Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Pengertian
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Myco
bacterium tubeculosis.
2. Etiologi
Jenis kuman berbentuk batang, ukuran panjang 1-4/um dan tebal 0,3-0,6/um. Sebagian besar
kuman berupa lemak/lipid sehingga kuman tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap kimia ,
fisik. Sifat lain dari kuman ini adalah aerob yang menyukai daerah yang banyak oksigin, dalam
hal ini lebih menyenangi daerah yang tinggi kandunagn oksiginnya yaitu. daerah apikal paru,
daerah ini yang menjadi prediksi pada penyakit Tuberkulosis
3.
Proses Penularan
Tuberkulosis tergolong airborne disease yakni penularan melalui droplet nuclei yang dikeluarkan
ke udara oleh individu terinfeksi dalam fase aktif. Setiapkali penderita ini batuk dapat
mengeluarkan 3000 droplet nuclei. Penularan umumnya terjadi di dalam ruangan dimana droplet
nuclei dapat tinggal di udara dalam waktu lebih lama. Di bawah sinar matahari langsung basil
tuberkel mati dengan cepat tetapi dalam ruang yang gelap lembab dapat bertahan sampai
beberapa jam. Dua faktor penentu keberhasilan pemaparan Tuberkulosis pada individu baru
yakni konsentrasi droplet nuclei dalam udara dan panjang waktu individu bernapas dalam udara
yang terkontaminasi tersebut di samping daya tahan tubuh yang bersangkutan.
Di samping penularan melalui saluran pernapasan (paling sering), M. tuberculosis
juga dapat masuk ke dalam tubuh melalui saluran pencernaan dan luka terbuka pada kulit (lebih
jarang).
4. Patofisiologi
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveoli biasanya diinhalasi sebagai suatu unit yang
terdiri dari satu sampai tiga basil karena gumpalan yang lebih besar cenderung tertahan di rongga
hidung dan dan tidak menyebabkan penyakit (Dannenberg, 1981 dikutip dari Price, 1995).
Setelah berada dalam ruang alveolus (biasanya di bagian bawah lobus atas atau di bagian atas
lobus bawah) basil tuberkulosis ini membangkitkan reaksi peradangan. Lekosit polimorfonuklear
tampak pada tempat tersebut dan mefagosit bakteri tetapi tidak membunuh organisme tersebut.
Sesudah hari-hari pertama maka lekosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan
mengalami konsolidasi dan timbul gejala-gejala pneumonia akut. Pneumonia seluler ini dapat
sembuh dengan sendirinya tanpa menimbulkan kerusakan jaringan paru atau proses dapat
berjalan terus dan bakteri terus difagosit atau berkembang biak di dalam sel. Basil juga menyebar
melalui kelenjar limfe regional. Makrofag yang mengalami infiltrasi menjadi lebih panjang dan
sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit.
Reaksi ini biasanya berlangsung selama 10-20 hari.
Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat seperti keju, lesi nekrosis
ini disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi
disekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblas menimbulkan respon berbeda. Jaringan
granulasi menjadi lebih fibrosa, membentuk jaringan parut yang akhirnya membentuk suatu
kapsul yang mengelilingi tuberkel.
Lesi primer paru-paru disebut fokus Ghon dan gabungan terserangnya kelenjar limfe regional
dan lesi primer dinamakan kompleks Ghon. Kompleks Gohn yang mengalami perkapuran ini
dapat dilihat pada orang sehat yang kebetulan menjalani pemeriksaan radiogram rutin.
Respon lain yang terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan dimana bahan cair lepas ke
dalam bronkus dan menimbulkan kavitas. Materi tuberkular yang dilepaskan dari dinding kavitas
akan masuk ke percabangan trakeobronkial. Proses ini dapat terulang kembali pada bagian lain
dari paru atau basil dapat terbawa ke laring, telinga tengah atau usus.
Kavitas kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan meninggalkan jaringan parut
fibrosa. Bila peradangan mereda lumen bronkus dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan
parut yang terdapat dekat dengan perbatasan bronkus. Bahan perkejuan dapat mengental
sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran yang ada dan lesi mirip dengan lesi berkapsul
yang tidak terlepas. Keadaan ini dapat tidak menimbulkan gejala dalam waktu lama atau
membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan menjadi tempat peradangan aktif.
Penyakit dapat menyebar melalui saluran limfe atau pembuluh darah (limfohematogen).
Organisme yang lolos dari kelenjar limfe akan mencapai aliran darah dalam jumlah yang lebih
kecil yang kadang-kadang dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lain (ekstrapulmoner).
Penyebaran hematogen merupakan suatu fenomena akut yang biasanya menyebabkan
tuberkulosis milier. Ini terjadi bila fokus nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak
organisme masuk ke dalam sistem vaskuler dan tersebar ke dalam sistem vaskuler ke organorgan tubuh.
