Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
: Tn. Kasno
Alamat lengkap
: Gambarsari RT 04 RW 02 Kec.Kebasen
Bentuk Keluarga
Tabel 1.1. Daftar anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah
No
Nama
Kedudukan
Kasno
Kepala
L/
Umur
P
L
(th)
58
keluarga
2
3
Sati
Warso
Istri
Anak ke-3
P
L
55
24
Pendidikan
Pekerjaan
Keterangan
Tidak
Pensiunan
TB Paru,
tamat SD
DPU
Penyakit
IRT
Jantung
Hipertensi
-
SD
Tidak
tamat SD
Kesimpulan :
Bentuk keluarga Ny.S adalah Nuclear Family (Keluarga Inti) yang terdiri dari
ayah, ibu dan anak. Didapatkan Ny.S berumur 55 tahun, menderita penyakit
hipertensi dan hingga sekarang rutin menjalani pengobatan.
A. PENDAHULUAN
Jumlah penduduk berusia lebih dari 60 tahun di Indonesia pada tahun
2010 mengalami kenaikan sebesar 400%, sehingga jumlahnya lebih di bawah
lima tahun (balita). Usia lanjut membawa konsekuensi meningkaNyya
berbagai penyakit kardiovaskuler, infeksi, dan gagal jantung. Laporan ini
disusun berdasarkan kasus yang diambil dari seorang perempuan berusia 55
tahun yang pernah menjalani pengobatan di Puskesmas Kebasen. Ibu tersebut
menderita hipertensi grade II dan hingga saat ini masih rutin menjalani
pengobatan serta kontrol ke Puskesmas Kebasen.
B. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny.S
Usia
: 55 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Status
: Menikah
Agama
: Islam
Suku Bangsa
: Jawa
Kewarganegaraan
: Indonesia
Pekerjaan
Pendidikan Terakhir
: SD
Penghasilan/bulan
: Rp. 1.000.000
Alamat
C. ANAMNESIS
1.
Keluhan Utama
2.
: Nyeri kepala
hilang timbul. Nyeri kepala dirasakan lebih berat jika pasien kecapaian
atau stress. Nyeri kepala berkurang jika pasien beristirahat atau tidur. Jika
nyeri kepala dirasakan memberat, pasien biasanya langsung berobat ke
Puskesmas dan nyeri kepala berkurang dengan obat yang diberikan dari
Puskesmas. Selain nyeri kepala, selama 2 hari ini pasien merasa lehernya
tegang atau kaku dan sulit tidur. Pasien tidak pernah mengeluhkan nyeri
dada, sesak atau bengkak pada kaki.
Pasien mengaku keluhan ini berlangsung sejak tahun 2008. Setelah
berobat ke Puskesmas, pasien didiagnosis hipertensi. Keluhan ini
dirasakan setelah suami pasien sering sakit-sakitan dan membuat pasien
sering merasa cemas dengan kondisi suaminya. Suami pasien bahkan
pernah hingga dirawat di ICU dengan penyakit Jantung dan TB Paru.
Hingga saat ini, suami pasien masih sering mengeluh sesak dan berdebardebar. Suami pasien juga rutin control ke Puskesmas untuk berobat.
3.
Riwayat penyakit
Hipertensi
c.
d.
Riwayat pengobatan :
obat-obatan
antihipertensi
e.
4.
Riwayat alergi
: disangkal
: disangkal
5.
c. Riwayat hipertensi
: disangkal
: disangkal
e. Riwayat asma
: disangkal
f. Riwayat alergi
: disangkal
b. Home
6.
c. Hobby
: beternak
d. Occupational
e. Personal habit
f. Diet
g. Drug
: obat antihipertensi
Riwayat Gizi
Penderita makan tiga kali sehari. Penderita biasa mengkonsumsi
nasi, sayur-sayuran, tempe, tahu, dan terkadang mengkonsumsi daging.
Penderita masih mempunyai kebiasaan suka makan makanan yang asin.
7.
