Você está na página 1de 11

Ilmu ukur tanah disebut juga plan surveying yaitu ilmu yang mempelajari cara menyajikan

bentuk permukaan bumi baik unsur alam maupun unsur buatan manusia di atas permukaan
yang dianggap datar.
Bentuk bumi merupakan pusat perhatian dan kajian dari bidang ilmu ukur tanah. Bumi pada
dasarnya berbentuk sangat tidak beraturan terbukti dengan adanya pegunungan dan jurangjurang. Ilmu ukur tanah dibagi dua pengukuran:
1. Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal (KDV)
a. Metode sipat datar
b. Metode trigonometris
c. Metode barometris
2. Pengukuran Kerangka Dasar Horisontal
- titik tunggal
a. pengikatan kemuka
b. pengikatan ke belakang, dibagi dua metode:
a. Metode collins
b. Metode cassini
- Metode titik banyak :
a. Metode poligon penentukan posisi titik yang belum diketahui koordinat, dengan mengukur
semua jarak dan sudut dalam poligon.
b. Metode triangulasi penentuan posisi horisontal dari suatu titik dengan semua sudut dalam
segitiga dan salah satu sisi segitiga jaraknya harus diketahui.
c. Metode trilaterasi semua sisi dari segitiga harus diukur jaraknya untuk mendapatkan posisi
horisontal suatu titik.
d. Metode triangulterasi penentuan posisi horisontal dari suatu titik dengan menggabungkan
pengukuran menggunakan triangulasi dengan trilaterasi.
Sudut
Sudut adalah suatu daerah yang dibatasi oleh dua sinar garis yang mempunyai titik pangkal
yang sama (Umaryono U.P. 1986).
Sudut-sudut yang diukur dalam pengukuran tanah dapat digolongkan menjadi dua yaitu :
1. Sudut Horisontal merupakan pengukuran dasar untuk penentuan sudut
arah dan azimuth.
2. Sudut Vertikal merupakan sudut yang diukur dari zenit sampai ke garis bidik
theodolit, untuk menentukan nilai ketinggian (elevasi) suatu titik terhadap
titik yang lain.
Jarak
Jarak adalah angka yang menunjukkan seberapa jauh suatu benda berubah posisi melalui suatu
lintasan tertentu.

Alat ukur jarak langsung : pita ukur, langkah, alat ukur jarak elektronik,dll. Sedangkan
pengukuran jarak tidak langsung : dengan menggunakan metode tachimetri, metode
trigonometri, dll.
Azimuth
Azimuth adalah sudut mendatar yang dihitung dari arah utara searah jarum jam sampai ke arah
yang dimaksud (Jacob Rais, 1998).
Adapun perhitungan azimuth ada dua cara yaitu :
1. Menghitung azimuth dari dua titik tetap
Diketahui 2 titik : titik A (Xa, Ya) dan titik B (Xb,Yb)
AB = arc Tg [(Xb-Xa) / (Yb-Ya)]
Kuadran

Xb-Xa

Yb-Ya

Azimuth ()

AB

II

1800- |AB|

III

1800+|AB|

IV

+
3600- |AB|

2. Menghitung azimuth dari azimuth awal dan sudut-sudut yang diukur


Diketahui azimuth awal () dan Sudut yang diukur ()
Az.BC = Az.AB + Sdt.BC 180o
Sistem koordinat
Sistem koordinat adalah sekumpulan datum yang menentukan bagaimana koordinat-koordinat
yang bersangkutan mempresentasikan titik-titik.
Poligon
Poligon merupakan serangkaian segi banyak. Besaran yang diukur dalam poligon adalah unsurunsur sudut di setiap titik dan jarak di setiap dua titik yang berurutan.

