Você está na página 1de 24

SANDI PUSPITA PRATIWI

1102012259-SK4 BISIKAN GAIB


LI.I Memahami dan menjelaskan Psikopatologi atau Simptomatologi dari Gangguan
Psikotik

PAHAM DASAR PSIKIATRI


I. Kesadaran
Gangguan kesadaran paling sering berhubungan dengan adanya kelainan pada otak.
A. Disorientasi
: gangguan orientasi waktu, tempat, orang.
B. Kesadaran berkabut : kejernihan ingatan yang tidak lengkap.
C. Stupor
: hilangnya reaksi dan ketidak sadaran lingkungan sekeliling.
D. Delirium
: bingung, gelisah, disorientasi, takut dan halusinasi.
E. Somnolen
: mengantuk yang abnormal.
F. Drowsiness
: cenderung selalu tidur
II. Emosi
Emosi adalah keadaan perasaan yang komplek berhubungan dengan afek dan mood.
A. Afek
Afek adalah ekspresi emosi yang terlihat
- Afek serasi
: irama emosional sesuai gagasan, pikiran, atau pembicaraan yang
menyertai.
- Afek tidak serasi : ketidak sesuaian antara perasaan emosional dengan gagasan
pikiran atau pembicaraan yang menyertai.
Afek tumpul : penurunan berat intensitas irama perasaan yang di ungkapkan
keluar.
Afek sempit : penurunan intensitas irama perasaan yang kurang parah dibawah
afek tumpul.
Afek datar
: tidak ada atau hampir tidak ada ekspresi afek, suara monoton dan
wajah tidak bergerak.
Afek labil
: perubahan irama perasaan cepat dan tiba-tiba tidak berhubungan
stimuli eksternal.
B. Mood
Mood adalah emosi meresap dan dipertahankan, subjektif dan dilaporkan pasien pada
orang lain.
- Euforia
: elasi kuat dengan perasaan kuat dengan perasaan kebesaran.
- Depresi
: kesedihan yang psiko patologis.
- Anhedonia : hilang minat menarik diri dari semua aktifitas rutin yang menyenangkan.
- Elasi
: perasaan menyenangkan dan gembira yang berlebihan, puas diri
sendiri atau optimis.
C. Emosi lain
- Kecemasan
: ketakutan disebabkan dugaan bahaya dari dalam atau luar.
- Agitasi
: kecemasan berat diserati kegelisahan motorik.
- Ketegangan
: peningkatan aktifitas motorik dengan psikologis yang tidak
menyenangkan.
- Panik :cemas akut episodik dan kuat.
- Ambivalensi
: teradap sama-sama dua impuls yang berlawanan.
D. Gangguan psikologis yang berhubungan dengan mood : tanda disfungsi somatik pada
seseorang paling sering berhubungan dengan depresi.
- Anoreksia : menurunnya nafsu makan.

SANDI PUSPITA PRATIWI


1102012259-SK4 BISIKAN GAIB

- Hiperfagia : meningkatnya nafsu makan.


- Insomnia
: menurunnya kemampuan untuk tidur.
- Hipersomnia
: tidur yang berlebihan.
- Bulimia
: perasaan lapar yang tidak habis-habisnya dan makan yang berlebih.
III.
Perilaku motorik
aspek jiwa yang termasuk impuls, motivasi, harapan, dorongan, instink dan idaman, seperti
yang diekspresikan oleh prilaku.
- Ekoprasia : peniruan gerakan yang patologis seseorang pada orang lain.
- Katatonia : terlihat pada skizofrenia katatonik dan beberapa kasus penyakit pada
otak.
- Negativisme
: tahanan tanpa motifasi terhadap semua usaha untuk
menggerakkan terhadap semua instruksi.
- Katapleksi : hilangnya tonus otot dan kelemahan sementara yang dicetuskan oleh
berbagai keadaan emosional.
- Mutisme
: tidak bersuara tanpa kelainan struktural.
- Tik
: pergerakan motorik yang spasmodik dan tidak disadari.
- Hiperaktivitas
: kegelisahan, agresif, aktivitas destruktiv, seringkali disertai
dengan patologik otak dasar.
- Ataksia
: kegagalan koordinasi otot.
- Tremor
: gangguan pergerakan ritmik, berkurang saat istirahat dan tidur, dan
meningkat pada waktu marah dan ketegangan.
- Konvulsi
: kontraksi ototatau spasme yang involunter.
- Kejang klonik
: kejang dimana otot secara bergantian kontaksi dan relaksasi.
- Kejang tonik
: kejang dimana terjadi kontraksi otot yang terus menerus.
- Distonia
: Perlambatan kontraksi terus menerus dari tubuh.
IV.
Berpikir
Berpikir adalah aliran gagasan, simbol, dan asosiasi yang di arahkan oleh tujuan
dimulai oleh suatu masalah dan mengarah pada kesimpulan yang berorientasi
kenyataan.
a) Gangguan umum dalam bentuk atau proses berpikir
- Gangguan mental : sindrom prilaku yang bermakna secara klinis, disertai dengan
penderitaan atau ketidakmampuan.
- Psikosis
: ketidakmampuan untuk membedakan kenyataan dari fantasi.
- Berpikir autistik
: preokupasi dengan dunia dalam dan pribadi.
V.
-

Gangguan spesifik pada bentuk pikir


Sirkumstansialitas : berbicara yang tidak langsung dan lambat dalam mencapai tujuan
tetapi akhirnya dari titik awal mencapai tujuan yang diharapkan.
Tangensialitas
: ketidakmampuan untuk mempunyai asosiasi pikiran yang
diarahkan oleh tujuan.
Inkoherensi
: pikiran yang biasanya tidak dapat dimengerti.
Ekolalia
: pengulangan kata-kata atau frase-frase seseorang oleh seseorang
lain secara psikopatologis.
Asosiasi longgar
: penyimpangan yang mendadak dalam urutan pikiran tanpa
penghambatan.

SANDI PUSPITA PRATIWI


1102012259-SK4 BISIKAN GAIB

VI.
-

VII.