Riwayat Psikologis
Penderita memiliki tingkat kecemasan yang tinggi dengan
tercermin dari perilaku mudah panik Ny.S jika sang suami sedikit-sedikit
mengeluh tentang penyakitnya. Riwayat penyakit suami, Tn.K adalah TB
paru dan penyakit jantung. Penyakit Tn.K ini pernah hingga membuat
Tn.K mondok berkali-kali baik di Puskesmas Kebasen maupun di RS
Banyumas. Tn.K terhitung dirawat di Puskesmas Kebasen sebanyak 8 kali,
di RS Banyumas sebanyak 3 kali, dan hingga pernah dirawat di ICU
Riwayat Ekonomi
Dalam hal ekonomi, keluarga penderita termasuk ke dalam
keluarga dengan ekonomi menengah ke bawah. Kebutuhan primer dapat
terpenuhi dengan baik, sedangkan kebutuhan sekunder tidak. Dalam
berobat, penderita menggunakan asuransi kesehatan.
9.
Riwayat Demografi
Hubungan antara pasien dengan keluarganya dapat dikatakan
harmonis. Hal tersebut dapat terlihat dari cara berkomunikasi pasien
dengan suaminya yang tampak baik dan bagaimana cara pasien
menceritakan keluarganya terutama perhatian anak-anaknya terhadap
keadaan orang tua mereka.
10.
Riwayat Sosial
Hubungan penderita dengan masyarakat sekitar dapat dikatakan
baik. Ny. S aktif dalam semua kegiatan yang ada di desa baik berupa
kegiatan pengajian, PKK ataupun kegiatan dasawisma.
11.
Review of System
a. Keluhan Utama
: nyeri kepala
b. Kulit
c. Kepala
d. Mata
e. Hidung
f. Telinga
g. Mulut
h. Tenggorokan
i. Pernafasan
j. Sistem Kardiovaskuler
k. Sistem Gastrointestinal
n. Ekstremitas
Atas
Bawah
D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Baik, kesadaran compos mentis, status gizi kesan baik.
2. Tanda Vital
a.
b.
Nadi
c.
RR
d.
Suhu
: 88 x /menit, regular
: 20 x /menit
: 36,6O C
3. Status gizi
a.
BB
: 55 kg
b.
TB
: 155 cm
c.
IMT
5. Kepala
: mesocephal
6. Mata
7. Telinga
8. Hidung
9. Mulut
11. Thoraks
Jantung
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
Pulmo
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
12. Punggung
13. Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
: timpani
14. Genitalia
: Tidak dilakukan
15. Anorektal
: Tidak dilakukan
16. Ekstremitas :
Superior
Inferior
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Sampai saat ini penderita belum pernah melakukan pemeriksaan
penunjang apapun, oleh karena itu dianjurkan untuk melakukan beberapa
pemeriksaan laboratorium untuk mengidentifikasi penyebab hipertensi:
1. Pemeriksaan gula darah
2. Pemeriksaan kolesterol darah
3. Pemeriksaan fungsi ginjal
4. Pemeriksaan fungsi hati
5. Pemeriksaan EKG
6. Pemeriksaan mata
F. RESUME
Ny.S berusia 55 tahun, tinggal dalam keluarga berbentuk nuclear
family, dengan diagnosis klinis hipertensi grade II. Penderita memiliki
stressor yang dihadapinya setiap waktu yaitu kondisi kesehatan suami yang
tidak bagus. Penderita tinggal bersama suami dan anak ketiganya. Status
ekonomi keluarga tergolong menengah ke bawah. Pendidikan pasien juga
rendah. Penderita tinggal di lingkungan pemukiman tidak padat penduduk,
dengan kondisi rumah yang kurang sehat dengan ventilasi dan pencahayaan
yang kurang, serta kebersihannya cukup bagus. Hubungan Ny. S dengan
masyarakat sekitar baik.
