Você está na página 1de 6

Audit Teknologi Informasi Dengan ITIL

Pada UPT. Pusdalops PB BPBD Provinsi Bali


Ida Bagus Gede Widnyana Putra, S.Kom
Program Magister Teknik Elektro, Bidang Studi Manajemen Sistem Informasi dan Komputer, Universitas Udayana
Jalan Sudirman, Denpasar, Bali
guswid83@gmail.com
AbstrakKeberadaan layanan teknologi informasi di suatu
organisasi selain memberikan keuntungan juga memiliki
berbagai resiko apabila tidak di manajemen dengan baik.
Sebagaimana ditemukan di organisasi lain pemanfaatan
teknologi informasi di UPT. Pusdalops PB BPBD Provinsi Bali
pada sistem peringatan dini tsunami juga memiliki resiko yang
dapat berakibat fatal apabila tidak dimanajemen dengan baik.
Audit TI dapat dijadikan solusi untuk mengevaluasi penerapan
suatu TI dalam suatu organisasi. ITIL sebagai suatu kerangka
kerja manajemen layanan TI dapat dijadikan panduan dalam
meningkatkan layanan TI. Fokus dari penelitian ini adalah
audit TI pada Sistem Peringatan Dini Tsunami pada UPT.
Pusdalops PB BPBD Provinsi Bali dengan ITIL V.3. Hasil dari
penelitian ini berupa tingkat kematangan (Maturity Level) dari
layanan TI serta rekomendasi untuk peningkatan layanan TI
pada UPT. Pusdalops PB BPBD Provinsi Bali.
Kata kunci : ITIL, Maturity Model, Audit TI

I.

PENDAHULUAN

Bali terletak sangat dekat dengan zona tumbukan (atau


subduction zone) antara Lempeng Indo-Australia dan
Lempeng Eurasia. Zona tumbukan ini merupakan kawasan
yang menjadi sumber utama untuk tsunami lokal yang bisa
berdampak pada pulau Bali. Diperkirakan bahwa gelombang
tsunami hanya membutuhkan waktu antara 30-60 menit
untuk mencapai pesisir pantai Bali. Oleh karena itu waktu
untuk memberikan peringatan dini sangatlah singkat [1].
Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab
dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana, mulai dari
tahap pra bencana, saat bencana sampai dengan
pascabencana [2]. Untuk menangani berbagai bencana yang
berpotensi terjadi di Bali, Pemerintah Provinsi Bali telah
membentuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) sebagai pusat komando penanggulangan bencana di
Bali, dimana UPT. Pusdalops PB BPBD Provinsi Bali
sebagai pusat pengendalian operasi penanggulangan bencana
[3]. Untuk mendukung fungsi Sistem Peringatan Dini
khususnya bencana Tsunami, UPT. Pusdalops PB BPBD
Provinsi Bali telah membangun Tsunami Early Warning
System (TEWS) yang akan berperan dalam Sistem
Peringatan Dini Tsunami (SPDT) di Bali. SPDT ini juga
didukung dengan fasilitas teknologi informasi dan
komunikasi sebagai penunjang kegiatan SPDT.
Sebagaimana ditemukan di organisasi lain pemanfaatan
teknologi informasi (TI) di UPT. Pusdalops PB Provinsi Bali

memiliki risiko yang umum terjadi seperti rusak dan


hilangnya data, ketidakakuratan dan ketidaklengkapan data,
inefisiensi penggunaan sumber daya TI, ketidakpatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan, sampai kepada
tidak tercapainya tujuan organisasi. Sehubungan dengan itu,
untuk membangun tata kelola TI yang baik dan mengurangi
risiko dari penerapan TI perlu dilakukan audit TI pada suatu
organisasi. Information Technology Infrastructure Library
(ITIL) sebagai suatu kerangka kerja manajemen layanan TI
dapat digunakan sebagai panduan dalam melakukan audit
yang dapat memberikan rekomendasi langkah-langkah untuk
dapat mengoptimalkan pemanfaatan TI [4][5].
Sejalan dengan masalah yang ada dan untuk memperoleh
manfaat yang optimal mulai dari perencanaan, perangcangan,
proses transisi, operasional serta pengembangan dan evaluasi
yang berkelanjutan dari layanan TI yang telah dibangun di
UPT. Pusdalops PB BPBD Provinsi Bali khususnya pada
Sistem Peringatan Dini Tsunami maka perlu dilakukan audit
teknologi informasi yang mengacu pada kerangka kerja ITIL
V.3. Dengan melaksanakan audit ini diharapkan dapat
memberikan rekomendasi mengenai langkah-langkah yang
perlu dilakukan dalam meningkatkan pelayanan UPT.
Pusdalops PB BPBD Provinsi Bali dalam Sistem Peringatan
Dini Tsunami.
II.

