Você está na página 1de 14

Instrumen Analisis

Tue sday, Oct ober 22 , 201 3

Analisis Feses
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh cacing masih tinggi prevelansinya terutama pada
penduduk di daerah tropik seperti di Indonesia, dan merupakan masalah yang cukup besar bagi
bidang kesehatan masyarakat. Hal ini dikarenakan Indonesia berada dalam kondisi geografis
dengan temperatur dan kelembaban yang sesuai, sehingga kehidupan cacing ditunjang oleh
proses daur hidup dan cara penularannya.Identifikasi parasit yang tepat memerlukan pengalaman
dalam membedakan sifat sebagai spesies, parasit, kista, telur, larva, dan juga memerlukan
pengetahuan tentang berbagai bentuk pseudoparasit dan artefak yang mungkin dikira suatu
parasit. Identifikasi parasit juga bergantung pada persiapan bahan yang baik untuk pemeriksaan
baik dalam keadaan hidup maupun sediaan yang telah di pulas. Bahan yang akan di periksa
tergantung dari jenis parasitnya, untuk cacing atau protozoa usus maka bahan yang akan di
periksa adalah faeces, sedangkan parasit darah dan jaringan dengan cara biopsi, kerokan kulit
maupun imunologis (Kadarsan, 1983).
Pemeriksaan faeces di maksudkan untuk mengetahui ada tidaknya telur cacing ataupun larva
yang infektif. Pemeriksaan feses ini juga di maksudkan untuk mendiagnosa tingkat infeksi
cacing parasit usus pada orang yang di periksa faecesnya (Gandahusada.dkk, 2000).
Pemeriksaan faeces dapat dilakukan dengan metode makrokopis, mikrokopis dan kimia.

2. Rumusan masalah
1.

Bagaimana cara pengambilan dan pemeriksaan faeces ?

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Faeces
Faeces adalah Sisa hasil pencernaan dan absorbsi dari makanan yang kita
makan,dikeluarkan

lewat

anus

dari

saluran

cerna.Dalam

keadaan

normal

dua

pertiga faeces terdiri dari air dan sisa makanan, zat hasil sekresi saluran pencernaan, epitel usus,
bakteri apatogen, asam lemak, urobilin,debris, celulosa gas indol, skatol,sterkobilinogen

dan bahan patologis. Normal : 100 200 gram / hari. Frekuensi defekasi : 3x / hari 3x /
minggu.Pada keadaan patologik seperti diare didapatkan peningkatan sisa makanan
dalam faeces, karena makanan melewati saluran pencernaan dengan cepat dan tidak dapat
diabsorpsi secara sempurna.
Bahan pemeriksaan faeces sebaiknya berasal dari defekasi spontan, jika pemeriksaan
sangat diperlukan contoh faeces dapat diambil dengan jari bersarung dari rektum.Untuk
pemeriksaan rutin dipakai faeces sewaktu dan sebaiknya tinja diperiksa dalam keadaan segar
karena

bila

dibiarkan

mungkin

sekali

unsur

unsur

dalam faeces menjadi

rusak.

Pemeriksaan faeces terdiri atas pemeriksaan makroskopis, mikroskopis dan kimia.Jenis makanan
serta gerak peristaltik mempengaruhi bentuk, jumlah maupun konsistensinya.

2. Syarat pengumpulan faeces


Tempat harus bersih, kedap, bebas dari urine, diperiksa 30 40 menit sejak
dikeluarkan. Bila pemeriksaan ditunda simpan pada almari es.
Pasien dilarang menelan Barium, Bismuth, dan Minyak dalam 5 hari sebelum pemeriksaan.
Diambil dari bagian yang paling mungkin memberi kelainan.
Paling baik dari defekasi spontan atau Rectal Toucher pemeriksaan tinja sewaktu

3. Pemeriksaan faeces
Pemeriksaan faeces dilakukan dengan 3 macam cara pemeriksaan yaitu:
Pemeriksaan makroskopisfeses meliputi pemeriksaan konsistensis, warna, bau, darah, lendir dan
parasit.
a. Konsistensi

Faeces normal mempunyai konsistensi agak lunak dan berbentuk. Pada diare konsistensi menjadi
sangat lunak atau cair, sedangkan sebaliknya faeces yang keras atau skibala didapatkan pada
konstipasi. Peragian karbohidrat dalam usus menghasilkan faeces yang lunak dan bercampur gas

b.