1. Poligon tertutup adalah poligon yang bentuk geometrinya


berupa loop tertutup dimana pengukuran diawali dan diakhiri dititik yang
sama. Dengan demikian pada poligon tertutup koordinat awal sama dengan
koordinat akhir. Poligon tertutup sering digunakan untuk mengukur batasbatas daerah pemetaan situasi.
2. Poligon terbuka terdiri atas serangkaian garis yang berhubungan tetapi tidak
kembali ke titik awal atau tidak terikat pada sebuah titik dengan ketelitian
sama atau lebih tinggi ordenya. Dilapangan, poligon ini biasanya digunakan
untuk pengukuran jalan dengan cara pintas, atau panjang jalan dalam radius
pendek.
Kesalahan dalam pengukuran:
1. Kesalahan alat
1.
2.

Garis bidik tidak sejajar garis arah Nivo.


Pita ukur yang tidak mendatar.

2. Kesalahan personil :
1.
Kesalahan dalam membuat alat dan target tepat di atas titik-titiknya.
2.
3.

Kesalahan dalam mendatarkan alat.


Kesalahan dalam mengarahkan alat.

4.

Kesalahan dalam menentukan garis yang berimpit untuk pembacaan.


Kesalahan alam

1.
2.

Panas matahari tepat diatas kepala (undulasi).


Turun hujan.

3.
4.

Angin ribut sehingga mengganggu pengamatan.


Tanah labil (tidak rata).

3.

Pengukuran Detail
Pengukuran detail adalah pengukuran sama benda-benda atau titik-titik dilapangan yang
merupakan kelengkapan daripada sebagian permukaan bumi baik benda buatan (jalan,
jembatan, bangunan, dsb) ataupun benda alam (gunung, sungai dsb). Dari pengukuran ini
kedudukan tinggi dari keadaan dilapangan dapat diketahui dapat digambarkan kembali dan
akhirnya berwujud suatu peta. alat yang dipakai adalah Theodolite.
Garis kontur
Garis kontur adalah garis yang menunjukkan tempat-tempat yang mempunyai ketinggian sama.

Pendahuluan
Definisi, Arti pentingnya pengkuran tanah, Sejarah pegukuran tanah, Pengukuran tanah
datar/pengukuran mendatar.
1.1. Definisi Ilmu Ukur Tanah (Surveying)
Ilmu ukur tanah adalah cabang dari ilmu Geodesi yang khusus mempelajari
sebagian kecil dari permukaan bumi dengan cara melakukan pengukuranpengukuran guna
mendapatkan peta. Pengukuran yang di lakukan terhadap titik-titik detail alam maupun buatan

