Você está na página 1de 12

[DOCUMENT TITLE]

[Document subtitle]

[DATE]
[COMPANY NAME]
[Company address]

1
Judul Makalah: Implikasi Teori Lokasi Christaller dan Losch terhadap Penentuan
Lokasi Kantor Resort Taman Nasional Gunung Merbabu

I. PENDAHULUAN
Perencanaan wilayah merupakan instrument yang dapat memberikan arah
dalam pembangunan wilayah secara menyeluruh dan terpadu.

Kegiatan-kegiatan

pembangunan tersebut membutuhkan pengaturan lokasi yang mampu memberikan


keuntungan maksimum, efisiensi dalam aksesbilitas serta penggunaan ruang yang optimal
sehingga kegiatan-kegiatan tersebut dapat berlangsung (Budiyono, 2003). Penentuan
lokasi kegiatan harus mempertimbangkan berbagai faktor antara lain aksesbilitas,
tenagakerja, pemasaran, dsb. Berbagai pertimbangan yang deskriptif kuantitatif dan
kualitatif tersebut dikenal dengan Teori Lokasi.
Fasilitas adalah hal-hal yang menunjang kehidupan sehari-hari masyarakat, sehingga
penyediaannya sangat penting. Fasilitas dibedakan atas dua jenis, yaitu fasilitas umum dan
fasilitas sosial. Fasilitas umum berupa jalan, air, persampahan dll. Sedangkan fasilitas
sosial misalnya perumahan, pendidikan dll. Semua fasilitas, baik dari segi pelayanan
maupun aksesbilitas harus dapat dijangkau segala lapisan masyarakat.
Kantor resort pengelolaan taman nasional merupakan salah satu fasilitas pemerintah
yang dikelola oleh balai taman nasional di bawah Kementerian Kehutanan. Sebagai suatu
fasilitas, kantor resort pengelolaan memiliki tujuan untuk meningkatkan efektivitas
pengelolaan kawasan konservasi yaitu kawasan taman nasional. Efektivitas pengelolaan
ini didasarkan pada tugas pokok dan fungsi taman nasional di mana salah satunya adalah
melaksanakan perlindungan kawasan taman nasional yang memiliki tujuan untuk menjaga
hutan, hasil hutan, kawasan hutan dan lingkungannya, agar fungsi lindung, fungsi
konservasi dan fungsi produksitercapai secara optimal dan lestari (PP nomor 45 Tahun
2004). Pemilihan lokasi kantor resort juga harus mempertimbangkan kondisi fisik wilayah
dan keadaan sosial ekonomi masyarakat. Hal ini sesuai yang dikemukakan Golany (1976)
dan

Chan

(2005)

bahwa

dalam

menentukan

suatu

lokasi

fasilitas

harus

mempertimbangkan kondisi fisik dan keadaan sosial ekonomi masyarakat. Kondisi fisik
yang harus dipertimbangkan tersebut adalah keadaan topografi, keberadaan daerah rawan
bencana seperti erosi, tanah longsor, gempa bumi dan lainnya. Sedangkan keadaan sosial
ekonomi masyarakat dibutuhkan untuk dapat memprediksi bagaimana kebutuhan suatu
masyarakat terhadap suatu fasilitas agar dalam pendiriannya fasilitas tesebut benar-benar
diperlukan. Tujuan dari makalah ini yaitu mengimplikasikan teori-teori lokasi Christaller dan
Losch terhadap penentuan lokasi kantor Resort Taman Nasional Gunung Merbabu (SPTN)
Wilayah I Kopeng.