5. Gambaran Klinik
Tuberkulosis sering dijuluki the great imitator yaitu suatu penyakit yang mempunyai banyak
kemiripan dengan penyakit lain yang juga memberikan gejala umum seperti lemah dan demam.
Pada sejumlah penderita gejala yang timbul tidak jelas sehingga diabaikan bahkan kadangkadang asimtomatik.
Gambaran klinik TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan, gejala respiratorik dan gejala
sistemik:
1.
1.1 Batuk
Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling sering dikeluhkan. Mulamula bersifat non produktif kemudian berdahak bahkan bercampur darah bila sudah ada
kerusakan jaringan.
1.2 Batuk darah
Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak berupa garis atau bercakbercak darak, gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah sangat banyak. Batuk darak terjadi
karena pecahnya pembuluh darah. Berat ringannya batuk darah tergantung dari besar kecilnya
pembuluh darah yang pecah.
1.3 Sesak napas
Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada hal-hal yang
menyertai seperti efusi pleura, pneumothorax, anemia dan lain-lain.
1.4 Nyeri dada
Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan. Gejala ini timbul apabila sistem
persarafan di pleura terkena.
2.
2.1 Demam
Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore dan malam hari mirip demam
influeza, hilang timbul dan makin lama makin panjang serangannya sedang masa bebas serangan
makin pendek.
2.2 Gejala sistemik lain
Gejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan serta malaise.
Timbulnya gejala biasanya gradual dalam beberapa minggu-bulan, akan tetapi penampilan akut
dengan batuk, panas, sesak napas walaupun jarang dapat juga timbul menyerupai gejala
pneumonia.
6. Klasifikasi
Klasifikasi TB Paru dibuat berdasarkan gejala klinik, bakteriologik, radiologik dan riwayat
pengobatan sebelumnya. Klasifikasi ini penting karena merupakan salah satu faktor determinan
untuk menetapkan strategi terapi.
Sesuai dengan program Gerdunas P2TB klasifikasi TB Paru dibagi sebagai berikut:
1.
-
- BTA positif: mikroskopik positif 2 kali, mikroskopik positif 1 kali disokong biakan positif 1
kali atau disokong radiologik positif 1 kali.
2.
3.
-
Radiologik menunjukkan gambaran lesi TB inaktif, menunjukkan serial foto yang tidak
berubah.
-
7. Terapi
Tujuan pengobatan pada penderita TB Paru selain untuk mengobati juga mnecegah kematian,
mencegsah kekambuhan atau resistensi terhadap OAT serta memutuskan mata rantai penularan.
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan
(4-7 bulan). Paduan obat yang digunakan terdiri dari obat utama dan obat tambahan. Jenis obat
utama yang digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO adalah Rifampisin, INH, Pirasinamid,
Streptomisin dan Etambutol. Sedang jenis obat tambahan adalah Kanamisin, Kuinolon,
Makrolide dan Amoksisilin + Asam Klavulanat, derivat Rifampisin/INH. Cara kerja, potensi dan
dosis OAT utama dapat dilihat pada tabel berikut:
Obat Anti TB
Esensial
Aksi
Potens
i
Per Minggu
3x
2x
Isoniazid (H)
Bakterisidal
Tinggi
10
15
Rifampisin (R)
Bakterisidal
Bakterisidal
BakterisidalBakteriostat
ik
Tinggi
10
10
10
Renda
h
25
35
50
15
15
15
15
30
45
Pirasinamid (Z)
Streptomisin
(S)
Etambutol (E)
Renda
h
Renda
h
Untuk keperluan pengobatan perlu dibuat batasan kasus terlebih dahulu berdasarkan lokasi
tuberkulosa, berat ringannya penyakit, hasil pemeriksaan bakteriologik, hapusan dahak dan
riwayat pengobatan sebelumnya. Di samping itu perlu pemahaman tentang strategi
penanggulangan TB yang dikenal sebagai Directly Observed Treatment Short Course (DOTS)
yang direkomendasikan oleh WHO yang terdiri dari lima komponen yaitu:
1. Adanya komitmen politis berupa dukungan pengambil keputusan dalam penanggulangan
TB.
2. Diagnosis TB melalui pemeriksaan dahak secara mikroskopik langsung sedang pemeriksaan
penunjang lainnya seperti pemeriksaan radiologis dan kultur dapat dilaksanakan di unit
pelayanan yang memiliki sarana tersebut.
3. Pengobatan TB dengan paduan OAT jangka pendek dengan pengawasan langsung oleh
Pengawas Menelan Obat (PMO) khususnya dalam 2 bulan pertama dimana penderita harus
minum obat setiap hari.