manusia meliputi posisi horizontal (x,y) maupun posisi vertikal nya (z) yang diferensikan
terhadap permukaan air laut rata-rata.
Agar titik-titik di permukaan bumi yang tidak teratur bentuknya dapat di
pindahkan ke atas bidang datar maka di perlukan bidang perantara antara lain :
bidang Ellipsoid, bidang bultan dan bidang datar (untuk luas wilayah 55 km).
Dalam pengertian yang lebih umum pengukuruan tanah dapat dianggap sebagai
disiplin yang meliputi semua metode untuk menghimpun dan melalukan proses
informasi dan data tentang bumi dan lingkungan fisis. Dengan perkembangan
teknologi saat ini metoda terestris konvensional telah dilengkapi dengan metode
pemetaan udara dan satelit yang berkembang melalui program-program
pertanahan dan ruang angkasa.
Secara umum tugas surveyor adalah sebagai berikut:
a) Analisa penelitian dan pengambilan keputusan. Pemilihan metode pengukuran, peralatan,
pengikatan titik-titik sudut dsb.
b) Pekerjaan lapangan atau pengumpulan data, yakni melaksanakan pengukuran
dan pencatatan data di lapangan.
c) Menghitung atau pemprosesan data, yakni hitungan berdasrkan data yang
dicatat untuk menentukan letak, luas dan volume.
d) Pemetaan atau penyajian data. Menggambarkan hasil ukuran dan
perhitungan untuk menghasilkan peta, gambar rencana tanah dan peta laut,
menggambarkan darat dalam bentuk numeris atau hasil komputer.
e) Pemancangan. Pemancangan tugu dan patok ukur untuk menentukan batas-batas
pedoman dalam pekerjaan konstruksi.
1.1.2. Arti Pentingnya Pengkuran Tanah
Pengukuran tanah sangat diperlukan dalam kehidupan modern, terutama oleh manusia karena
hasil-haslnya diakai untuk :
(i) memetakan bumi (daratan dan perairan),
(ii) menyiapkan peta navigasi perhubungan darat, laut dan udara;
(iii) memetakan batas-batas pemilikan tanah baik perorangan maupun perusahaan
dan tanah negara ,
(iv) merupakan bank data yang meliputi informasi tata guna lahan dan sumber daya alam untuk
pengelolaan lingkungan hidup,
(v) menentukan fakta tentang ukuran, bentuk, gaya berat dan medan magnit bumi serta ,
(vi) mempersiapkan peta bulan , planet dan benda angkasa lainnya.
Dibidang teknik sipil maupun pertambangan sangat memerlukan data yang akurat untuk
pembangunan jalan, jembatan, saluran irigasi, lapangan udara, pehubungan
cepat, sistem penyediaan air bersih pengkaplingan tanah perkotaan, jalur pipa,
penambangan, terowongan. Semua itu diperlukan pengukuran tanah yang
hasilnya beruapa peta untuk perencanaan.
Agar hasilnya dapat dipertanggung jawabkan maka pengkuran harus dilakukan
secara benar, tepat dan akurat. Hal ini perlu sekali diketahui baik oleh surveyor
maupun para insinyur.
1.1.3. Sejarah Pengukuran Tanah
a. Zaman Mesir Kuno ( 140 SM) : Sesostris melakukan pekerjaan pemetaan

tanah untuk keperluan perpajakan atau yang saat ini dikenal dengan kadaster.
b. Zaman Yunani Kuno . Sejarah mencatat bahwa Erastotenes (220 SM adalah
orang pertama yang mecoba menghitung dimensi bumi. Dia menghitung sudut meredian Syene
dan Alexandria di Mesir dengan mengkur bayangan pada
matahari. Diperleh keliling bumi 25000 mil (13,5) mil lebih panjang
dari pengkuran modern . Pada (120 SM) Berkembang ilmu geometri metode pengukuran
sebidang lapangan (Dioptra)
c. Perkembangan penting yakni pada jaman Romawi dimana pemikiran praktis
untuk memciptakan peralatan yang teliti dimulai dengan bantuan teknologi
sederhana. Kemampuan Romawi ditujukkan dengan hasil rekayasa di bidang
konstruksi di seluruh kekaisaran misalnya. Peralatan yang berembang
misalnya gromma, libella (sipat datar), dan crobates merupakan nivo untuk
medatarkan sudut.
d. Peradaban Yuniani dan Romawai selama berabad abad dilestarikan oleh
orang Arab dalam bidang geometri praktis. Baru pada abad ke 13 dan 14
Ilmu Ukur Tanah maju pesat banyak penulis diantaranya Von Piso menulis
Praktica Geometria (Ilmu Ukura Tanah) dan Liber Quadratorum ( pembagian
kudran) dsb.
e. Abad 18 dan 19 seni pengukuan tanah maju lebih pesat oleh karena
kebutuhan peta-peta semakin dirasakan terutama Inggris dan Perancis
mengembangkan pengukuran geodesi dengan triangulasi teliti. The US Coast
and Geodetic Survey , Amerika Serikat melaksanakan pengukuran hidrografi
dan menetapkan titik-titik ontrol nasional.
f. Seteleh perang dunia I dan ke II pengukuran tanah berkembang sejalan
dengan perkembangan teknologi modern baik dalam pengumpulan data
maupun penglohannnya. Peralatan konvesional degantikan dengan peralatan
automatis dan elektronik begitu juga dalam pengolahan dan peyajiannya
telah berkembang metode komputerisasi.
1.1.4. Pengukuran Tanah Datar (Plane Surveying)
Pengukuran geodetis dilakukan dengan memperhatikan kelengkungan bumi dan
dvelksi vertikal dengan refernsi bumi sebagai speroid dan koordinat dihitung
dalam 3 dimensi. Metode teristris pengukuran geodetis telah digantikan dengan
Dopler dan saat ini telah berkembang GPS (Global Positioning System) dengan
ketelitian dan resolusi yang tinggi.
Ilmu ukur tanah membatasi pengkuran dalam bidang datar pada luasan dan jarak
tertentu. Pengukuran-pengukuran khsusus meliputi antara lain :
a. Pengukuran titik kontrol, memetapkan jaringan kontrol horizontal dan vertical sebagai acuan.
b. Pengukuran totpografi, mementukan lokasi alam dan budaya manusia serta elevasi yang
dipakai dalam pembuatan peta.
c. Pengukuran kadastral : pengukuran tertutup untuk mementapkan batas kepemilikan tanah.
d. Pengukuran hidrografik, menentukan garis pantai dan kedalaman laut, danau sungai dan
bendungan.