II. KONSEP DASAR TEORI LOKASI


Teori lokasi adalah ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial order) kegiatan ekonomi,
atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari sumber-sumber yang potensial, serta
hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap keberadaan berbagai macam usaha
atau kegiatan lain baik dalam aspek ekonomi maupun sosial (Tarigan, 2006). Teori lokasi
adalah suatu penjelasan teoretis yang dikaitkan dengan tata ruang dari kegiatan ekonomi.
Hal ini selalu dikaitkan pula dengan alokasi geografis dari sumber daya yang terbatas yang
pada gilirannya akan berpengaruh dan berdampak terhadap lokasi berbagai aktivitas baik
ekonomi maupun sosial (Sirojuzilam, 2006: 22).
Aksesibilitas adalah salah satu faktor yang sangat mempengaruhi apakah suatu
lokasi menarik untuk dikunjungi atau tidak. Tingkat aksesibilitas merupakan tingkat
kemudahan di dalam mencapai dan menuju arah suatu lokasi ditinjau dari lokasi lain di
sekitarnya (Tarigan, 2006). Menurut Tarigan, tingkat aksesibilitas dipengaruhi oleh jarak,
kondisi prasarana perhubungan, ketersediaan berbagai sarana penghubung termasuk
frekuensinya dan tingkat keamanan serta kenyamanan untuk melalui jalur tersebut. Dalam
analisis kota yang telah ada atau rencana kota, dikenal standar lokasi (standard for location
requirement) atau standar jarak (Jayadinata, 1999: 160).
2.1 Teori Lokasi Christaller
Central Place theory dikemukakan oleh Walter Christaller pada 1933. Teori ini
menyatakan bahwa suatu lokasi dapat melayani berbagai kebutuhan yang terletak
pada suatu tempat yang disebutnya sebagai tempat sentral. Tempat sentral tersebut
memiliki tingkatan-tingkatan tertentu sesuai kemampuannya melayani kebutuhan
wilayah

tersebut.

Bentuk

pelayanan

tersebut

digambarkan

dalam

segi

enam/heksagonal.

Gambar 1. Central Place Theory Christaller

2.2 Teori Lokasi Optimal dari Losch


Untuk memilih lokasi yang optimal bagi layanan fasilitas perlu memperhatikan prinsip
pemanfaatan sumberdaya yang paling minimum, seperti waktu, biaya, jangkauan

3
layanan, dan lainnya. Losch menyatakan bahwa suatu lokasi didasarkan pada
kemampuan untuk menjaring konsumen sebanyak-banyaknya.
2.3 Analisis Lokasi Menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG)
Menurut Murai dalam Muhammad (2009) mengartikan Sistem Informasi Geografis
(SIG) sebagai sistem informasi yang digunakan untuk memasukkan, menyimpan,
memanggil kembali, mengolah, menganalisis dan menghasilkan data bereferensi
geografis atau data geospatial, untuk mendukung pengambilan keputusan dalam
perencanaan dan pengelolaan penggunaan lahan, sumber daya alam, lingkungan,
transfortasi, fasilitas kota dan pelayanan umum lainnya. Walaupun SIG memiliki banyak
definisi, pada prinsipnya penggunaan SIG tak lepas dari perangkat keras dan perangkat
lunak komputer serta manajemen data dan informasi yang berhubungan dengan
permukaan bumi dengan kemampuan visualisasi dan analisa unik yang digunakan
untuk pemetaan. SIG mempunyai kemampuan untuk menghubungkan berbagai data
pada suatu titik tertentu di bumi, menggabungkannya, menganalisa dan akhirnya
memetakan hasilnya. Data yang akan diolah pada SIG merupakan data spasial yaitu
sebuah data yang berorientasi geografis dan merupakan lokasi yang memiliki sistem
koordinat tertentu, sebagai dasar referensinya. Kemampuan inilah yang membedakan
SIG dari sistem informasi lainnya (UNDP, 2007).