4. Kesinambungan ketersediaan paduan OAT jangka pendek yang cukup.
5. Pencatatan dan pelaporan yang baku.
8.Komplikasi Pneumothorax pada Tuberkulosis Paru
Pneumothorax adalah keadaan dimana terdapat udara dalam rongga pleura. Normalnya pleura
tidak berisi udara, supaya paru-paru leluasa mengembang terhadap rongga dada. Udara masuk
dalam rongga pleura melalui 3 jalan, yakni:
1. Udara atmosfir masuk ke dalam rongga pleura melalui penetrasi di dinding dada misalnya
pada trauma (pneumothorax traumatik).
2. Pembentukan gas oleh mikroorganisme dalam dinding pleura pada penyakit ifeksi paru
(pneumothorax spontan)
3. Pneumothorax artifisial yang sengaja dilakukan melalui tidakan pembedahan pada trauma.
Penumothorax pada TB paru merupakan pneumothorax spontan yang timbul akibat nekrosis
jaringan yang menjalar sampai pinggir jaringan parut parenkim paru, membentuk bulla yang
selanjutnya robek ke dalam pleura.
9.
Tes Diagnostik
Tes diagnostik yang dilakukan diuraikan pada tabel berikut:
Jenis Pemeriksaan
Interpretasi Hasil
Sputum:
-Kultur
terhadap obat.
BTA positif
-Ziehl-Neelsen
Foto thorax
Darah:
-LED
-Limfosit
-Elektrolit
PENATALAKSANAAN :
Penyuluhan
Pencegahan
Pemberian obat-obatan :
1.
2.
Bronchodilatator
3.
Expektoran
4.
OBH
5.
Vitamin
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
a. Pola aktifitas dan istirahat :
Fatique, Aktivitas berat timbul sesak (nafas pendek), Sulit tidur, Berkeringat pada malam hari
b. Pola Nutrisi :
Anorexia, Mual, tidak enak diperut, BB menurun
c. Respirasi :
Batuk produktif (pada tahap lanjut), sesak nafas, Nyeri dada.
d. Riwayat Keluarga :
Biasanya keluarga penderita ada yang mempunyai kesulitan yang sama (penyakit yang sama)
e. Riwayat lingkungan :
Lingkungan kurang sehat (polusi, limbah), pemukiman padat, ventilasi rumah yang kurang,
jumlah anggauta keluarga yang banyak.
f. Aspek Psikososial :
Merasa dikucilkan
Masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu waktu yang lama dan
biaya yang bayak.
Pengobatan:
1. Nama obat : INH
Dosis
: 1 x 400 mg
Farmakokinetik:
Diabsorbsi : dari saluran pencernaan, makanan mengurangi kecepatan dan tingkat absorbsi
Puncak
: 1 - 2 jam
Distribusi
Eliminasi : waktu paruh 1 - 4 jam, 75 - 96% diekresikan dalam urin dalam 24 jam,
diekskresikan dalam air susu
Efek samping : biasanya dihubungkan dengan dosis
CNS : parestesias, perifeal neuropaty, nyeri kepala, kelemahan, tinitus, pusing, vertigo, ataxia,
somnolen, insomnia, amnesia,euphoria, toxis psikosis, perubahan tingkah laku, depresi,
kerusakan memori, hyperpireksia, halusinasi, konvulsi, otot kejang, mimpi yang berlebihan ,
menstruasi
Mata : Penglihatan kabur, terganggunya penglihatan, optik neuritis, atropi
GI : Mual , muntah , epigastrium distress, mulut kering, konstipasi
Hematologi : Agranulositosis, hemolitik atau anemia aplastik, trombositopenia, eosinophilia,
methemoglobinemia
Hepatotoksisitas: panas dingin, kulit yang melepuh (mosbiliform, macula papular, purpura,
urticaria) limpadenitis, vaskulitis
Metabolik endokrin : Penurunan absorbsi vitamin B12, defisiensi pridoksin (vitamin B6),
pellagra, gynecomastia, hyperglikemia, glikosuria, hyperkalemia, hipophosphathemia,
hipokalsemia, acetonia, asidosis metabolik, proteinemia
Lain-lain : dyspnea, retensi urine, demam yangdisebabkan obat-obat, rematik, lupus
erythromatosus syndrome, iritasi di tempat bekas injeksi.
Implikasi perawatan :
Pengelolaan :
Obat oral INH lebih baik diberikan sebelum makan 1 - 2 jam sebelum makanan diabsorbsi,
jika terjadi iritasi GI, obat boleh diberikan bersama makanan
Isoniazid dalam bentuk larutan disimpan dalam bentuk kristal dan disimpan dalam
temperatur yang rendah. Jika hal ini terjadi obat disimpan ditempat yang hangat atau
dalam temperatur ruangan.