Flight of ideas
: verbalisasi atau permainan kata-kata yang cepat dan terus
menerus yang menghasilkan pergeseran terus menerus dari satu ide ke ide lain.
Blocking
: terputusnya aliran berpikir secara tiba-tiba sebelum pikiran atau
gagasan diselesaikan.
Gangguan spesifik pada isi pikir
Waham
: keyakinan palsu, didasarkan pada kesimpulan yang salah tentang
kenyataan eksternal, tidak sejalan dengan inteligensia pada pasien dan latar belakang
kultural, yang tidak dapat dikoreksi dengan suatu alasan.
Waham bizar
: keyakinan palsu yang aneh, mustahil, dan samasekali
tidak masuk akal.
Waham nihilistik : perasaan palsu bahwa diringa, orang lain, dan dunia adalah tidak
ada atau berakhir.
Waham kebesaran : gambaran kepentingan, kekuatan atau identitas seorang yang
berlebihan.
Sisi pikir
: waham bahwa pikiran pasien dihilangkan dari ingatannya oleh
orang lain atau tenaga lian.
Siar pikir
: waham bahwa pikiran pasien dapat didengar oleh orang lain
seperti pikeran mereka sedang disiarkan ke udara.
Obsesi
: ketakutan yang patologis dari suatu pikiran atau perasaan yang
tidak dapat di tentang yang tidak dapat di hilangkan dari kesadaran oleh usaha logika,
yang disertai dengan kecemasan.
Kompulsi
: kebutuhan yang patologis untuk melakukan suatu impuls yang
jika ditahan, menyebabkan kecemasan, perilaku berulang sebagai respon suatu obsesi
atau dilakukan menurut aturan tertentu, tanpa akhir yang sebenarnya dalam diri selain
dari pada untuk mencegah sesuatu dari terjadi di masa depan.
Fobia
: rasa takut patologis yang resisten, irasional, berlebihan
dan selalu terjadi terhadap suatu jenis stimulasi atau situasi tertentu, menyebabkan
keinginan yang memaksa untuk menghindaristimulus yang ditakuti.
- Fobia sederhana
: rasa takut dengan obyek yang jelas.
- Fobia sosial
: rasa takut akan keramain masyarakat.
- Agorafobia
: rasa takut terhadap tempat yang terbuka.
- Akrofobia
: rasa takut terhadap tempat yang tinggi.
- Algofobia
: rasa takut terhadap rasa nyeri.
- Ailurofobia
: rasa takut terhadap kucing.
- Panfobia
: rasa takut terhadap segala sesuatu.
- Klaustrofobia : rasa takut terhadap tempat yang tertutup.
- Zoofobia
: rasa takut terhadap binatang.
Bicara
Bicara adalah gagasan, pikiran, perasaan yang di ekspresikan melalui bahasa, komunikasi
melalui penggunaan kata-kata dan bahasa.
A. Gangguan bicara
- Logorrhea
: bicara yang banyak sekali, bertalian dan logis.
- Disprosodi
: hilangnya irama bicara yang normal.
- Gagap : pengulangan atau perpanjangan suara atau suku kata yang menyebabkan
gangguan kefasihan bicara yang jelas.

SANDI PUSPITA PRATIWI


1102012259-SK4 BISIKAN GAIB

B.
C.
D.
E.

Kekacauan
: bicara yang aneh dan distrimik, yang mengandung semburan
yang cepat dan menyentak.
Presepsi
Presepsi adalah proses stimulasi fisik nenjadi informasi psikologis.
Gangguan presepsi
Halusinasi : presepsi sensori yang palsu tidak disertai dengan stimuli eksternal yang
nyata, mungkin tredapat atau tidak terdapat interpretasi waham tentang pengalaman
halusinasi.
Halusinasi auditoris : presepsi bunyi yang palsu.
Halusinasi visual : presepsi palsu tentang penglihatan yang berupa citra yang
berbentuk dan citra yang tidak berbentuk.
Ilusi : mispresepsi terhadap stimuli eksternal yang nyata.
Gangguan yang berhubungan dengan gangguan kognitif
Agnosia : ketidakmampuan untuk mengenali dan menginterpretasikan kepentingan
kesan sensoris.
Anosognosia : ketidakmampuan untuk mengenali suatu defek neurologi yang terjadi
pada dirinya
Agnosia visual : ketidakmampuan untuk mengenali benda atau orang.
Somatopagnosia : ketidak mampuan untuk mengenali suatu bagian tubuh sebagai
milik tubuhnya sendiri.
Aura : sensasi perasaan akan adanya bahaya seperti rasa penuh pada lambung, wajah
memerah, dan perubahan respirasi, perubahan kognisi dan keadaan mood biasanya
terjadi sebelum serangan.
Gangguan yang berhubungan dengan fenomena konversi dan disosiatif :
somatisasi material direpresi atau perkembangan gejala dan distorsi fisik yang
melibatkan otot volunter dan tidak disebabkan oleh suatu gangguan fisik.
- Kepribadian ganda : satu orang yang tampak pada waktu yang berbeda menjadi
dua atau lebih kepribadian dan karakter yang sama sekali berbeda.
- Dissosiasi : mekanisme pertahanan yang tidak disadari meliputi pemisahan dari
kelompok proses mental atau proses prilaku dari sisa aktivitas psikis seseorang.

VIII. Daya ingat : fungsi dimana informasi di simpan di otak dan selanjutnya di ingat
kembali ke kesadaran.
A. Gangguan daya ingat
- Amnesia : ketidakmampuan sebagian atau keseluruhan untuk mengingat
pengalaman masa lalu
- Paramnesia : pemalsuan ingatan oleh distorsi pengingatan.
- Hipermnesia : peningkatan derajat penyimpangan dan pengingatan.
- Represi : suatu mekanisme pertahanan yang di tandai oleh pelupaan secara tidak
disadari terhadap gagasan yang tidak diterima.
- Letologika : ketidakmampuan sementara untuk mengingat suatu nama atau kata
benda yang tepat.
- Blackout : amnesia yang di alami oleh alkoholik berkaitan dengan perilaku selama
minum.
B. Tingkat daya ingat

SANDI PUSPITA PRATIWI


1102012259-SK4 BISIKAN GAIB

Segera (immediate) : reproduksi atau pengingatan hal-hal yang dirasakan dalam


beberapa detik sampai menit.
- Baru saja (recent) : peringatan peristiwa yang telah lewat beberapa hari.
- Agak lama (recent past) : pengingatan peristiwa yang telah lewat selama beberapa
bulan.
- Jauh (remote) : pengingatan peristiwa yang telah lama terjadi.
C. Inteligensia
Intelegensia adalah kemampuan untuk mengerti, mengingat, menggerakan dan
menyatukansecara konstruktif pelajaran sebelumnya dalam menghadapi situasi yang
baru.
- Retardasi mental : kurangnya inteligensia sampai derajat dimana terdapatgangguan
pada kinerja sosial dan kejuruan : ringan (IQ 50 atau 55 70), sedang (IQ 35 atau
40 50 atau 55), berat (IQ 20 atau 25 35 atau 40), sangat berat (IQ dibawah 20
atau 25).
- Demensia : pemburukan fungsi intelektual organik dan global tanpa pengaburan
kesadaran.
- Pseudodemensia : gambaran klinis yang menyerupai demensia yang tidak
disebabkan oleh suatu kondisi organik.
D. Insight
Insight adalah kemampuan pasien untuk mengerti penyebab sebenarnya dan arti dari
suatu situasi.
- Tilikan intelektual : mengerti kenyataan obyektif tentang suatu keadaan tanpa
kemampuan untuk menerapkan pengetahuan dalam cara yang berguna untuk mengatasi
situasi.
- Tilikan sesungguhnya : mengerti kenyataan obyektif tentang suatu situasi, disertai dengan
daya pendorong,motivasi dan emosional untuk mengatasi situasi.
- Tilikan yang terganggu : menghilangnya kemampuan untuk mengerti kenyataan obyektif
dari suatu situasi.