III.ALASAN PEMILIHAN LOKASI


Ruang lingkup adalah pada Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah I
Kopeng. Penelitian dibatasi pada wilayah resort Selo dan resort Ampel yang secara
administrasi berada di Kabupaten Boyolali yaitu pada Kecamatan Selo dan Kecamatan
Ampel. Pemilihan lokasi pada penelitian ini didasari pada pertimbangan sudah adanya
wilayah resort pengelolaan dalam kawasan TNGMb, namun masih belum didukung dengan
sebuah kantor resort pengelolaan. Hal ini disebabkan keberadaan TNGMb yang masih
baru ditunjuk pada tahun 2004. Kondisi ini merupakan pertimbangan tersendiri dalam
pemilihan lokasi penelitian ini.

Gambar 2. Peta Ruang Lingkup Lokasi

IV. FAKTOR-FAKTOR LOKASI


Penentuan lokasi sebuah fasilitas pemerintah diutamakan untuk memperhatikan faktorfaktor berikut: faktor aksesibilitas; faktor pola distribusi; faktor kondisi lingkungan;
4.1 Faktor Aksesibilitas
Menurut Robinson (2003), aksesibilitas adalah kemudahan mencapai suatu wilayah
dari wilayah lain yang berdekatan. Aksesibilitas (kemudahan jarak tempuh) akan
mempengaruhi kestrategisan suatu lokasi, karena menyangkut kemudahan untuk
menuju lokasi tersebut dari berbagai lokasi yang berada di sekitarnya atau wilayah
lainnya. Lokasi harus memiliki aksesbilitas yang baik sehingga memudahkan dalam
menjangkau seluruh wilayah kerja kantor resort dan memudahkan dalam koordinasi
dengan aparat terkait seperti pihak kepolisian, koramil, dan kecamatan.
4.2 Faktor Kesesuaian Lahan
Tidak berada pada daerah rawan bencana seperti erosi, tanah longsor, gempa bumi
dan lainnya. Pada penelitian ini rawan bencana dibatasi pada daerah tidak rawan
longsor, dan daerah yang memiliki jarak tertentu dari garis sempadan sungai. Lokasi
dekat dengan daerah rawan gangguan dan rentan kerusakan dalam kawasan taman
nasional. Hal ini dilakukan agar kerusakan yang terjadi dalam kawasan taman nasional
dapat dikurangi dan dicegah sehingga tujuan pengelolaan taman nasional dapat
dicapai.
4.3 Faktor Sosial
Dekat dengan pemukiman penduduk. Hal ini untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi
masyarakat sekitar kawasan taman nasional sehingga hubungan baik antara petugas
dengan masyarakat dapat terjadi dan kerusakan kawasan yang diakibatkan oleh
aktivitas masyarakat dapat dicegah. Selain itu respon masyarakat terhadap
keberadaan kantor resort juga harus diperhatikan. Salah satu tugas dari kantor resort
adalah melakukan kegiatan perlindungan dan pengamanan pada kawasan TNGMb.
Kegiatan tersebut dapat berpengaruh dalam penyikapan masyarakat terhadap
keberadaan kantor resort tersebut. Masyarakat yang setuju akan bersikap positif dan
mendukung upaya pelestarian kawasan, sedangkan masyarakat yang tidak setuju
akan memberikan hambatan bagi petugas lapangan dalam melaksanakan tugasnya.
4.4 Faktor Anggaran Penyediaan Lokasi
Ketersediaan anggaran berperan penting dalam penyediaan tanah lokasi kantor
resort. Ketersediaan anggaran ini tidak terlepas dari kebijakan pemerintah pusat
(Kementerian Kehutanan) dalam memberikan alokasi dana untuk penyediaan tanah
untuk lokasi kantor resort.