Warna
Faeces normal kuning coklat dan warna ini dapat berubah mejadi lebih tua dengan terbentuknya
Urobilin lebih banyak. Selain urobilin warna tinja dipengaruhi oleh berbagai jenis makanan,
kelainan dalam saluran pencernaan dan obat yang dimakan. Warna kuning dapat disebabkan
karena susu,jagung, lemak dan obat santonin. faeces yang berwarna hijau dapat disebabkan oleh
sayuran yang mengandung khlorofil atau pada bayi yang baru lahir disebabkan oleh biliverdin
dan porphyrin dalam mekonium.Kelabu mungkin disebabkan karena tidak ada urobilinogen
dalam saluran pencernaan yang didapat pada ikterus obstruktif, faeces tersebut disebut akholis.
Keadaan tersebut mungkin didapat pada defisiensi enzim pankreas seperti pada steatorrhoe yang
menyebabkan makanan mengandung banyak lemak yang tidak dapat dicerna dan juga setelah
pemberian garam barium setelah pemeriksaan radiologik. faeces yang berwarna merah muda
dapat disebabkan oleh perdarahan yang segar dibagian distal, mungkin pula oleh makanan
seperti bit atau tomat. Warna coklat mungkin disebabkan adanya perdarahan dibagian proksimal
saluran pencernaan atau karena makanan seperti coklat, kopi dan lain-lain. Warna coklat tua
disebabkan urobilin yang berlebihan seperti pada anemia hemolitik. Sedangkan warna hitam
dapat disebabkan obat yang yang mengandung besi, arang atau bismuth dan mungkin juga oleh
melena.

c. Bau

Indol, Skatol dan Asam butirat menyebabkan baunormal pada faeces. Bau busuk didapatkan jika
dalam usus terjadi pembusukan protein yang tidak dicerna dan dirombak oleh kuman.
Reaksi faeces menjadi lindi oleh pembusukan semacam itu. Faeces yang berbau tengik atau asam
disebabkan oleh peragian gula yang tidak dicerna seperti pada diare. Reaksi feses pada keadaan
itu menjadi asam
d. Darah
Adanya darah dalam faeces dapat berwarna merah muda,coklat atau hitam. Darah itu mungkin
terdapat di bagian luar faeces atau bercampur baur dengan faeces. Pada perdarahan proksimal
saluran pencernaan darah akan bercampur dengan faeces dan warna menjadi hitam, ini disebut
melena seperti pada tukak lambung atau varices dalam oesophagus. Sedangkan pada perdarahan
di bagian distal saluran pencernaan darah terdapat di bagian luar faeces yang berwarna merah
muda yang dijumpai pada hemoroid atau karsinoma rektum.
e. Lendir
Dalam keadaan normal didapatkansedikit sekali lendir dalam faeces Terdapatnya lendir yang
banyak berarti ada rangsangan atau radang pada dinding usus. Kalau lendir itu hanya didapat di
bagian luar faeces, lokalisasi iritasi itu mungkin terletak pada usus besar. Sedangkan bila lendir
bercampur baur dengan faeces mungkin sekali iritasi terjadi pada usus halus. Pada disentri,
intususepsi dan ileokolitis bisa didapatkan lendir saja tanpa faeces.
f. Parasit
Diperiksa pula adanya cacing Ascaris, Anylostomadan lain-lain yang mungkin didapatkan
dalam faeces.