G. DIAGNOSIS
1. Diagnosis Biologis
: Hipertensi Grade II
4. Diagnosis Sosial
sekarang
dan
perlunya
manajemen
stress
bagi
Ny.S
dalam
kesehariannya. (Expectacy)
e. Ny.S merasa khawatir terhadap penyakitnya karena belum sembuhsembuh juga (Anxiety)
2. Aspek Klinis
Hipertensi grade II.
3. Aspek Faktor Risiko Intrinsik Individu
Usia
Jenis Kelamin
cemas
Perilaku individu : Kebiasaan Ny.S mengkonsumsi makanan yang asin,
menjadi faktor risiko terjadinya hipertensi.
Psikologis
I. PENATALAKSANAAN
1. Patient Centered
a.
Medikamentosa
1) ACE inhibitor : Captopril 12.5 mg 2 x1
2) Diuretik
10
b.
Non Medikamentosa
1) Bed rest tidak total
2) Edukasi penderita dan keluarga untuk modifikasi gaya hidup
dengan latihan fisik secara teratur
-
Istirahat cukup
Manajemen stress
b.
VS
: TD
: 180/110 mmHg
RR
: 20 x/menit
11
Nadi : 88 x/menit
Suhu
: 36.6 C
: Hipertensi grade II
VS
: TD
: 160/100 mmHg
Nadi : 80 x/menit
RR
: 20 x/menit
Suhu
: 36.7 C
: Hipertensi grade II
VS
: TD
: 140/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
RR
: 20 x/menit
Suhu
: 36.7 C
: Hipertensi grade I
Kesimpulan :
Berdasarkan follow up, pasien mengalami sedikit penurunan tekanan
darah, namun masih di atas normal. Pasien perlu melakukan modifikasi gaya
hidup untuk mencegah terjadinya kenaikan tekanan darah. Pasien diberikan
edukasi mengenai pentingnya memeriksakan tekanan darah secara teratur.
K. FLOW SHEET
12
Nama
: Ny. S
Diagnosis
: Hipertensi grade 2
Tgl
o
1
28/9/
2010
Problem
TD
BB
TB
nyeri
180/
88
55
155
kepala,
110
Planning
Obat anti
Menurunkan
hipertensi,
tensi
leher
diuretik, diet
terasa
rendah garam,
29/9/
kaku
nyeri
160/
2010
kepala
100
Target
istirahat cukup
Obat anti
Tekanan
hipertensi,
darah
berkurang
diuretik, diet
menjadi
, leher
rendah garam,
140/80
masih
istirahat cukup
80
55
155
terasa
3
1/10/
kaku
Sudah
140/
2010
tidak
80
pusing,
80
55
155
Modifikasi
Pertahankan
gaya hidup,
tekanan
istirahat cukup
darah
leher
masih
terasa
sedikit
kaku
13
Problem
Approx
Date
Active
Inactive/Resolved
Date
Number
Date of
Problem
Problems
Problems
Resolved
Onset
Recorded
2008
28/9/2010
1.
Hipertensi
Grade II
(180/110),
nyeri
kepala,
leher terasa
2.
29/9/10
kaku
Hipertensi
grase II
(160/100),
nyeri kepala
berkurang,
leher masih
3.
1/10/10
terasa kaku
Hipertensi
Nyeri kepala
grade I
(140/80),
leher masih
terasa
sedikit kaku
29/9/
2010
14
1. Fungsi Biologis
Ny. S dan Tn.K memiliki 3 orang anak, 2 anak telah
berkeluarga dan 1 anak belum berkeluarga. Anak ke-3 tinggal bersama
Ny.S dan Tn.K. Ny.S memiliki 1 orang anak dari pernikahan
sebelumnya dan telah berkeluarga. Ny. S memiliki 3 orang cucu dari
kedua anaknya. Tidak ada anak pasien yang menderita hipertensi.
Riwayat penyakit maag, diabetes mellitus, penyakit jantung, dan
penyakit paru disangkal. Riwayat penyakit hipertensi pada orang tua
dan keluarga diterima yaitu ibu dan adik dari Ny.S.