e. Pengukuran jalur lintas dilaksanakan untuk merencanakan, merancang


dan membangun jalan raya, jalur pipa dan proyek jaringan tersier, skunder dan primer.
f. Pengukuran kosnuksi dilaksanakan sementara konstruksi berjalan, mengendalikan evaluasi,
kedudukan horizontal dan konfigurasi.
g. Pengukuran rancang bangun (as built surveys) menentukan lokasi dan perencanaan
pekerjaan rekayasa yang tepat, memberikan pembuktian
dan pencatatan poisi termasuk perubahan desain dsb.
h. Pengukuran tambang yakni untuk pedoman penggalian terowongan dan
overburden

Metode atau cara pengukuran digunakan untuk perhitungan, pengolahan, dan


koreksi data untuk menentukan posisi (koordinat) setiap titik yang terukur dalam
wilayah pemetaan. Secara umum metode ini dapat dibagi sebagai berikut :
Metode pengukuran pada alat ukur sederhana :
1.

Pengukuran jarak

Apabila jarak antara dua titik yang akan diukur lebih panjang dari alat ukur yang
ada maka dua tahapan yang harus dilakukan :
-

pelurusan (pembanjaran)

Pembanjaran dilakukan oleh dua orang, seorang membidik sementara yang lain
menancapkan yalon sesuai dengan komando dari si pembidik. Seprti yang
terlihat pada gambar x, misalnya akan diukur jarak AB, dua buah yalon harus
ditancapkan di atas titik A dan B. Selanjutnya pembidik berdiri di belakang yalon
A dan mengatur agar mata pembidik satu garis dengan yalon A dan B. Keadaan
ini dapat diketahui jika mata si pembidik hanya melihat satu yalon saja. Di antara
yalon A dan B harus ditancapkan beberapa yalon atau patok yang jaraknya
terjangkau oleh alat ukur.
Seringkali dijumpai rintangan pada areal yang akan diukur sehingga
pembanjaran tidak dapat dilakukan seperti gambar diatas. Maka pembanjaran
disini perlu perlakuan yang berbeda, dikarenakan :
Kondisi lapangan yang bergelombang/curam/berbatasan dengan tembok tinggi.
Ada bangunan/rintangan di tengah areal yang akan diukur, dan sebagainya.
-

pengukuran jarak secara langsung

Pengukuran jarak dua titik dapat dilakukan dengan menggunakan kayu meter,
rantai meter, pita meter.
Untuk permukaan tanah yang miring, pengukuran dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu dengan pita/kayu ukur yang diatur horizontal dengan bantuan nineau
serta mengukur langsung tanah yang miring.
2.

