Você está na página 1de 13

LAPORAN PRAKTIKUM

BUDIDAYA TANAMAN TAHUNAN


ACARA III
PEMELIHARAAN TANAMAN KOPI

Disusun Oleh :
Nama & NIM : 1.Bahtiar Mahardhika
(12744)
2. Vita Enggi
(12812)
3. Nafarain Agung H.
(12908)
4. Sheila Nur Triana
(12813)
5. Ade Intan Christian
(12968 )
Gol/Kel
: A3/2
Asisten
: 1. Farras Adhi Hidaya
2. Hananun Abidah Lailani R.
3. M. Habib Wadyawan
LABORATORIUM MANAJEMEN DAN PRODUKSI TANAMAN
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanaman kopi yang banyak dikembangkan di Indonesia adalah jenis kopi
robusta dan arabika. Proporsi kopi robusta dan arabika di Indonesia adalah berkisar
90% dan 10%, sedangkan pasaran kopi dunia adalah kopi arabika. Berdasarkan
fenomena tersebut, maka kebijakan pemerintah adalah mengembangkan kopi arabika
pada lahan yang sesuai dan konservasi kopi robusta ke arabika pada ketinggian yang
sesuai, yakni ketinggian 800-1200 meter dpl. Kegiatan budidaya tanaman kopi arabika
pada lahan ketinggian menengah dan rendah memerlukan naungan dan teknologi
budidaya optimal. Teknik budidaya yang perlu diterapkan adalah pengaturan jarak

tanam, pembuatan lubang tanam, pemupukan dasar lubang tanam, penutupan lubang
tanam, dan penanaman.
Kopi Arabika (Coffea arabica) pertama kali diklasifikasikan oleh orang Swedia
bernama Carl Linnaeus (Carl von Linn) pada 1753. Jenis kopi memang agak sulit
dibudidayakan, selain hanya dapat tumbuh baik di daerah berketinggian 700-1700 m
(dpl) dengan suhu 16-20C serta beriklim kering tiga bulanan secara berturut-turut,
jenis kopi Arabika ini juga sangat rentan terhadap penyakit. Namun kesulitan dan
permasalahan yang dihadapi petani dalam membudidayakan kopi arabika ini setimpal
dengan rasa kopinya yang nikmat dan tentu harganyapun jauh lebih mahal dari kopi
Robusta.
Untuk budidaya kopi arabika sumber tanaman yang digunakan adalah varietas.
Contohnya adalah varietas S 795, USDA 762, Kartika-1 dan Kartika-2. Sedangkan
untuk budidaya kopi robusta sumber tanaman yang digunakan dalah klon. Contohnya
klon BP 42 atau BP 358.Perbanyakan bibit pohon kopi bisa didapatkan dengan teknik
generatif dan vegetatif. Perbanyakan generatif dari biji biasanya digunakan untuk
budidaya kopi arabika, sedangkan kopi robusta lebih sering menggunakan perbanyakan
vegetatif dengan setek.
Pembibitan dalam bercocok tanaman kopi merupakan langkah yang sangat
penting., pengadaan bahan tanam tanaman kopi dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu
secara generatif menggunakan biji dan secara vegetatif menggunakan sambungan
(grafting/entring) atau stek (cutting). Kedua cara pengadaan bahan tanam tersebut pada
dasarnya sama, yaitu harus melalui dua tahap pembibitan. Pertama melalui persemaian
(pre nursery), kedua melalui pembibitan (main nursery).
Dalam perbanyakan kopi jenis Robusta dengan cara stek ini tidak boleh
ditanam hanya dengan 1 jenis klon saja. Sebab Robusta adalah kopi yang
penyerbukannya bersilang.Jadi paling sedikit harus ditanam 3 sampai 5 jenis klon.
Namun juga tidak boleh terlalu banyak jenis klonnya, karena semakin banyak semakin
besar kemungkinan kopi yang dihasilkan juga kurang seragam.
Pada tahap pembibitan, pekerjaan yang dilakukan yaitu persiapan tempat
pembibitan, pemindahan dan penanaman bibit serta pemeliharaan bibit. Tempat
pembibitan sebaiknya berdekatan dengan lokasi penanaman, dekat sumber air, mudah
pengawasan dan mudah pengangkutan. Tempat pembibitan diberi naungan, baik
naungan alami seperti tanaman Laucaena glauca klon L2 ataupun naungan buatan
seperti atap dari daun alang-alang, anyaman bambu ataupun anyaman daun kelapa.
Pemeliharaan tanaman baik pada saat belum menghasilkan maupun tanaman
menghasilkan tidak selamanya berurutan, akan tetapi disesuaikan dengan kondisi yang