V. IMPLIKASI TEORI TERHADAP LOKASI


5.1 Implikasi Teori Christaller
Teori ini menyatakan bahwa suatu lokasi dapat melayani berbagai kebutuhan yang
terletak pada suatu tempat yang disebutnya sebagai tempat sentral (central place
theory). Lokasi pada penelitian ini terdapat pada wilayah resort pengelolaan dalam
kawasan TNGMb, sehingga perlu didirikan kantor resort untuk meminimalisir
gangguan dan ancaman masyarakat sekitar terhadap Taman Nasional Gunung
Merbabu. Oleh sebab itu, pemilihan lokasi kantor resort ini harus berada pada titik
pusat yang dapat dijangkau masyarakat Kecamatan Selo dan Kecamatan Ampel, yaitu
pada Desa Samiran dan Desa Sampetan yang keduanya berada pada pusat
Kecamatan Selo dan pusat Kecamatan Ampel.
5.2 Implikasi SIG dalam Analisis Kesesuaian Lahan
Analisis Kerawana Gangguan Keamanan
Analisis kerawanan didapatkan berdasarkan hasil dari analisis kerawanan potensial
dan kerawanan nyata. Semua kawasan taman nasional di wilayah kerja Resort Selo
dan Ampel adalah rawan.
Analisis Kerentanan Kerusakan Kawasan
Analisis kerentanan dilakukan dengan weight overlay terhadap variabel kondisi fisik
kawasan (kelerengan, ketinggian, dan kondisi tegakan) dan kondisi pal batas.
Variabelvariabel tersebut diasumsikan memiliki bobot yang sama. Output yang
dihasilkan dari analisis ini adalah tingkat kerentanan yang diklasifikasikan menjadi
empat kelas yaitu kerentanan tinggi, sedang, rendah, dan tidak rentan.

Gambar 3. Peta Tingkat Kerentanan Kerusakan Kawasan

No

Tabel 1. Tingkat Kerentanan Kerusakan Kawasan


Kerentanan
Desa
Resort
Desa Sampetan
Resort Ampel
Desa Ngadirojo
Kerentanan Tinggi
Desa Jlarem
Desa Selo
Resort Selo
Desa Samiran
Desa Lencoh

Analisis Kerawanan Bencana


Analisis daerah rawan bencana didapatkan berdasarkan hasil overlay terhadap
daerah rawan longsor, peta gerakan tanah, dan jaringan sungai. Overlay ini bertujuan
untuk mendapatkan wilayah yang berkategori rawan bencana dan tidak rawan
bencana. Kategorisasi tersebut didasarkan pertimbangan kondisi wilayah penelitian
yang hampir semua wilayahnya memiliki kategori rawan longsor. Oleh karena itu,
wilayah rawan longsor yang berkategori rendah dan sedang bisa diterima sebagai
alternatif yang memenuhi syarat dijadikan lokasi kantor dengan pertimbangan tidak
berada di daerah gerakan tanah dan berjarak lebih dari 50 m dari tepi sungai.
Sedangkan wilayah yang tidak sesuai untuk kantor resort yaitu wilayah rawan bencana
dengan kriteria wilayah yang memiliki kelas rawan longsor tinggi, berada di daerah
gerakan tanah dan berada di tepi sungai.

Gambar 4. Tahapan Analisis Daerah Rawan Bencana

5.3 Implikasi Teori Optimum Losch


Konsep lokasi optimal dalam pemilihan lokasi kantor resort pengelolaan taman
nasional adalah suatu lokasi terbaik yang dapat memberikan keuntungan dan
keamanan bagi petugas lapangan dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi di
bidang perlindungan hutan. Keuntungan didapatkan dengan meminimalisasikan biaya
petugas lapangan dalam menjangkau wilayah rawan, rentan, dan fasilitas pemerintah.
Sedangkan keamanan didapatkan dengan memilih lokasi yang dekat dengan
pemukiman (sebagai sarana sosialisasi petugas lapangan) dan tidak berada di wilayah