PSIKOPATOLOGI/SIMPTOMATOLOGI
Simptomatologi Gangguan Jiwa
Menurut pandangan patologi, gangguan jiwa atau tingkah laku abnormal adalah akibat dari
keadaan sakit atau terganggu yang jelas kelihatan berdasarkan gejala gejala klinis yang
ditampilkan.
Gejala gejala tertentu yang ditampilkan tersebut berbeda dengan yang ditampilkan pada orang
orang yang tidak terganggu jiwanya (normal). Karena itu untuk melihat apakah seseorang itu
terganggu jiwanya atau tidak, dapat dipelajari dari gejala gejala yang ditampilkannya.
Definisi
Simptomatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang gejala gejala. Simptomatologi
gangguan jiwa berarti ilmu yang mempelajari gejala gejala gangguan jiwa. Dalam kerja
psikiatri (ilmu tentang cara pengobatan jiwa yang sakit), mempelajari gejala gejala sangat
penting artinya. Tidak saja untuk menentukan atau mengklasifikasikan gangguan yang dialami
penderita, tetapi yang lebih pentingadalah untuk mengidentifikasi sebab sebab dari gangguan
tersebut (etiologi).

SANDI PUSPITA PRATIWI


1102012259-SK4 BISIKAN GAIB

Mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit/gangguan jiwa berarti upaya untuk


menghilangkan suatu sebab dan bukan sekedar menghilangkan suatu gejala. Suatu gejala
hanyalah manifestasi dari adanya gangguan dan bukan sebab, namun untuk menemukan sesuatu
yang menyebabkan gangguan tersebut dapat dilakukan dengan mempelajari gejala gejalanya.
Gejala adalah sesuatu yang adanya dipermukaan, sedang sebab adanya dibalik atau di
bawah gejala. Sesuatu gangguan dapat dengan mudah dikenali melalui gejala-gejalanya,
sedangkan untuk menemukan sebab sebabnya harus dilakukan melalui studi yang mendalam
tentang gejala gejalanya. Dalam pandangan psikopatologi modern, dikatakan bahwa setiap
gejala mempunyai arti yang dapat menjelaskan perkembangan psikodinamik dari penyakit si
penderita.
Pada hakekatnya, tiap gejala merupakan satu segi dari proses gangguan secara
keseluruhan. Misalnya seorang yang mengalami gangguan pikiran, bukan berarti yang terganggu
hanya pikirannya saja sementara aspek yang lain tetap sehat, tetapi sebenarnya gangguan
tersebut merupakan gangguan keseluruhan kepribadian. Hanya yang lebih dominan atau lebih
menjadi pusat perhatian kita pada aspek pikirannya. Disamping itu, gejala yang dapat dialami
atau dilihat dari dalam (misal takut yang irrasional) atau dapat dilihat dari luar (misal berkeringat
dingin pada penderita katatonik).
Gejala gangguan mental pada umumnya bersifat kompleks dan merupakan hasil interaksi
antar unsure somatika, psikogenik, dan sosiobudaya. Karena itu, gejala selalu menunjukkan
adanya dekompresi proses adaptasi dan terdapat terutama dalam pemikiran, perasaan, dan
perilaku. Bagaimana pentingnya mempelajari gangguan jiwa tampak dalam suatu proses
penyembuhan yang dilakukan oleh seorang terapis atau dokter. Sebelum terapis atau dokter
tersebut memberikan treatment tertentu, maka langkah awal yang dikerjakan adalah melakukan
pemeriksaan.
Secara umum, menurut Maramis (1990), pemeriksaan terhadap penderita gangguan jiwa
diperlukan untuk mendapatkan satu atau lebih hal hal berikut ini :
a. Menemukan dan menilai gangguan jiwa yang ada, yang akan dipakai sebagai dasar
pembuatan dignosis serta menentukan tingkat gangguan pengobatannya (indikasi
pengobatan psikiatri khusus) dan selanjutnya penafsiran prognosisnya (ramalan hasil atau
akibat suatu penyakit yang diderita seseorang).
b. Menggambarkan struktur kepribadian yang mungkin dapat menerangkan riwwayat dan
perkembangan gangguan jiwa yang dialami.
c. Menilai kemampuan dan kemauan pasien dalam berpartisipasi secara wajar dalam
pengobatan yang cocok baginya.
Hasil pemeriksaan jiwa pasien yang telah dilakukan, selanjutnya disusun dalam bentuk laporan,
diharapkan dapat menggambarkan keadaan jiwa pasien dalam arti luas. Karena itu harus
mengandung banyak hal tentang aspek kejiwaan manusia itu sendiri, seperti : afek, emosi, cara
berbicara (ucapan), proses berpikir (bentuk, isi, dan jalan pikiran), kesadaran, psikomotor,
persepsi, fungsi kognitif, termasuk didalamnya persepsi, dan sebagainya. Karena itu pula studi
tentang gangguan kejiwaan juga mencakup tentang gangguan gangguan dalam aspek tersebut.
Untuk memperoleh data tentang gejala gejala dalam banyak hal tersebut, caranya dapat
dilakukan dengan tes maupun nontes. Dengan tes misalnya melalui tes tes psikologik (tes
intelegensi atau tes kepribadian). Dengan nontes misalnya melalui wawancara atau observasi
terhadap reaksi-reaksi yang ditampilkan (yaitu reaksi umum dan sikap badan, ekspresi muka,