Pengukuran sudut miring

Pengukuran sudut miring sangat diperlukan dalam memperoleh informasi jarak


(D) dan beda tinggi (BT) secara tidak langsung.
Alat yang biasanya digunakan adalah abney level, yang penggunaannya dengan
membidik langsung pada puncak obyek yang diinginkan kemudian
menggerakkan niveau yang dihubungkan dengan penunjuk skala hingga berada
pada posisi tengah benang. Hasilnya dapat dibaca langsung pada penunjuk skala
tersebut.
3.

Pengukuran Beda Tinggi (BT)

Pengukuran beda tinggi antara dua titik di lapangan dapat dilakukan dengan dua
cara yaitu cara langsung dengan menggunakan alat ukur yang dipasang
mendatar, serta cara tidak langsung dengan mengukur panjang miringnya dan
sudut yang terbentuk terhadap lereng.
Pengukuran dengan waterpass instrumen
Pengukuran Jarak dan Beda Tinggi
Pada waterpass pengukuran jarak memiliki rumus :
D = 100. (Ca Cb)
Untuk pengukuran beda tinggi (BT) antar dua titik dapat dihitung berdasarkan
tinggi alat dan nilai kurva tengah, sehingga dirumuskan menjadi :
BT = TA-Ct
2 . Pembacaan sudut horizontal
Sudut arah adalah sudut horizotal yang dibentuk oleh perpotongan suatu garis
dengan meridian bumi (utara-selatan) . dalam pengukuran , untuk menyatakan
besarnya sudut dikenal dua cara yaitu :bearing dan azimuth
Biaring merupakan sudut arah yang diukur dari utara atau selatan magnet bumi
ke titik lain searah atau berlawanan dengan arah putaran jarum jam dengan
sudut kisaran antara 0- 90. Azimut merupakan sudut arah yang diukur dari utara
magnet bumi ke titik yang lain searah jarum jam. Sehingga mempunyai kisaran
attara 0-360
Pengukuran Dengan Theodolit
1.

Pembacaan sudut horizontal (Az)

Sudut arah adalah sudut horisontal yang dibentuk oleh perpotongan suatu garis
dengan meridian bumi ( utara-selatan). Dalam pengukuran, untuk menyatakan
besarnya sudut dikenal dua cara, yaitu : Bearing dan Azimuth.
Bearing merupakan sudut arah yang diukur dari utara atau selatan magnet bumi
ke titik lain yang searah/berlawanan dengan arah putaran jarum jam, dengan
sudut kisaran antara 0-90. Azimuth merupakan sudut arah yang diukur dari utara
magnet bumi ke titik yang lain searah jarum jam sehingga mempunyai kisaran
antara 0-360.
2.

Pembacaan sudut miring (V)

Sudut miring merupakan sudut yang dibentuk oleh garis bidik teropong dengan
bidang horisontal. Pada umumnya besarnya sudut horisontal dan vertikal
terdapat dalam satu mikrometer, namun adapula yang dipisahkan.
3.

Pengukuran jarak (D) dan beda tinggi (BT)

Jarak horisontal (H) dan Jarak (D)


D = 100 ( Ca-Cb). Cos
H = D. Cos
H = 100 ( Ca Cb). Cos2
Beda Tinggi (BT)
BT = H. Tg h
4.

Penggambaran posisi tiap titik kenampakan pada peta

Penggambaran dapat dilakukan secara grafis dengan busur derajat untuk


menentukan sudut arah dan jaraknya dengan mistar (sesuai skala). Cara lain
adalah menggunakan sistem koordinat yang terdiri atas dua saling tegak lurus.
Posisi tiap sasaran yang diukur digambarkan dengan menghitung harga absis
dan ordinatnya.
5.