KAJIAN PUSTAKA

A.Audit Teknologi Informasi


Audit IT Governance membutuhkan pengetahuan yang
lebih dibandingkan audit Sistem Informasi biasa karena
auditor TI harus mengevaluasi sejauh mana TI mendukung
strategi bisnis. Audit sistem informasi umumnya digunakan
untuk menjelaskan perbedaan jenis aktivitas yang terkait
dengan komputer. Seperti untuk menjelaskan pengkajian
ulang proses dan evaluasi pengendalian internal dalam
sebuah sistem pemrosesan data elektronik. Sementara audit
IT Governance mencakup lingkup yang lebih luas, bertujuan
untuk memeriksa apakah tata kelola sumber daya TI
(termasuk di dalamnya manajemen organisasi dan pimpinan)
dapat mendukung dan sejalan dengan strategi bisnis [10].
B.Information Technology Infrastructure Library (ITIL)
ITIL adalah suatu rangkaian konsep dan teknik
pengelolaan infrastuktur, pengembangan, serta operasi TI.
ITIL seringkali dijadikan acuan dalam pelaksanaan IT

Service Management (ITSM) suatu organisasi. ITIL


mendeskripsikan secara detil proses, prosedur, tugas dan
ceklist untuk membangun integrasi antara TI dengan strategi
organisasi, memberikan value, dan mempertahankan level
minimum kompetensi. ITIL merupakan panduan dalam
melakukan perencanaan, desain, transisi, operasional dan
peningkatan layanan IT secara berkesinambungan dalam
perusahaan [4].
ITIL dikembangkan oleh Office of Government
Commerce (OGC) di Inggris. ITIL dibuat dari kumpulan best
practices yang ditemukan dalam area layanan TI. Tujuan
dikembangkannya ITIL adalah membuat suatu kerangka
kerja yang dapat digunakan oleh suatu organisasi sebagai
panduan untuk menajemen TI yang digunakan. ITIL versi
ketiga dirilis pada 30 Juni 2007, terdiri dari 5 bagian utama
dan lebih menekankan pada pengelolaan siklus hidup layanan
TI. Kelima bagian tersebut adalah Service Strategy, Service
Design, Service Transition, Service Operation, dan
Continual Service Improvement [5][6][7][8].
Menurut ITIL, TI bisa dikatakan sebagai sebuah layanan
jika mengandung tiga aspek yaitu dapat membantu pelanggan
mencapai tujuan, pelanggan tidak perlu membeli peralatan
dan infrastruktur yang dibutuhkan, dan resiko menjadi
tanggung jawab penyedia layanan. Sebuah layanan bisa
memberikan value jika sudah memberikan garansi terhadap
empat aspek berikut: availabiliity, capacity, security dan
continuity. Aspek-aspek tersebut biasanya menjadi
komponen dalam Service Level Agreement (SLA) [9].