terjadi di kebun, sehingga pada praktiknya antara blok yang satu dengan blok yang lain
bisa saja berbeda.
B. Tujuan
Mempelajari budidaya tanaman kopi, khususnya dalam tahap pemeliharaan tanaman
kopi

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kopi merupakan salah satu hasil komoditi perkebunan yang memiliki nilai ekonomis
yang cukup tinggi di antara tanaman perkebunan lainnya dan berperan penting sebagai
sumber devisa negara. Kopi tidak hanya berperan penting sebagai sumber devisa melainkan
juga merupakan sumber penghasilan bagi tidak kurang dari satu setengah juta jiwa petani
kopi di Indonesia. Menurut Rahardjo (2012), teknologi budidaya dan pengolahan kopi
meliputi pemilihan bahan tanam kopi unggul, pemeliharaan, pemangkasan tanaman dan
pemberian penaung, pengendalian hama dan gulma, pemupukan yang seimbang, pemanenan,
serta pengolahan kopi pasca panen. Pengolahan kopi sangat berperan penting dalam
menentukan kualitas dan cita rasa kopi.
Menurut Aak (1980), terdapat empat jenis kopi yang telah dibudidayakan, yakni:
1. Kopi Arabika
Kopi arabika merupakan kopi yang paling banyak di kembangkan di dunia maupun di
Indonesia khususnya. Kopi ini ditanam pada dataran tinggi yang memiliki iklim kering
sekitar 1350-1850 m dari permukaan laut. Sedangkan di Indonesia sendiri kopi ini dapat
tumbuh dan berproduksi pada ketinggian 1000 1750 m dari permukaan laut pada suhu
10-21 C. Jenis kopi cenderung tidak tahan Hemilia Vastatrix. Namun kopi ini memiliki
tingkat aroma dan rasa yang kuat.
2. Kopi Liberika
Jenis kopi ini berasal dari dataran rendah Monrovia di daerah Liberika. Pohon kopi
liberika tumbuh dengan subur di daerah yang memilki tingkat kelembapan yang tinggi

dan panas. Kopi liberika penyebarannya sangat cepat. Kopi ini memiliki kualitas yang
lebih buruk dari kopi Arabika baik dari segi buah dan tingkat rendemennya rendah.
3. Kopi Canephora (Robusta)
Kopi Canephora juga disebut kopi Robusta. Nama Robusta dipergunakan untuk tujuan
perdagangan, sedangkan Canephora adalah nama botanis. Jenis kopi ini berasal dari
Afrika, dari pantai barat sampai Uganda. Kopi robusta memiliki kelebihan dari segi
produksi yang lebih tinggi di bandingkan jenis kopi Arabika dan Liberika.
4. Kopi Hibrida
Kopi hibrida merupakan turunan pertama hasil perkawinan antara dua spesies atau
varietas sehingga mewarisi sifat unggul dari kedua induknya. Namun, keturunan dari
golongan hibrida ini sudah tidak mempunyai sifat yang sama dengan induk hibridanya.
Oleh karena itu, pembiakannya hanya dengan cara vegetatif seperti stek atau sambungan.
Kopi merupakan tanaman tahunan yang memiliki 3 organ vegetatif yaitu akar, batang,
dan daun. Sistem perakaran pada kopi yaitu sistem perakaran tunggang yang tidak mudah
rebah. Perakaran tanaman kopi relatif dangkal, lebih dari 90% dari berat akar terdapat pada
lapisan tanah 0-30 cm. Tanaman kopi mempunyai sifat dimorfisme dalam pertumbuhan
vegetatifnya, yaitu pertumbuhan tegak (ortotropik) dan pertumbuhan ke samping
(plagiotropik) dengan percabangan yang banyak. Batang kopi merupakan tumbuhan berkayu,
tumbuh tegak ke atas, dan berwarna putih keabu-abuan. Pada batang, terdapat 2 macam tunas
yaitu tunas seri (tunas reproduksi) yang selalu tumbuh searah dengan tempat tumbuh asalnya
dan tunas legitim yang hanya dapat tumbuh sekali dengan arah tumbuh yang membentuk
sudut nyata dengan tempat aslinya (Pohlan et al., 2011).
Selama ini tanaman kopi yang lazim diusahakan di Indonesia ada dua jenis, yaitu kopi
Arabika dan kopi Robusta. Kedua jenis kopi tersebut secara fisiologis menghendaki
persyaratan kondisi iklim yang berbeda. Kopi Arabika menghendaki lahan dataran lebih
tinggi daripada kopi Robusta, sebab apabila ditanam pada lahan dataran rendah selain
pertumbuhan dan produktivitasnya menurun juga akan lebih rentan penyakit karat daun. Kopi
robusta (Coffea robusta) adalah tanaman budidaya berbentuk pohon yang termasuk dalam
famili Rubiaceae dan genus Coffea. Daunnya berbentuk bulat telur dengan ujung agak
meruncing. Daun tumbuh berhadapan dengan batang, cabang, dan ranting-rantingnya.
Permukaan atas daun mengkilat, tepi rata, pangkal tumpul, panjang 5-15 cm, lebar 4,0-6,5
cm, pertulangan menyirip, tangkai panjang 0,5-1,0 cm, dan berwarna hijau (Najiyati dan
Danarti, 2012).
Pemeliharaan dianggap sangat penting karena sekalipun diperoleh bibit yang unggul,
tanah dan iklim yang cocok, bilamana tanaman kopi dibiarkan saja tidak akan menghasilkan