1) Pemeriksaan mikroskopis

Pemeriksaan mikroskopis meliputi pemeriksaan protozoa, telur cacing, leukosit, eritosit, sel
epitel, kristal dan sisa makanan. Dari semua pemeriksaan ini yang terpenting adalah pemeriksaan
terhadap protozoa dan telur cacing
a.

Protozoa
Biasanya didapati dalam bentuk kista, bila konsistensi faeces cair baru didapatkan bentuk
trofozoit.

b. Telurcacing
Telurcacing

yang

mungkin di dapat yaitu Ascarislumbricoides,

Necatoramericanus,

Enterobiusvermicularis, Trichuristrichiura, Strongyloidesstercoralis dan sebagainya.

c.

Leukosit
Dalam keadaan normal dapat terlihat beberapa leukosit dalam seluruh sediaan. Pada disentri
basiler, kolitis ulserosa dan peradangan didapatkan peningkatan jumlah leukosit.Eosinofil
mungkin ditemukan pada bagian faeces yang berlendir pada penderita dengan alergi saluran
pencenaan.

d. Eritrosit
Eritrosit hanya terlihat bila terdapat lesi dalam kolon, rektum atau anus. Sedangkan bila
lokalisasi lebih proksimal eritrosit telah hancur. Adanya eritrosit dalam faeces selalu berarti
abnormal.
e.

Epitel
Dalam keadaan normal dapat ditemukan beberapa sel epitel yaitu yang berasal dari dinding usus
bagian distal. Sel epitel yang berasal dari bagian proksimal jarang terlihat karena sel ini biasanya
telah rusak. Jumlah sel epitel bertambah banyak kalau ada perangsangan atau peradangan
dinding usus bagian distal

f.

Kristal
Kristal dalam faeces tidak banyak artinya. Dalam faeces normal mungkin terlihat kristal tripel
fosfat, kalsium oksalat dan asam lemak. Kristal Tripel Fosfat dan Kalsium Oksalat didapatkan
setelah memakan bayam atau strawberi, sedangkan kristal asam lemak didapatkan setelah banyak
makan lemak. Sebagai kelainan mungkin dijumpai kristal Charcoat Leyden Tinja Lugol Butirbutir amilum dan kristal hematoidin. Kristal Charcoat Leyden didapat pada ulkus saluran
pencernaan seperti yang disebabkan amubiasis. Pada perdarahan saluran pencernaan mungkin
didapatkan kristal hematoidin

g. Sisa makanan
Hampir selalu dapat ditemukan juga pada keadaan normal, tetapi dalam keadaan tertentu
jumlahnya meningkat dan hal ini dihubungkan dengan keadaan abnormal.Sisa makanan sebagian
berasal dari makanan daun-daunan dan sebagian lagi berasal dari hewan seperti serat otot, serat
elastis dan lain-lain. Untuk identifikasi lebih lanjut emulsi faeces dicampur dengan larutan lugol
untuk menunjukkan adanya amilum yang tidak sempurna dicerna. Larutan jenuh Sudan III atau
IV dipakai untuk menunjukkan adanya lemak netral seperti pada steatorrhoe. Sisa makanan ini
akan meningkat jumlahnya pada sindroma malabsorpsi.
2)

Pemeriksaan kimia
Pemeriksaan kimia faeces yang terpenting adalah pemeriksaan terhadap darah samar. Tes
terhadap darah samar untuk mengetahui adanya perdarahan kecil yang tidak dapat dinyatakan
secara makroskopis atau mikroskopis.Adanya darah dalam faeces selalu abnormal. Pemeriksaan
darah samar dalam faeces dapat dilakukan dengan menggunakan tablet reagens. Tablet Reagens
banyak dipengaruhi beberapa faktor terutama pengaruh makanan yang mempunyai aktifitas
sebagai peroksidase sering menimbulkan reaksi positif palsu seperti daging, ikan sarden dan lain
lain. Menurut kepustakaan, pisang dan preparat besi seperti Ferrofumarat dan Ferro Carbonat
dapat menimbulkan reaksi positif palsu dengan tablet reagens. Maka dianjurkan untuk
menghindari makanan tersebut diatas selama 3-4 hari sebelum dilakukan pemeriksaan darah