Pada gambar diatas, menunjukan bahwa service strategy


diletakan dipusat dari modul lainnya, yang mana ini berarti
bahwa service strategy memberikan praktek dan teknik, serta
arahan dalam hal bagaimana untuk merancang,
mengembangkan,
dan
mengimplementasi
service
management dari perspektif kemampuan organisasi dan aset
strategik. Serta mengarahkan prinsip prinsip
yang
mendasari service management yang berguna untuk
mengembangkan kebijakan yang ada didalamnya, dan proses
diseluruh siklus layanan ITIL. Definisi lainnya dari Service
Strategy yaitu yang menspesifikasikan setiap tahap dari
siklus layanan agar harus tetap fokus pada business case,
dengan menetapkan tujuan bisnis, kebutuhan, dan prinsip
service management.
2. Service Design (SD)
Memberikan
arahan
untuk
merancang
dan
mengembangkan layanan serta proses layanan tersebut. Yang
meliputi prinsip rancangan dan metode untuk merubah tujuan
strategik ke dalam portofolio layanan dan aset layanan.
Ruang lingkup dari service design ini meliputi perubahan dan
perbaikan atau pengembangan yang diperlukan untuk
meningkatkan atau mempertahankan serta mengelola nilai
kepada pelanggan dalam siklus layanan, layanan
berkelanjutan, pencapaian tingkat layanan dan kesesuaian
terhadap standar dan peraturan. Juga memamdu organisasi
mengenai
bagaimana
mengembangkan
kemampuan
merancang untuk service management. Selain itu juga
memastikan bahwa infrastruktur teknologi informasi yang
ada harus mencakup fit for purpose dan fit for use.
3. Service Trasition (ST)
Mengarahkan dalam hal pengembangan dan perbaikan
atau peningkatan kemampuan dalam masa transisi layanan
yang baru dan berubah menjadi operasi. Juga mengarahkan
pada bagaimana kebutuhan service strategy diletakan dalam
service design yang efektif untuk operasional layanan ketika
mengelola resiko kegagalan dan gangguan. Pada bagian ini,
framework ITIL menggabungkan prektek didalam release
management, program management, dan risk management
yang menempatkannya didalam konteks praktikal service
management.
4. Service Operation (SO)

Gambar 1. ITIL V.3

Penjelasan dari masing-masing tahapan dalam siklus


layanan TI dalam ITIL Versi 3 sebagai berikut :
1. Service Strategy (SS)

Mewujudkan praktek didalam pengelolaan Service


Operation. Termasuk mengarahkan dalam mencapai
efektifitas dan efisiensi dalam
menyampaikan dan
mendukung layanan supaya memastikan agar nilai kepada
pelanggan dan kepada pemberi layanan. Dimana Service
Operation ini mengarah pada keseharian pengelolaan dan
operasional pada layanan bisnis IT.
5. Continual Service Improvement (CSI)
Meliputi instrumental arahan dalam membuat dan
mengelola nilai kepada pelanggan melalui rancangan yang
lebih baik, praktikan dan metode dari pengelolaan kualitas,

pengelolaan perubahan, dan perbaikan kemampuan. Yang


belajar untuk menyatakan peningkatan dan perbaikan pada
skala besar dalam hal kualitas layanan, efisiensi operasional
dan bisnis berkelanjutan.
C.Maturity Model
Maturity model di desain sebagai profil dari IT
proses
yang
merupakan
penggambaran
kondisi
perusahaan saat ini dari kondisi yang diharapkan. Maturity
model menggunakan suatu metode penilaian sehingga
suatu organisasi dapat menilai dirinya sendiri dari nonexistence ke optimised (dari 0 ke 5). Pendekatan ini
dikembangkan dari maturity model yang digunakan oleh
Software Engineering Institute untuk menilai kemapanan
pengembangan software.
Dalam ISAC Foundation, untuk memetakan status
kematangan proses- proses teknologi informasi dalam skala
0 5. Penjelasan lebih rinci mengenai skala 0 5 sebagai
berikut :
1.

Skala 0 : Non-Existent;
Sama sekali tidak ada proses IT yang diidentifikasi.
Perusahaan belum menyadari adanya isu yang harus
dibahas.

2.

Skala 2 : Repeatable but Intuitive;


Perusahaan sudah mulai memilliki prosedur dalam
proses teknologi informasi tetapi tidak ada pelatihan dan
komunikasi formal tentang prosedur standar tersebut.
Tanggung jawab terhadap proses tersebut masih
dibebankan pada individu dan tingkat ketergantungan
pada kemampuan individu sangat besar sehingga terjadi
kesalahan.

4.

Skala 3 : Defined Process;


Prosedur
di
perusahaan
sudah
distandarisasi,
terdokumentasi, dan dikomunikasikan melalui pelatihan
tetapi implementasi masih tergantung pada individu
apakah mau mengikuti prosedur tersebut atau tidak.
Prosedur yang dibuat tersebut tidak rumit, hanya
merupakan formalisasi kegiatan yang sudah ada.

5.

