Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
TINGKAT PENGANGGURAN
DI PROVINSI JAWA TIMUR
Oleh:
Rudi Saputro
Alumni Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Malang
E-mail/No. Hp: - /081553068210
Aries Soelistyo
Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Malang
E-mail/No. Hp: - /0818201879
Abstract
The suggestion can be given relate to the finding obtained by during executing
the research is: (1) With growth of high economics will be able to create opportunity of
new job and unemployment can be permeated. the Unemployment amount decreasing
hence unemployment storey;level will downhill also, (2) Government as taker of policy
in the case of determination of minimum wage shall see do needed to take policy boost
up the fee for the shake of prosperity of worker or don't boost up the governmental
minimum wage can take correct policy so that worker good and entrepreneur is nothing
that harmed, (3) Very relevant and complex Unemployment problem many matters, for
that require to the existence of an sinergi and also cooperation from various side start
dai governmental, private sector, society and individual to overcome the unemployment
storey level increasing.
Keywords: unemployment, government, and Jawa Timur
PENDAHULUAN
Situasi perekonomian di berbagai
negara didunia pada bulan juli 1997
menunjukkan
kondisi
yang
memprihatinkan, termasuk di Indonesia.
ketidakstabilan mata uang yen terhadap
dollar secara tidak langsung telah
memperlemah posisi Rupiah.
Janji akan diberikan hutang kepada
Indonesia dari beberapa lembaga donor
internasional
juga
tidak
dapat
memperkuat posisi rupiah, malah
semakin melemahkan posisi mata uang
Indonesia tersebut, yaitu dari Rp. 2.300
per satu dollar Amerika pada bulan juli
1997 sesaat sebelum krisis menjadi Rp.
15.000 per satu dollar Amerika pada
bulan juni 1998. Tidak lama kemudian
pemerintah
berkewajiban
untuk
dengan jumlah angkatan kerja yang
mengembalikan hutangnya dalam dollar
meningkat menjadi 18,822,218 jiwa dan
sehingga terjadi penipisan dana nasional
jumlah pekerja menurun menjadi
yang diselamatkan dengan menggali
17,374,955 jiwa. Jumlah pengangguran
lebih banyak hutang luar negri. Selain
menurun menjadi 1,447,263 jiwa dengan
devisa nilai mata uang rupiah dengan
tingkat pengangguran sebesar 3,9 %.
anjloknya tingkat pertumbuhan output di
Pada tahun 2005 jumlah penduduk
berbagai sektor kegiatan ekonomi, baik
meningkat menjadi 37,070,731 jiwa
sektor
pertanian,
manufakturing,
dengan jumlah angkatan kerja yang
konstruksi, transportasi, perdagangan
meningkat menjadi 19,298,199 jiwa dan
dan jasa.
jumlah pekerja menurun menjadi
Pertumbuhan ekonomi nasional
17,668,317 jiwa. Jumlah pengangguran
yang pada tahun 1996 rata-rata mencapai
meningkat menjadi 1,629,882 jiwa
7% pertahun berubah drastis menjadi nol
dengan tingkat pengangguran sebesar 4.3
bahkan minus saat terjadi krisis tahun
%.
1997. Secara makro, menurutnya
Pada tahun 2006 jumlah penduduk
pertumbuhan GDP riil saat krisis
meningkat menjadi 37,478,737 jiwa
disebabkan karena konsumsi nasional
dengan jumlah angkatan kerja yang
rata-rata menurun tekanan impor yang
menurun menjadi 19.244.959 jiwa dan
semakin berat akibat sistem perejumlah pekerja menurun menjadi
konomian terbuka yang dianut sebagian
17,077,781 jiwa. Jumlah pengangguran
negara-negara yang dilanda krisis serta
menurun menjadi 1.575.299 jiwa dengan
ekspor yang jugaUntuk
merosotMendapatkan
tajam akibat fulltingkat
sebesar 4,2 %.
text pengangguran
artikel harap
devaluasi yang semakin
parah. MS. Wahyudi (085697769266)
Pada tahun 2007 jumlah penduduk
menghubungi
Tingkat pertumbuhan ekonomi
meningkat menjadi 37,691,077 jiwa
yang tinggi pada masa sebelum krisis
dengan jumlah angkatan kerja yang
ekonomi tidak diikuti dengan penguatan
meningkat menjadi 20.118.000 jiwa dan
fundamental sektor ekonomi. Strategijumlah pekerja menurun menjadi
strategi halusnya yang menekankan pada
1,142,351 jiwa. Jumlah pengangguran
upah buruh yang murah. Berdampak
turun menjadi 18.975.649 jiwa dengan
pada kurang siapnya kemampuan (labor)
tingkat pengangguran sebesar 3,3 %.
