Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
ANASTIAWAN
H411 10 259
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Biologi
pada Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Hasanuddin
ANASTIAWAN
H411 10 259
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Disetujui oleh :
Pembimbing Utama
Pembimbing Pertama
Pembimbing Kedua
Januari 2014
iii
KATA PENGANTAR
iv
penulisan skripsi ini sampai selesai. Tanpa beliau-beliau penulis tidak akan dapat
menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih sekali lagi.
Penulis juga mengucapkan terima kasih serta penghargaan yang tulus,
kepada :
Bapak Prof. Dr. H. Hanapi Usman, MS. selaku Dekan Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, bererta staf
pegawainya.
Bapak Dr. Eddy Soekendarsi, M.Sc. selaku Ketua Jurusan Biologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin.
Bapak/Ibu Dosen dan pegawai Jurusan Biologi yang senantiasa membantu
penulis sehingga dapat mencapai gelar sarjana.
Bapak Drs. Asadi Abdullah, M. Si. Selaku Penasehat Akademik (PA), yang
senantiasa memberikan arahan kepada penulis sedari penulis memulai
studinya sampai selesai.
Kepada seluruh Tim Penguji, yang senantiasa meluangkan waktunya untuk
memberikan waktunya untuk memberikan kritik dan saran yang tentunya
sangat bermanfaat bagi penulis.
Kepada saudara dan saudariku tercinta Biologi Unhas Angkatan 2010, terima
kasih banyak telah menemani penulis dari Maba sampai Sarjana.
Terima kasih pula kepada rekan penelitianku Aulia Insani yang telah rela
berbagi suka dan duka serta pertolongan yang diberikan selama ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat
diharapkan demi kesempurnaan penulisan mendatang. Penulis berharap semoga
sksripsi ini dapat berguna bagi kita semua, bagi perkembangan dunia sains dan
teknologi. Sekali lagi terima kasih.
Makassar,
Desember 2013
Penulis
vi
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Probiotik
yang Berasal dari Usus Itik Pedaging Anas domesticus. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui karakter bakteri probiotik yang diisolasi dari usus itik pedaging
Anas domesticus. Isolasi bakteri probiotik dilakukan dengan menggunakan
medium MRSA (Man Rogosa Sharpe Agar) yang ditambahkan CaCO3 1%.
Kemampuan sebagai bakteri probiotik diperoleh dengan melakukan uji ketahanan
terhadap pH rendah dan garam empedu. Karakteristik bakteri dilakukan melalui
uji makroskopik dengan mengamati bentuk koloni, uji mikroskopik dilakukan
dengan pewarnaan Gram, uji fisiologis meliputi uji ketahanan terhadap temperatur
dan uji-uji biokimia seperti uji motilitas, uji MR-VP, uji katalase dan uji TSIA,
serta uji daya hambat terhadap bakteri patogen dengan menggunakan bakteri
Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Hasil yang diperoleh terdapat
delapan isolat bakteri probiotik, 6 isolat bersifat gram positif dan 2 isolat bersifat
gram negatif, berbentuk batang dan bulat, mampu tumbuh pada medium yang
memiliki pH2,5-3 dan medium yang mengandung garam empedu sintetik 1% dan
5%, temperatur pertumbuhan 15OC dan 45 OC, serta optimum pada temperatur
37OC. kedelapan isolat bersifat non motil, positif terhadap uji MR, positif dan
negatif terhadap uji VP, bersifat katalase negatif, dan mampu memfermentasi
karbohidrat pada medium TSIA. Dari hasil uji daya hambat didapatkan bahwa
semua isolat memiliki kemampuan menghasilkan antimikroba yang bersifat
bakteriosida terhadap pertumbuhan bakteri E.coli dan S. aureus.
Kata Kunci : Probiotik, itik pedaging Anas domesticus, usus itik pedaging
vii
ABSTRACT
The research about The Isolation and Characterization of Probiotic
Bacteria which Is Taken From Intestines of the broiler duck Anas domesticus has
been done. This research aimed to is get the characters of those bacteria. Probiotic
bacteria was isolated by using a medium MRSA (Man Rogosa Sharpe Agar)
which is added with CaCO3 1%. To get the ability as probiotic bacteria by using a
few test such as the ability in low pH and mineral compound of bile. The
characteristic of bacteria can be observe by macroscopic test for the colony form,
the microscopoc test by using the Gram staining, the physiological test was using
temperature ability, biochemichal tests for motility test, MR-VP test, catalase test,
and TSIA test. The test of inhibitory growth of pathogen bacterial was used
Escherchia coli and Staphylococcus aureus. The result shows that eight isolates of
probiotic bacteria are 6 isolates Gram positive and 2 isolates Gram negative, rod
and round shape. They were able to grow on a medium which has a pH between
2,5 and 3 and a medium of 1% and 5% synthetic mineral compound of bile,
growth temperature 15OC and 45 OC (optimum at 37OC). The eight isolates are
non motil, positive at MR test, positive and negative at VP test, catalase negative
and be able to fermented carbohydrates in the TSIA medium. From the result of
the inhibitory power test show that all isolates have the ability to produce
antimicrobial that are bacteriosida against bacterial growth of E.coli and S.
aureus.
Keywords : Probiotic, broiler duck Anas domesticus, intestines of broiler duck.
viii
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul..................................................................................................
Lembar pengesahan........................................................................................
i
iii
Kata Pengantar.................................................................................................
iv
Abstrak..............................................................................................................
vii
Abstract.............................................................................................................
viii
Daftar Isi...........................................................................................................
ix
Daftar Tabel.....................................................................................................
xi
Daftar Gambar..................................................................................................
xii
Daftar Lampiran...............................................................................................
xiii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................
11
11
ix
14
15
17
III.1 Alat...............................................................................................
17
III.2 Bahan...............................................................................................
17
17
17
18
18
20
20
21
21
22
22
23
24
26
47
V.1 Kesimpulan.....................................................................................
47
V.2 Saran.................................................................................................
47
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................
48
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
27
29
39
42
44
70
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
26
28
31
31
31
33
33
33
35
35
35
35
37
38
40
41
43
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
11. Skema kerja uji TSIA (Triple Sugar Iron Agar) ..................................
64
65
66
67
68
70
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu jenis ternak yang diduga memiliki BAL pada ususnya adalah
itik Anas domesticus sehingga tingkat kesehatan itik tergolong baik. Itik Anas
domesticus mampu mempertahankan produksi telur lebih lama dibandingkan
ayam, tingkat kematiannya kecil, tahan terhadap penyakit, dan pada penggunaan
kualitas pakan yang rendah itik masih dapat berproduksi. Komoditas unggulan
dari itik adalah daging dan telur. Konsumsi per kapita telur itik pada tahun 2005
sebesar 0,73 kg/tahun, sedangkan konsumsi per kapita daging itik hanya 0,05
kg/tahun (Ditjennak, 2006).
