Você está na página 1de 2

Agar Zakat Berfungsi Optimal

Telah lama umat Islam Indonesia mendambakan upaya pemberdayaan


ekonomi secara lebih transparan, sistematis, dan modern sesuai
syariat Islam. Padahal sebetulnya, 'kendaraan'-nya sudah ada,
yaitu melalui pemberdayaan zakat, infak, maupun shadaqah.

Namun, meski mayoritas penduduk Indonesia adalah Muslim,


nyatanya kewajiban menunaikan zakat masih belum sesuai harapan.
Menurut Achmad Subianto. Ketua Umum Badan Amil Zakat Nasional
(Baznas), selain hasil pengumpulannya masih relatil kecil,
pengelolaannya juga belum optimal.

Maka tak heran jika zakat belum berperan dan berfungsi besar
dalam upaya memberdayakan ekonomi umat. Achmad menyatakan agar
peran dan fungsi zakat, infak dan sedekah yang begitu besar
potensinya sejumlah persyaratan harus dipenuhi.

Pertama, katanya, adalah zero telling lie. Artinya kejujuran


haruslah menjadi dasar dalam pengelolaan zakat di tanah air,
Muslim yang menjadi wajib zakat, harus memiliki kejujuran berapa
besar harta yang harus ia keluarkan untuk berzakat.

Mereka harus memiliki kesadaran bahwa ada hak orang lain yang
ada di dalam hartanya. Dan wajib segera dikeluarkan dengan
besaran yang tetah ditentukan oleh ajaran agama. "Ia tak
merasa sungkan untuk mengeluarkannya," ujarnya.

Di sisi lain, pengelola zakat juga harus transparan terhadap


masyarakat. Berapa banyak jumlah zakat yang mereka kumpulkan dan
melaporkan untuk apa saja dana zakat yang terkumpul itu
digunakan. "Landasan kejujuran ini akan melahirkan kepercayaan
dari masyarakat kepada pengelola zakat," katanya.

Mereka merasa bahwa zakat yang mereka bayarkan telah sampai


kepada orang-orang yang tepat. Dan tak disalahgunakan oleh para
pengelolanya. Jika ini terjadi maka, pemberdayaan ekonomi
masyarakat akan relatif lebih cepat dapat tercapai.

Maka untuk melengkapinya, perlu ada sistem dan prosedur


pengelolaan yang mencakup pengumpulan dan penyaluran dana zakat,
infak dan sedekah harus dipersiapkan secara benar dan sempurna.
Bersandar pada Quran dan sunah.

Persyaratan selanjutnya adalah haram. Dan zakat, infak, maupun


sedekah harusnya dikeluarkan dari penghasilan dan harta yang
halal. Baik sumber pengahasilannya, bentuknya maupun dalam
proses dan cara mencarinya.

Menurut Achmad kehalalan ini akan memberikan dampak yang nyata


bagi seorang Muslim. Dengan harta yang halal, mereka akan pula
mengonsumsi makanan yang halal. Harta yang halal ini pula
tentunya akan memberikan manfaat positif bagi para mustahik
(penerima zakat).

Terkait dengan status kehalalan harta, Achmad berharap pula agar


harta yang dikeluarkan untuk berzakat, berinfak serta bersedekah
merupakan harta yang berstatus zero interest. Selain itu
pemanfaatan dana zakat, infak dan sedekah itu pun tak terkait
dengan hal-hal yang berbau ribawi.

Misalnya dengan mencari kemanfaatan dari dana yang terkumpul


dari muzaki dengan dipinjamkan dan memungut bunga dari
peminjaman dana tersebut. Hal ini, jelasnya, mesti menjadi
perhatian bagi para pengelola zakat. Jangan sampai terjerumus
kepada tindakan seperti itu.

Achmad menyatakan kondisi tersebut memang harus diciptakan dalam


masyarakat. Khususnya dalam pengelolaan zakat. Agar memberikan
manfaat optimal sebagai upaya memperbaiki kondisi masyarakat
yang terpuruk secara ekonomi.

Sehingga harapan pemberdayaan ekonomi umat melalui dana zakat,


infak maupun sedekah akan tercapai pula. Tinggal bagaimana
kemauan umat Islam sendiri untuk melaksanakan itu semua.
Kemudian saling membantu dengan muslim lainnya dalam pengelolaan
zakat.

Dengan demikian, tak hanya satu lembaga pengelola saja yang


mampu berjalan dengan baik dan amanah. Namun lembaga pengelola
zakat lainnya juga mampu memberikan hal yang terbaik. Baik dalam
menarik dana zakat dari masyarakat juga penyalurannya.

Artinya dana yang terkumpul disalurkan dalam program yang


memberikan manfaat luas. Dilaksanakan dengan baik dan
profesional serta melaporkannya kepada para muzaki, ke mana dana
zakat yang mereka titipkan digunakan.

Sumber: Tabloid Republika / Jumat, 18 Juni 2004 / Hal. 15

Você também pode gostar