7
rawan bencana (longsor dan gerakan tanah). Terdapat beberapa proses analisis
spasial yang dilakukan untuk mendapatkan lokasi optimal, yaitu:
1. Cost surface analysis
Berdasarkan Gambar 5 di bawah ini, diketahui bahwa terdapat sembilan kelas nilai
dari setiap piksel yang menyusun permukaan wilayah penelitian. Warna biru paling
muda menandakan nilai yang paling rendah dan direpresentasikan dengan angka
1, sedangkan warna biru paling tua menandakan nilai piksel yang besar dan
direpresentasikan dengan angka 10. Warna biru muda banyak berada di wilayah
yang datar dan dekat dengan jalan. Kondisi ini menunjukkan bahwa wilayah
tersebut aksesibel, sehingga biaya yang dikeluarkan untuk menjangkau lokasi
tersebut sangat rendah. Sedangkan wilayah yang berwarna biru tua sebagian
besar berada di puncak Gunung Merbabu. Hal ini menunjukkan bahwa lokasi
tersebut sulit untuk dijangkau sehingga memiliki biaya cukup besar untuk dapat
menjangkaunya.

Gambar 5. Peta Hasil Cost Survey Analysis

2. Cost Distance Analysis (CDA)


CDA merupakan proses penghitungan akumulasi biaya setiap grid yang
didasarkan dari nilai setiap grid hasil cost surface analysis. CDA menekankan pada
aspek jarak dan biaya. Lokasi yang memiliki jarak terdekat belum tentu memiliki
biaya yang rendah karena bisa jadi lokasi yang dekat memiliki lereng yang sangat
curam dan tidak aksesibel. Begitu pula sebaliknya, lokasi yang jauh belum tentu
memiliki biaya mahal dikarenakan lokasi tersebut bisa jadi memiliki wilayah yang
datar dan aksesbilitas yang baik. Kriteria yang dilakukan proses CDA adalah

8
kriteria RWN, RTN dan KTR. Hal ini dikarenakan ketiga kriteria tersebut
menekankan pada aspek jarak dan biaya. Lokasi yang memiliki jarak terdekat dan
biaya yang paling rendah untuk menjangkau wilayah RWN, RTN dan KTR adalah
lokasi prioritas yang bias digunakan untuk kantor resort. Pada analisis ini, proses
CDA dilakukan pada masing masing wilayah resort, yaitu Resort Selo dan Ampel.

Gambar 6. Model Builder Cost Distance Analysis

Gambar 7. Hasil Cost Distance Analysis pada Kriteria RWN, RTN, DAN KTR

3. Weight Overlay
Weight overlay merupakan salah satu pendekatan yang paling sering digunakan
untuk memecahkan permasalahan multi kriteria seperti pemilihan lokasi dan model
kesesuaian (Esri, 2010). Pada Gambar 8 dapat dilihat bahwa lokasi terpilih pada
wilayah resort Selo dan Ampel sesudah dilakukan filtering menjadi lebih teratur.
Hal ini dikarenakan pada proses filtering ada beberapa piksel yang dihilangkan dan
ditambahkan dalam piksel mayoritas (Esri, 2010). Dari proses ini didapatkan empat
bidang lahan di wilayah Resort Ampel dan dua bidang lahan di wilayah Resort Selo
yang sesuai untuk lokasi kantor Resort.

Gambar 8. Lokasi Kantor Resort Terpilih Sebelum dan Sesudah Filtering

4. Penentuan Prioritas Lokasi Kantor Resort


Wilayah Resort Ampel

Gambar 9. Arah Jangkauan Setiap Bidang Lahan pada Wilayah Resort Ampel

Berdasarkan gambar di atas, dapat diketahui bahwa prioritas lokasi yang dipilih
adalah lokasi pada bidang lahan 3, karena:
Memiliki akses paling mudah karena berada di pertemuan jalan lokal sekunder
yang memudahkan untuk mengakses ke arah kawasan TNGMb yang berlokasi
di desa paling ujung utara dan ujung selatan yaitu di Desa Jlarem dan Desa
Ngagrong.
Paling dekat dengan pusat kota Kecamatan Ampel dibanding bidang lahan lain
sehingga memudahkan dalam melaksanakan koordinasi dan komunikasi
dengan pihak lain.
Memiliki relief yang tidak terlalu kasar dan terjal.