Namun bagi beberapa orang, itik relatif mahal dan berukuran kecil bila
dibandingkan dengan ayam. Kandungan kolesterol itik juga tinggi, maka dari itu
orang cenderung lebih memilih daging ayam. Sebenarnya itik memiliki
keunggulan tersendiri yaitu kandungan vitamin lebih banyak dibandingkan daging
ayam. Untuk memperbaiki gizi dan kualitas itik, maka salah satu cara yang dapat
ditempuh adalah dengan menggunakan probiotik seperi BAL (Sari, 2012), karena
BAL dapat meningkatkan pertumbuhan dan efesiensi pakan ternak dengan
menyerap lebih banyak nutrisi pakan tanpa terbuang percuma melalui tinja. BAL
juga menyeimbangkan populasi mikrobia pada saluran pencernaan ternak,
mengendalikan mikroorganisme patogen pada tubuh inang dan lingkungan dan
menstimulasi imunitas inang (Surono, 2004). Probiotik seperti BAL juga
mempunyai kemampuan untuk menurunkan kadar kolesterol serum darah ternak
disebabkan karena
namun tidak semua jenis bakteri usus merupakan bakteri probiotik BAL (Sari,
2012).
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka telah dilakukan penelitian
tentang isolasi dan karakterisasi bakteri probiotik yang berasal dari saluran
pencernaan itik pedaging Anas domesticus yang bisa membantu meningkatkan
produktivitas itik pedaging.
I.2 Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakter bakteri
probiotik yang diisolasi dari usus itik pedaging Anas domesticus.
I.3 Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi terhadap
penelitian-penelitian selanjutnya tentang pemanfaatan bakteri probiotik dari usus
itik pedaging Anas domesticus pada industri peternakan itik.
I.4 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus - Oktober 2013 di
Laboratorium Mikrobiologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam,
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
et
al.
(1991)
menyatakan
bahwa
definisi
probiotik
ialah
mikroorganisme hidup dalam bentuk kering yang mengandung media biakan serta
produk hasil metabolisme mikroorganisme tersebut. Probiotik mengandung
bakteria gram positif dan gram negatif, yeast serta jamur. Mencermati adanya
perbedaan dalam definisi probiotik yang cukup luas maka definisi yang sesuai
untuk probiotik sebaiknya diarahkan pada tujuan serta manfaatnya yaitu untuk
upaya manipulasi mikroflora saluran pencernaan untuk tujuan peningkatan
kondisi kesehatan serta produktivitas penerima probiotik.
Lilly dan Stillwell memperkenalkan istilah "probiotik" pada tahun 1965
untuk nama bahan yang dihasilkan oleh mikroba yang mendorong pertumbuhan
mikroba lain (FAO/WHO, 2001). Probiotik merupakan organisme hidup yang
mampu memberikan efek yang menguntungkan kesehatan hostnya apabila
dikonsumsi dalam jumlah yang cukup (FAO/WHO, 2001; FAO/WHO, 2002;
ISAPP, 2009) dengan memperbaiki keseimbangan mikroflora intestinal pada saat
masuk dalam saluran pencernaan (Shitandi et al., 2007; Dommels et al., 2009;
Weichselbaum, 2009).
jika
dikonsumsi
dalam
jumlah
tertentu
akan
memberikan
efek
dan
beberapa
antimikrobial
lainnya.
Probiotik
juga
menghasilkan sejumlah nutrisi penting dalam sistem imun dan metabolisme host,
seperti vitamin B (Asam Pantotenat), pyridoksin, niasin, asam folat, kobalamin,
dan biotin serta antioksidan penting seperti vitamin K (Adams, 2009).
Manfaat probiotik bagi inangnya dapat melalui mekanisme fungsi yaitu
fungsi protektif, yaitu kemampuannya untuk menghambat patogen dalam saluran
pencernaan. Terbentuknya kolonisasi probiotik dalam saluran pencernaan,
mengakibatkan kompetisi nutrisi dan lokasi adhesi (penempelan) antara probiotik
dan bakteri lain, khususnya patogen. Pertumbuhan probiotik juga akan
menghasilkan berbagai komponen anti bakteri (asam organik, hidrogen peroksida,
dan bakteriosin yang mampu menekan pertumbuhan patogen) (Collado et al.,
2009). Probiotik memberikan efek fisiologis seperti antikolesterol, antihipertensi,
intoleran laktosa, anti karsinogenik, gangguan saluran pencernaan serta alergi.
Dengan memperhatikan kesehatan inangnya penambahan probiotik harus
memperhatikan konsentrasi antara 107 1011 CFU/g per hari untuk manusia dan
107-109/g per hari untuk binatang, sehingga dapat berperan untuk menurunkan
kadar kolesterol (Ooi dan Min-Tze, 2010).
Sejumlah peneliti juga mengungkapkan beberapa pengaruh positif
probiotik yaitu sebagai berikut (Tensiska, 2008) :
1) Meningkatkan ketahanan terhadap penyakit infeksi terutama infeksi usus dan
diare;
2) Menurunkan tekanan darah/ antihipertensi;
3) Menurunkan konsentrasi kolesterol serum darah;
4) Mengurangi reaksi lactose intolerance;
5) Mempengaruhi respon imun;
6) Menurunkan resiko terjadinya tumor dan kanker kolon, dan
7) Bersifat antimutagenik serta bersifat antikarsinogenik
II.3 Jenis-jenis Bakteri Probiotik
Menurut Leeson dan Summers (1996) probiotik diklasifikasikan dalam
dua tipe, yaitu kultur mikrobial hidup, sebagai contoh adalah probiotik starbio
yang berasal dari lambung sapi dan produk mikrobial fermentasi, contohnya
adalah kultur yeast (Saccharomyces cerevisiae), Aspergilllus niger, A. oryzae dan
Lactobacillus acidophilus. Salah satu bakteri yang berperan sebagai probiotik
adalah bakteri asam laktat. Bakteri asam laktat (BAL) sering digunakan sebagai
kultur probiotik dalam produk-produk fermentasi susu atau produk olahannya,
fermentasi daging dan fermentasi buah atau sayuran.
Bakteri asam laktat (BAL) merupakan kelompok bakteri gram-positif yang
mampu mengubah karbohidrat menjadi asam laktat. Genus bakteri yang tergolong
memiliki ketahanan yang berbeda terhadap asam atau pH rendah. Contohnya pada
penelitian yang dilakukan adalah, sebanyak 20 isolat yang berasal dari galur yang
berbeda-beda memiliki ketahanan yang berbeda-beda pada pH 2,5 selama 90
menit. Keseluruhan isolat yang diteliti ternyata mampu hidup di pH 2,5 namun
isolat yang berasal dari galur feses bayi dan air kelapa penurunan populasinya
lebih rendah daripada isolat yang berasal dari keju, tape dan moromi kecap
(Surono, 2004).
Bakteri yang mampu bertahan pada kondisi keasaman lambung akan
dialirkan menuju ke usus bagian atas dimana pada usus, bakteri akan menghadapi
tekanan yang berhubungan dengan ketersediaan O2 yang rendah, garam empedu
dan persaingan dengan mikrobiota (mikroorganisme lainnya yang terdapat di
dalam usus). Garam empedu yang terdapat di dalam usus disintesis di dalam hati
dengan cara mengkonjugasi steroid heterosiklik yang berasal dari kolesterol dan
disalurkan ke usus melalui usus dua belas jari. Garam empedu kemudian akan
diserap kembali dari ileum bagian bawah dan kembali ke hati untuk disekresikan
lagi ke empedu. Lamanya bakteri di dalam usus sekitar 4-6 jam. Bakteri yang
telah melewati garam empedu harus mampu mengkolonisasi pada saluran usus
bagian bawah agar dapat dikatakan bakteri probiotik (Surono, 2004).