Proses yang ada sudah mencapai best practice melalui


proses perbaikan yang terus menerus. Teknologi
informasi
sudah
digunakan
terintegrasi
untuk
otomatisasi
proses
kerja
dalam
perusahaan,
meningkatkan kualitas, efektivitas, serta kemampuan
beradaptasi terhadap perusahaan.
D.Profil UPT. Pusdalops PB BPBD Provinsi Bali
UPT. Pusdalops PB BPBD Provinsi Bali yang beralamat
di Jalan DI Panjaitan No. 6 Denpasar adalah suatu unit
pelaksana teknis pusat pengendalian operasi penanggulangan
bencana Provinsi Bali yang bertanggung jawab kepada
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) Provinsi Bali. UPT PUSDALOPS PB dipimpin oleh
Kepala UPT PUSDALOPS PB dan dibantu oleh satu Kepala
Sub Bagian Tata Usaha dan dua Kepala Seksi, yaitu Kepala
Seksi Peringatan Dini, Data, dan Pelayanan Informasi
Kebencanaan dan Kepala Seksi Tanggap Darurat dan
Pelayanan Kegawatdaruratan. PUSDALOPS PB memiliki
empat fungsi yaitu :
1.

Skala 4 : Managed and Measurable;


Perusahaan dapat mengukur dan memonitor prosedur
yang ada sehingga mudah ditanggulangi jika terjadi
penyimpangan. Proses yang ada sudah berjalan dengan
baik dan konstan. Otomasi dan perangkat teknologi
informasi yang digunakan terbatas.

Pusat Data dan Informasi Kebencanaan;


Fungsi Pusat Data dan Informasi Kebencanaan adalah
sebagai penerima, pengolah, dan pendistribusi informasi.

Skala 1 : Initial;
Perusahaan sudah mulai mengenali proses teknologi
informasi di perusahaannya, belum ada standarisasi,
dilakukan secara individual, dan tidak terorganisasi.
Terdapat bukti yang memperlihatkan perusahaan telah
menyadari adanya isu yang perlu dibahas. Tidak ada
proses yang baku; sebagai gantinya ada pendekatan
khusus ( adhoc) yang cenderung diterapkan per kasus.
Pendekatan manajemen secara keseluruhan masih belum
terorganisasi.

3.

Skala 5 : Optimized;

2.

Sistem Peringatan Dini;


Fungsi Sistem Peringatan Dini adalah menerima,
mengolah, dan meneruskan peringatan dini kepada
instansi terkait dan masyarakat.

3.

Operasi Tanggap Darurat;


Fungsi Operasi Tanggap Darurat adalah memfasilitasi
pengerahan sumber daya untuk penanganan tanggap
darurat bencana secara cepat tepat, efisien dan efektif.

4.

Pelayanan Kegawatdaruratan (ESR).


Fungsi Pelayanan Kegawatdaruratan (Emergency Service
Response/ESR)
adalah
mengendalikan
(mengkomunikasikan,
mengkoordinasikan,
dan
menindaklanjuti)
sistem
pelayanan
keamanan,
kenyamanan, dan ketertiban kepada masyarakat secara
cepat, tepat, serta terpadu dengan memberdayakan
sumber daya dan teknologi yang ada di instansi dan
lembaga terkait lainnya.

Rantai Sistem Peringatan Dini Tsunami di Bali digambarkan


pada Gambar 2.

2.

Tahap Pengumpulan Data


Input yang didapat merupakan output berupa jadwal
penelitian, target responden, dan hal-hal yang menjadi objek
penelitian. Tahap pengumpulan data dilakukan dengan
melakukan wawancara kepada Pejabat dan staf di UPT.
Pusdalops PB Provinsi Bali. Wawancara bertujuan untuk
mendapatkan sebagian bukti mengenai Audit Sistem
Peringatan Dini Tsunami pada layanan IT ITIL V.3.

3.

Tahap Pengolahan Data


Hasil observasi kemudian diolah untuk dikroscek dengan
melakukan wawancara lebih detail dan survey atau observasi
ke lapangan untuk mengetahui kebenaran bukti dengan
melihat dokumen serta proses implementasi sistem di
lapangan.

Gambar 2. Rantai Peringatan Dini Tsunami

4.