sesuai dengan yang diharapkan. Beberapa kegiatan pemeliharaan tanaman kopi di antaranya
penyulaman, penggemburan tanah, pemangkasan, pengendalian hama, penyakit dan gulma;
pemupukan dan pemberian zat pengatur tumbuh. Tanaman yang dibudidayakan secara
intensif sudah bisa berbuah pada umur 2,5-3 tahun untuk jenis robusta dan 3-4 tahun untuk
arabika. Hasil panen pertama biasanya tidak terlalu banyak, produktivitas tanaman kopi akan
mencapai puncaknya pada umur 7-9 tahun. Panen budidaya kopi dilakukan secara bertahap,
panen raya bisa terjadi dalam 4-5 bulan dengan interval waktu pemetikan setiap 10-14 hari.
Pemanenan dan pengolahan pasca panen akan menentukan mutu produk akhir (Prastowo et
al., 2010).
Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan (2009), kopi yang di naungi terdapat
tanaman pelindung agar intensitas cahaya matahari tidak terlalu kuat sampai ke kopi.
Sebaliknya, kopi yang tidak di naungi tidak menggunakan tanaman pelindung. Beberapa jenis
pohon pelindung yang digunakan sebagai naungan adalah dadap (Erythrina litosperma),
jeunjing (Albizzia falcata), dan lamtoro (Leucaena leucepala). Sedangkan, pada tanaman
kopi tanpa naungan digunakan tanaman penutup tanah yang berfungsi sebagai mulsa dan
penahan erosi seperti Arachis pintoi.
Untuk mendapatkan hasil yang bermutu tinggi, buah kopi harus dipetik dalam
keadaan masak penuh. Kopi robusta memerlukan waktu 811 bulan sejak dari kuncup sampai
matang, sedangkan kopi arabika 6 sampai 8 bulan. Beberapa jenis kopi seperti kopi liberika
dan kopi yang ditanam di daerah basah akan menghasilkan buah sepanjang tahun sehingga
pemanenan bisa dilakukan sepanjang tahun. Kopi jenis robusta dan kopi yang ditanam di
daerah kering biasanya menghasilkan buah pada musim tertentu sehingga pemanenan juga
dilakukan secara musiman. Musim panen ini biasanya terjadi mulai bulan Mei/Juni dan
berakhir pada bulan Agustus/September (Ridwansyah, 2003).