Seperti halnya ketahanan terhadap asam, semua mikroba yang berhasil
hidup setelah ditumbuhkan dalam MRSA yang ditambah 0,3% ox gall, dinyatakan
bersifat tahan terhadap garam empedu. Konsentrasi garam empedu sebesar 0,3%
merupakan konsentrasi yang kritikal, nilai yang cukup tinggi untuk melakukan
seleksi terhadap isolat yang resisten terhadap garam empedu.
10
laktat
termasuk mikroorganisme
ditambahkan dalam pangan karena sifatnya tidak toksik dan tidak menghasilkan
11
yang
Generally
Recognized
As
Safe
(GRAS)
yaitu
12
(carrier), ketika berada dalam saluran pencernaan dan ketika dalam penyimpanan
(bakteri mudah mengalami degradasi oleh panas, cahaya, kelembapan, dan
oksigen. Oleh karena itu, produk probiotik biasanya harus disimpan di pendingin
untuk dijaga agar bakteri tetap hidup dan aktif). Sifat bakteri lainnya yang harus
diperhatikan adalah sifat ketahanannya terhadap antibiotik dan tidak memiliki
sifat virulen (dapat menyebabkan penyakit) (Tensiska, 2008).
Jumlah bakteri juga sangat penting diperhatikan karena berhubungan
dengan kemanjuran produk probiotik bersangkutan dan juga untuk mencegah agar
tidak terjadi over dosis meskipun belum ada laporan mengenai efek samping
negatif probiotik dalam konsentrasi tinggi. Kelebihan probiotik di dalam tubuh
biasanya dapat dikeluarkan melalui tinja. Efek samping probiotik, jika terjadi,
cenderung ringan dan bersifat digestif (seperti buang angin dan kembung). Efek
yang lebih serius bisa saja terjadi. Secara teoritis probiotik dapat menyebabkan
infeksi yang membutuhkan perawatan antibiotik, aktivitas metabolik yang tidak
sehat, stimulasi sistem kekebalan tubuh berlebihan, dan transfer gen (penyisipan
material genetik ke dalam sel) (Tensiska, 2008).
Tak sembarang bakteri bisa digunakan sebagai probiotik. Ada beberapa
persyaratan yang harus dipenuhi, diantaranya punya aktivitas antimikroba dan
antikarsinogenik, mampu berkoloni dalam saluran pencernaan serta mampu
meningkatkan penyerapan usus. Beberapa jenis probiotik yang sering digunakan
adalah Bifidobacterium brevis, B. infantis, B. longu, Lactobacillus acidopholus,L.
bulgaricus, L. plantarum, L. rhamnosus, L. casei, dan Streptococcusthermophilus.
Di pasaran probiotik ini dijual dalam bentuk susu dan foodsupplement (Tensiska,
2008).
13
mikroorganisme
berperan
dalam
fermentasi
karbohidrat.
14
sangat terbatas. Hal tersebut menjadi alasan kenapa sebagian target infeksi virus
dan bakteri adalah usus halus (Tensiska, 2008).
II.8 Manfaat Probiotik pada Ternak
Daging itik Anas domesticus mengandung lemak yang cukup tinggi yaitu
17% (Samudra dan Arif, 2008) dan kolesterol itik mencapai 50 mg/dl (Setiabudi,
2011). Selain itu, permasalahan yang dihadapi pada usaha produksi daging itik
adalah tidak efisiennya dalam memanfaatkan pakan (Sinurat et al., 1993),
sehingga biaya produksi menjadi tinggi. Biaya produksi kira-kira 50% lebih tinggi
dibanding dengan ayam potong, yang disebabkan rasio konversi pakan yang tidak
sebaik seperti pada ayam potong (Yeong, 1994). Untuk mencapai bobot badan
antara 1100 1200 g diperlukan waktu 10 minggu dengan konversi pakan 4,19
6,02 (Sinurat et al., 1993; Iskandar et al., 1995).
Efisiensi penggunaan pakan dapat dilakukan dengan pemberian bahan
imbuhan (feed additive) atau zat pemacu tumbuh (growth promotant).
Pencampuran feed additive ini dimaksudkan untuk meningkatkan daya simpan
ransum dan memacu pertumbuhan
15
campuran terdiri dari beberapa strain mikroba seperti probiolac atau protexin.
Beberapa keuntungan dari penggunaan probiotik pada hewan atau ternak antara
lain adalah dapat memacu pertumbuhan, memperbaiki konversi ransum,
mengontrol kesehatan antara lain dengan mencegah terjadinya gangguan
pencernaan terutama pada hewan-hewan muda (Budiansyah, 2004).
Daging itik juga merupakan salah satu sumber kolesterol yang apabila
terus dikonsumsi akan menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah
sehingga dapat mengakibatkan strok dan serangan jantung. Hal ini menyebabkan
kurangnya konsumsi itik oleh masyarakat, sehingga penurunan kadar kolesterol
pada itik perlu diupayakan (Budiansyah, 2004).
Penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan probiotik untuk
penurunan kadar kolesterol adalah pada telur ayam dengan persentase penurunan
5% pemberian 3,2 x 106 CFU/g Bacillus subtilis (Mahdavi et al., 2005). Yousefi
dan Karkoodi (2007) juga sudah telah melakukan penelitian pada ayam broiler,
dimana penurunan kadar kolesterol pada kuning telur ayam dengan pemberian
probiotik Thepax yaitu 9% (dengan pemberian 0,05% probiotik) dan pemberian
Saccaromyces (ragi) yaitu 7,3% (dengan pemberian 0,15% ragi). Penurunan
kolesterol pada kuning telur ayam dengan pemberian Lactococcus plantarum asal
blondo dalam ransum ayam petelur menurunkan kadar kolesterol kuning telur
pada pemberian 3 ml (3,9 x 108 CFU/g) probiotik dengan persentase penurunan
53,6% (Purwati, 2011).
16
BAB III
METODE PENELITIAN
III.1 Alat
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah Erlenmeyer, inkubator,
oven, neraca analitik, pipet tetes, tabung reaksi, cawan petri, jarum ose,
mikroskop, gelas objek, hot plate, corong, batang pengaduk, tabung durham,
lemari pendingin, penjepit tabung, rak tabung reaksi, spoit, termos, autoklaf,
scalpel, mortal, pastel, dan jangka sorong.