SANDI PUSPITA PRATIWI


1102012259-SK4 BISIKAN GAIB

mata, reaksi terhadap apa yang dikatakan dan diperbuat, reaksi otot, reaksi emosi yang tampak,
reaksi bicara, wujud tulisan, dan sebagainya).
Pada pasien yang dalam pemeriksaan menunjukkan perilaku tidak kooperatif atau tidak
mau bicara (diam), bukan berarti gejalanya tidak ada, sebab tidak kooperatif atau tidak mau
bicara itu sendirinsudah merupakan gejala yang penting dalam pemeriksaan.
Dengan demikian, salah satu tujuan pemeriksaan penderita gangguan jiwa adalah untuk
menemukan gejala gejala yang ada pada penderita tersebut, pembuatan diagnosis, pembuatan
jenis dan tingkat gangguan yang dialami, pilihan pengobatan dan sebagainya.
Gejala gejala gangguan jiwa pada umumnya dapat dipahami dari dua segi, yaitu :
A. Deskriptif, hanya melukiskan bagaimana gejala itu terjadi tanpa menerangkan makna
dan dinamikanya. Misal : terjadi halusinasi berulang ulang atau pada saat-saat
tertentu (pagi hari) tanpa menerangkan halusinasi apa dan sebagainya.
B. Psikodinamik, tidak hanya menerangkan tentang bagaimana gejala itu terjadi tetapi
juga dinamikanya. Misal : kapankah terjadinya, tentang apa gangguannya, bagaimana
prosesnya, reaksi psikologis yang ditampilkan kemudian, dan sebagainya.
Dalam mempelajari gejala-gejala gangguan jiwa, perlu dipahami istilah penting sebagai
berikut :
a. Sindrom
Sindrom/sindroma adalah kumpulan gejala yang membedakan antara penyakita atau gangguan
yang satu dengan yang lain. Misalnya ada sejumlah gejala (a,b,c). Ketiga gejala tersebut dapat
dipahami tentang adanya penyakit tertentu. Jadi sifatnya khas dan menunjukkan suatu penyakit
tertentu.
b. Sign
Sign adalah gejala-gejala yang dapat diobservasi (observable) dan pada umumnya bersifat
objektif (mengenai fisik).
c. Simptom
Simptom adalah gejala-gejala yang tidak dapat diobservasi (unobservable) oleh orang lain, tetapi
mungkin merupakan gejala bagi orang yang bersangkutan. Jadi sifatnya subjektif, karena itu
harus ditanyakan kepada yang bersangkutan.
d. Gejala primer primer & sekunder
Gejala primer dan sekunder dibedakan atas urutan munculnya gejala. Gejala primer adalah gejala
pertama yang dialami oleh seseorang, sedangkan gejala sekunder gejala yang muncul kemudian.
Misalnya seorang penderita insomnia (sulit tidur) kemudian diikuti munculnya halusinasi. Ini
berarti insomnia adalah gejala primer dan halusinasi adalah gejala sekunder.
e. Gejala dasar dan gejala tambahan
Gejala dasar adalah gejala-gejala yang ada dalam tiap gangguan tertentu, terutama setelah
gangguan tersebut mencapai intensitas tertentu, atau gejala utama dari suatu gangguan tertentu.
Gejala ini penting untuk kepentingan diagnosis. Sedangkan gejala tambahan adalah gejala-gejala
yang belum tentu ada pada setiap gangguan. Misalnya pada penderita skizophrenia, maka gejala
dasarnya adalah kerancuan pikiran, sedang gejala tambahannya dapat berupa halusinasi, ilusi,
dan sebagainya yang mungkin berbeda untuk setiap penderitanya.
f. Gejala organogenik dan gejala psikogenik
Pembedaan gejala ini berdasarkan pada asal atau sebabnya. Gejala organogenik adalah gejalagejala yang muncul sebagai akibat dari adanya gangguan fungsi organik. Sedangkan gejala
psikogenik adalah gejala-gejala yang muncul dan berasal dari adanya gangguan-gangguan dalam

SANDI PUSPITA PRATIWI


1102012259-SK4 BISIKAN GAIB

fungsi psikologis, yang terutama berakar pada alam kesadarannya. Misalnya seseorang yang
pusing karena banyak pikiran, merupakan gejala psikogenik. Sedangkan orang yang pusing
karena keracunan makanan adalah gejala organogenik, sekalipun gejala yang ditampakkan
bersifat kejiwaan.
g. Gejala prodomal dan residual
Gejala prodomal adalah gejala-gejala yang ditunjukkan sebelum sakit, pada awal sakit, atau
selama fase sakit. Sedangkan gejala residual adalah gejala-gejala yang ditunjukkan sesudah fase
sakit.
h. Perilaku sakit, peran sakit, dan peran pasien (illness behavior, sick role, and patient
role)
Perilaku sakit (illness behavior) yaitu reaksi penderita terhadap pengalamannya sebagai orang
sakit yang merupakan respon unik individu tentang kesadarannya bahwa ia sakit (orang yang
sakit gigi responnya berbeda dengan yang sakit kepala). Perilaku sakit ini misalnya ; meraungraung, teriak-teriak, dan sebagainya.
Peran sakit (sick role) merupakan aspek lain dari perilaku sakit, yaitu peran penderita yang
diberikan masyarakat dalam kaitannya dengan kesadaran sekeliling. Seperti dilayani, disuruh
tidur, disuruh berobat, disuruh periksa, dan perilaku mencari kesehatan (heakth seeking
behavior). Bagamana peran seseorang yang sakit sangat ditentukan oleh masyarakatnya.
Peran pasien (patient role) pengertiannya lebih sempit dibanding peran sakit, karena merupakan
salah satu akibat dari peran sakit dan hanya dijumpai pada penderita yang sudah berstatus
sebagai pasien. Peran sakit ini seperti ; patuh pada otoritas dokter, minum obat teratur, dan
banyak istirahat. Peran pasien sangat ditentukan oleh pihak medis.

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB GANGGUAN JIWA


Sumber penyebab gangguan jiwa dipengaruhi oleh faktor-faktor pada ketiga unsur itu yang terus
menerus saling mempengaruhi, yaitu :
1. Faktor-faktor somatik (somatogenik)
Neroanatomi
Nerofisiologi
Nerokimia
Tingkat kematangan dan perkembangan organik
Faktor-faktor pre dan peri - natal
2. Faktor-faktor psikologik ( psikogenik)
Interaksi ibu anak : normal (rasa percaya dan rasa aman) atau abnormal berdasarkan
kekurangan, distorsi dan keadaan yang terputus (perasaan tak percaya dan kebimbangan)
Peranan ayah
Persaingan antara saudara kandung
Inteligensi
Hubungan dalam keluarga, pekerjaan, permainan dan masyarakat
Kehilangan yang mengakibatkan kecemasan, depresi, rasa malu atau rasa salah
Konsep dini : pengertian identitas diri sendiri lawan peranan yang tidak menentu
Keterampilan, bakat dan kreativitas

SANDI PUSPITA PRATIWI


1102012259-SK4 BISIKAN GAIB

Pola adaptasi dan pembelaan sebagai reaksi terhadap bahaya


Tingkat perkembangan emosi
3. Faktor-faktor sosio-budaya (sosiogenik)
Kestabilan keluarga
Pola mengasuh anak
Tingkat ekonomi
Perumahan : perkotaan lawan pedesaan
Masalah kelompok minoritas yang meliputi prasangka dan fasilitas kesehatan, pendidikan
dan kesejahteraan yang tidak memadai
Pengaruh rasial dan keagamaan
Nilai-nilai