BAB III
METODE PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Praktikum Budidaya Tanaman Tahunan acara III yang berjudul Pemeliharaan Tanaman
Kopi dilaksanakan pada tanggal 18 Maret 2015 bertempat di Kebun Kopi Ngipiksari,
Hargobinangun, Pakem, Sleman, DIY. Pelaksanaan praktikum ini didampingi oleh 3 orang
asisten praktikum. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu tanaman kopi Robusta,
kopi Arabika, dan pupuk. Alat yang digunakan adalah cangkul, sabit, dan alat pangkas.
Praktikan diajak mengunjungi Kebun Kopi Ngipiksari, Hargobinangun, Pakem,
Sleman, DIY. Pertama setelah tiba di kebun kopi seluruh praktikan diberi pengarahan dari
asistem dan pihak pengelola kebun. Seluruh praktikan kemudain dibagi menjadi 2 kelompok
besar untuk diberikan penjelasan dari pendamping lapangan yang bertugas di kebun tersebut.
Seluruh praktikan diajak mengelilingi kebun mengikuti pendamping sembari diberi
penjelasan tentang pemeliharaan tanaman kopi. Praktikan diminta untuk mengamati dan
dicatat seluruh penjelasan yang disampaikan oleh pendamping kebun mengenai budidaya
tanaman kopi, khususnya dalam tahap pemeliharaan tanaman. Praktikan mendapat penjelasan
mengenai tata cara penyiangan, pemupukan, pemangkasan (wiwilan, dll) dan turut
memperagakan beberapa hal yang dijelaskan oleh pendamping seperti wiwilan. Terakhir
dibuat laporan praktikum.

BAB IV
PEMBAHASAN
Kopi merupakan salahsatu dari delapan komoditas ekspor andalan dari Indonesia.
Berdasar data yang dikeluarkan oleh Direktorat Jendral Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Pertanian (2014) ekspor kopi Indonesia pada tahun 2013 mencapai 534.025 ton atau senilai

dengan 1.174.044.000 US$. Indonesia menempati posisi ketujuh dalam percaturan ekspor kopi
internasional. Berdasarkan data tersebut komoditas kopi menyumbang devisa kepada Indonesia,
menyediakan lapangan pekerjaan, dan menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat.
Tanaman kopi sendiri terdiri dari 70 jenis yang semuanya berasal dani benua Afrika.

Mayoritas kopi yang dibudidayakan di Indonesia adalah kopi arabika dan robusta. Kopi
arabika di Indonesia pada umumnya termasuk varietas typica (Coffea arabika var Typica) dan
dari varietas ini telah diperoleh suatu kultivar yang banyak di tanam di Dataran Tinggi Ijen
Jawa Timur, yaitu kultivar Blawan Pasumah yang peka sekali terhadap penyakit karat daun,
sehingga hanya dapat di tanam pada ketinggian diatas 1000 mdpl. Kopi robusta. Kopi
Robusta (Coffea canephora) dimasukkan ke Indonesia pada tahun 1900 (Gandul cit Prastowo
dkk.,2010). Kopi ini ternyata tahan penyakit karat daun, dan memerlukan syarat tumbuh dan
pemeliharaan yang ringan, sedang produksinya jauh lebih tinggi. Oleh karena itu kopi ini
cepat berkembang, dan mendesak kopi-kopi lainnya. Saat ini lebih dari 90% dari areal
pertanaman kopi Indonesia terdiri atas kopi Robusta (Prastowo dkk.,2010)
Mengingat pentingnya mengetahui budidaya tanaman tahunan khususnya tanaman
kopi maka pada Praktikum Budidaya Tanaman Semusim yang berjudul Pemeliharaan
Tanaman Kopi praktikan diberi kesempatan mengunjungi Kebun Kopi milik Pemerintah
Daerah Sleman yang berada di Ngipiksari, Hargobinangun, Pakem, Sleman atau tepatnya
Jalan Kaliurang km 23. Kebun kopi tersebut seluas 8.800 m2.Teknik budidaya tanaman kopi
di perkebunan kopi Sleman secara umum meliputi tahapan persiapan, pengolahan lahan,
penanaman, pemupukan, pemeliharaan, dan pemanenan.
1. Persiapan
Tahap persiapan meliputi penyediaan kebutuhan tanam antara lain pembibitan, pupuk
kandang, pupuk kimia pabrik, pestisida, air, tanaman naungan dan kebutuhan penunjang
lainnya. Pembibitan dilakukan sendiri oleh pegawai kebun kopi dan membutuhkan waktu
kurang lebih tiga bulan. Bibit yang dipersiapkan mayoritas jenis tanaman kopi robusta dan
hanya sedikit jenis tanaman kopi arabika. Kopi robusta lebih banyak ditanam karena kopi
jenis robusta memiliki sifat tahan terhadap hama dan penyakit apabila dibandingkan
dengan kopi jenis arabika. Pupuk yang disiapkan yakni pupuk kimia pabrik (TSP, KCL,
dan urea). Tanaman pelindung perlu dipersiapkan dalam rangka untuk pengaturan cahaya
masuk. Tanaman kopi memerluka tanaman pelindung karena tanaman tersebut peka
terhadap kelembaban, tanaman kopi muda cahaya yang masuk sekitar 50% sedangkan
kopi yang tua hanya membutuhkan cahaya kurang lebih 25 %. Tanaman pelindung yang
baik memiliki ciri daun kecil dan menjulang tinggi. Tanaman yang digunakan sebagai
tanaman pelindung diantaranya lamtoro, klerecede, dan kelor. Fungsi dari tanaman