Perangkat Yang Digunakan Untuk Melaksanakan Rantai


Peringatan Dini Tsunami sebagai berikut :
a. Perangkat Penerima Informasi dari Tingkat Pusat
1) Digital Video Broadcasting DVB
2) Telephone/Fax
3) Layanan Pesan Singkat Short Message Service
(SMS)/SMS Gateway
4) Web side Internet
5) Radio 2 arah HF, UHF dan VHF
b.

Perangkat Penyebaran Peringatan Kepada Masyarakat


1) Sistem Aktivasi Sirene Tsunami
2) Radio dua arah dalam saluran HF, VHF, maupun UHF
3) DVB WRS client, SMS gateway, Networking provider
4) Lokal Media (TV, radio pemerintah dan swasta).
5) Kulkul (kentongan).
III.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian dilakukan melalui observasi terhadap


orang-orang, keadaan, atau institusi dalam keadaan yang
sebenarnya terjadi dengan indikator dalam siklus layanan TI
pada framework ITIL V.3. Objek penelitian ini adalah
staff/karyawan yang berhubungan dengan Sistem Peringatan
Dini Tsunami, dalam hal ini Kepala UPT. Pusdalops PB
Provinsi Bali, Kasubag TU, Kasi. Peringatan Dini Tsunami,
Kordinator Piket dan anggota Piket 24/7 di UPT. Pusdalops
PB Provinsi Bali. Observasi dilakukan pada pihak yang
memiliki keterkaitan, tujuannya untuk menghemat waktu,
tenaga dan biaya sehingga penelitian berjalan efektif dan
efisien.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan
pelaksanaan audit ini adalah sebagai berikut :
1.

Tahap Penilaian/Analisi Data


Setelah data diperoleh kemudian diolah, dianalisa,dan
kemudian akan diketahui temuan-temuan atas audit
berdasarkan wawancara dan bukti-bukti serta kesesuaian
dengan studi literatur. Hasil berupa rekomendasi yang
merujuk dari hasil analisis data.
Teknik pengujian audit teknologi informasi ini
menggunakan skala Likert yaitu suatu skala psikometrik
yang umum digunakan dalam kuesioner dan merupakan
skala yang paling banyak digunakan dalam riset berupa
survei. Sewaktu menanggapi pertanyaan dalam skala Likert,
auditor menentukan tingkat persetujuan terhadap suatu
pernyataan dengan memilih salah satu dari pilihan yang
tersedia. Pada penilaian indikator penelitian ini disediakan
lima pilihan skala seperti pada Tabel 1. Dari hasil
perhitungan penilaian indikator berdasarkan skala Likert
maka akan diperoleh hasil analisa dari proses audit teknologi
informasi yang akan menentukan tingkat kematangan
(Maturity Level) pada setiap siklus layanan yang tersedia
dalam framework IT Infrastructure Library V.3
TABEL 1. SKALA LIKERT
Nilai
1
2
3
4
5

Keterangan
Sangat Tidak Baik
Kurang Baik
Cukup
Baik
Sangat Baik

Untuk menentukan status kematangan dari setiap siklus


dalam kerangka kerja ITIL yang berupa nilai rata-rata dari
nilai bobot yang diberikan oleh auditor digunakan rumus (1).

dalam

Tahap Persiapan
Mencari dan mengumpulkan berbagai literatur yang
mendukung penelitian dan pemahaman materi penelitian.
Beberapa literatur didapatkan dari jurnal (baik nasional
maupun internasional) dan buku-buku. Pada tahap pertama
akan diperoleh pemahaman tentang kerangka kerja ITIL,
penyusunan jadwal pelaksanaan audit, apa yang akan
menjadi objek penelitian, teknik penilaian, penyusunan
indikator penilaian, target responden, dan beberapa hal yang
akan diteliti.

Jumlah bobot nilai


Nilai Rata-Rata =Jumlah pertanyaan

IV.

(1)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil wawancara dan observasi serta melakukan uji


petik terhadap keadaan sebenarnya dilokasi terhadap proses
layanan TI yang diberikan pada Sistem Peringatan Dini
Tsunami di UPT. Pusdalops PB BPBD Provinsi Bali maka
dapat ditentukan kedudukan layanan TI pada masing-masing
siklus TI yang ditunjukkan pada tabel 2 sampai tabel 6.