KLASIFIKASI DAN GAMBARAN KLINIK GANGGUAN PSIKOTIK


Klasifikasi psikiatri melibatkan pembedaan dari perilaku normal dari abnormal. Dalam hal ini
normal dan abnormal dapat berarti sehat dan sakit, tetapi bisa juga digunakan dalam arti lain.
Sejumlah gejala psikiatri berbeda tajam dari normal dan hampir selalu menunjukkan penyakit
( Ingram et al., 1993): Gangguan Jiwa dibagi menjadi dua kelainan mental utama, yaitu penyakit
mental dan cacat mental. Cacat mental suatu keadaan yang mencakup difisit intelektual dan telah
ada sejak lahir atau pada usia dini. Penyakit mental secara tidak langsung menyatakan yang
kesehatan sebelumnya, kelainan yang berkembang atau kelainan yang bermanifestasi kemudian
dalam kehidupan
1. Penyakit mental secara prinsip dibagi dalam psikoneurosis dan psikosis. Kategori ini
sesuai dengan awam tentang kecemasan dan kegilaan. Psikoneurosis merupakan keadaan
lazim yang gejalanya dapat dipahami dan dapat diempati. Psikosis merupakan penyakit
yang gejalanya kurang dapat dipahami dan tidak dapat diempati serta klien sering
kehilangan kontak realita.
2. Istilah fungsional dan organik menunjukkan etiologi penyakit dan digunakan untuk
membagi psikosis. Psikosis fungsional berarti ada gangguan fungsi, tanpa kelainan
patologi yang dapat dibuktikan
Macam-Macam Gangguan Jiwa
Gangguan jiwa artinya bahwa yang menonjol ialah gejala-gejala yang psikologik dari unsur
psikis (Maramis, 1994). Macam-macam gangguan jiwa (Rusdi Maslim, 1998): Gangguan mental
organik dan simtomatik, skizofrenia, gangguan skizotipal dan gangguan waham, gangguan
suasana perasaan, gangguan neurotik, gangguan somatoform, sindrom perilaku yang
berhubungan dengan gangguan fisiologis dan faktor fisik, Gangguan kepribadian dan perilaku
masa dewasa, retardasi mental, gangguan perkembangan psikologis, gangguan perilaku dan
emosional dengan onset masa kanak dan remaja.
A. Skizofrenia.
Skizofrenia merupakan bentuk psikosa fungsional paling berat, dan menimbulkan disorganisasi
personalitas yang terbesar. Skizofrenia juga merupakan suatu bentuk psikosa yang sering
dijumpai dimana-mana sejak dahulu kala. Meskipun demikian pengetahuan kita tentang sebabmusabab dan patogenisanya sangat kurang (Maramis, 1994). Dalam kasus berat, klien tidak
mempunyai kontak dengan realitas, sehingga pemikiran dan perilakunya abnormal. Perjalanan
penyakit ini secara bertahap akan menuju kearah kronisitas, tetapi sekali-kali bisa timbul

SANDI PUSPITA PRATIWI


1102012259-SK4 BISIKAN GAIB

serangan. Jarang bisa terjadi pemulihan sempurna dengan spontan dan jika tidak diobati biasanya
berakhir dengan personalitas yang rusak cacat (Ingram et al.,1995).
B. Depresi
Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam
perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu
makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta gagasan bunuh
diri (Kaplan, 1998). Depresi juga dapat diartikan sebagai salah satu bentuk gangguan kejiwaan
pada alam perasaan yang ditandai dengan kemurungan, keleluasaan, ketiadaan gairah hidup,
perasaan tidak berguna, putus asa dan lain sebagainya (Hawari, 1997). Depresi adalah suatu
perasaan sedih dan yang berhubungan dengan penderitaan. Dapat berupa serangan yang
ditujukan pada diri sendiri atau perasaan marah yang mendalam (Nugroho, 2000). Depresi adalah
gangguan patologis terhadap mood mempunyai karakteristik berupa bermacam-macam perasaan,
sikap dan kepercayaan bahwa seseorang hidup menyendiri, pesimis, putus asa, ketidak
berdayaan, harga diri rendah, bersalah, harapan yang negatif dan takut pada bahaya yang akan
datang. Depresi menyerupai kesedihan yang merupakan perasaan normal yang muncul sebagai
akibat dari situasi tertentu misalnya kematian orang yang dicintai. Sebagai ganti rasa
ketidaktahuan akan kehilangan seseorang akan menolak kehilangan dan menunjukkan kesedihan
dengan tanda depresi (Rawlins et al., 1993). Individu yang menderita suasana perasaan (mood)
yang depresi biasanya akan kehilangan minat dan kegembiraan, dan berkurangnya energi yang
menuju keadaan mudah lelah dan berkurangnya aktiftas (Depkes, 1993). Depresi dianggap
normal terhadap banyak stress kehidupan dan abnormal hanya jika ia tidak sebanding dengan
peristiwa penyebabnya dan terus berlangsung sampai titik dimana sebagian besar orang mulai
pulih (Atkinson, 2000).
C. Kecemasan
Kecemasan sebagai pengalaman psikis yang biasa dan wajar, yang pernah dialami oleh setiap
orang dalam rangka memacu individu untuk mengatasi masalah yang dihadapi sebaik-baiknya,
Maslim (1991). Suatu keadaan seseorang merasa khawatir dan takut sebagai bentuk reaksi dari
ancaman yang tidak spesifik (Rawlins 1993). Penyebabnya maupun sumber biasanya tidak
diketahui atau tidak dikenali. Intensitas kecemasan dibedakan dari kecemasan tingkat ringan
sampai tingkat berat. Menurut Sundeen (1995) mengidentifikasi rentang respon kecemasan
kedalam empat tingkatan yang meliputi, kecemasn ringan, sedang, berat dan kecemasan panik.
D. Gangguan Kepribadian
Klinik menunjukkan bahwa gejala-gejala gangguan kepribadian (psikopatia) dan gejala-gejala
nerosa berbentuk hampir sama pada orang-orang dengan intelegensi tinggi ataupun rendah. Jadi
boleh dikatakan bahwa gangguan kepribadian, nerosa dan gangguan intelegensi sebagaian besar
tidak tergantung pada satu dan lain atau tidak berkorelasi. Klasifikasi gangguan kepribadian:
kepribadian paranoid, kepribadian afektif atau siklotemik, kepribadian skizoid, kepribadian
axplosif, kepribadian anankastik atau obsesif-konpulsif, kepridian histerik, kepribadian astenik,
kepribadian antisosial, Kepribadian pasif agresif, kepribadian inadequat, Maslim (1998).
E. Gangguan Mental Organik
Merupakan gangguan jiwa yang psikotik atau non-psikotik yang disebabkan oleh gangguan
fungsi jaringan otak (Maramis,1994). Gangguan fungsi jaringan otak ini dapat disebabkan oleh