pelindung adalah mengatur suhu, kelembaban, dan daun yang berguguran dapat menjadi
pupuk organic untuk tanaman kopi dibawahnya.
2. Pengolahan Lahan
Pengolahan lahan merupakan kegiatan yang membentuk kondisi lingkungan yang
sesuai untuk mamaksimalkan produksi tanaman kopi. Pengolahan lahan dengan dilakukan
pemberian pupuk dasar berupa pupuk kandang sesuai dengan kebutuhan dan kemudian di
tunggu hingga satu bulan agar pupuk dapat terdekomposisi ke dalam tanah. Faktor
ketinggian tempat penting pada kegiatan budidaya tanaman kopi. Tanaman kopi hanya
bisa tumbuh dengan baik ketika berada pada ketinggian 500-1000 mdpl. Persyaratan
tumbuh tanaman kopi ada dua hal yakti lahan dan curah hujan.
Lahan Kopi di Indonesia saat ini umumnya dapat tumbuh baik pada ketinggian tempat di
atas 700 mdpl. Dalam perkembangannya dengan adanya introduksi beberapa klon baru dari
luar negeri, beberapa klon saat ini dapat ditanam mulai di atas ketinggian 500 mdpl, namun
demikian yang terbaik seyogyanya kopi ditanam di atas 700 mdpl, terutama jenis kopi robusta.
Kopi arabika baik tumbuh dengan citarasa yang bermutu pada ketinggian di atas 1000 mdpl.
Namun demikian, lahan pertanaman kopi yang tersedia di Indonesia sampai saat ini sebagian
besar berada di ketinggian antara 700-900 mdpl (Prastowo dkk.,2010). Faktor yang lain
adalah curah hujan, Curah hujan yang sesuai untuk kopi seyogyanya adalah 1500-2500 mm
per tahun, dengan rata-rata bulan kering 1-3 bulan dan suhu rata-rata 15-25 derajat celcius
dengan lahan kelas S1 atau S2 (Puslitkoka, 2006) .
3. Penanaman
Tahapan penanaman memperhatikan jarak tanam dan lubang tanam. Menurut

penjelasan Bapak Supardi selaku pembimbing dilapangan ada tiga macam yaitu 2 m x 2,5
m atau 2 m x 2,75 m atau 2,5 m x 3 m, jarak tanam yang ideal untuk tanaman kopi 2,5 m x
3 m . Jarak tanam kopi umumnya disesuaikan dengan kemiringan tanah. Beberapa contoh
jarak tanam, populasi dan kebutuhan jumlah setek berakar per hektarnya pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Jarak tanam kopi robusta sesuai kemiringan tanahdan kebutuhan bahan tanam per
hektar

