Você está na página 1de 8

ASUHAN KEBIDANAN

PADA Ny N gp...
DENGAN ABORTUS INSIPIENS
DI RSI jemursari

OLEH :
1. INDA IRMAWATI

250009085

2. MONIKA HARDI YANTI

250009095

3.
4.

NUR FITRIANI

SITI NUR KHOLIFAH

250009100
250009111

PRODI DIII KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM SURABAYA
2010/2011

Abortus Insipien

Pengertian abortus
Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana masa gestasi belum
mencapai usia 22 minggu dan beratnya kurang dari 500gr (Derek liewollyn&Jones, 2002).
abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin cukup berkembang untuk dapat hidup
diluar kandungan sebelum usia kehamilan 20 minggu yang didasarkan pada tanggal hari pertama
menstruasiterakhir
dengan
berat
janin
kurang
dari
500
gram.
(http://www.scribd.com/doc/25825937/Gambaran-Kejadian-Abortus-Pada-Remaja)
Definisi Abortus insipiens :
Abortus insipiens adalah perdarahan pada kehamilan < 28 minggu dengan dilatasi servik
meningkat,
dan
hasil
konsepsi
masih
dalam
uterus.
(http://puskesmaspalaran.wordpress.com/2006/10/07/abortus/)
Abortus insipiens, Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan
adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Gugur_kandungan)
Abortus insipiens ini merupakan kelanjutan dari abortus imminens, yaitu jika perdarahan dan
rasa nyeri yang semakin meningkat terasa pada ibu hamil yang belum cukup bulan. Abortus yang
sedang berlangsung dan mengancam dimana serviks telah mendatar dan ostium uteri telah membuka,
ketuban teraba akan tetapi hasil konsepsi masih dalam kavum uteri, kehamilan tidak dapat
dipertahankan lagi. Perdarahan yang terjadi kadang dapat menyebabkan kematian bagi ibu dan
jaringan yang tertinggal dapat menyebabkan infeksi, sehingga evakuasi harus segera dilakukan.
Gejala dan tanda :

Amenore
Perdarahan pervaginam (perdarahan ringan hingga sedang pada kehamilan muda)
Mules-mules
Tanda tanda kehamilan (+)
Inspekulo : Ostium terbuka, Ketuban (+)
hasil konsepsi (janin) masih berada dalam rahim atau cavum uteri
kontraksi makin lama makin kuat dan sering

Kondisi diatas menunjukkan proses keguguran yang sedang berlangsung dan akan berlangsung
menjadi abortus inkomplitus

Diagnosis
Abortus insipiens
a. Perdarahan lebih banyak.
b. Perut mules (sakit) lebih hebat.
c. Saat pemeriksaan, dijumpai perdarahan lebih banyak, kanalis servikalis terbuka dan
jaringan/hasil konsepsi dapat di raba
Patofisiologi
Pada awal abortus, terjadi perdarahan dalam desidua basalis kemudian diikuti oleh
nekrosis jaringan sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian
atau seluruhnya sehingga merupakan benda asing dalam uterus. Keadaan ini
menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya. Pada kehamilan kurang
dari 8 minggu, hasil konsepsi itu biasanya dikeluarkan seluruhnya karena vili korialis
belum menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan antara 8 dan 14 minggu, vili
korialis menembus desidua lebih dalam dan umunya plasenta tidak dilepaskan dengan
sempurna sehingga dapat menyebabkan banyak perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu
ke atas, umunya yang di keluarkan setelah ketuban pecah adalah janin, disusul beberapa
waktu kemudian plasenta. Perdarahan tidak banyak jika plasenta segera terlepas dengan
lengkap. Peristiwa abortus ini menyerupai persalinan dalam bentuk miniature.
1.1 Intervensi abortus
Abortus insipiens
1. Jika terjadi pada usia dari 16 minggu, lakukan evakuasi untuk pengeluaran hasil
konsepsi dari uterus.
2. Jika terjadi pada usia kehamilan lebih dari 16 minggu :
Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi, kemudian evakuasi sisa-sisa hasil
konsepsi.
Jika perlu, lakukan infuse 20 unit oksitosin dalam 500 mL cairan IV (NaCl atau
RL) dengan kecepatan 40 tetes per menit untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi.
Pantau kondisi ibu setelah penanganan.
3. Jika telah mengalami aborsi lebih dari dua kali atau lebih, rujuk untuk di lakukan
konseling genetic.
4. Anjurkan tidak berhubungan seksual setelah 2 sampai 4 minggu pasca penanganan.
5. Anjurkan control keadaan setelah penanganan.
6. Lakukan konseling kontrasepsi
Penatalaksanaan :
1. Infus D5% = Oksitosin 10 unit
2. Usaha untuk mempertahankan kehamilan akan sia2, untuk kehamilan kurang 12 minggu

dilakukan kuret dengan vakum maupun kuret biasa. Jika kehamilan lebih dari 12 minggu,
janin dilahirkan terlebih dulu dengan menginduksi kehamilan/abortus.