SANDI PUSPITA PRATIWI


1102012259-SK4 BISIKAN GAIB

penyakit badaniah yang terutama mengenai otak atau yang terutama diluar otak. Bila bagian otak
yang terganggu itu luas , maka gangguan dasar mengenai fungsi mental sama saja, tidak
tergantung pada penyakit yang menyebabkannya bila hanya bagian otak dengan fungsi tertentu
saja yang terganggu, maka lokasi inilah yang menentukan gejala dan sindroma, bukan penyakit
yang menyebabkannya. Pembagian menjadi psikotik dan tidak psikotik lebih menunjukkan
kepada berat gangguan otak pada suatu penyakit tertentu daripada pembagian akut dan menahun.
F. Gangguan Psikosomatik
Merupakan komponen psikologik yang diikuti gangguan fungsi badaniah (Maramis, 1994).
Sering terjadi perkembangan neurotik yang memperlihatkan sebagian besar atau semata-mata
karena gangguan fungsi alat-alat tubuh yang dikuasai oleh susunan saraf vegetatif. Gangguan
psikosomatik dapat disamakan dengan apa yang dinamakan dahulu neurosa organ. Karena
biasanya hanya fungsi faaliah yang terganggu, maka sering disebut juga gangguan
psikofisiologik.
G. Retardasi Mental
Retardasi mental merupakan keadaan perkembangan jiwa yang terhenti atau tidak lengkap, yang
terutama ditandai oleh terjadinya hendaya keterampilan selama masa perkembangan, sehingga
berpengaruh pada tingkat kecerdasan secara menyeluruh, misalnya kemampuan kognitif, bahasa,
motorik dan sosial (Maslim,1998).
H. Gangguan Perilaku Masa Anak dan Remaja.
Anak dengan gangguan perilaku menunjukkan perilaku yang tidak sesuai dengan permintaan,
kebiasaan atau norma-norma masyarakat (Maramis, 1994). Anak dengan gangguan perilaku
dapat menimbulkan kesukaran dalam asuhan dan pendidikan. Gangguan perilaku mungkin
berasal dari anak atau mungkin dari lingkungannya, akan tetapi akhirnya kedua faktor ini saling
mempengaruhi. Diketahui bahwa ciri dan bentuk anggota tubuh serta sifat kepribadian yang
umum dapat diturunkan dari orang tua kepada anaknya. Pada gangguan otak seperti trauma
kepala, ensepalitis, neoplasma dapat mengakibatkan perubahan kepribadian. Faktor lingkungan
juga dapat mempengaruhi perilaku anak, dan sering lebih menentukan oleh karena lingkungan
itu dapat diubah, maka dengan demikian gangguan perilaku itu dapat dipengaruhi atau dicegah.
LI.II Memahami dan menjelaskan Skizofrenia

DEFINISI
Skizofrenia adalah suatu sindrom klinis dengan variasi psikopatologi, biasanya berat,
berlangsung lama dan ditandai oleh penyimpangan dari pikiran, persepsi serta emosi.

ETIOLOGI
Organobiologik
Ada banyak faktor yang berperan-serta bagi munculnya gejala-gejala skizofrenia. Hingga
sekarang banyak teori yang dikembangkan untuk mengetahui penyebab skizofrenia, antara lain :
1. Faktor genetik (turunan/pembawa sifat)
2. Virus
3. Auto-antibody
4. Malnutrisi (kekurangan gizi)

SANDI PUSPITA PRATIWI


1102012259-SK4 BISIKAN GAIB

Meskipun diakui bahwa ada peran gen pada transmisi (pemindahan) skizofrenia namun ternyata
tidak sepenuhnya memenuhi hukum mendel. Sebagai contoh misalnya kalau benar bahwa
skizofrenia itu diturunkan sepenuhnya melalui dominan gen maka 50% anak-anaknya akan
mendapatkan skizofrenia. Namun pada kenyataannya angka ini jauh lebih rendah. Sebaliknya
bila skizofrenia diturunkan sepenuhnya melalui resesif gen, maka diharapkan 100% anakanaknya akan menderita skizofrenia manakala kedua orangtuanya penderita skizofrenia. Namun
pada kenyataannya angka ini hanya 36,6%. Dengan demikian jelaslah bahwa transmisi gen pada
skizofrenia sangat kompleks dan dipengaruhi oleh banyak faktor lainnya.
Skizofrenia tidak akan muncul kecuali disertai faktor-faktor lainnya yaang disebut faktor
epigenetik.
Kesimpulannya adalah bahwa gejala skizofrenia baru muncul bila terjadi interaksi antara gen
yang abnormal dengan:
1. Virus atau infeksi lain kehamilan yang dapat mengganggu perkembangan otak janin.
2. Menurunnya auto-imun yang mungkin disebabkan infeksi selama kehamilan.
3. Berbagai macam komplikasi kandungan.
4. Kekurangan gizi yang cukup berat terutama trimester pertama kehamilan.
Bila ada gangguan pada perkembangan otak janin selama kehamilan (epigenetik faktor), maka
interaksi antara gen yang abnormal yang sudah ada sebelumnya dengan faktor epigenetik
tersebut dapat memunculkan gejala skizofrenia. Selanjutnya dikemukakan bahwa orang yang
sudah mempunyai faktor epigenetik tersebut, bila menghadapi stresor psikososial dalam
kehidupannya, maka resikonya lebih besar untuk menderita skizofrenia daripada orang yang
tidak ada faktor epigenetik sebelumnya.
Faktor biokimiawi
Dopamin hipotesis
Suatu hipotesis menyatakan bahwa skizofrenia adalah hasil dari terlalu banyaknya aktivitas
dopamin. Teori tersebut merupakan hasil dari 2 observasi. Pertama, efek dan potensi dari banyak
obat anti-psikotikberhubungan dengan kemampuan mereka untuk bertindak sebagai antagonis
dari reseptor dopamin tipe 2 (D2). Kedua, obat-obat yang meningkatkan aktivitas dopaminergik,
terutama kokain dan amfetamin adalah psikotomimetik. Teori dasar tersebut tidak menyebutkan
apakah hipersktivitas dopaminergik tersebut adalah hasil dari terlalu banyak dilepaskannya
dopamin, atau terlalu banyaknya reseptor dopamin, atau kombinasi tersebut. Serabut saraf mana
yang terlibat juga tidak diketahui secara spesifik pada teori tersebut, walaupun tarktus
mesokortikal dan mesolimbik sering terlibat.
Kelebihan dopamin dilepas pada pasien skizofrenia telah dihubungkan dengan beratnya gejala
positif skizofrenia. PET (position emission tomography) memperlihatkan peningkatan reseptor
D2 di nukleus kaudatus pada pasien skizofrenia yang tidak menggunakan obat. Terdapat pula
laporan dari peningkatan konsentrasi dopamin di amigdala, penurunan densitas transporter
dopamin, dan peningkatan jumlah dari reseptor dopamin tipe 4 pada entorinal korteks.
Psikodinamik
Mekanisme terjadinya skozofrenia pada diri seseorang dari sudut psikodinamik dapat
diterangkan dengan 2 buah teori, yaitu teori homeostatik-deskriptif dan fasilitatif-etiologik.