III.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah usus segar itik, air
suling, alkohol 70%, medium selektif MRSA (Man Ragosa Sharpe Agar)
(ACUMEDIA), medium TSIA (Triple Sugar Iron Agar) (MERCK), reagen H2O2,
medium SIM (Sulfid Indol Motility) (MERCK), medium MR-VP (Methyl RedVoges Proskauer) (MERCK), medium NA (Nutrien Agar) (MERCK), KOH 40%,
alfanaftol, metil-red, pewarnaan gram (Kristal Violet, lugol, alkohol-aseton, dan
safranin), NaCl fisiologis, HCl 0,1 N, garam empedu sintetik (ox bite) dengan
konsentrasi 1% dan 5%, minyak emersi, kapas, paper disk, kertas lakmus, dan
aluminium foil.
III.3 Prosedur Kerja
III.3.1 Sterilisasi Alat dan Medium
a. Alat-alat gelas berupa tabung reaksi, cawan petri, gelas objek dan pipet tetes
disterilkan dengan sterilisasi panas kering (udara panas) pada oven. Sterilisasi
dilakukan pada temperatur 170- 180O C selama 1-2 jam (Lay dan Hastowo,
1992).
17
b. Jarum ose disterilkan dengan sterilisasi panas kering dalam nyala api bunsen
sampai merah membara (Dwyana dan Gobel, 2011).
c. Medium dan alat non-gelas yang digunakan terlebih dahulu disterilkan
dengan sterilisasi panas basah yaitu dengan menggunakan autoklaf. Sterilisasi
ini dilakukan selama 15 menit dalam temperatur 121OC dan tekanan 2 atm
(Lay dan Hastowo, 1992).
III.3.2 Pengambilan Sampel
Sampel diperoleh dari peternakan itik pedaging. Itik lalu dipotong dan
bagian anterior jejunum dan kloaka diikat terlebih dahulu kemudian usus tersebut
dimasukkan ke dalam plastik sampel dan dibawa ke laboratorium lalu disimpan
pada freezer sampai penelitian dilakukan.
III.3.3 Pembuatan Medium
Pembuatan medium (Dwyana dan Gobel, 2011) :
a. Medium MRSA (Man Ragosa Sharpe Agar)
Sebanyak 6,2 g medium MRSA dan CaCO3 1% dilarutkan ke dalam 100
mL air suling dan dibuat dalam pH 6,2. Kemudian dipanaskan sambil diaduk
sampai homogen. Selanjutnya larutan dibagi ke dalam 4 buah erlenmeyer masingmasing sebanyak 25 mL. Kemudian mulut masing-masing erlenmeyer ditutup
dengan menggunakan aluminium foil lalu disterilkan dalam autoklaf dengan suhu
121 O C dan tekanan 2 atm selama 15 menit.
b. Medium MRSB(Man Ragosa Sharpe Broth)
Sebanyak 5,2 g medium MRSB dilarutkan ke dalam 100 mL air suling dan
dibuat dalam pH 6,2. Kemudian dipanaskan sambil diaduk sampai homogen.
Selanjutnya larutan dibagi ke dalam 4 buah erlenmeyer masing-masing sebanyak
18
mL.
Kemudian
mulut
masing-masing
erlenmeyer
ditutup
dengan
menggunakan aluminium foil lalu disterilkan dalam autoklaf dengan suhu 121 O C
dan tekanan 2 atm selama 15 menit.
d. Medium MR-VP (Methyl Red-Voges Proskauer)
Sebanyak 1,7 g medium MR-VP dilarutkan ke dalam 100 mL air suling,
dibuat dengan pH 6,9. Kemudian dipanaskan sambil diaduk sampai homogen.
Selanjutnya larutan dibagi ke dalam 4 buah erlenmeyer masing-masing sebanyak
25
mL.
Selanjutnya
mulut
masing-masing
erlenmeyer
ditutup
dengan
menggunakan aluminium foil lalu disterilkan dalam autoklaf dengan suhu 121 O C
dan tekanan 2 atm selama 15 menit.
e. Medium SIM (Sulfid Indol Motility)
Sebanyak 3 g medium SIM dilarutkan ke dalam 100 mL air suling dibuat
dengan pH 7,3. Kemudian dipanaskan sambil diaduk sampai homogen.
Selanjutnya larutan dibagi ke dalam 4 buah erlenmeyer masing-masing sebanyak
25
mL.
Selanjutnya
mulut
masing-masing
erlenmeyer
ditutup
dengan
menggunakan aluminium foil lalu disterilkan dalam autoklaf dengan suhu 121 O C
dan tekanan 2 atm selama 15 menit.
19
20
CaCO3 1%
Diinkubasikan pada suhu 37OC selama 2x24 jam. Tahap pemurnian dapat
dilakukan 2-3 kali, untuk lebih menyakinkan bahwa koloni yang terbentuk benarbenar murni atau tidak.
III.3.6 Pengamatan Morfologi
Morfologi setiap koloni tunggal yang terbentuk setelah pemurnian
kemudian diamati. Pengamatan yang dilakukan meliputi bentuk koloni (shape),
bentuk tepi (edge), warna (colour), permukaan koloni (elevation), dan bau (odor).
a. Pengecatan Gram
Pengamatan morfologi koloni dilakukan dengan teknik pewarnaan gram.
Pertama-tama ulasan bakteri dibuat pada gelas objek dan dilakukan fiksasi.
Sebanyak 2-3 tetes gram A (kristal violet) diteteskan pada koloni bakteri, diamkan
selama 60 detik. Kemudian preparat dicuci dengan menggunakan air mengalir lalu
dikeringanginkan. Sebanyak 2-3 tetes gram B (larutan lugol) diteteskan di atas
preparat dan dibiarkan selama 60 detik. Preparat dicuci dengan air mengalir lalu
dikeringanginkan. Preparat kemudian ditetesi 2-3 tetes larutan alkohol-aseton dan
dibiarkan selama 60 detik lalu dicuci kembali dan dikeringanginkan. Selanjutnya
preparat ditetesi dengan larutan safranin sebanyak 2-3 tetes dan didiamkan selama
60 detik, lalu dicuci dan dikeringanginkan. Setelah itu diamati di bawah
mikroskop.
III.3.7 Pembuatan Stok Bakteri
Setiap koloni tunggal yang berbeda dan terbentuk setelah pemurnian
kemudian masing-masing diinokulasikan pada medium MRSA miring untuk
persiapan pengujian selanjutnya.
21
22
23
tabung reaksi. Hasil positif apabila terbentuk gelembung gas pada ose, dan hasil
negatif apabila tidak terbentuk gelembung gas.
e. Uji TSIA (Triple Sugar Iron Agar)
Isolat bakteri diambil sebanyak 1 ose (ose lurus) dari masing-masing stok
kultur kemudian diinokulasikan dengan cara ditusukkan pada medium TSIA.
Kemudian diambil lagi 1 ose (ose bulat) isolat bakteri dari masing-masing stok
kultur dan digores pada permukaan medium. Selanjutnya diinkubasi selama 23x24 jam pada suhu 37OC. Perubahan yang diamati setelah inkubasi adalah warna
medium menjadi kuning menandakan asam, warna medium menjadi lebih merah
menandakan medium menjadi basa, warna menjadi hitam menandakan
terbentuknya H2S dan bila medium terangkat menandakan bahwa mikroba
tersebut mampu untuk memproduksi gas.