samar. Prinsip pemeriksaan ini hemoglobin yang bersifat sebagai peroksidase akan menceraikan
hidrogen peroksida menjadi air dan 0 nascens (On). On akan mengoksidasi zat warna tertentu
yang menimbulkan perubahan warna

BAB III
ANALISA YANG DILAKUKAN

1.

Instrumen yang digunakan

Alat
a) Sarung tangan
b) Wadah / pot feses
c) Lidi / pengaduk
d) Tissu

e) Kaca objek
f)

Kaca penutup

g) mikroskop
Bahan
a) Sampel Faeces segar
b) Zat warna eosin 1 2%
c) Zat warna lugol1 2%
d) Zat warna sudan III
e) Zat warna asetat 10%

2.

Cara pengambilan sampel

a) Penderita diharuskan buang air kecil terlebih dahulu karena faeces tidak boleh boleh
tercemar urine
b) Intruksikan pada penderita untuk buang air besar langsung kedalam pot / wadah faeces ( kira
kira 5gram)
c) Tutup pot/ wadah dengan rapat
d) Berikan label berisi tanggal pemeriksaan,nama pasien dan jenis spesimen

3.

Preparasi Sampel Faeces

Pengambilan sampel diambil dilakukan 2 kali ulangan dan sampel yang diambil pada setiap
ulangan dilakukan duplo sebanyak 1 gram secara aseptis menggunakan cotton swab yang
dimasukkan kedalam botol sampel steril dan disimpan pada suhu 5 oC.

4.

Cara kerja:

a) Metode Makroskopis
1. Bau
-

Faeces segar dalam wadah

Kipas tangan pada permukaan wadah

Catat bau yang ada

2. Warna
-

Amati faeces dalam wadah

Catat hasil pengamatan

3. Konsistensi
-

Amati konsistensi dalam wadah

Catat hasil pengamatan

4. Lendir
-

Angkat bagian faeces dengan lidi / alat pengambil

Amati lendir yang terdapat pada faeces

Catat hasil pengamatan

5. Darah
-

Amati darah faeces dalam wadah

Catat hasil pengamatan

6. Parasit
-

Amati parasit / cacing yang terdapat pada faeces

Catat bila terdapat parasit / cacing

b) Metode Mikroskopis
1. Siapakan 4 objek dan deretkan
2. Tetesi masing-masing 1 tetes zat warna eosin (untuk pemeriksaan telur cacing dan sel-sel), 1
tetes zat warna lugol ( pemeriksaan karbohidrat), 1 tetes zat warna sudan III (pemeriksaan
lemak), dan 1 tetes zat warna asam asetat (pemeriksaan protein) pada permukaan kaca objek
3. Ambil sampel faeces seujung lidi dan campurkan pada masing-masing tetesa zat warna
4. Aduk sampai menjadi suspensi yang rata dan tipis
5. Tutup masing-masing suspensi dengan kaca penutup
6. Amati masing-masing kaca objek dibawah mikroskop dengan perbesaran 100x untuk
pengamatan serat, lemak, karbohidrat dan kristal
7. Lanjutkan pengamatan dengan perbesaran 400x untuk pengamatan telur cacing, sel erit rosit, dan
leukosit, sel epitel.
8. Catat hasil pengamatan.

c) Metode Kimia
1. Taruh beberapa gram faeces dalam sebuah mortil dan campur dan larutkan HgCl2 10% yang
volumenya sama banyaknya.
2. Campurlah baik-baik dengan memakai alunya.

3. Tuanglah bahan itu ke dalam cawan datar agar lebih mudah menguap dan biarkan selama 6-24
jam.
4. Samapi timbuk warna merah.