3. Kuretase

4. Tatalaksana yang dilakukan adalah pengeluaran sisa hasil konsepsi (pertemuan sel telur

dan sel sperma) dengan infus oksitosin, dan / atau dengan kuretase

Penyebab Abortus
Karakteristik ibu hamil dengan abortus yaitu:
1. Umur
Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan
persalinan adalah 20-30 tahun. Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada
usia di bawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi daripada kematian maternal yang terjadi
pada usia 20-29 tahun. Kematian maternal meningkat kembali sesudah usia 30-35 tahun. Ibuibu yang terlalu muda seringkali secara emosional dan fisik belum matang, selain pendidikan
pada umumnya rendah, ibu yang masih muda masih tergantung pada orang lain. Keguguran
sebagian dilakukan dengan sengaja untuk menghilangkan kehamilan remaja yang tidak
dikehendaki. Keguguran sengaja yang dilakukan oleh tenaga nonprofessional dapat
menimbulkan akibat samping yang serius seperti tingginya angka kematian dan infeksi alat
reproduksi yang pada akhirnya dapat menimbulkan kemandulan. Abortus yang terjadi pada
remaja terjadi karena mereka belum matur dan mereka belum memiliki sistem transfer
plasenta seefisien wanita dewasa. Abortus dapat terjadi juga pada ibu yang tua meskipun
mereka telah berpengalaman, tetapi kondisi badannya serta kesehatannya sudah mulai
menurun sehingga dapat mempengaruhi janin intra uterine.

2. Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat


Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dapat menimbulkan pertumbuhan janin kurang
baik, persalinan lama dan perdarahan pada saat persalinan karena keadaan rahim belum pulih
dengan baik. Ibu yang melahirkan anak dengan jarak yang sangat berdekatan (di bawah dua
tahun) akan mengalami peningkatan risiko terhadap terjadinya perdarahan pada trimester III,
termasuk karena alasan plasenta previa, anemia dan ketuban pecah dini serta dapat
melahirkan bayi dengan berat lahir rendah.
3. Paritas ibu
Anak lebih dari 4 dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan janin dan perdarahan
saat persalinan karena keadaan rahim biasanya sudah lemah. Paritas 2-3 merupakan paritas
paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3)
mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian
maternal. Risiko pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstetrik lebih baik, sedangkan
risiko pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana. Sebagian
kehamilan pada paritas tinggi adalah tidak direncanakan..
4. Riwayat Kehamilan yang lalu
Menurut Malpas dan Eastman kemungkinan terjadinya abortus lagi pada seorang
wanita ialah 73% dan 83,6%. Sedangkan, Warton dan Fraser dan Llewellyn - Jones memberi
prognosis yang lebih baik, yaitu 25,9% dan 39% (Wiknjosastro, 2007).

5. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, biasanya menyebabkan abortus pada kehamilan


sebelum usia 8 minggu. Factor-faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah :

Kelainan kromosom, terutama trisomi autosom dan monosomni X.

Lingkungan tempat implantasi kurang sempurna.

Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan, tembakau dan alkohol.

6. Kelainan pada placenta, misalnya endarteritis vili koralis karena hipertensi menahun.
7. .Faktor maternal, misalnya pneumonia, tifus, anemia berat, keracunan dan toksoplasmosis.
8. Kelainan traktus genetalia seperti incompetensi serviks (untuk abortus pada trimester ke-2),
retroversi uteri, mioma uteri, ada kelainan uterus.

Komplikasi Abortus
1. Pendarahan
Dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian
transfusi darah. Kematian karena pendarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan
pada waktunya.

2. Perforasi Uterus
Dapat terjadi perforasi pada kerokan terutama pada uterus dalam posisi hiperretrofleksi, jika
terjadi perforasi harus segera dilakukan laparatomi.
3. Infeksi
Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada tiap abortus lebih sering ditemukan
pada abortus inkompletus dan abortus buatan yang tanpa memperhatikan aseptik dan
antiseptik.
4. Syok
Keadaan syok dapat ditimbulkan oleh bermacam-macam sebab yang terbanyak adalah syok
hipovolemik yaitu adanya kekurangan volume darah yang beredar akibat perdarahan atau
dehidrasi.

DAFTAR PUSTAKA
Yulaikha,Lily.2008.Seri Asuhan Kebidanan Kehamilan.Jakarta:EGC
Prawirohardjo, Sarwono.2008. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal.Jakarta: YBP-SP
Manuaba, Ida Bagus Gde.1998. Buku Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC

Tanggal :
Tempat :
Jam :
S : Ny. mengeluh perutnya mules (sakit hebat), kenceng-kenceng, lemas, dan keluar darah
banyak dari kemaluannya.
O : 1. Pemeriksaan fisik umum
TTV : T
:
S
:
N
:
RR
:
2. Pemeriksaan fisik khusus
Inspeksi
Muka : pucat.
Mata : konjungtiva pucat
Mulut : mukosa bibir kering, pucat.
Genetalia : perdarahan banyak, keluarnya jaringan sedikit.
VT : kanalis servikalis terbuka dan jaringan atau hasil konsepsi dapat di raba.
A : Dx : G..P.UK sebelum 18 minggu dengan abortus insipiens
Dx potensial : potensi terjadinya abortus komplit, infeksi, anemia berat, dan syok
hipovolemik.
P : 1. Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang dari 16 minggu, evakuasi
dapat di lakukan secara digital untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui
serviks. Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg IM atau misoprostol 400 mcg
peroral.
2. Jika kehamilan lebih dari 16 minggu :
Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan IV (NaCl atau RL)
dengan kecepatan 40 tetes per menit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi.
Evakuasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal di dalam uterus.
3. Berkolaborasi dengan dokter obgyn untuk melakukan kuratase tersebut.
4. Nilai kadar hemoglobin untuk menilai adanya anemia.
5. Pantau kondisi ibu setelah penanganan.
6. Jika telah mengalami aborsi lebih dari dua kali atau lebih, rujuk untuk di lakukan
konseling genetic.
7. Anjurkan tidak berhubungan seksual setelah 2 sampai 4 minggu pasca penanganan.
8. Anjurkan control keadaan setelah penanganan.
9. Lakukan konseling kontrasepsi

Você também pode gostar