III. 3. 11. Uji Daya Hambat Terhadap Bakteri Patogen
Untuk mengetahui bahwa isolat bakteri mempunyai potensi yang bagus
sebagai bakteri probiotik maka perlu dilakukan uji daya hambat terhadap bakteri
patogen. Bakteri patogen yang digunakan adalah Staphylococcus aureus (bakteri
gram positif) dan Escherichia coli (bakteri gram negatif).
Langkah awal yang perlu dilakukan adalah menginokulasi 1 ose (ose
bulat) isolat dari stok kultur pada medium MRSA (Man Ragosa Sharpe Agar)
miring dan diinkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37C. Hal yang sama dilakukan
terhadap bakteri uji (Staphylococcus aureus dan Escherichia coli) yang
diinokulasikan pada medium NA (Nutrien Agar) miring dan diinkubasikan selama
1x24 jam pada suhu 37C. Setelah diinkubasi, 5 ml aquades steril ditambahkan ke
dalam inokulum kemudian divortex agar koloni bakteri yang menempel pada
24
25
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
H
F
D
E
B
26
A
B
C
D
E
Bentuk
Bulatan kecil
Bulatan kecil
Bulatan Besar
Bulatan kecil
Bulatan Besar
Tepi
Rata
Rata
Rata
Rata
Rata
Bentuk Koloni
Bentuk permukaan
Cembung
Cembung
Cembung
Cembung
Cembung
Bulatan kecil
Rata
Cembung
G
H
Bulatan Besar
Bulatan kecil
Rata
Rata
Cembung
Cembung
Isolat
Warna
Putih
Putih
Putih
Putih
Putih
Putih
Kekuningan
Putih
Putih
Bau
Berbau
Berbau
Berbau
Berbau
Berbau
Berbau
Berbau
Berbau
Isolat A
Isolat B
Isolat C
Isolat D
Isolat E
Isolat F
Isolat G
Isolat H
28
Nama
Isolat
A
B
C
D
E
F
G
H
Pengecatan
Gram
Bentuk Gram
Basil
Positif
Coccus Negatif
Basil
Positif
Coccus Negatif
Coccus Positif
Coccus Positif
Coccus Positif
Coccus Positif
Karakteristik
Ketahanan
Ketahanan
Ketahanan Suhu
Asam (pH)
Garam Empedu
(OC)
2,5
3
1%
5%
15 37
45
+++
+++
+++
+++
+ +++
++
+++
+++
++
+++
+ +++
++
+++
+++
+++
+++
+ +++
++
+
+
++
++
+
++
+
++
++
+
+
+
++
+
++
++
+
+
+
++
+
+
++
++
+
+
++
+
+++
+++
+++
+++
+ +++
++
Keterangan :Coccus = bulat, basil = batang; +++ = sangat keruh dan banyak endapan, ++ = keruh
dan cukup banyak endapan, + = tidak keruh dan sedikit endapan.
29
pewarnaan gram sangat mudah dibilas dari bakteri gram negatif, akan tetapi
selnya tetap menahan zat warna merah.
Berdasarkan hasil pewarnaan gram diperoleh 2 macam bentuk yaitu Basil
(Batang) yaitu isolat A dan C, serta bentuk Coccus (Bulat) yaitu isolat B, D, E, F,
G, dan H. Menurut Surono (2004) bakteri asam laktat ada yang berbentuk Batang
(Basil)
dan ada pula yang berbentuk bulat (Coccus). Dari pewarnaan gram
diperoleh pula sifat gram isolat yaitu isolat A, C, E, F, G, dan H bersifat gram
positif, sedangkan isolat B dan D memiliki sifat gram negatif. Menurut Cullimore
(2000) bakteri asam laktat memiliki sifat gram positif tetapi ada juga yang bersifat
bipolar (gram positif dan gram negatif ) yang kemungkinan terjadi akibat
granulasi dalam sel dan faktor umur kultur.
Bakteri probiotik harus mampu bertahan dalam menghadapi rintanganrintangan dalam saluran pencernaan agar dapat mencapai usus halus dalam
keadaan tetap hidup serta dalam jumlah yang cukup memadai untuk berkembang
biak dan menyeimbangkan mikrobiota dalam usus (Surono, 2004).
Kondisi saluran pencernaan erat kaitannya dengan pH yang berbeda
beda. Salah satu faktor yang menonjol dalam menentukan kadar pH dalam saluran
pencernaan adalah keasaman asam lambung. Kondisi keasaman lambung
berfungsi sebagai pintu gerbang pertama untuk melakukan seleksi mikroba
sebelum masuk ke usus (Khan dan Wiyana, 2011).
Dari hasil uji terhadap kadar keasaman (pH), terlihat bahwa kedelapan
isolat mampu tumbuh pada medium yang memiliki derajat keasaman (pH) 2,5-3.
Hal ini terlihat dari koloni bakteri yang tumbuh pada dasar tabung reaksi dan
kondisi media yang keruh. Isolat A, B, C, dan H menunjukkan pertumbuhan yang
30
bagus dilihat dari adanya banyak endapan pada tabung. Sedangkan isolat D, E, F,
dan G menunjukkan hasil yaitu media menjadi agak keruh pada pH 2,5 dan 3.
Semua isolat baik yang bersifat Gram positif ( A, C, E, F, G, dan H) maupun
Gram negatif (B dan D), mampu tumbuh pada kadar pH 2,5 dan 3. Hasilnya dapat
dilihat pada gambar berikut.
B C
D
(1)
B C
G H
(2)
31
32
(a)
(b)
Gambar 4. Hasil Pengamatan Uji Terhadap Garam Empedu
(a) MRSB + Garam Empedu Sintetik 1%
(b) MRSB + Garam Empedu Sintetik 5%
Dari hasil pengujian diperolah data bahwa isolat A, B, C, dan H
menunjukkan pertumbuhan pada kadar garam empedu sintetik 1%, dan adanya
endapan pada dasar tabung menunjukkan bahwa isolat tersebut bersifat anaerob.
Isolat D, E, F, dan G juga mampu untuk tumbuh pada kadar garam empedu
sintetik 1% vdan 5% dan membuat media menjadi keruh tanpa endapan. Hal ini
menunjukkan bahwa isolat tersebut tersuspensi pada media sehingga memiliki
sifat anaerob fakultatif. Semua isolat baik yang bersifat Gram positif maupun
Gram negatif, mampu tumbuh pada kadar garam empedu 1% dan 5%.
Menurut Dwyana dan Gobel (2011), pertumbuhan bakteri dalam tabung
memperlihatkan perbedaan respon terhadap oksigen atmosferik, bila bakteri
berkumpul di permukaan tabung makan bersifat aerob, bila bakteri berkumpul di
dasar tabung maka bersifat anaerob, namun apabila bakteri tersuspensi merata
pada media dalam tabung maka bersifat anaerob fakultatif. Surono (2004)
33
yang
dilakukan
oleh
Djide
dan
Wahyudin
(2008),
membuktikan bahwa isolat bakteri asam laktat mampu tumbuh pada medium yang
telah ditambahkan garam empedu sintetik 1 % dan 5%. Hal ini berarti bahwa
isolat BAL tersebut mampu melewati saluran pencernaan dimana terdapat garam
empedu yang disekresikan oleh hati sehingga dapat digunakan sebagai bakteri
probiotik.