BAB IV
PEMBAHASAN
1.

Pembahasan
Pemeriksaan penting dalam faeces ialah terhadap parasit dan telur cacing sama pentingnya
dalam keadaan tertentu adalah test terhadap darah samar. Jika akan memeriksa feses, pilihlah
selalu bagian dari feses yang itu yang memungkinkan sebesar-besarnya untuk menemui kelainan
contohnya bagian yang bercampur darah, lendir dan sebagainya.

BAB V
KESIMPULAN

Dari pengamatan yang telah dilakukan diatas dapat disimpulkan bahwa sebaiknya feses diperiksa
dalam keadaan segar karena bila dibiarkan mungkin sekali unsur-unsur dalam feses menjadi
rusak. Dalam pengambilan fesespun diperlukan beberapa syarat seperti yang telah dijelaskan
diatas salah satunya yaitu tempat harus bersih, kedap, bebas dari urine, diperiksa 30-40 menit
sejak dikeluarkan. Umumnya feses normal mempunyai konsistensi agak lunak dan berbentuk dan
apabila feses dalam konsistensi menjadi sangat lunak atau cair menandakan terjadi diare. Warna
yang terjadi pada feses diakibatkan oleh asupan makanan yang masuk kedalam tubuh,
pemeriksaan terpenting dalam feses ialah terhadap parasit dan telur cacing.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.scribd.com/doc/54521133/MAKALAH-FAECES
Rosita neneng. Laporan KegiatanPraktikum Kimia analitik 2013. Stikes Bakti Tunas Husada
Tasikmalaya

Sulis tiani at 3:04 AM


Share

No comments:

Post a Comment
Home
About Me

View web version

Sulis tiani
View my complete profile
Powered by Blogger

Você também pode gostar

  • 91 484 1 PB
    91 484 1 PB
    Documento5 páginas
    91 484 1 PB
    Ridha Yuliana
    Ainda não há avaliações
  • 30-Article Text-141-1-10-20201027
    30-Article Text-141-1-10-20201027
    Documento9 páginas
    30-Article Text-141-1-10-20201027
    Eka Oktaviani Saputri
    Ainda não há avaliações
  • Askep HSP
    Askep HSP
    Documento26 páginas
    Askep HSP
    Eka Oktaviani Saputri
    Ainda não há avaliações
  • JUDUL
    JUDUL
    Documento6 páginas
    JUDUL
    azizibahrudin
    Ainda não há avaliações
  • Petunjuk Praktikum Blok 3 2013 Terkini1
    Petunjuk Praktikum Blok 3 2013 Terkini1
    Documento6 páginas
    Petunjuk Praktikum Blok 3 2013 Terkini1
    Eka Oktaviani Saputri
    Ainda não há avaliações
  • Minggu Ke
    Minggu Ke
    Documento2 páginas
    Minggu Ke
    Eka Oktaviani Saputri
    Ainda não há avaliações
  • Proposal Endah
    Proposal Endah
    Documento18 páginas
    Proposal Endah
    Eka Oktaviani Saputri
    Ainda não há avaliações
  • Makalah Referat Telemedicine PDF
    Makalah Referat Telemedicine PDF
    Documento21 páginas
    Makalah Referat Telemedicine PDF
    hudafadhlullah
    Ainda não há avaliações
  • CKD
    CKD
    Documento63 páginas
    CKD
    Eka Oktaviani Saputri
    Ainda não há avaliações
  • Fungsi Refraksi
    Fungsi Refraksi
    Documento3 páginas
    Fungsi Refraksi
    Eka Oktaviani Saputri
    Ainda não há avaliações
  • Artikel
    Artikel
    Documento13 páginas
    Artikel
    Eka Oktaviani Saputri
    Ainda não há avaliações
  • Mekanisme Insulin
    Mekanisme Insulin
    Documento9 páginas
    Mekanisme Insulin
    Edwin Prakoso
    100% (1)
  • Lapjag Puja
    Lapjag Puja
    Documento24 páginas
    Lapjag Puja
    Eka Oktaviani Saputri
    Ainda não há avaliações
  • Radiologi Unibraw Catetan Koas
    Radiologi Unibraw Catetan Koas
    Documento81 páginas
    Radiologi Unibraw Catetan Koas
    Andri
    100% (6)
  • Kanker Serviks
    Kanker Serviks
    Documento27 páginas
    Kanker Serviks
    Eka Oktaviani Saputri
    Ainda não há avaliações
  • Mdg's 2015
    Mdg's 2015
    Documento16 páginas
    Mdg's 2015
    Dina Rasmita
    Ainda não há avaliações
  • Untuk Menilai Derajat Dehidrasi
    Untuk Menilai Derajat Dehidrasi
    Documento6 páginas
    Untuk Menilai Derajat Dehidrasi
    Eka Oktaviani Saputri
    Ainda não há avaliações
  • Instrumen Analisis
    Instrumen Analisis
    Documento14 páginas
    Instrumen Analisis
    Eka Oktaviani Saputri
    Ainda não há avaliações
  • Abstrak Inggris
    Abstrak Inggris
    Documento2 páginas
    Abstrak Inggris
    Eka Oktaviani Saputri
    Ainda não há avaliações
  • Daftar Pustaka SH Mba Pidin
    Daftar Pustaka SH Mba Pidin
    Documento2 páginas
    Daftar Pustaka SH Mba Pidin
    Eka Oktaviani Saputri
    Ainda não há avaliações
  • Laporan Kasus THT
    Laporan Kasus THT
    Documento8 páginas
    Laporan Kasus THT
    Eka Oktaviani Saputri
    Ainda não há avaliações
  • PERSALINAN NORMAL
    PERSALINAN NORMAL
    Documento22 páginas
    PERSALINAN NORMAL
    Eka Oktaviani Saputri
    Ainda não há avaliações
  • Pembahasan Saraf
    Pembahasan Saraf
    Documento2 páginas
    Pembahasan Saraf
    Eka Oktaviani Saputri
    Ainda não há avaliações
  • Laporan Kasus Ilmu Kesehatan Hidung Tenggorok
    Laporan Kasus Ilmu Kesehatan Hidung Tenggorok
    Documento43 páginas
    Laporan Kasus Ilmu Kesehatan Hidung Tenggorok
    Eka Oktaviani Saputri
    Ainda não há avaliações
  • Bronkitis
    Bronkitis
    Documento11 páginas
    Bronkitis
    Eka Oktaviani Saputri
    Ainda não há avaliações
  • Laporan Panum Kasus Ska
    Laporan Panum Kasus Ska
    Documento54 páginas
    Laporan Panum Kasus Ska
    Eka Oktaviani Saputri
    Ainda não há avaliações
  • Laporan Kasus Kepaniteraan Umum Mata
    Laporan Kasus Kepaniteraan Umum Mata
    Documento21 páginas
    Laporan Kasus Kepaniteraan Umum Mata
    Eka Oktaviani Saputri
    Ainda não há avaliações
  • Anamnesis Step 1
    Anamnesis Step 1
    Documento7 páginas
    Anamnesis Step 1
    Eka Oktaviani Saputri
    Ainda não há avaliações
  • Universitas Muhammadiyah Semarang
    Universitas Muhammadiyah Semarang
    Documento1 página
    Universitas Muhammadiyah Semarang
    Eka Oktaviani Saputri
    Ainda não há avaliações
  • Laporan Kasus Kepaniteraan Umum Mata
    Laporan Kasus Kepaniteraan Umum Mata
    Documento21 páginas
    Laporan Kasus Kepaniteraan Umum Mata
    Eka Oktaviani Saputri
    Ainda não há avaliações