Lubang tanam sekitar 50 cm x 50 cm atau 60 cm x 60 cm. Lubang tanam ini


biasannya dibuat satu bulan sebelum tanam bersamaan dengan pemberian seresah dan

pupuk pada lubang tanam tersebut. Dalam pemilihan jarak tanam dan lubang tanam
dengan kondisi lingkungan, pengetahuan, dan pengalaman petani.
4. Pemupukan
Pada tahap pemupukan selain dilakukan sebelum tanam atau pada tahap pengolahan
lahan, pemupukan juga dilakukan pada saat tanam dan juga setelah tanam. Pemupukan
pada tanaman kopi disesuaikan dengan umur tanman, tanaman kopi umur kurang dari lima
tahuan diberikan 5 kg pupuk kandang dan 30-50 gram pupuk kimia pabrik sedangkan pada
tanaman umur lebih dari lima tahun diberikan 15 kg pupuk kandang dan 100 gram pupuk
kimia pabrik. Pemupukan yang dilakukan di kebun kopi milik pemda Sleman yaitu pada
tahap pengolahan lahan, kemudian pada tahap penanaman yaitu diberikan pada lubang
tanam yang sudah dibuat. Setelah itu pemupukan dilakukan setahun dua kali yaitu pada
awal musim hujan dan pada akhir musim penghujan.
Pemupukan bertujuan untuk menjaga daya tahan tanaman, meningkatkan produksi
dan mutu hasil serta menjaga agar produksi stabil tinggi. Pemupukan secara umum harus
tepat waktu, dosis dan jenis pupuk serta cara pemberiannya. Semuanya tergantung kepada
jenis tanah, iklim dan umur tanaman. Pemberian pupuk dapat diletakkan sekitar 50-100
cm dari batang pokok dengan membuat parit yang berbentuk lingkaran maupun setengah
lingkaran kemudian lubang tersebut diberikan pupuk dan kemudian ditutup kembali
lubang yang sudah dibuat.
5. Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman kopi meliputi penyiangan, pemangkasan, dan pengendalian
hama dan penyakit tanaman. Peremajaan juga dilakukan dalam rangka mengganti tanaman
yang rusak atau mati. Pemeliharaan dilakukan untuk menjaga kelangsungan hidup
tanaman agar tetap hidup sehat dan memiliki produktivitas yang tinggi dan stabil.
Penyiangan yang dilakukan di kebun kopi milik pemda Sleman dalam hal penyiangan
dilakukan 1 tahun dua kali biasannya pada awal musim penghujan dan akhir musim
penghujan namun lebih baik apabila dilakukan empat kali dalam kurun waktu setahun.
Pada kegiatan penyiangan juga dilakukan pembuatan rorak di samping tanaman, rorak
digunakan untuk menampung gulma. Gulma hasil penyiangan tersebut dimasukkan dalam
rorak dan dapat berfungsi sebagai pupuk organic.
Pemangkasan merupakan bentuk pemeliharaan yang dilakukan dengan memotong
tunas liar maupun cabang yang berlawanan arah. Menurut Prastowo dkk. (2010) manfaat
dan fungsi pemangkasan umumnya adalah agar pohon tetap rendah sehingga mudah
perawatannya, membentuk cabang-cabang produksi yang baru, mempermudah masuknya
cahaya dan mempermudah pengendalian hama dan penyakit. Pangkasan juga dapat