Poligon

Poligon adalah rangkaian titik-titik yang dihubungkan secara berurutan. Jika titik
awal dan titik akhir bertemu, disebut sebagai poligon tertutup. Sebaliknya jika
titik awal dan titik akhir tidak bertemu maka disebut sebagai poligon terbuka.
Poligon digunakan sebagai kerangka dasar di dalam pengukuran kenampakan di
lapangan. Poligon terbuka lebih sering untuk pekerjaan perencanaan/perbaikan
jalan, saluran, irigasi dll. Poligon tertutup untuk pembuatan peta areal/wilayah
dan kontur.
Untuk pembuatan poligon tertutup, pengukuran sudut arah cukup dilakukan
pada awal pengukuran saja. Sudut arah untuk titik berikutnya didasarkan pada
sudut arah awal (titik sebelumnya) dari sudut dalam bersangkutan. Sudut dalam
untuk menghitung sudut arah (azimuth) adalah sudut dalam terkoreksi. Tiga
parameter yang digunakan sebagai pedoman adanya penyimpanan dan perlu
koreksi adalah :
sudut dalam = (n-2) x 180
D sin = 0
D cos = 0
Jika data pengukuran menyompang dari syarat di atas, maka poligon tidak
tertutup dan perlu adanya koreksi.
Persamaan umum dalam menghitung sudut arah adalah :
Azimuth ()n = (n-1) + 1800 Sn
Untuk koreksi secara grafis, maka polygon yang tidak tertutup setelah tergambar
dapat dikoreksi dengan menghitung sudut atau cara graphical plot.

Daftar Pustaka
Sudaryatno, 2001, Petunjuk PraktIkum Ilmu Ukur Tanah. Yogyakarta : Fakultas
Geografi Universitas Gadjah Mada.

Pengukuran dalam Ilmu Ukur Tanah


Ilmu ukur tanah adalah bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari cara-cara
pengukuran di permukaan bumi dan di bawah tanah untuk berbagai keperluan
seperti pemetaan dan penentuan posisi relatif pada daerah yang relatif sempit
sehingga unsur kelengkungan permukaan buminya dapat diabaikan (Basuki, S,
2006). Proses pemetaan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara
terestrial dan ektra terestrial. Pemetaan terestris merupakan pemetaan yang
dilakukan dengan menggunakan alat yang berpangkal di tanah. Pemetaan ekstra
terestris adalah pemetaan yang dilakukan dengan menggunakan alat yang tidak
berpangkal di tanah tapi dilakukan dengan wahana seperti pesawat terbang, pesawat
ulang alik atau satelit. Menurut Wongsotjitro, (1980) arti melakukan pengukuran
yaitu menentukan unsur-unsur (Jarak dan sudut) titik yang ada di suatu daerah
dalam jumlah yang cukup, sehingga daerah tersebut dapat digambar dengan skala
tertentu.
Sesuai dengan perkembangan teknologi, teknik-teknik dalam mengukur tanahpun
berkembang. Peralatan untuk mengukur tanah juga semakin berkembang. Mulai
dari peralatan manual menjadi peralatan elektris sehingga pengukuran menjadi
lebih cepat, tepat dan mudah. Bantuan komputer dalam perhitungan juga
memudahkan
manusia
mendapatkan
hasil
yang
cukup
akurat.
Ilmu ukur tanah memiliki tiga unsur yang harus diukur di lapangan, yaitu: jarak
antara dua titik, beda tinggi dan sudut arah. Pengukuran yang dilakukan dengan
menggunakan alat ukur sederhana sering disebut pula dengan istilah pengukuran
secara langsung karena hasilnya dapat diketahui sesaat setelah selesai pengukuran.
Sebagai contoh alat tersebut adalah pita ukur, baak ukur, yalon dan abney level.
Selain alat ukur sederhana terdapat alat lain yang digunakan untuk pengukuran
dilapangan yang dikenal dengan tacheometer. Tacheometer merupakan alat
pengukuran cepat yang dilengkapi oleh peralatan optis, misalnya lensa sehingga
dapat melakukan pengukuran secara optis. Sebagai contoh adalah compass survey,
waterpass
dan
theodolit.
Penggunaan dan perlakuan seorang surveyor terhadap alat merupakan hal yang
penting dan harus diperhatikan. Penggunaan alat yang tidak tepat dapat
mengakibatkan hasil pengukuran yang salah. Cara perawatannya pun harus