2. Fungsi Psikologis
Pada dasarnya, hubungan kekeluargaan antar anggota keluarga
dapat dikatakan baik. Antar anggota keluarga terdapat rasa saling
menyayangi dan melindungi. Tn.K sebagai suami telah pensiun dan
sakit-sakitan. Selama dua tahun terakhir, Tn.K terhitung opname di RS
Banyumas sebanyak 5 kali dan di Puskesmas Kebasen sebanyak 3 kali,
bahkan di RS Banyumas pernah hingga dirawat di ICU selama kurang
lebih dua minggu. Riwayat penyakit Tn.K adalah TB Paru dan
Penyakit Jantung. Tn.K hingga saat ini masih sering mengeluhkan
sesak nafas dan berdebar-debar, terutama setelah berjalan agak jauh.
Kondisi Tn.K ini dipandang Ny.S sebagai beban sehingga pasien
sering cemas memikirkan kondisi kesehatan Tn.K. Bila Tn.K
mengalami sedikit keluhan tentang penyakitnya, Ny.S langsung merasa
pusing dan sulit tidur.
Hubungan antar anggota keluarga terjalin komunikasi yang
cukup baik. Apabila ada masalah, maka anggota keluarga lainnya siap
untuk mendengarkan dan membantu apabila mampu. Anak ke-3 pasien
tidak bekerja dan selalu memperhatikan kondisi kesehatan kedua
orangtuanya.
3. Fungsi Sosial
15
dalam
kehidupan
sehari-hari.
Biaya
pengobatan
PARTNERSHIP
16
17
Sering/
Kadang-
selalu
kadang
Jarang/tidak
saya
Total poin = 10
Ny. S mempunyai hubungan yang harmonis dengan keluarganya
walaupun tidak disediakan waktu khusus untuk kumpul dengan suami, anak
dan cucunya dan juga berusaha untuk selalu menceritakan masalah apa yang
sedang dia rasakan kepada suaminya.
Tabel 3.2. A.P.G.A.R. Score Keluarga Tn.K
A.P.G.A.R. Tn. K Terhadap Keluarga
Sering/
Kadang-
selalu
kadang
Jarang/tidak
saya
Total poin = 9.
Tn. K sebagai suami dari Ny. S saat ini hanya sebagai pensiunan
pekerja DPU. Sehari-harinya suami penderita tinggal di rumah. Tn. K
18
merupakan tipe orang yang suka bercerita apa yang dirasakannya kepada
istrinya.
Tabel 3.3. A.P.G.A.R. Score Keluarga An.W
A.P.G.A.R. An.W Terhadap Keluarga
Sering/
Kadang-
selalu
kadang
Jarang/tidak
saya
Total poin = 6
An. W sebagai anak dari Ny. S tidak bekerja agar kedua
orangtuanya yang sakit bisa diperhatikan olehnya bila sewaktu-waktu
terjadi sesuatu. An. W tidak selalu berbagi masalah kepada orangtuanya.
Dia lebih sering bercerita kepada teman-temannya..
A.P.G.A.R. SCORE : (10+9+6) / 3 = 8.3
Kesimpulan : keluarganya dinilai baik.
Dapat dikatakan fungsi fisiologis dalam keluarga sehat. Walaupun
waktu untuk berkumpul dengan anggota keluarga lainnya kurang, akan
tetapi komunikasi tetap terjaga. Anggota keluarga lainnya juga siap
membantu apabila salah satu anggota keluarga mengalami masalah.
C. FUNGSI PATOLOGIS (S.C.R.E.E.M.)
Fungsi patologis dari keluarga dinilai dengan menggunakan
S.C.R.E.E.M.
Tabel 3.4. S.C.R.E.E.M Keluarga Ny. S
Sumber
Social
Patologis
-
19
percakapan
sehari-hari.
Adat
dan
mengikuti pengajian.
Status ekonomi keluarga ini tergolong menengah ke
Economic
bawah.
walaupun
Kebutuhan
kebutuhan
primer
dapat
sekunder
tercukupi,
tidak
dapat
tercukupi.
Latar belakang pendidikan tergolong kurang.