Nyeri lokal sementara setelah injeksi IM, massage daerah injeksi dengan cara memutar
daerah injeksi
Tes adanya kelemahan yang tepat, sebelum pemberian therapy untuk mendeteksi
kemungkinan bakteri yang resisten
Efek therapetik biasanya menjadi jelas dalam 2 - 3 minggu pertama pemberian therapi.
Lebih dari 90% pasien yang diberikan therapi mempunyai sputum yang berkurang setelah 6
bulan
Pemeriksaan mata
Pasien seharusnya secara hati-hati dengan interview dan diperiksa dalam interval
bulanan untuk mendeteksi dini dari tanda dan gejala hepatotoksisitas
Therapi INH yang kontinyu setelah onset dari disfungsi hepatik meningkatkan resiko
kerusakan hati yang lebih berat
Pasien DM seharusnya diabsorbsi untuk hilangnya kontrol diabetes antara glikosuria yang
nyata dan tes benedik positif; yang palsu segera dilaporkan
Neuritis peripheral lebih banyak menimbulkan afek toksik seringkali didahului oleh
parestesikaki dan tangan. Pasien yang bebas kerentanan meliputi (termasuk) alkoholik atau
pasien denga penyakit liver, malnutrisi, diabetik, inaktivator lambat, wanita hamil dan kekuatan.
Instruksi pasien untuk melapor kepada medis bila ada tanda dan gejala dari
perkembangan hepatotoksik
Memperingatkan pasien terhadap makanan yang mengandung histamin (ikan tuna) yang
bisa menjadi penyebab dari palpitasi memperbesar respon obat (nyeri kepala,
hipotensi,palpitasi,berkeringat, diare)
Umumnya therapi INH diberikan 6 bulan - 2 tahun untuk pengobatan TBC yang aktif, bila
digunakan untuk terapi preventif, INH diberikan 12 bulan.
2. Nama obat : Ethambutol hydrochloride
Dosis: Dewasa 15 mg/kgBB (oral), untuk pengobatan ulang mulai dengan 25 mg kg/BB/hari atau
60 hari, kemudian diturunkan sampai 15 mg/kgBB/hr
Anak: : 6 - 12 tahun: 10 - 15 mg/kgBB/hari
Farmakokinetik:
Puncak 2 - 4 jam
Eliminasi : waktu paruh 3 - 4 jam, 50% diekresikan dalam urin selama 24 jam, 20 - 22
% dikeluarkan dalam feses
Efek samping :
Mata : Toksisitas bola mata : neuritis retrabulbar optik, kemungkinan neuritis anterior
optik dengan penurunan dalam ketajaman penglihatan, menyempitnya luas lapang pandang,
kebutaan pada warna merah-hijau, skotoma pada bagian pusat dan periferal, mata nyeri,
fotophobia, perdarahan dan edema retina.
Ethambutol mungkin diberikan setelah makan jika iritasi saluran pencernaan terjadi.
Absorpsi tidak begitu dipengaruhi oleh makanan dalam perut.
Lindungi ethambutol dari cahaya, kelembaman dan panas. Letakan dalam kemasan
yang tertutup rapat-rapat pada suhu 15 - 30 C kecuali kalau diberikan langsung .
Pengkajian dan efek obat
Toksisitas okuli secara umum kelihatan dalam 1 - 7 bulan setelah dimulainya tyerapi.
Gejala biasanya tidak tampak selama beberapa minggu sampai beberapa bulan setelah obat tidak
dilanjutkan
Uji opthalmoskopik meliputi tes luas lapang pandang , tes untuk ketajaman penglihatan
menggunakan kertas mata, dan tes untuk penggolongan diskriminasi warna seharusnya
ditentukan lebih dulu untuk memulai therapi dan dalam interval bulanan selama therapi. Mata
seharusnya dites secara terpisah sama baiknya secara bersama-sama
Monitor rasio input dan output pada pasien dengan kerusakan ginjal . Laporkan adanya
oliguria atau perubahan yang penting pada ratio atau dalam laporan laboratorium tentang fungsi
ginjal. Akumulasi sistemik dengan toksisitas dapat dihasilkan dari ekresi obat-obat yang lambat
Tes fungsi ginjal dan hepatik, hitung sel darah dan determinan serum asam urat seharusnya
ditentukan dalam interval yang teratur pada terapi secara menyeluruh.
a.
Secara umum, therapi dapat berlanjut selama 1-2 terapi lebih lama, meskipun teraturnya
pengobatan yang lebih pendek bisa digunakan dengan baik
Jika pasien hamil, selama pengobatan sarankan untuk melaporkan pada dokter dengan
segera . Obat seharusnya tersendiri.