diperhatikan agar alat ukur tanah tidak rusak. Alat ukur tanah merupakan alat-alat
yang
harganya
cukup
mahal.
Pengukuran merupakan pengamatan terhadap suatu besaran yang dilakukan dengan
menggunakan peralatan dalam suatu lokasi dengan beberapa keterbatasan tertentu
(Basuki, S, 2006). Menurut (Wongsotjitro, 1980) arti melakukan pengukuran suatu
daerah ialah menentukan unsur-unsur (jarak dan sudut) titik yang ada di suatu
daerah dalam jumlah yang cukup, sehingga daerah tersebut dapat digambar dengan
skala tertentu. Pengukuran dengan alat sederhana dapat untuk mengukur, jarak,
beda tinggi, dan sudut. Pengukuran ini dapat dibedakan menjadi pengukuran
langsung dan tidak langsung. Pengukuran langsung adalah pengukuran dengan
langsung mendapatkan nilai pengukuran. Pengukuran tidak langsung yaitu
pengukuran yang tidak langsung didapat hasilnya tetapi harus melalui proses
perhitungan
terlebih
dahulu.
Pengukuran jarak langsung dapat dilakukan dengan menggunakan peralatan seperti
pita ukur, pita baja, dan pegas ukur. Pengukuran dengan alat-alat ini biasanya
digunakan untuk mengukur daerah yang tidak begitu luas. Terbatasnya skala alat
ukur seperti pita ukur menjadikan alat ini digunakan untuk pengukuran langsung di
daerah yang luas. Pengukuran tidak langsung dapat menggunakan peralatan seperti
theodolith
dan
waterpass.

Secara umum metode pengukuran untuk perhitungan, pengolahan dan koreksi data
dibagi
menjadi:
1.

Pengukuran

pada

alat

ukur

sederhana

Pengukuran jarak dengan alat ukur sederhana dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu pelurusan dan pengukuran jaraknya secara langsung. Pelurusan atau
pembanjaran dilakukan dengan membentangkan pita ukur. Hal ini dilakukan karena
jarak yang diukur melebihi pita ukur serta karena permukaan tanah tidak mendatar
sehingga perlu dilakukan pemenggalan jarak agar di setiap pemenggalan dapat
dilakukan
pengukuran.
Metode ini juga digunakan untuk mengetahui sudut kemiringan suatu lereng. Sudut
kemiringan ini dapat digunakan untuk mengetahui nilai beda tinggi suatu lereng.
Alat yang biasa digunakan untuk mengukur sudut yaitu abney level dan hagameter.
Selain menggunakan sudut kemiringan, beda tinggi dapat diketahui dengan alat ukur
yang dipasang mendatar atau dengan mengukur panjang miringnya sudut yang
terbentuk
terhadap
lereng.

2.

Pengukuran

dengan

waterpass

Alat waterpass dapat digunakan untuk mengetahui jarak, sudut horizontal dan beda
tinggi. Alat ini kurang cocok untuk pengukuran daerah terjal. Halitu dikarenakan
waterpass
tidak
dapat
mengukur
sudut
vertikal.
3. Pengukuran dengan theodolith Alat theodolith ini digunakan untuk mengukur
jarak, beda tinggi, sudut vertikal dan juga sudut horizontal. Alat ini cocok digunakan
untuk mengukur daerah dengan lereng landai maupun terjal.

DAFTAR PUSTAKA
Basuki, Slamet. 2006. Ilmu Ukur Tanah. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press.
Sudaryatno. 2009. Petunjuk Praktikum Ilmu Ukur Tanah. Yogyakarta: Fakultas Geografi Universitas
Gadjah Mada.
Wongsotjitro, Soetomo. 1980. Ilmu Ukur Tanah. Yogyakarta: Kanisius.

Você também pode gostar