Garam empedu berpengaruh terhadap permeabilitas sel bakteri
(Kusumawati, et al., 2003). Bakteri yang tidak tahan terhadap garam empedu
diduga mengalami permeabilitas membran sel sehingga mengalami kebocoran
materi intraselular yang besar dan menyebabkan lisisnya sel. Garam empedu
memiliki sifat sebagai senyawa aktif permukaan sehingga dapat menembus dan
bereaksi dengan sisi membran sitoplasma yang selanjutnya menyebabkan
perubahan dan kerusakan struktur membran. Keragaman struktur asam lemak
pada membran sel bakteri menyebabkan perbedaan permeabilitas dan diduga akan
mempengaruhi ketahan bakteri terhadap garam empedu (Kusumawati, et al.,
2003).
Salah
satu
faktor
penting
yang
mempengaruhi
pertumbuhan,
perbanyakan dan daya tahan bakteri yaitu suhu. Berdasarkan hasil pengamatan
terlihat bahwa kedelapan isolat mampu tumbuh pada suhu 15OC, 37OC, dan 45OC.
Akan tetapi pertumbuhan terlihat lebih baik pada suhu 37OC sehingga dapat
dikatakan bahwa isolat probiotik BAL baik yang bertipe Gram positif maupun
34
tipe Gram negatif bersifat termofilik. Hasil pengujian terhadap beberapa kondisi
suhu yang diberikan dapat dilihat pada gambar berikut.
(a)
B C
F G
(b)
C H
(c)
Gambar 5. Hasil Uji Temperatur/Suhu
(a) Inkubasi pada Suhu 37 OC,
(b) Inkubasi pada Suhu 45 OC
(c) Inkubasi pada Suhu 15 OC
35
Bakteri asam laktat dibagi atas dua kelompok berdasarkan suhu, yaitu
mesofilik, yang tumbuh optimum pada suhu 25OC dan tumbuh maksimum pada
rentang suhu 37- 40 OC, dan termofilik yang tumbuh optimum pada suhu 37- 45
O
adanya fermentasi asam campuran oleh bakteri. Dari hasil penelitian terlihat
bahwa semua isolat positif terhadap uji MR baik itu pada isolat probiotik BAL
Gram positif maupun Gram negatif. Hasil positif ditandai dengan berubahnya
warna medium dari kuning menjadi kemerah-merahan setelah ditetesi reagen
Methyl Red. Pada penelitian yang telah dilakukan oleh Fadlya (2008) diketahui
bahwa isolat BAL yang diperoleh dari beberapa sumber menunjukkan hasil yang
positif terhadap uji MR yang ditandai dengan adanya perubahan warna medium
dari kuning menjadi merah. Hal ini berarti bahwa isolat tersebut dapat
memfermentasikan karbohidrat menghasilkan asam campuran seperti yang terlihat
pada gambar berikut.
36
37
naftol. Perubahan warna kaldu biakan lebih jelas pada bagian yang berhubungan
dengan udara, karena sebagian 2,3-butanadiol dioksidasikan kembali menjadi
asetoin sehingga memperjelas hasil reaksi.
Berikut adalah hasil pengamatan uji VP untuk kedelapan isolat bakteri
probiotik BAL dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
38
Slant
Kuning
Kuning
Kuning
Kuning
Kuning
Kuning
Kuning
Kuning
Uji TSIA
Butt
Gas
Kuning
Kuning
Kuning
Kuning
Kuning
Kuning
Kuning
Kuning
-
H2 S
-
Uji
MR
Merah
Merah
Merah
Merah
Merah
Merah
Merah
Merah
Uji VP
Motilitas
Katalase
Kuning
Kuning
Kuning
Lembayung
Kuning
Lembayung
Kuning
Kuning
39
40
41
Uji TSIA (Triple Sugar Iron Agar) menurut Russel (1992) umumnya
digunakan terutama untuk mengidentifikasi Enterobacteriaceae dengan bakteri
saluran pencernaan yang bersifat gram negatif yang lain dilihat dari
kemampuannya dalam mengkatabolisme glukosa, laktosa, atau sukrosa dan
membebaskan sulfida dari FeSO4 (Harley dan Prescott, 2002). Dalam medium
TSIA mengandung 3 macam gula (glukosa, laktosa, dan sukrosa), indikator merah
dan ferosulfat (Lay, 1994). Pada uji TSIA dapat diketahui terjadinya fermentasi
glukosa, laktosa, dan/atau sukrosa, produksi gas dari glukosa, dan produksi
hidrogen sulfida (H2S).
Tabel 4 : Identifikasi Hasil Fermentasi Bakteri pada Medium TSIA
(Fadlya, 2008) :
Agar Miring (Slant)
Merah (basa)
Kuning (asam)
Kuning (asam)
Merah (basa)
Merah (basa)
Marah (basa)
Katerangan
Hanya glukosa yang difermentasi
Glukosa,
laktosa,
dan/atau
sukrosa difermentasi
Laktosa dan sukrosa difermentasi
Ketiga gula tidak difermentasi
42
bahwa ada jenis bakteri asam laktat yang mampu untuk menfermentasi ketiga
jenis gula yang terdapat dalam medium TSIA, yaitu glukosa, laktosa, dan sukrosa.
Berikut adalah gambar hasil uji TSIA.
43
hambat terhadap bakteri patogen tersebut. Bakteri uji yang digunakan yaitu
Escherichia coli (Gram negatif) dan Staphylococcus aureus (Gram Positif)
dengan waktu inkubasi selama 2 x 24 jam untuk mengetahui kemampuannya
dalam menghambat pertumbuhan bakteri patogen (antibakteri) apakah bakteri
probiotik yang diuji bersifat bakteriostatik atau bakteriosida.
Bakteri asam laktat (BAL) biasanya memproduksi bakteriosin yang
merupakan peptida dengan sifat sebagai antibakteri yang menyerang suatu strain.
Bakteriosin mampu meningkatkan kemampuan dari BAL terhadap pencegahan
dari pertumbuhan bakteri yang berbahaya disamping karena menghasilkan
lingkungan yang asam bagi bakteri lain (Jeevaratnam, et al., 2003). Surono (2004)
menjelaskan bahwa beberapa jenis bakteri asam laktat menghasilkan bakteriosin,
suatu peptida yang bersifat antibakteri, toksin yang berupa protein yang dapat
mencegah pertumbuhan bakteri.
Tabel 5 : Hasil Pengukuran Zona Bening Pada Uji Daya Hambat
Nama Isolat
A
B
C
D
E
F
G
H
gram positif termasuk pembentuk spora. Hasil uji menunjukkan bahwa kedelapan
isolat probiotik Bal baik yang bersifat Gram positif maupun Gram negatif, mampu
menghambat pertumbuhan bakteri patogen. Hal ini dapat dilihat dengan
terbentuknya zona bening disekitar paper disk yang sebelumnya telah direndam
dalam suspensi isolat. Akan tetapi menurut Tagg et al. (1976) dalam Surono
(2004) kriteria bakteriosin (antimikroba) yang dihasilkan oleh bakteri gram positif
yaitu, suatu jenis protein, bersifat bakteriosidal tidak hanya bakteriostatik,
mencegah pertumbuhan bakteri sejenis, dan mempunyai tempat perlekatan yang
spesifik bagi patogen, yang membedakannya dengan senyawa antimikroba
lainnya.