Educational
20
21
Keterangan:
= hubungan baik
= hubungan kurang baik
Gambar 3.2. Pola Interaksi Keluarga Ny.S
(Sumber; Data Primer, 2010)
FAKTOR
PERILAKU
DAN
NON
PERILAKU
KELUARGA
1.
22
terkadang
mengkonsumsi ikan asin dan minum teh. Penderita termasuk orang yang rajin
memeriksakan tekanan darah ke puskesmas.
Hubungan penderita dengan masyarakat sekitar dapat dikatakan
baik. Ny. S aktif dalam semua kegiatan yang ada di desa, arisan,
dasawisma, PKK, atau kegiatan pengajian. Dalam hal keagamaan,
penderita dan anggota keluarga lainnya termasuk taat dalam menjalankan
ibadah. Walaupun tidak selalu shalat dalam masjid, tetapi penderita dan
anggota keluarga lainnya selalu menjalankan shalat 5 waktu.
Dari segi psikologis, penderita memiliki psikologi yang baik.
Namun sebenarnya penderita memiliki stressor pikiran yang cukup berat
karena Tn, K, suami Ny.S, memiliki riwayat TB Paru dan Penyakit
Jantung. Penyakit Tn.K sering membuatnya masuk untuk dirawat di RS
atau di Puskesmas. Ny.S sering merasa cemas dengan keasaan kesehatan
Tn.K. bila Tn.K mengeluh sedikit saja, Tn.K akan sangat merasa khawatir
dan tidak bisa istirahat bahkan hingga berhari-hari. Pasien tinggal
bersama anak ke-3nya, An. W. An. W tidak bekerja sehingga dapat
membantu mengurus kesehatan orangtuanya. Stress psikis yang dialami
Ny.S terkait kesehatan Tn.K inilah yang dapat memacu munculnya
hipertensi pada penderita. Penderita juga selalu berusaha untuk sabar dalam
menghadapi masalah ini dan lebih menyerahkan diri kepada Allah SWT.
2.
23
24
beresiko menderita
hipertensi.
menderita
Keturunan
: ada
hipertensi.
riwayat penyakit
Keluarga Ny. S
Tindakan :Penderita
tidak memiliki aktivitas
hipertensi dalam
keluarga.
keluarga.
berlebihan di usianya
Pelayanan
yang lanjut.
Kesehatan :Segera
berobat ke puskesmas
bila sakit namun tidak
menaati ajuran dokter
Pendidikan :hanya
minum teh
Keterangan
:
: Faktor Perilaku
: Faktor Non Perilaku
25
B.
2. Denah Rumah
Rumah penderita seluas 96 m2. Rumah terdiri dari teras, 3 kamar
tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, 1 ruang makan, 1 dapur, dan 1
kamar mandi. Ventilasi dan pencahayaan yang masuk ke dalam rumah
cukup baik. Sumber air berasal dari sumur timba yang terletak di luar
rumah. Pasien memiliki jamban yang terbuat dari bambu dan dibuat di atas
empang di sebelah rumah penderita.
26
DDapur
a
p
u
Kamar
Ruang
tidur
makan
Kamar
Ruang
tidur
keluarga
Kamar
Ruang
tidur
tamu
Teras
27
MASALAH MEDIS
Hipertensi grade II
C.
1.
2.
3.
4.
3. Riwayat
Ny. S
Hipertensi
keluarga
hipertensi.
4. Latar belakang
pendidikan
rendah
6. Ekonomi
5. Pra usia
lanjut
menengah
ke bawah
28
D. MATRIKULASI MASALAH
Prioritas masalah ini ditentukan melalui teknik kriteria matriks.
Tabel 5.1. Matriks Prioritas Masalah
No
1
Daftar Masalah
Stress psikis karena
I
S
T
SB
Mn
R
Mo Ma
Jumlah
IxTxR
11520
1 keadaan kesehatan
suami yang
2
menurun
Riwayat
keluarga 4
6912
hipertensi
Konsumsi teh dan 4
5184
4
5
3
3
4
3
3
3
3
2
3
3
3
2
3
3
2916
972
pendidikan rendah
Ekonomi menengah
648
ke bawah
Keterangan :
I
SB
Mn
Mo
Ma
Kriteria penilaian :
1
: tidak penting
29
: agak penting
: cukup penting
: penting
: sangat penting
(Azwar, 1996)
E.