Tabel 2 memperlihatkan bobot nilai yang diberikan dari


siklus Service Strategy dari SPDT. Total rata-rata dihitung
menggunakan rumus (1) yang akan menunjukkan status
kematangan layanan TI dari masing-masing siklus.

Adanya validasi terhadap layanan

Adanya proses testing sistem sebelum


diimplementasikan
Setiap permohonan untuk perubahan
tercatat terkait dengan dampak dari
masalah serta urgensinya.
Adanya evaluasi terhadap perubahan dari
rencana sistem yang telah disepakati

TABEL 2. INDIKATOR PENILAIAN SERVICE STRATEGY MATURITY LEVEL


No
1

PERNYATAAN
Tersedia Layanan IT untuk mendukung
obyektif/fungsi organisasi, atau dikenal
dengan IT Service Portfolio (3-5 thn
kedepan)
Adanya pendefinisian yang jelas kepada
siapa saja layanan IT ini diberikan

Adanya prosedur pada setiap infrastruktur


pendukung sistem

Layanan TI yang digunakan menikuti


standarisasi dalam penyediaan layanan
teknologi
Tersedia anggaran yang cukup dalam
penyediaan layanan TI
Adanya rencana kebutuhan SDM
pengelola layanan
Adanya komitmen pimpinan dalam
penyediaan layanan TI

6
7
8

Total Rata-Rata

Bobot Nilai
2 3 4

Total Rata-Rata

No
1

Adanya disain arsitektur layanan TI yang


menterjemahkan rencana strategis yang
telah disepakati
Adanya desain kebutuhan infrastruktur

PERNYATAAN

Adanya menanjemen insiden

Adanya manajemen problem

Adanya manajemen akses

19/8 = 2,375

Bobot Nilai
2 3 4

Total Rata-Rata

11/5 = 2,2

Tabel 6 menunjukkan bobot nilai dan total nilai rata-rata


yang diberikan pada indikator penilaian untuk siklus service
operation.
TABEL 6. INDIKATOR PENILAIAN CONTINUAL SERVICE IMPROVEMENT
MATURITY LEVEL
No

PERNYATAAN
1

Adanya proses ujicoba sistem secara rutin


Adanya evaluasi terhadap sistem

Adanya desain keamanan dari SPDT

Adanya dokumen rekomendasi


pengembangan sistem

Adanya desain backup sistem dari SPDT

Adanya desain topologi jaringan sistem


SPDT

Total Rata-Rata

Bobot Nilai
2 3 4

9/3 = 3

13/6 = 2,166

Tabel 4 menunjukkan bobot nilai yang diberikan pada


indikator penilaian untuk siklus service transition pada SPDT
serta total rata-ratanya.
TABEL 4. INDIKATOR PENILAIAN SERVICE TRANSITION MATURITY LEVEL

Tersedia rencana transisi TI


Tersedia dukungan sumber daya terhadap
proses transisi dari rencana strategis,
desain ke operational aplikasi

1
2

Bobot Nilai
2 3 4

PERNYATAAN

Adanya desain aplikasi SPDT

No

14/6 = 2,33

Total Rata-Rata

Tersedia SOP implementasi dari sistem


SPDT
Adanya fungsi service desk

TABEL 5. INDIKATOR PENILAIAN SERVICE OPERATION MATURITY LEVEL

TABEL 3. INDIKATOR PENILAIAN SERVICE DESIGN MATURITY LEVEL


PERNYATAAN

Tabel 5 menunjukkan bobot nilai dan total nilai rata-rata


yang diberikan pada indikator penilaian untuk siklus service
operation.

Tabel 3 menunjukkan bobot nilai yang diberikan pada


indikator penilaian untuk siklus service design pada SPDT
serta total rata-ratanya.

No

Bobot Nilai
2 3 4

Dari hasil perhitungan perameter dari setiap layanan IT


dalam siklus ITIL V.3, maka didapatkan tingkat kedudukan
level kematangan berdasarkan masing-masing layanan ITIL
V.3. seperti terlihat pada Chart Maturty Level pada Gambar
3.

