)
Kuesioner tidak dirancang sesuai dengan keperluan. (3) Peneliti kurang
memahami isi dari kuesioner sehingga jawaban responden kurang sesuai dengan
keinginan. (4) Responden tidak memberikan jawaban yang objektif atau menolak
untuk memberikan jawaban.

Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. (2003). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek,Yogyakarta : Rineka Cipta.
Nasution. (2003). Metode Research, Penelitian Ilmiah, Thesis. Bandung :
Jemmars.

Riduan, dan Akdon. (2006). Rumus dan Data dalam Aplikasi Statistika untuk
Penelitian. Bandung : Alfabeta.
Sugiyono. (1997). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sukardi. (2004). Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Prakteknya.
Jakarta : Bumi aksara.

Você também pode gostar