Dari tabel 5 diatas dapat dilihat bahwa, sebagian besar isolat bersifat
bakteriosidal yaitu kemampuan untuk menghasilkan bakteriosin yang membunuh
bakteri lain, dan sebagian kecil bersifat bakteriostatik yaitu kemampuan yang
hanya dapat menghambat pertumbuhan bakteri lain. Pada uji terhadap Escherichia
coli semua isolat bakteri memiliki kemampuan untuk menghasilkan bakteriosida,
yang dilihat dari bertambahnya ukuran zona bening dari 1x24 jam ke 2x24 jam.
Isolat E memiliki daya hambat yang paling besar terhadap Escherichia coli yaitu
12,32 mm pada inkubasi 1x24 jam dan 24,89 mm pada inkubasi 2x24 jam.
Sedangkan untuk Staphylococcus aureus semua isolat memiliki kemampuan
bakteriosidal, kecuali isolat D yang memiliki ukuran zona bening yang sama
besarnya pada 1x24 jam dan 2x24 jam. Hal ini menunjukkan bahwa sisolat D
hanya berkemampuan untuk menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus
(bakteriostatik). Pada uji daya hambat terhadap Staphylococcus aureus isolat A
45
memiliki zona bening yang paling besar yaitu 10,92 mm pada inkubasi 1x24 jam
dan 12,01 mm pada inkubasi 2x24 jam.
Hasil uji daya hambat pada penelitian ini sesuai dengan Surono (2004)
yang menyatakan bahwa kebanyakan bakteriosin yang dihasilkan oleh probiotik
bersifat bakterisidal yaitu membunuh bakteri dan bukan hanya menghambat,
sebagai akibat dari hilangnya kemampuan potensi membran.
46
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil isolasi dan karakterisasi yang dilakukan dalam
penelitian dapat disimpulkan bahwa :
1. Hasil isolasi bakteri probiotik dari saluran pencernaan itik pedaging Anas
domesticus diperolah 8 isolat.
2. Keseluruhan isolat tersebut menunjukkan karakteristik bakteri probiotik asam
laktat seperti bersifat Gram positif (isolat A, C, E, F, G, dan H) maupun Gram
negatif (isolat B dan D). Isolat probiotik BAL yang berbentuk batang (basil)
yaitu isolat A dan C tergolong genus Lactobacillus dan isolat probiotik BAL
yang berbentuk bulat (coccus) yaitu isolat B, D, E, F, G, dan H tergolong
genus Streptococcus atau Diplococcus.
3. Semua isolat tergolong Bakteri Probiotik BAL, baik yang bersifat Gram
positif maupun yang bersifat Gram negatif, memiliki kemampuan untuk
menghasilkan senyawa yang mampu untuk membunuh bakteri patogen
sehingga bersifat bakterisidal.
V.2 Saran
Bakteri probiotik yang telah didapatkan dapat digunakan untuk penelitianpenelitian selanjutnya seperti pengaplikasiannya terhadap industri pakan
peternakan unggas sebagai pakan probiotik.
47
DAFTAR PUSTAKA
48
49
James, J., Baker, C. dan Swain, H., 2008, Prinsip Prinsip Sains untuk
Keperawatan, Erlangga, Jakarta.
Jeevaratnam, K., Jamuna, M. dan Bawa, A. S., 2003, Biological Preservation of
Foods Bacteriocins of Lactid Acid Bacteria, Defence Food Research
Laboratoty, India.
Khan, M. S. dan Wiyana, A., 2011, Karakteristik Ketahanan Bakteri Asam
Laktat Indigeneous Kefir Sebagai Kandidat Bakteri Probiotik pada
Kondisi Saluran Pencernaan In Vitro , Institit Pertanian Bogor, Bogor.
Khedid. K dan Faid, M. 2006. Characterization of Lactic Acid Bacteria
Isolated from the One Humped Camel Milk Produced in Morocco.
Microbiology Reseach. Vol. 164: 81-91.
Kusmiati dan Malik, A. 2002. Aktivitas Bakteriosin dari Bakteri Leuconostoc
mesenteroides Pbac1 pada Berbagai Media.
Kusumawati, N; Bettysri, L J; Siswa S; Ratihdewanti dan Hariadi. 2003. Seleksi
Bakteri Asam Laktat Indigenous sebagai Galur Probiotik dengan
Kemampuan Menurunkan Kolesterol. Journal Mikrobiologi Indonesia.
Vol. 8(2): 39-43.
Lay, B. W., 1994, Analisis Mikroba di Laboratorium, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Lay, B. W. dan Hastowo. 1992. Mikrobiologi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Lee, J., Y. Kim, H. S. Yun, J. G. Kim, S. Oh, and S. H. Kim. 2010. Genetic and
Proteomic Analysis of Factors Affecting Serum Cholesterol Reduction
by Lactobacillus acidophilus A4. Appl. Environ. Microbiol. 76(14): 48294835.
Leeson, S. and J.D. Summer. 1996. Commercial Poultry Nutrition. 2nd Ed.
University Books. University of Guelph. Guelph, Ontario, Canada.
Mac
Farland,
G.T.
dan
J.H.
Cummings,
1998.
http://ighawaii.com/naturally/newsletter/biotic.htmlProbiotic
and
Prebiotic. Department of Molecular and Cellular Pathology,
University of Dundee, Ninewells Hospital Medical School, Wysong
Health Letter. Diakses pada tanggal 17 Februari 2013 pukul 21.00 Wita.
50
Malaka, R. dan Laga, A., 2005, Isolasi dan Identifikasi Lactobacillus bulgaricus
Strain Ropy dari Yakult Komersial, Sains dan Teknologi, Vol. 5, No.
1: 50 58.
Nettles, C.G and Barefoot, S.F. 1993. Biochemical and Genetic Characteristics
of Bacteriocin of Food-Associated Lactic Acid Bakteria. J. Food Prot.
Vol. 56: 338-356.
Ooi, Lay-Gaik and Min-Tze Liong. 2010. Cholesterol-Lowering Effects of
Probiotics and Prebiotics: A Review of in Vivo and in Vitro Findings.
Int. J. Mol. Sci. Vol. 11: 2499-2522.
Parker, R.B., 1974. Probiotics, the other half of antibiotic story.
Anim.Nutr.Heath 29 : 4 8.
Pereira, D. I. A., A. L. McCartney, and G.R. Gibson. 2003. An In Vitro Study of
the probiotic Potential of a Bile-Salt-Hydrolyzing Lactobacillus
fermentum Strain, and Determination of Its Cholesterol-Lowering
Properties. Appl. Environ. Microbiol. 69 (8):4743-4752.
Prado, F. C., J. L. Parada, A. Pandey, and C. R. Soccol. 2008. Trends in nondairy probiotic beverages. Food Res. Int. 41: 111-123.