5.
Service Strategy

Continual Service Improvement

ITIL V.3

KESIMPULAN

Service Design

Kondis i S aat Ini

Service Operation

Service Transition

Gambar 3. Chart Maturty Level

Untuk melihat posisi kematangan dari layanan sistem


secara keseluruhan, dihitung dengan mencari nilai rata-rata
dari hasil masing-masing siklus layanan TI yang hasilnya
dapat digambarkan seperti terlihat pada Gambar 4.

Perlu dilakukan evaluasi secara berkala untuk menjadi


bahan pengembangan sistem

Dari total nilai keseluruhan sebesar 2,424 dapat


disimpulkan status kematangan dari layanan TI pada Sistem
Peringatan Dini Tsunami pada UPT. Pusdalops PB BPBD
Provinsi Bali masih pada level 2 : Repeatable but Intuitive
artinya organisasi sudah memiliki komitmen dalam
pengunaan TI dalam mendukung fungsi organisasi tapi
belum terdokumentasi dengan baik. Dengan menjalankan
rekomendasi yang diberikan diharapkan bisa meningkatkan
status kematangan layanan TI yang diberikan. Kedepannya
perlu dilakukan audit TI untuk fungsi-fungsi lain yang ada
pada UPT. Pusdalops PB Provinsi Bali untuk meningkatkan
respon pada penanggulangan bencana.
DAFTAR PUSTAKA

Total nilai keseluruhan =

2,375 + 2,166 + 2,33 + 2,2 + 3


5

= 12,071 / 5
= 2,414

Posisi layanan
TI
SPDT

Gambar 4. Posisi Layanan TI SPDT

Untuk meningkatkan status layanan TI dari SPDT ada


beberapa rekomendasi yang diberikan sebagai berikut :
1.

Perlu di buat master plan strategi pelayanan TI pada


SPDT untuk 5 tahun mendatang sebagai pedoman dalam
pengembangan TI.

2.

Perlu dibuat SOP untuk semua infrastruktur TI yang


digunakan dalam sistem peringatan dini tsunami.

3.

Perlu dilakukan pelatihan dan testing untuk mencoba SOP


yang sudah dibuat.

4.

Untuk mempermudah dan mempercepat penanganan


kegagalan TI perlu ada dokumentasi pada setiap insiden
atau masalah yang terjadi.

[1]

Peraturan Gubernur Bali Nomor 34 Tahun 2012 Tentang Pedoman


Pelaksanaan Sistem Peringatan Dini Tsunami.
[2] Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan
Bencana.
[3] Peraturan Gubernur Bali Nomor 26 Tahun 2012 Tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana
(Pusdalops PB) Dan Ruang Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan
Bencana (Rupusdalops PB).
[4] Kanapathy, Kanagi; Khan, Kashif Ibadullah, Assessing the
Relationship between ITIL Implementation Progress and Firm Size:
Evidence from Malaysia, International Journal of Business and
Management, Voume 7 Number 2 (2012): 194-199.
[5] Malleswara, Talla; Raul, Valverde, An Implementation of ITIL
Guidelines for IT Support Process in a Service Organization, International
Journal of Information and Electronics Engineering, Vol. 3, No. 3, May
2013.
[6] Nabiollahi, Akbar; Alias, Rose Alinda; Sahibuddin, Shamsul,
Involvement of Service Knowledge Management System in Integration of
ITIL V3 and Enterprise Architecture, American Journal of Economics and
Business Administration Volume 3, Number 1 (2011): 165-170.
[7] Tang, Xiaojun; Todo, Yuki, A Study of Service Desk Setup in
Implementing IT Service Management in Enterprises, Technology and
Investment 4.3 (Aug 2013): 190-196.
[8] Cervone, Frank, ITIL: a framework for managing digital library
services, OCLC Systems and Services24.2 (2008): 87-90.
[9] Sheikhpour, Razieh; Modiri, Nasser, A best practice approach for
integration of ITIL and ISO/IEC 27001 services for information
security management, Indian Journal of Science and Technology5.2
(Feb 2012): 2170-2176.
[10] Setiawan; Herri, Mustofa; Khabib, Metode Audit Tata Kelola
Teknologi Informasi di Instansi Pemerintah Indonesia, IPTEK-KOM,
Vol. 15 No. 1 Juni 2013: 1-15.

Você também pode gostar