SANDI PUSPITA PRATIWI


1102012259-SK4 BISIKAN GAIB

Dalam teori homeostatik-deskriptif, diuraikan gambaran-gambaran (deskripsi) dari suatu


gangguan jiwa yang menjelaskan terjadinya gangguan keseimbangan pada diri seseorang,
sebelum dan sesudah terjadinya gangguan jiwa tersebut.
Dalam teori fasilitatif-etiologik, diuraikan faktor-faktor yang memudahkan (fasilitasi) penyebab
(etiologi) suatu penyakit itu muncul, bagaimana perjalanan penyakitnya dll.
Selanjutnya menurut teorti freud suatu gangguan jiwa muncul akibat terjadinya konflik internal
pada diri seseorang yang tidak dapat beradaptasi dengan dunia luar.
Psikoreligius
Pentingnya riwayat kehidupan beragama bagi penderita gangguan jiwa dikemukakan kaplan &
sadock yang menyatakan bahwa dalam wawancara psikiatrik perlu ditelusuri latar belakang
keagamaannya antara lain, kehidupan beragama kedua orangtuanya penderita sejauh mana hal ini
pengaruhnya bagi penderita, apakh pengamalam agamanya itu fanatik, moderat, atau permisif
dan adakah konflik yang timbul antara orangtua dan anak di dalam pendidikan agama di rumah.
Selain itu juga perlu diketahui sejauh mana pengaruh agama dalam kehidupan penderita sebelum
sakit.
Psikososial
Stresor psikososial adalah setiap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam
kehidupan sesorang, sehingga orang itu terpaksa mengadakan penyesuaian diri untuk
menaggulangi stresor yang timbul. Namun, tidak semua orang mampu menggulanginya sehingga
timbulla keluhan-keluhan kejiwaan.
Pada umunya stresor psikososial yang dimaksud dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Perkawinan
2. Problem orangtua
3. Hubungan interpersonal
4. Pekerjaan
5. Lingkungan hidup
6. Keuangan
7. Hukum
8. Perkembangan
9. Penyakit fisik atau cidera
10. Faktor keluarga
11. Lain-lain

KLASIFIKASI
1. Skizofrenia paranoid
Seseorang yang menderita tipe ini harus menunjukkan gejala :
Waham kejar atau kebeesaran
Halusinasi yang mengandung isi kejaran
Gangguan alam pikiran dan perilaku, misalnya kecemasan yang tidak menentu,
kemarahan dll.
2. Skizofrenia hebefrenik
Inkoherensi atau jalan pikiran yang kacau
Alam perasaan yang datar
Perilaku dan tertawa kekanak-kanakan, senyum yang menunjukkan rasa tidak
puas diri dll.

SANDI PUSPITA PRATIWI


1102012259-SK4 BISIKAN GAIB

3.

4.
5.
6.

Waham yang tidak jelas dan tidak sistematik


Halusinasi yang pecah yang tidak terorganisisr sebagai satu kesatuan
Perilaku aneh dan menarik diri dari lingkungan sosial
Skizofrenia katatonik
Stupor katatonik
Negativisme katatonik
Kekakuan katatonik
Kegaduhan katatonik
Sikap tubuh katatonik
Skizofrenia residual
Tipe ini merupakan sisa-sisa dari gejala skizofrenia yang tidak begitu menonjol.
Skizofrenia tak tergolongkan
Golongan lainnya

MANIFESTASI
Gejala Positif Skizofrenia
Gejala-gejala positif yang diperlihatkan pada penderita Skizofrenia adalah sebagai berikut:
1. Delusi atau waham, yaitu suatu keyakinan yang tidak rasional (tidak masuk akal).
Meskipun telah dibuktikan secara obyektif bahwa keyakinan itu tidak rasional, namun
penderita tetap meyakini kebenarannya.
2. Halusinasi, yaitu pengalaman panca indera tanpa ada rangsangan (stimulus). Misalnya
penderita mendengar suara-suara/bisikan di telinganya padahal sebenarnya tidak ada
sumbernya.
3. Kekacauan alam pikir, yang dapat dilihat dari isi pembicaraannya. Misalnya bicaranya
kacau, sehingga tidak dapat diikuti alur pikirannya.
4. Gaduh, gelisah, tidak dapat diam, mondar-mandir, agresif, bicara dengan semangat dan
gembira berlebihan.
5. Merasa dirinya Orang Besar, merasa serba bisa, serba mampu dan sejenisnya.
6. Pikirannya penuh dengan kecurigaan atau seakan-akan ada ancaman terhadap dirinya.
7. Menyimpan rasa permusuhan.
Gejala Negatif Skizofrenia
Gejala-gejala negatif yang diperlihatkan adalah sebagai berikut:
1. Alam perasaan (affect) tumpul dan mendatar. Gambaran perasaan ini terlihat dari
wajahnya yang tidak menunjukkan ekspresi.
2. Menarik diri atau mengungsikan diri (with-drawn) tidak mau bergaul atau kontak
dengan orang lain, suka melamun (day dreaming).
3. Kontak emosional amat miskin, sukar diajak bicara, pendiam.
4. Pasif dan apatis, menarik diri dari pergaulan sosial.
5. Sulit dalam berpikir abstrak.
6. Pola pikir stereotip.

SANDI PUSPITA PRATIWI


1102012259-SK4 BISIKAN GAIB

7. Tidak ada/kehilangan dorongan kehendak (avolition) dan tidak ada inisatif, tidak ada
upaya dan usaha, setra tidak ingin apa-apa dan serba malas (kehilangan nafsu)
Gejala-gejala negatif Skizofrenia sebagaimana diuraikan di atas seringkali tidak disadari
atau kurang diperhatikan oleh pihak keluarga, karena dianggap tidak mengganggu
sebagaimana halnya pada penderita Skizofrenia yang menunjukkan gejala-gejala positif. Oleh
karenanya pihak keluarga seringkali terlambat membawa penderita untuk berobat.
Dalam pengalaman praktek, gejala positif Skizofrenia baru muncul pada tahap akut.
Sedangkan pada stadium kronis (menahun) gejala negatif Skizofrenia lebih menonjol. Tetapi
tidak jarang baik gejala positif atau negatif muncul berbauran, tergantung pada stadium
penyakitnya.