dalam menghadapi kondisi moneter yang
Jumlah angkatan kerja, pekerja
berubah-ubah. Hal ini kurang sejalan
maupun pengangguran dari tahun ke
dengan salah satu tujuan yang penting
tahun di provinsi Jawa Timur mengalami
dalam pembangunan ekonomi yaitu
peningkatan maupun penurunan dengan
penyediaan lapangan pekerjaan yang
jumlah yang berbeda-beda. Hal ini dapat
cukup untuk mengejar pertumbuhan
disebabkan oleh berbagai faktor yang
angkatan kerja.
mempengaruhinya, antara lain dapat
Pada tahun 2003 jumlah penduduk
disebabkan 3 hal: 1) Jumlahnya bertammeningkat menjadi 36,206,060 jiwa
bah dikarenakan pertambahan jumlah
dengan jumlah angkatan kerja menjadi
angkatan kerja baru dan TKI ilegal yang
18,699,203 jiwa dan jumlah pekerja
belum terserap dalam pasar tenaga kerja;
17,056,322 jiwa. Jumlah pengangguran
2) Jumlahnya berkurang karena sudah
meningkat menjadi 1,642,881 jiwa
terserap dalam pasar tenaga kerja; 3)
dengan tingkat pengangguran sebesar 4,5
atau tidak terdaftar pada data yang
%.
dimiliki depnakertrans karena tidak
Pada tahun 2004 jumlah penduduk
memperpanjang kartu kuning yang
meningkat menjadi 36,668,408 jiwa
digunakan untuk melamar pekerjaan.
102
2003
36,206,060
18,699,203
Jumlah
Orang
Bekerja
(juta)
17,056,322
2004
36,668,408
18,822,218
17,374,955
1,447,263
3.9
2005
37,070,731
19,298,199
17,668,317
1,629,882
4.3
2006
37,478,737
19.244.959
17,077,781
1.575,299
4.2
2007
37,691,077
20.118.000
18,975.649
1.142,351
3.3
Tahun
Populasi
(juta)
2003
2004
Pertumbuhan
Ekonomi
(%)
4,78
5,83
Terendah
Rp. 253.800
Rp. 310.000
Tertinggi
Rp. 515.750
Rp. 550.700
2005
5,84
Rp. 340.000
Rp. 578.500
2006
2007
5,80
6.29
Rp. 400.000
Rp. 450.000
Rp. 685.500
Rp. 746.500
Tahun
Upah
Jumlah
pengangguran
(juta)
Tingkat
Pengangguran
(%)
1,642,881
4.5
103
dikatakan
hubungan
antara
pembangunan,
modernisasi
dan
industrialisasi adalah sebagai berikut:
Pembangunan adalah perumpamaan
perusahaan sosial, sedang modernisasi
menjadi
bidang
khusus
dari
pembangunan
dan
industrialisasi
merupakan salah satu aspek dari
modernisasi.
Pada akhir dasawarsa 1960 an,
banyak negara sedang berkembang
mulai menyadari bahwa pertumbuhan
(growth)
tidak
identik
dengan
pembangunan
(development).
Pertumbuhan yang tinggi memang dapat
dicapai namun bersama-sama timbul
masalah
seperti
pengangguran,
kemiskinan, distribusi pendapatan yang
timpang,
dan
ketidakseimbangan
struktural (Sjahrir dalam Kuncoro,
1997).
Hal ini memperkuat keyakinan
bahwa
pertumbuhan
ekonomi
merupakan syarat yang diperlukan
(Necessary), tetapi tidak mencukupi
(sufficient) bagi proses pembangunan
(Esmara dan Meier dalam Kuncoro,
1997). Pertumbuhan ekonomi hanya
mencatat peningkatan produksi barang
dan jasa secara nasional, sedangkan
pembangunan berdimensi lebih luas dari
sekedar
peningkatan
pertumbuhan
ekonomi.
Pembangunan ekonomi hanya
meliputi usaha masyarakat untuk
mengembangkan kegiatan ekonomi dan
mempertinggi
tingkat
pendapatan
masyarakat, sedangkan keseluruhan
usaha-usaha pembangunan sosial, politik
dan
kebudayaan.