Sarankan pasien untuk melaporkan dengan tepat pada dokter tentang kejadian
mengaburnya pandangan , perubahan persepsi warna, mengecilnya luas lapang pandang ,
beberapa gejala penglihatan lainnya. Pasien seharusnya secara periodik ditanyakan tentang
matanya
Jika dideteksi secara dini, defek visual secara umum tidak kelihatan lebih dari beberapa
minggu sampai beberapa bulan. Pada beberapa instansi (jarang), pemulihan mungkin lambat.
Selama setahun atau lebih atau defek mungkin irreversibel.
3. Nama obat : Rifampisin
Dosis : 1 x 450 mg
Farmakokinetik:
Puncak: 2 - 4 jam
Metabolisme: Dimetabolisme dalam liver untuk metabolisme aktif dan inaktif siklus
enterohepatik
Eliminasi : Waktu paruh 3 jam. Sampai 30 % diekresikan dalam urin 60% - 65% dalam feses
Efek samping :
CNS: fatigue, drowsiness, nyeri kepala, ataxia, kebingungan, pusing, ketidak mampuan
berkonsentrasi, mati rasa secara umum, nyeri pada ekstremitas, kelemahan otot, gangguan
penglihatan , konjungtivitis, hilangnya pendengaran frekuensi rendah, secara sementara.
GI : heart burn, distress epigastrium, mual, muntah, anoreksia, flaturens, kram, diare,
kolitis pseudomembran
Hematologi : Trombositopenia, leukopeni sementara, anemia, meliputi (termasuk) anemia
hemolitik
Hypersensitivitas : panas, pruritis, urtikaria, erupsi kulit, rasa sakit pada mulut dan lidah,
eosinophilia, hemolisis
Ginjal : hemoglobinuria, hematuria, Akut Renal Failure
Lain-lain: hemoptisis, light-chain proteinuria, sindrom flulike, gangguan menstruasi, sindroma
hepatorenal (dengan terapi intermitten). Peningkatan sementara pada tes fungsi hati (bilirubin,
BSP, alkaline fosfatase,ALT,AST), pankreatitis
Overdosis: Gejala GI, meningkatnya lethargi, pembesaran liver dan pengerasan, jaundice,
berkeringat, saliva, air mata, feces
Implikasi Perawatan
Kapsul bisa dibuka diisi dan diminum/diteguk dengan air atau dicampur dengan makanan
Suspensi oral dapat disiapkan dari kapsul untuk digunakan pada pasien pediatri
Berikan 1 jam sebelum atau 2 jam setelah makan. Puncak dari tingkat serum diperlambat
dan mungkin agak rendah ketika diberikan dengan makanan
Pengawetan seharusnya dijaga dalam kapsul yang dikemas dalam botol , dapat menjadi
tidak stabil dalam keadaan lembab
Pengkajian dan efek obat
Tes serologi dan kerentanan seharusnya ditentukan paling utama selama dan dalam
keadaan / waktu kultur positif
Disarankan tes fungsi hepatik secara periodik . Pasien dengan penyakit hepar harus
dimonitor secara tertutup (closely)
Jika pasien juga mendapat anti koagulan , waktu protrombin seharusnya ditentukan secara
harian atau seringkali untuk membuat dan menjaga aktifitas antikoagulan
Pendidikan kepada pasien dan keluarga
Informasikan kepada pasien bahwa obat bisa memberi warna pada urin merah -oranye,
feces, sputum, keringat dan air mata. Terutama yang menggunakan kontak lensa atau kaca
berwarna lainnya yang permanen
Puncak : 2 jam
Efek samping :
Astralgia, aktif gout, kesulitan dalam kencing, nyeri kepala, fotosensitif, urtikaria, skin rash
(jarang), anemia hemolitik, splenomegali, limphadenopathy, hemoptisis, peptik ulser, uric asid
dalam serum, hepatotoksik, tes fungsi ginjal yang abnormal, penurunan plasma protrombin.
Implikasi perawatan
Obat seharusnya tidak dilanjutkan jika ada reaksi hepar (jaundice,pruritis, sklera ikterik,
yellow skin) atau hyperursemia dan akut gout
Efek obat
Pasien harus diperiksa secara teratur , dan kemungkinan adanya tanda toksik: pembesaran
hepar, jaundice, kerusakan integritas vaskuler (echymosis, ptekie, perdarahan abnormal)
Reaksi hepar lebih sering terjadi pada pasien yang diberikan dosis tinggi
Tes fungsi liver (AST, ALT, serum bilirubin) harus diperiksa 2-4 minggu selama terapi
Pasien seharusnya berkeinginan untuk intake cairan 2000 ml/hari jika memungkinkan
Pasien dengan diabetes melitus seharusnya terbuka untuk memonitor dan meminta saran
terhadap kemungkinan kehilangan kontrol glikemia
5. Nama obat : Aldactone
Dosis : 2 x 100 mg
Farmakokinetik :
Eliminasi : Waktu paruh : 1,3 - 2,4 Jam parent kompound, 18 - 32 jam dimetabolisme, 40
- 57% di ekskresikan didalam urin , 35 - 40% di dalam empedu.