Purwadaria, T., I. P. Kompiang, J. Darma, Supriyati, and E. Sudjatmika. 2003.
Isolation and Screening of Microbes for Poultry Probiotics and Their
Growth on Different Sugar Resources. JITV 8(2): 76-83.
Purwati, E. 2011. Effect Of Probiotics In Lactococcus Plantarum Origin
Blondo On The Quality Cholesterol Egg Of Layer Chicken. Telah
diseminarkan pada International Seminar Faculty of Animal Husbandry,
Universitas Padjadjaran, Jatinangor Campus pada tanggal 6-7 Agustus
2011.
Rahayu, E. S. dan Margino, S., 1997, Bkateri Asam Laktat : Isolasi dan
Identifikasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Raihana, N., 2011, Profil Kultur dan Uji Sensitivitas Bakteri Aerob dari
Infeksi Luka Operasi Laparotomi di Bangsal Bedah RSUP DR. M.
Djamil Padang, Universitas Andalas, Padang.
Russel, J. B., 1992, Another Explanation for The Toxicitry of Fermentation
Acid at Low pH : Anion Accumulation versus Uncoupling, J. Appl.
Bacterial 73 : 363 370.
51
52
Sujaya, I N., Y. Ramona, N.P. Widarini, N.P. Suariani, N.M.U. Dwipayanti, K.A.
Nocianitri dan N.W. Nursini. 2008b. Isolasi dan Karakteristik Bakteri
Asam Laktat dari Susu Kuda Sumbawa. J. Vet. 9 (2) : 52 59.
Surono, IS. 2004. Probiotik, Susu Fermentasi dan Kesehatan. Tri Cipta Karya:
Jakarta
Tabbers, M.M. and M.A. Benninga. 2007. Administration of Probiotic
Lactobacilli to Children With Gastrointestinal Problems : There is
Still Little Evidence. Ned. Tijdschr. Geneeskd. 151 (40) : 2198 2202
Tensiska, 2008, Probiotik dan Prebiotik sebagai Pangan Fungsional,
Universitas Padjadjaran. Jatinegara.
Vlez, M. Perea. 2007. Identification and Characterization of Starter Lactic
Acid Bacteria and Probiotics from Columbian Dairy Products. Journal
of Applied Microbiology; ISSN; 1364-5072.
Volk, 1988, Mikrobiologi Dasar, Erlangga, Jakarta.
Weichselbaum, E. 2009. Probiotics and health: a review of the evidence.
Nutrition Bulletin. 34:340373.
Yousefi, M and Karkoodi, K. 2007. Effect Probiotic Thepar and
Saccharomyces cerevisia Supplementation on Performance and Egg
Quality of Laying Hens. International Journal of Paultry Science.Vol.
6(1):52-54
Yeong, S.W. 1994. Promoting growth efficiency in ducks. Poult. Int. (July).
Yulinery, T., E. Yulianto dan N. Nurhidayat. 2006. Uji Fisiologis Probiotik
Lactobacillus sp Mar 8 yang telah Dienkapsulasi Dengan
Menggunakan Spray Dryer Untuk Menurunkan Kolesterol.
Biodiversitas 7 (2) : 118 122.
53
LAMPIRAN
Lampiran 1. Skema Kerja Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Probiotik yang
Berasal Dari Saluran Pencernaan Itik Pedaging Anas domesticus
Sampel
(Usus Itik)
Isolasi Bakteri
Kultur Murni
Bakteri
Karakterisasi
Bakteri Probiotik
Uji Probiotik
Uji
Ketah
anan
Terha
dap
Keasa
man
Lamb
ung
Uji
Ketah
anan
Terha
dap
Gara
m
Empe
du
Uji Fisiologis
Probiotik
Uji
Ketah
anan
Temp
eratur
Uji
pH
Opti
mum
Uji Daya
Hambat
Uji
MR
(Meth
yl
Red)
Uji Biokimia
Uji
VP
(Vog
es
Pros
kaue
r)
Uji
Moti
litas
Uji
Katal
ase
54
Uji
TSIA
(Tripl
e
Sugar
Iron
Agar)
Kultur Bakteri
-
Satu Koloni
Bakteri (murni)
Stok
Bakteri
55
Preparat
Gram A
-
Gram B
-
Gram C
-
Gram D
Pengamatan
Medium SIM
tegak
Pengamatan
57
ditambahkan
HCl pekat
sampai pH
menjadi 2,5
ditambahk
an HCl
pekat
sampai pH
menjadi 3
Medium MRSB
pH 3
Medium MRSB
pH 2,5
Disterilkan dalam
autoklaf
Medium MRSB-HCl
Pengamatan
58
Ditambahkan garam
empedu sintetik 5%
Medium MRSB-Garam
empedu
Ditamnbahkan garam
empedu sintetik 1%
Medium MRSB-Garam
empedu
Medium MRSB-Garam
empedu
Pengamatan
59
Medium MRSB+isolat
-
Masing-masing tabung
diinkubasi selama 2x24 jam
pada suhu yang berbeda
yaitu 15OC, 37OC, dan 45OC
Pengamatan
60
Inokulum
Pengamatan
61
Stok bakteri
Inokulum
Pengamatan
62
Stok bakteri
Pengamatan
63
Lampiran 11. Skema kerja uji TSIA (Triple Sugar Iron Agar)
Stok bakteri
Inokulum
Pengamatan
64
Inokulum
-
Sebanyak 1 mL
bakteri uji
diinokulasikan
pada medium
NA dengan
metode tabur
Biarkan
memadat
Inokulum
Pengamatan
65
(1)
(2)
66
67
Pembuatan media
Proses pemurnian isolat
68
69
Positif
(Basil)
Non
Motil
Negatif
(Coccus)
Non
Motil
Positif
(Basil)
Non
Motil
Negatif
(Coccus)
Non
Motil
Positif
(Coccus)
Non
Motil
Positif
(Coccus)
Non
Motil
Positif
(Coccus)
Non
Motil
Positif
(coccus)
Non
Motil
2,5
+++
+++
+++
++
++
+++
+++
+++
+++
++
++
+++
1%
+++
++
+++
++
++
+++
5%
+++
+++
+++
++
+++
+
+++
++
Positif
+
+++
++
Positif
+
+++
++
Positif
+
++
+
Positif
+
++
+
Positif
+
++
+
Positif
+
++
+
Positif
+
+++
++
Positif
Negatif
Negatif
Negatif
Positif
Negatif
Positif
Negatif
Negatif
Asam
Asam
Asam
Asam
Asam
Asam
Asam
Asam
Asam
Asam
Asam
Asam
Asam
Asam
Asam
Asam
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Pengecatan Gram
Uji Motilitas
Uji
Ketahanan
Terhadap
Keasaman
(pH)
Uji
Ketahanan
Terhadap
Garam
Empedu
150C
370C
450C
Uji MR (Methyl Red)
Uji VP (Voges
Preskauer)
Uji Katalase
Lereng
(Slant)
Tegak
Uji TSIA
(Butt)
(Triple
Sugar Iron Terbentuk
Agar)
Gas
Terbentuk
H2S
Uji
Ketahanan
Temperatur
Isolat
70