10
Wilayah Resort Selo

Gambar 10. Kantor Resort Terpilih dan Sebaran Pemukiman di Wilayah Resort Selo

Berdasarkan Gambar 8 di atas, dapat diketahui bahwa prioritas lokasi yang dipilih
adalah lokasi pada bidang lahan 2, karena:
Terdapat jalan langsung menuju kawasan TNGMb yang berupa jalan aspal/
beton yang dapat dilalui kendaraan roda 4 sampai batas kawasan
5.4 Kesimpulan Hasil Analisis
Ancaman kerusakan kawasan TNGMb bisa diantisipasi dengan menempatkan lokasi
kantor resort pada wilayah yang dekat daerah rawan dan rentan kerusakan yaitu untuk
wilayah Resort Selo di Desa Samiran, sedangkan untuk Wilayah Resort Ampel yaitu
di Desa Sampetan. Kedua lokasi tersebut merupakan lokasi optimal karena memenuhi
kriteria antara lain: memiliki cost paling rendah untuk menjangkau lokasi rawan
gangguan dan lokasi rentan kerusakan, tidak berada pada daerah rawan bencana,
dan memiliki aksesibel yang baik dengan didukung sarana prasarana memadai seperti
jaringan listrik dan air bersih.

VI. LESSON LEARNED


Dalam menentukan lokasi yang dapat memberikan keuntungan maksimum, efisiensi
dalam aksesbilitas serta penggunaan ruang yang optimal, maka diperlukan analisis
penentuan lokasi yang didasarkan pada teori lokasi terkait. Dalam penentuan lokasi
fasilitas kantor resort Taman Nasional Gunung Merbabu (TNGMb), teori yang digunakan
adalah teori Christaller dimana penentuan lokasi harus berada pada titik pusat yang mampu
dijangkau oleh konsumen (masyarakat Kec. Selo dan Kec. Ampel). Selain itu juga
digunakan teori Losch dimana penentuan lokasi ditujukan untuk menjaring konsumen
sebanyak-banyaknya dengan memperhatikan optimalisasi dari segi biaya dan aksesbilitas.
Pemilihan lokasi kantor resort yang berada di dekat daerah pegunungan, maka perlu
dilakukan analisis kesesuaian lahan menggunakan SIG. Dengan begitu dapat dilakukan
analisis terhadap kerentanan kerusakan kawasan dan analisis kerawanan bencana.

11
DAFTAR PUSTAKA

Elisa, Titta (2015). Tugas Geografi Industri.


https://www.academia.edu/5660010/August_Losch (diakses pada 19 Maret 2015)
Geo Webclass. (tanpa tahun). Central Place Theory.
https://agnazgeograph.wordpress.com/2013/01/31/central-place-theory-teori-tempatsentral/ (diakses pada 19 Maret 2015)
Geografi. (2010). Teori Lokasi Industri. http://geografi-geografi.blogspot.com/2010/11/teorilokasi-industri-pertimbangan.html (diakses pada 19 Maret 2015)
Hana, Yenita. (tanpa tahun). Implikasi Lokasi terhadap Penentuan Lokasi Fasilitas Umum
Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya. http://www.scribd.com/doc/219289297/ImplikasiTeori-Lokasi-Terhadap-Penentuan-Lokasi-Fasilitas-Umum-Masjid-Nasional-Al-AkbarSurabaya#scribd (diakses pada 19 Maret 2015)
Khairisa, Astri. (tanpa tahun). Analisis Spasial.
http://www.scribd.com/doc/79962529/Analisis-Spasial#scribd (diakses pada 18 Maret
2015)
Yudhono, Adipandang. (2012). Ketergantungan Lokasi dan Keseimbangan Spasial.
https://adipandang.files.wordpress.com/2012/04/05_ketergantungan-lokasikeseimbangan-spasial_alpr.pdf (diakses pada 20 Maret 2015)

Você também pode gostar