PRIORITAS MASALAH
Berdasarkan kriteria matriks di atas, maka urutan prioritas masalah keluarga
Ny. S adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
VI.
30
29/9
Kegiatan yang
Anggota
dilakukan
keluarga
Pasien menepati 1.
suaminya
janjinya selalu
mentaati
untuk pertemuan
manajemen
dapat
selanjutnya
stess
mengurangi
Manajemen
stress
2.
Target kegiatan
yang terlibat
Pasien dan
1.
2010
Hasi kegiatan
Perjanjian
Pasien
beban
psikisnya
1/10
2010
1.
Edukasi
pencegahan
hipertensi
Pasien dan
Pengetahuan
1.
suaminya
keluarga
akan kontrol
bertambah
secara teratur
2.
Pasien dan
Menjaga
pola makan
yang baik
untuk
penderita
hipertensi
a. Tujuan
Tujuan dari pembinaan keluarga ini adalah untuk memberikan
pengertian kepada pasien dan keluarga agar lebih mengerti akan apa
penyakit hipertensi, apa saja yang dapat memacu timbulnya hipertensi,
dan bagaimana cara penatalaksanaan hipertensi. Lebih khususnya lagi,
pembinaan keluarga ini bertujuan agar pasien dapat lebih bisa
mengontrol stress psikis yang dihadapinya.
b. Materi
31
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
hipertensi, misalnya:
a.
b.
32
buah pare, labu siam, labu, mentimun, lidah buaya, seledri, bawang
dan bawang putih. Selain itu, makanan yang mengandung unsur
omega-3 sangat dikenal efektif dalam membantu penurunan tekanan
darah.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
Istirahat cukup
k.
c. Cara Pembinaan
Pembinaan dilakukan di rumah pasien dalam waktu yang telah
ditentukan bersama. Pembinaan dilakukan dengan cara memberikan
konseling kepada pasien dan keluarga, dalam suatu pembicaraan santai
sehingga pesan yang disampaikan dapat diterima oleh pasien dan
keluarga.
d. Sasaran
Sasaran dari pembinaan keluarga ini adalah pasien dan
keluarganya.
33
A.
STRESS PSIKIS
Salah satu sumbangan pertama dalam penelitian tentang stress adalah
deskripsi Cannon tentang respon fight or flight pada tahun 1932. Cannon
berpendapat bahwa ketika organisme merasakan adanya suatu ancaman, maka
secara cepat tubuh akan terangsang dan termotivasi melalui sistem syaraf
simpatis dan endokrin. Respon fisiologis ini mendorong organisme untuk
menyerang ancaman tadi atau melarikan diri (Garmezy, 1983; Taylor, 1991).
Menurut Hans Seyle pada tahun 1936 tentang General Adaptation
Syndrome (GAS), (Bieliauskas, 1982; Leventhal, 1983; Helman, 1990;
Taylor, 1991, dll), ketika organisme berhadapan dengan stressor, dia akan
mendorong dirinya sendiri untuk melakukan tindakan. Usaha ini diatur oleh
kelenjar adrenal yang menaikkan aktivitas sistem syaraf simpatis. Tanpa
memperhatikan penyebab dari ancaman, individu akan merespon dengan pola
reaksi fisiologis yang sama (non spesific response). Selebihnya dengan
mengulangi atau memperpanjang stess, sehingga akan mematahkan sistem
(wear and tear of the system) (Taylor, 1991).
Sumber stress dapat berubah-ubah, sejalan dengan perkembangan
manusia tetapi kondisi stress juga dapat terjadi setiap saat sepanjang
kehidupan. Kadang-kadang sumber stress itu ada di dalam diri seseorang.
