Você está na página 1de 2

Apakah kebodohan2 perusahaan multinasional yang ada di Indonesia, yg antara lain

dilanggengkan oleh mental para staff HR-nya?


1. Bangga bahwa gaji karyawan jauh diatas UMR. Hal ini bodoh sekali, karena dia telah
memposisikan diri setara dengan perusahaan lokal yg paling miskin, yang menjadi
pangkal perhitungan UMR. Jadi kita ketawain saja kalau ada perusahaan multinasional
(bank, konsultansi, tambang batubara, migas, emas, dll.) yg bangga karena upahnya telah
memenuhi UMR. Dan sebagai orang HR Anda harus malu.... dan menangis.
(Perbandingan yg benar: Wah mekanik kami digaji dibawah mekanik Australia. Kami
hanya menggaji Rp. 3 juta, padahal di australia mereka mendapat 4 ribu dollar. Padahal
produktifitas mereka sama. Kami akan berjuang untuk perbaikan gaji... dlsb.)

2. Upah karyawan lokal bisa dibilang "slave wages". Itulah yang langsung saya dengar
dari manajer HR bule. "We pay slave wages in Indonesia". Berapakah gaji seorang
Admin Assistant? Rp. 700 ribu? Seorang operator mining Rp. 1,5 juta? Rp 2 juta? Itu kan
sama dengan US 62 dolar hingga 200 dolar. Sama dengan upah seorang pencuci piring
selama 5 jam di AS. Kalau orang HR di perusahaan multinasional sudah bermental kere,
maka ia akan bangga memberikan "slave wages". Kalau manajernya juga bermental
begitu
wah.. ya sudah...
3. Bangga bisa memeras karyawan Indonesia, cuek dengan gaji konsultan asing. Sebagai
orang HR, Anda pasti dipuja-dipuji, bisa me-reduce cost hingga seminim mungkin. Anda
bangga dengan prestasi ini. Hasilnya: Gaji 200 staff indonesia bisa jadi sama dengan gaji
10 konsultan bule.... Ini benar ada yg begitu lho (Dan Anda masih bisa tidur nyenyak???)

4. Punya business ethics tapi diterapkan secara pilih2 di Indonesia. Wah, bulan2 ini saya
dengar banyak perusahaan yang bangga mensosialisasikan code of conduct/business
conduct/business ethics yg dibuat perusahaan induk. Mulai dari perusahaan konsultasi
hingga groceries dan internet related companies.
Tapi, saya yakin penerapannya pilih2. Contoh: dalam salah satu code of conduct dari
perusahaan konsultan multinasional yang saya dapatkan di websitenya, mengatakan:
"employees with similar responsibilities should be rewarded with fair and similar benefits
without discriminations on sex, races, nationalities and religions." Well, bagus sekali.
Dan itu saya kira pas sekali dengan prinsip keadilan universal.
Lalu saya tanyakan ke teman saya yg kerja di anak perusahaan setempat, apakah hal itu
masuk di versi Indonesianya? Weh, ternyata tidak.
Usut punya usut, itu bisa jadi 'pasal' rawan, karena ketika saya tanyakan Berapa range
gaji seorang manajer Indonesia? "Well, seorang manajer perusahaan kami kurang lebih

mendapat gaji Rp. 13 juta/bulan. Yang bule kurang lebih US 10 ribu./bulan" Wah, itu sich
malah business "misconduct" bukan conduct.
So, teman2 HR, itulah kebodohan2 perusahaan multinasional yang telah saya amati
selama bertahun2 bekerja di luar negeri lalu kerja di dalam negeri. Di malaysia dan AS
saya digaji sama dengan orang bule maupun orang Afrika. Jadi kesimpulan saya adalah:
Orang2 HR Indonesianya sendiri lah yang membuat pekerja Indonesia ini menderita...
So, marilah kita bersama2 tertawakan para HR staff perusahaan Multinasional di
Indonesia.
Lain kali kalau ketemu orang HR multi-nasional, kita tanyakan saja apakah ia bener2
bangga kerja di perusahaan dengan karakter di atas. Bila iya? hehe memang dasar ....
Maafkan saya bila mengungkapkan hal2 yang pahit tapi benar.

Você também pode gostar