Efek samping :
Haluskan tablet sebelum diberikan dengan cairan yang dipilih oleh pasien.
Obat disimpan dalam tempat tertutup, dalam kemasan tahan cahaya, dalam bentuk
suspensi lebih tahan dalam waktu I bulan dibawah refrigeration.
Serum elektrolit harus dimonitor, terutama selama permulaan terapi dan siapkan bila ada
tanda-tanda ketidak seimbangan elektrolit.
Monitor intake dan output setiap hari dan cek adanya edema, laporkan kekurangan respon
diuretik atau perkembangan odem.
Laporkan bila ada efek perubahan mental, letargi, stupor pada pasien dengan penyakit
hati.
Reaksi yang merugikan, terjadi reversibel yang umum dengan tidak dilanjutkan obat.
Ginekomastik yang dihubungkan dengan dosis dan durasi terapi. Ini semua dilakukan walaupun
obat telah dihentikan.
Informasikan pada pasien dan keluarga efek obat deuretik yang maksimal mungkin tidak
terjadi sampai 3 hari pemberian terapi. Dan deuretik kontinue untuk 2-3 hari setelah obat
dihentikan.
Intruksikan pasien untuk melaporkan tanda dari hiponatremi, yang lebih sering terjadi pada
pasien dengan serosis berat.
Umumnya pasien harus menghindarkan intake yang belebihan dari makanan yang tinggi
potasium dan garam.
2.
3.
4.
Kurang Pengetahuan
5.
Daftar Pustaka
Alsagaff Hood, Abdul Mukty, (1995). Dasar Dasar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga University
Press. Surabaya.
Amin muhammad, Hood Alsagaff. (1989). Pengantar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga University
Press. Surabaya.
B.AC,Syaifudin, Anatomi dan fisiologi untuk perawat. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Blac,MJ Jacob. (1993). l.uckman & Sorensens Medical surgical Nursing A Phsycopsicologyc
Approach. W.B. Saunders Company. Philapidelpia.
Carpenito, Lynda Juall. (1995). Diagnosa keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik. Edisi 6,
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Carpenito, Lynda Juall. (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Edisi. 2. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Engram Barbara. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume 1. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Ganong F. William. (1998). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 17. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta.
Gibson, John, MD. (1995). Anatomi Dan Fisiologi Modern Untuk Perawat.Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Hudak & Gallo, ( 1997 ). Keperawatan kritis : suatu pendekatan holistic,Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta
Laboratorium Ilmu Penyakit Paru FK UNAIR. (1994). Dasar Dasar Diagnostik Fisik Paru.
Surabaya.
Mansjoer, Arif., et all. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran UI : Media
Aescullapius Jakarta.
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo. (1994). Pedoman Diagnosis dan Terapi Lab/UPF Ilmu
Penyakit Paru. Airlangga University Press. Surabaya.
Soeparman, Sarwono Waspadji. (1990). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit
FKUI. Jakarta.
Susan Martin Tucker. (1998). Standar Perawatan Klien. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Sylvia Anderson Price, Lorraine McCarty Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Klinis Proses Proses Penyakit. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Diagnosa Keperawatan
Bersihan Jalan Nafas tidak
Efektif
Definisi :
Ketidakmampuan untuk
membersihkan sekresi atau
obstruksi dari saluran
pernafasan untuk
mempertahankan
kebersihan jalan nafas.
Intervensi
NOC :
NIC :
v Respiratory status :
Ventilation
Airway suction
v Respiratory status :
Airway patency
v Aspiration Control
Pastikan kebutuhan
oral / tracheal suctioning
Auskultasi suara nafas
sebelum dan sesudah
suctioning.
Informasikan pada
klien dan keluarga tentang
v Mendemonstrasikan suctioning
batuk efektif dan
Minta klien nafas
Batasan Karakteristik :
suara nafas yang
dalam sebelum suction
bersih,
tidak
ada
Dispneu, Penurunan
dilakukan.