Salah satunya melalui kesakitan. Tingkatan stress yang muncul tergantung
pada keadaan rasa sakit dan umur individu (Sarafino, 1990). Stress juga akan
muncul dalam seseoang melalui penilaian dari kekuatan motivasional yang
melawan, bila seseorang mengalami konflik.
34
B. HIPERTENSI
Hipertensi dikenal secara luas sebagai penyakit kardiovaskular.
Diperkirakan telah menyebabkan 4.5% dari beban penyakit secara global, dan
prevalensinya hamper sama besar di negara berkembang maupun di negara
maju. Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama gangguan jantung.
Selain mengakibatkan gagal jantung, hipertensi dapat berakibat terjadinya
gagal ginjal maupun penyakit serebrovaskular. Penyakit ini bertanggung
jawab terhadap tingginya biaya pengobatan dikarenakan alasan tingginya
angka kunjungan ke dokter, perawatan di rumah sakit dan / atau penggunaan
obat jangka panjang.
Pada kebanyakan kasus, hipertensi terdeteksi saat pemeriksaan fisik
karena alas an penyakit tertentu, sehingga sering disebut sebagai silent
killer. Tanpa disadari penderita mengalami komplikasi pada organ-organ vital
seperti jantung, otak ataupun ginjal. Gejala-gejala akibat hipertensi, seperti
pusing, gangguan penglihatan, dan sakit kepala, seringkali terjadi pada saat
hipertensi sudah lanjut disaat tekanan darah sudah mencapai angka tertentu
yang bermakna..
Klasifikasi tekanan darah oleh JNC 7 untuk pasien dewasa (umur 18
tahun) berdasarkan rata-rata pengukuran dua tekanan darah atau lebih pada
dua atau lebih kunjungan klinis. Klasifikasi tekanan darah mencakup 4
kategori, dengan nilai normal pada tekanan darah sistolik (TDS) < 120 mm Hg
dan tekanan darah diastolik (TDD) < 80 mm Hg. Prehipertensi tidak dianggap
sebagai kategori penyakit tetapi mengidentifikasi pasien-pasien yang tekanan
darahnya cendrung meningkat ke klasifikasi hipertensi dimasa yang akan
datang. Ada dua tingkat (stage) hipertensi , dan semua pasien pada kategori ini
harus diberi terapi obat.
35
Normal
Prehipertensi
Stadium I
Stadium II
Diastole
80 mmHg
80 89 mmHg
90 99 mmHg
100 mmHg
2.
36
Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi
vasokonstriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu
mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon di dalam darah.
3.
2.
3.
37
38
b.
c.
Keseimbangan
antara
modulator
vasodilatasi
dan
2. Hipertensi sekunder
Hipertensi jenis ini adalah merupakan hipertensi yang terjadi akibat
dari penyakit lain. Sejauh ini penyebab paling sering dari hipertensi
sekunder adalah penyakit parenkim ginjal dan penyempitan arteri ginjal.
Adapun beberapa factor yang dapat menyebabkan terjadinya hipertensi
sekunder adalah sebagai berikut :
a.
Penyakit ginjal
1)
2)
3)
b.
Penyebab endokrin
1)
Aldosteronisme
2)
Kontrasepsi oral
3)
Feokromositoma
4)
Tirotoksikosis
c.
Penyebab vascular
1)
Koarktasio aorta
2)
Vaskulitis
d.
Penyebab neurogenik
1)
Psikogenik
39
2)
2.
3.
4.
D. PENATALAKSANAAN HIPERTENSI
Pengobatan
hipertensi
bertujuan
untuk
menurunkan
dan
40
dan gagal ginjal. Penyakit stroke dan jantung koroner merupakan penyebab
kematian tertinggi.
Pengobatan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi nonmedika
mentosa (nonfarmakologi) dan medika mentosa (farmakologi). Pengobatan
nonmedika mentosa adalah pengobatan tanpa obat-obatan antihipertensi.