Secara
umum
pembangunan
ekonomi
dapat
didefinisikan sebagai suatu proses yang
menyebabkan pendapatan perkapita
penduduk suatu masyarakat meningkat
dalam jangka panjang.
Jadi pembangunan ekonomi perlu
dipandang sebagai proses supaya saling
berkaitan
dan
hubungan
saling
104
105
106
107
akan
berubah-ubah
dalam
jenis
pekerjaan
dan
mungkin
akan
menganggur untuk beberapa saat untuk
menunggu mengambil pekerjan yang
cocok dengannya.
Kedua, Pengangguran musiman,
jenis pengangguran yang bergantung
pada cuaca dan musim. Pada saat musim
panen mereka dapat bekerja dan pada
saat musim panen telah usai mereka
menganggur lagi. Ketiga, Pengangguran
residu, terjadi karena adanya residu
pengangguran yang bila dikaitkan
dengan
penyebabnya
yaitu
pengangguran friksional dan musiman.
Pengangguran
residu
tidak
bisa
dikurangi, yang termasuk dalam
pengangguran ini adalah orang-orang
yang menolak untuk bekerja tetapi untuk
mendaftarkan diri ketika menganggu
dalam rangka memperoleh keuntungan.
Keempat, Pengangguran struktural,
jenis pengangguran yang terjadi karena
adanya
perubahan
struktur
atau
komposisi
perekonomian.
Kelima,
Pengangguran umum atau siklis, jenis
pengangguran yang disebabkan oleh
adanya perubahan hasil pada suatu
perekonomian. Keenam, Pengangguran
tekonologi, jenis pengangguran yang
disebabkan oleh adanya pembaharuan
dalam hal teknologi yang mengakibatkan
penurunan permintaan tenaga kerja.
Pass dan Lowes (1994) membagi
penyebab dari pengangguran dalam tiga
jenis yaitu: Pertama, Pengangguran yang
disebabkan oleh permintaan (musiman),
terjadi pada saat permintaan agregat
tidak bisa mengimbangi penawarn
agregat pada kesempatan kerja penuh.
Kedua, Pengangguran yang disebabkan
oleh perubahan dalam pola permintan,
sebagai contoh pengangguran struktural
yang timbul karena adanya penurunan
sekuler
(jangka
panjang)
dalam
permintaan atas produk-produk tertentu,
yang mengakibatkan kontraksi industriindustri yang menawarkan produk-
108
109
PEMBAHASAN
Tabel 1. Hasil Regresi
\ Method: Pooled Least Squares
Number of cross-sections used: 37
Total panel (balanced) observations: 111
Variable
Prob.
nt
C
-1.477204 1.838723
-0.803386 0.4235
LOG(X1?)
0.327364 0.168177
1.946540
0.0542
LOG(X2?)
0.902719 0.249358
3.620167
0.0004
R-squared
0.138851
0.899338
S.E. of regression
0.842260
76.61548
F-statistic
8.706903
Prob(F-statistic)
0.000312
110
111
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, 2002:58, titik tolak pemikiran
yang kebenarannya diterima oleh
penyelidik.
Asep suryhadi. 2003. Kebijakan upah
minimum
dan
dampaknya
terhadap pasar
tenaga kerja,
kongres ke XV, ikatan Sarjana
Ekonomi Indonesia (ISEI), BATU.
Bambang widianto. 2003. Tekanan berat
pada pasar tenaga kerja formal
Indonesia kongres ke XV, Ikatan
Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI),
BATU.
Boediono , 1999, teori pertumbuhan
ekonomi. BPFE, YOGYAKARTA.
BPS, berbagai terbitan. Jawa timur
dalam angka, biro pusat statistik,
SURABAYA
BPS, berbagai terbitan. SUSEMAS, Biro
pusat statistik, JAKARTA.
BPS, Indikator ketenagakerjaan mei
2008, CV Rioma, JAKARTA.
Djojo
Irawan
dan
Suparmoko,
1997,
Ekonomika pembagunan, LP3ES,
JAKARTA.
Kuncoro Mudrajad, 1997. Ekonomi
pembangunan teori, masalah dan
kebijakan unit penerbit dan
percetakan akademi manajemen
perusahaan
YKPN,
YOGYAKARTA.
LEMHANAS (Lembaga
nasional)
1997.
nasional,
balai
JAKARTA.
ketahanan
Ketahanan
pustaka
112