sianosis
dan
dyspneu
suara nafas
(mampu
Berikan O2 dengan
Orthopneu
mengeluarkan sputum, menggunakan nasal untuk
mampu bernafas
memfasilitasi suksion
Cyanosis
dengan mudah, tidak
nasotrakeal
ada pursed lips)
Kelainan suara
Gunakan alat yang
nafas (rales, wheezing)
v Menunjukkan jalan steril sitiap melakukan
tindakan
Kesulitan berbicara nafas yang paten
(klien tidak merasa
Batuk, tidak
tercekik, irama nafas, Anjurkan pasien untuk
istirahat dan napas dalam
efekotif atau tidak ada
frekuensi pernafasan
dalam rentang normal, setelah kateter dikeluarkan
Mata melebar
dari nasotrakeal
tidak ada suara nafas
abnormal)
Produksi sputum
Monitor status oksigen
pasien
Kriteria Hasil :
Gelisah
Perubahan
frekuensi dan irama nafas
Faktor-faktor yang
berhubungan:
Lingkungan :
merokok, menghirup asap
rokok, perokok pasif-POK,
infeksi
Fisiologis :
disfungsi neuromuskular,
hiperplasia dinding
bronkus, alergi jalan nafas,
asma.
Obstruksi jalan
nafas : spasme jalan nafas,
sekresi tertahan,
banyaknya mukus, adanya
jalan nafas buatan, sekresi
bronkus, adanya eksudat di
alveolus, adanya benda
asing di jalan nafas.
v Mampu
mengidentifikasikan
dan mencegah factor
yang dapat
menghambat jalan
nafas
Ajarkan keluarga
bagaimana cara
melakukan suksion
Hentikan suksion dan
berikan oksigen apabila
pasien menunjukkan
bradikardi, peningkatan
saturasi O2, dll.
Airway Management
Posisikan pasien
untuk memaksimalkan
ventilasi
Identifikasi pasien
perlunya pemasangan alat
jalan nafas buatan
Lakukan fisioterapi
dada jika perlu
Keluarkan sekret
dengan batuk atau suction
Auskultasi suara
nafas, catat adanya suara
tambahan
Lakukan suction
pada mayo
Berikan
bronkodilator bila perlu
Berikan pelembab
udara Kassa basah NaCl
Lembab
Monitor respirasi
dan status O2
2
NOC :
NIC :
v Respiratory status :
Ventilation
Airway Management
v Respiratory status :
Airway patency
v Vital sign Status
Batasan karakteristik :
Kriteria Hasil :
- Penurunan tekanan
inspirasi/ekspirasi
v Mendemonstrasikan
batuk efektif dan
suara nafas yang
bersih, tidak ada
sianosis dan dyspneu
(mampu
mengeluarkan sputum,
mampu bernafas
dengan mudah, tidak
ada pursed lips)
- Penurunan pertukaran
udara per menit
- Menggunakan otot
pernafasan tambahan
-
Nasal flaring
Dyspnea
Orthopnea
- Perubahan
penyimpangan dada
-
Nafas pendek
- Assumption of 3-point
position
v Menunjukkan jalan
nafas yang paten
(klien tidak merasa
tercekik, irama nafas,
frekuensi pernafasan
dalam rentang normal,
tidak ada suara nafas
abnormal)
v Tanda Tanda vital
Posisikan pasien
untuk memaksimalkan
ventilasi
Identifikasi pasien
perlunya pemasangan alat
jalan nafas buatan
Lakukan fisioterapi
dada jika perlu
Keluarkan sekret
dengan batuk atau suction
Auskultasi suara
nafas, catat adanya suara
tambahan
Lakukan suction
pada mayo
Berikan
bronkodilator bila perlu
Pernafasan pursed-lip
- Tahap ekspirasi
berlangsung sangat lama
Berikan pelembab
udara Kassa basah NaCl
Lembab
- Peningkatan diameter
anterior-posterior
- Pernafasan ratarata/minimal
Monitor respirasi
dan status O2
Kedalaman pernafasan
Dewasa volume
tidalnya 500 ml saat
istirahat
Bayi volume tidalnya 68 ml/Kg
-
Timing rasio
- Penurunan kapasitas
vital
Terapi Oksigen
v Bersihkan mulut,
hidung dan secret trakea
v Pertahankan jalan nafas
yang paten
v Atur peralatan
oksigenasi
v Monitor aliran oksigen
v Pertahankan posisi
pasien
v Onservasi adanya tanda
tanda hipoventilasi
v Monitor adanya
kecemasan pasien
terhadap oksigenasi
Hiperventilasi
Deformitas tulang
Kelainan bentuk
dinding dada
Penurunan
energi/kelelahan
tekanan darah
Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau
berdiri
Perusakan/pelemaha
n muskulo-skeletal
-
Obesitas
Posisi tubuh
Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan
Kelelahan otot
pernafasan
Hipoventilasi
sindrom
-
Nyeri
Kecemasan
Disfungsi
Neuromuskuler
Kerusakan
persepsi/kognitif
Monitor pola
pernapasan abnormal
Perlukaan pada
jaringan syaraf tulang