Misalnya edukasi penderita dan keluarga untuk modifikasi gaya hidup dengan
olahraga secara teratur; diet makanan rendah garam, rendah lemak, rendah
kolesterol, dan tinggi serat; hindari minum alkohol, rokok, dan kopi; hindari
stressor pikiran; istirahat cukup.
Sedangkan terapi farmakologi, dengan menggunakan obat-obat
antihipertensi. Terdapat berbagai macam obat antihipertensi:
1. Blocker, seperti atenolol dan metoprolol, menurunkan denyut jantung
dan tekanan darah dengan bekerja secara antagonis terhadap sinyal
adrenergik. Manfaat jangka panjang dari penggunaannya tidak diragukan
lagi, terutama pada penyakit koroner. Efek samping yang ditimbulkan
antara lain letargi, impotensi, perifer dingin, eksaserbasi diabetes, dan
hiperlipidemia. Kontraindikasi pada penderita asma, hati-hati bila
digunakan pada penderita penyakit vaskular perifer.
2. Diuretik dan diuretik tiazid, seperti bendrofluazid: aman dan efektif.
3. Antagonis kanal kalsium: vasodilator yang menurunkan tekanan darah.
Nifedipine (kemungkinan amlodipin) menyebabkan takikardia refleks
kecuali bila diberikan juga Blocker. Efek sampingnya muka merah,
edema pergelangan kaki, perburukan gagal jantung (kecuali amlodipin)
4. ACE inhibitor, seperti kaptopril, enalapril, lisinopril, dan ramipril,
memberikan efek antihipertensi dengan menghambat pembentukan
angiotensin II. Data mortalitas tinggi pada pasien gagal jantung, gangguan
fungsi ventrikel kiri (LV), atau ada riwayat penyakit jantung koroner (PJK)
bisa menyebabkan hipotensi berat atau gagal ginjal akut pada penderita
hipotensi berat atau gagal ginjal akut pada penderita hipertensi
renovaskular, misalnya pada stenosis arteri renalis bilateral. Efek samping
diantaranya batuk kering dan angioderma.
41
42
VIII. PENUTUP
A. KESIMPULAN
Diagnosis Holistik Ny.S adalah:
a. Diagnosis Biologis
: Hipertensi Grade II
d. Diagnosis Sosial
B. SARAN
Edukasi kepada penderita dan keluarganya mengenai manajemen stress
dan gaya hidup sehat bagi penderita hipertensi.
Promotif :
1.
2.
Preventif :
1.
2.
Diet makanan rendah garam, rendah lemak, rendah kolesterol, dan tinggi
serat
3.
4.
5.
Istirahat cukup
Kuratif
Obat antihipertensi
Rehabilitatif
43
Tetap rutin untuk konsumsi obat hipertensi, dan secara teratur control
tekanan darah ke pelayanan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Chobaniam AV et al. Seventh Report of the Joint National
Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and
Treatment of High Blood Pressure. JAMA. 2003; 289: 25602572.
Dosh SA. The diagnosis of essential and secondary hypertension
in adults. J.Fam Pract 2001;50:707-712.
Oparil S, et al. Pathogenesis of Hypertension. Ann Intern Med.
2003; 139: 761 - 776.
Neal, MJ. 2006. At a Glance Farmakologi Medis Edisi keelima. Penerbit
Erlangga. Jakarta.
Price Sylvia A. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. EGC.
Jakarta.
Rilantono, Lily Ismudiati. 2004. Buku Ajar Kardiologi. FKUI. Jakarta. Hal: 197205.
Smet, Bart. 2004. Psikologi Kesehatan. PT. Gasindo. Jakarta. Hal: 107-8.
Sudoyo, Aru, dkk. 2006. Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. FKUI. Jakarta.
Hal: 1654-5.
Williams, GH. 1998. Harrison's Principles of Internal Medicine 14th ed vol 1:
Approach to the Patient with Hypertension. Hal: 202-5.
Yogiantoro M. Hipertensi Esensial. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid
I Edisi IV. Jakarta: FK UI. 2006.
44
LAMPIRAN
FOTO 1
45
46
47