dilakukan selama panen sambil menghilangkan cabang-cabang yang tidak produktif,


cabang liar maupun yang sudah tua. Cabang yang kurang produktif dipangkas agar unsur
hara yang diberikan dapat tersalur kepada batang-batang yang lebih produktif.
Selain itu Menurut Aak (1988), ada berbagai tipe pemangkasan antara lain yaitu
pemangkasan bentuk, pemangkasan pemeliharaan, dan pemangkasan peremajaan.
Pemangakasan bentuk bertujuan untuk menciptakan tanaman kopi sesuai bentuk yang di
inginkan biasannya berbentuk lebar karena dilakukan pemangkasan pucuk untuk
menghentikan pertumbuhan tinggi tanaman sehingga memudahkan dalam pemetikan buah
dan dalam perawatan tanaman. Pemangkasan pemeliharaan pemeliharaan meliputi
pemangkasan wiwilan, pemangkasan berat, pemangkasan B-F dan pemangkasan dalam
rangka mengendalikan populasi hama dan penyakit tanaman.
Peremajaan dilakukan pada tanaman kopi yang tua, mati, atau rusak. Peremajaan
dapat berupa peremajaan keseluruhan dan peremajaan sebagian (potong). Peremajaan
keseluruhan dengan cara tanaman kopi yang tua, mati, atau rusak dibongkar dan
digantikan dengan tanaman baru. Peremajaan potong dilakukan dengan memotong batang
120 cm, 150 cm, dan 180 cm.
Pengendalian hama dan penyakit tanaman kopi yang menyerang dikebun kopi Pemda
Sleman biasannya penggerek batang, penggerek buah, jamur (akar dan upas), dan karat
daun. Untuk pengendalian penggerek batang dan penggerek buah biasannya secara
manual. Tetapi untuk jamur maupun karat daun menggunakan pestisida, namun dengan
syarat tidak menyemprotkan pestisida pada saat berbuah, karena akan mengurangi kulitas
produk yang dihasilkan. Pengendalian hama dapat dilakukan dengan pembuatan pestisida
dengan ramuan Beuveria sp., tepung jagung, beras, dan jamur. Campuran tersebut
didiamkan selama beberapa minggu. Kemudian pestisida alami tersebut digunakan dengan
cara disemprotkan.
6. Panen
Pemanenan tanaman kopi dilakukan apabila kondisi buah yang masak atau sudah
berwarna merah, sehingga pemanenan kopi tidak hanya dilakukan sekali namun beberapa
kali pemanenan. Kopi berbuah setahun sekali. Tanaman kopi mulai berbunga pada awal
musim penghujan, tanaman kopi berbunga dibulan Oktober sehingga bulan April bisa
dipanen. Panen raya dimulai dari bulan April hingga bulan Juli dan Bulan September harus
sudah dipanen seluruhnya.
Mayoritas tanaman kopi yang ditanam di kebun kopi Pemda Sleman tanaman kopi
jenis Robusta dan sedikit tanaman kopi arabika. Kopi arabika sedikit populasinya karena
dahulu pernah dilakukan penanaman dalam jumlah banyak namun terserang hama dan

penyakit. Secara umum perbedaan tanaman kopi jenis robusta dan tanaman kopi jenis
arabika adalah dilihat dari daun, daun kopi robusta lebih lebar dan lebat sedangkan kopi
arabika lebih kecil dan kurang lebat. Pertumbuhan kopi arabika lebih lambat dibandingkan
dengan kopi robusta. Biji yang dihasilkan buah robusta lebih kecil dibandingkan
tanamman robusta.Kopi arabika rentan terhadap serangan hama dan penyakit. Jumlah
dompolan biji kopi arabika lebih sedikit disbanding kopi robusta. Rasa dan aroma yang
dihasilkan tanaman arabika lebih nikmat dibandingkan kopi robusta

BAB V
KESIMPULAN
1. Tahap budidaya tanaman kopi terdiri dari kegiatan persiapan, pengolahan lahan,
penanaman, pemupukan, pemeliharaan, dan panen.
2. Pemeliharaan meliputi penyiangan, pemangkasan (pemangkasan wiwilan, pemangkasan
berat, pemangkasan BF, pemangkasan pengendalian OPT, dan pemangkasan peremajaan),
serta pengendalian hama dan penyakit.

DAFTAR PUSTAKA
Aak. 1980. Budidaya Tanaman Kopi. Yayasan Kanisius, Yogyakarta.
Najiyati, S. dan Danarti. 2012. Budidaya Tanaman Kopi dan Penanganan Pasca Panen.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Pohlan, H. and M.J.J. Janssens. 2011. Growth and production of coffe. Soils, Plant Growth
and Crop Production. Vol. II. Page: 1-11.
Prastowo, B., E. Karmawati, S.J. Munarso, dan Siswanto. 2010. Budidaya dan Pasca Panen
Kopi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Bogor.
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. 2003. Klon-Klon Unggul Kopi Robusta dan
Beberapa Pilihan Komposisi Klon Berdasarkan Kondisi Lingkungan. No Seri
02.022.2-303., Jember.
Puslitkoka. 2006. Pedoman Teknis Tanaman Kopi. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
Indonesia Jember.
Rahardjo, Pudji. 2012. Panduan Budidaya dan Pengolahan Kopi Arabika dan Robusta.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Ridwansyah, 2003. Pengolahan Kopi. Jurusan Teknologi Pertanian. Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatra Utara.

LAMPIRAN

Você também pode gostar