belakang
Imaturitas
Neurologis
Monitor adanya
cushing triad (tekanan
nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan
sistolik)
Identifikasi penyebab
dari perubahan vital sign
NOC :
NIC :
v Respiratory Status :
Gas exchange
Airway Management
v Respiratory Status :
Batasan karakteristik :
Gangguan penglihatan
Penurunan CO2
Takikardi
Hiperkapnia
Keletihan
somnolen
Iritabilitas
Hypoxia
kebingungan
Dyspnoe
nasal faring
AGD Normal
sianosis
warna kulit abnormal
(pucat, kehitaman)
Hipoksemia
hiperkarbia
ventilation
Posisikan pasien
untuk memaksimalkan
ventilasi
Kriteria Hasil :
v Mendemonstrasikan
Identifikasi pasien
peningkatan ventilasi perlunya pemasangan alat
dan oksigenasi yang
jalan nafas buatan
adekuat
Lakukan fisioterapi
tanda distress
dada jika perlu
pernafasan
Keluarkan sekret
v Mendemonstrasikan dengan batuk atau suction
batuk efektif dan
Auskultasi suara
suara nafas yang
nafas, catat adanya suara
bersih, tidak ada
tambahan
sianosis dan dyspneu
(mampu
Lakukan suction
mengeluarkan sputum, pada mayo
mampu bernafas
Berika
dengan mudah, tidak
bronkodilator bial perlu
ada pursed lips)
v Tanda tanda vital
dalam rentang normal
Barikan pelembab
udara
Monitor respirasi
dan status O2
Respiratory Monitoring
usaha respirasi
Faktor faktor yang
berhubungan :
Catat pergerakan
dada,amati kesimetrisan,
penggunaan otot
tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan
intercostal
ketidakseimbangan
perfusi ventilasi
perubahan membran
kapiler-alveolar
Monitor suara
nafas, seperti dengkur
Monitor pola
nafas : bradipena,
takipenia, kussmaul,
hiperventilasi, cheyne
stokes, biot
Monitor kelelahan
otot diagfragma (gerakan
paradoksis)
Auskultasi suara
nafas, catat area
penurunan / tidak adanya
ventilasi dan suara
tambahan
Tentukan
kebutuhan suction dengan
mengauskultasi crakles
dan ronkhi pada jalan
napas utama
auskultasi suara
paru setelah tindakan
untuk mengetahui hasilnya
4
Kurang Pengetahuan
NOC :
NIC :
v Kowlwdge :
disease process
Berikan penilaian
Definisi :
Tidak adanya atau
kurangnya informasi
kognitif sehubungan
dengan topic spesifik.
Batasan karakteristik :
memverbalisasikan adanya
masalah, ketidakakuratan
mengikuti instruksi,
perilaku tidak sesuai.
v Kowledge : health
Behavior
tentang tingkat
pengetahuan pasien
tentang proses penyakit
yang spesifik
Kriteria Hasil :
2.
Jelaskan
patofisiologi dari penyakit
dan bagaimana hal ini
berhubungan dengan
anatomi dan fisiologi,
dengan cara yang tepat.
3.
Gambarkan tanda
dan gejala yang biasa
muncul pada penyakit,
dengan cara yang tepat
4.
Gambarkan proses
penyakit, dengan cara
yang tepat
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh
Batasan karakteristik :
NOC :
NIC :
v Nutritional Status :
food and Fluid Intake
Nutrition Management
Kriteria Hasil :
v Adanya
peningkatan berat
badan sesuai dengan
tujuan
v Berat badan ideal
- Dilaporkan adanya
intake makanan yang
kurang dari RDA
(Recomended Daily
Allowance)
v Mampu
mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
v Tidak terjadi
penurunan berat badan Berikan makanan yang
yang berarti
terpilih ( sudah
dikonsultasikan dengan
ahli gizi)
Ajarkan pasien
bagaimana membuat
catatan makanan harian.
Monitor jumlah nutrisi
dan kandungan kalori
Berikan informasi
tentang kebutuhan nutrisi
- Dilaporkan adanya
perubahan sensasi rasa
Kaji kemampuan
pasien untuk mendapatkan
nutrisi yang dibutuhkan
- Perasaan
ketidakmampuan untuk
mengunyah makanan
Nutrition Monitoring
Miskonsepsi
- Kehilangan BB dengan
makanan cukup
- Keengganan untuk
makan
- Nyeri abdominal
dengan atau tanpa patologi
- Kurang berminat
terhadap makanan
Monitor lingkungan
selama makan
Jadwalkan
pengobatan dan tindakan
tidak selama jam makan
- Kurangnya informasi,
misinformasi
Faktor-faktor yang
berhubungan :
Ketidakmampuan
pemasukan atau mencerna
makanan atau
mengabsorpsi zat-zat gizi
berhubungan dengan
faktor biologis, psikologis
atau ekonomi.