DIAGNOSIS SKIZOFRENIA
Paling sedikit terdapat 1 dari 6 kriteria di bawah ini selama satu fase penyakit:
1. Delusi atau waham yang aneh (isinya jelas tak masuk akal), dan tidak berdasarkan kenyataan.
Sebagai contoh misalnya:
Waham dikendalikan oleh kekuatan dari luar (delusions of being controlled).
Waham penyiaran pikiran (thought broadcasting)
Waham penyisipan pikiran (thought insertion)
Waham penyedotan pikiran (thought withdrawl).
2. Delusi atau waham somatik (fisik), kebesaran, keagamaan, nihilistik atau waham lainnya yang
bukan waham kejar atau cemburu.
3. Delusi atau waham kejar atau cemburu (delusions of persecution or jealousy) dan waham
tuduhan (delusions of suspicion) yang disertai halusinasi dalam bentuk apapun (halusinasi
pendengaran, penglihatan, penciuman, pengecapan, dan perabaan).
4. Halusinasi pendengaran yang dapat berupa suara yang selalu memberi komentar tentang tingkah
laku atau pikirannya, atau dua atau lebih suara yang saling bercakap-cakapan (dialog).
5. Halusinasi pendengaran yang terjadi beberapa kali yang berisi lebih dari satu atau dua kata dan
tidak ada hubungannya dengan kesedihan (depresi) atau kegembiraan (euforia).
6. Inkoherensi, yaitu kelonggaran asosiasi (hubungan) pikiran yang jelas, jalan pikiran yang tidak
masuk akal, isi pikiran atau pembicaraan yang kacau, atau kemiskinan pembicaraan yang disertai
oleh paling sedikit satu dari yang disebut di bawah ini
Afek (alam perasaan) yang tumpul, mendatar atau tidak serasi (inappropriate).
Berbagai waham atau halusinasi.
Katatonia (kelakuan) atau tingkah laku lain yang sangat kacau (disorganized)
Deteriorasi (kemunduran/kemerosotan) dari taraf fungsi penyesuaian (adaptasi) dalam
bidang pekerjaan, hubungan sosial dan perawatan dirinya.
Jangka waktu: gejala penyakit itu berlangsung secara terus menerus selama paling sedikit 6
bulan dalam satu periode di dalam kehidupan seseorang, disertai dengan terdapatnya beberapa
gejala penyakit pada saat diperiksa sekarang. Masa 6 bulan itu harus mencakup fase aktif dimana

SANDI PUSPITA PRATIWI


1102012259-SK4 BISIKAN GAIB

terdapat gejala pada kriteria (A), dengan atau tanpa fase prodromal (gejala awal) atau residual
(gejala sisa) seperti yang dinyatakan di bawah ini.
Catatan:
Fase Prodromal: deteriorasi yang jelas dalam fungsi sebelum fase aktif penyakit itu, dan
yang tidak disebabkan oleh Gangguan Afek atau akibat Gangguan penggunaan zat (NAZA :
Narkotika, Alkohol dan Zat Adiktif lainnya), serta mencakup paling sedikit 2 dari 8 gejala yang
tersebut di bawah ini yang menetap (gejala sisa), dan yang tidak disebabkan oleh gangguan Afek
atau gangguan penggunaan zat (NAZA)
Gejala Prodromal dan Residual Skizofrenia
Sebelum seseorang secara nyata aktif (manifes) menunjukkan gejala-gejala Skizofrenia,
yang bersangkutan terlebih dahulu menunjukkan gejala-gejala awal yang disebut gejala
prodromal. Sebaliknya jika penderita Skizofrenia tidak lagi aktif menunjukkan gejala-gejala
Skizofrenia, maka yang bersangkutan menunjukkan gejala-gejala sisa yang disebut gejala
residual.
Gejala-gejala prodromal atau residual adalah sebagai berikut:
Penarikan diri atau isolasi dari hubungan sosial (withdrawn), enggan bersosialisasi dan
enggan bergaul.
Hendaya (impairment) yang nyata dalam fungsi peran sebagai pencari nafkah (tidak mau
bekerja), siswa/mahasiswa (tidak mau sekolah/kuliah) atau pengatur rumah tangga (tidak dapat
menjalankan urusan rumah tangga); kesemuanya itu terkesan malas.
Tingkah laku aneh dan nyata, misalnya mengumpulkan sampah, menimbun makanan atau
berbicara, senyum-senyum dan tertawa sendiri di tempat umum; atau berbicara sendiri tanpa
mengeluarkan suara (komat-kamit).
Hendayana yang nyata dalam higiene (kebersihan/perawatan) diri dan pakaian, misalnya
tidak mau mandi dan berpakaian kumal (berpenampilan lusuh dan kumuh).
Afek (alam perasaan) yang tumpul atau miskin, mendatar dan tidak serasi, wajahnya tidak
menunjukkan ekspresi dan terkesan dingin.
Pembicaraan yang melantur (digressive), kabur, kacau, berbelit-belit, berputar-putar
(circum-stantial) atau metaforik (perumpamaan).
Ide atau gagasan yang aneh dan tidak lazim atau pikiran magis, seperti takhayul,
kewaskitaan (clairvoyance), telepati, indera keenam, orang lain dapat merasakan perasaannya,
ide-ide yang berlebihan, gagasan mirip waham yang menyangkut diri sendiri (ideas of
refference).
Penghayatan persepsi yang tidak lazim, seperti ilusi yang selalu berulang, merasa hadirnya
kekuatan atau seseorang yang sebenarnya tidak ada. Catatan: berbeda dengan halusinasi, yang
dimaksud dengan ilusi adalah pengalaman panca indera dimana ada sumber atau stimulus,
namun ditafsirkan salah.

SANDI PUSPITA PRATIWI


1102012259-SK4 BISIKAN GAIB

DIAGNOSIS: PEDOMAN DIAGNOSTIK PPDGJ-LLL

Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau
lebih bila gejala gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
a. - thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam
kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun
kualitasnya
berbeda
;
atau
- thought insertion or withdrawal = isi yang asing dan luar masuk ke dalam
pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar
dirinya
(withdrawal);
dan
- thought broadcasting= isi pikiranya tersiar keluar sehingga orang lain atau
umum mengetahuinya;
b. - delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan
tertentu
dari
luar;
atau
- delusion of passivitiy = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah
terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya = secara jelas merujuk
kepergerakan tubuh / anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau penginderaan
khusus);
- delusional perception = pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasnya bersifatmistik atau mukjizat;
c. Halusinasi auditorik:
suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku
pasien, atau
mendiskusikan perihal pasien pasein di antara mereka sendiri (diantara
berbagai suara yang berbicara), atau
jenis suara halusinasi lain yang berasal dan salah satu bagian tubuh.
d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap
tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau
politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa (misalnya
mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan mahluk asing dan
dunia lain)
Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:
a. halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh
waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan
afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas)
yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu minggu atau
berbulan-bulan terus menerus;
b. arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation),
yang berkibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme;
c. perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh
tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor;
d. gejala-gejala negative, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan
respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja
sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi
oleh depresi atau medikasi neuroleptika;

SANDI PUSPITA PRATIWI


1102012259-SK4 BISIKAN GAIB

Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu
bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik (prodromal)
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan
(overall quality) dan beberapa aspek perilaku pribadi (personal behavior), bermanifestasi
sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu sikap larut dalam diri
sendiri (self-absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.

PENATALAKSANAAN SKIZOFRENIA
I. Psikofarmaka
Pemilihan obat
Pada dasarnya semua obat anti psikosis mempunyai efek primer (efek klinis) yang sama pada
dosis ekivalen, perbedaan utama pada efek sekunder (efek samping: sedasi, otonomik,
ekstrapiramidal).
Pemilihan jenis antipsikosis mempertimbangkan gejala psikosis yang dominan dan efek
samping obat. Pergantian disesuaikan dengan dosis ekivalen. Apabila obat antipsikosis tertentu
tidak memberikan respons klinis dalam dosis yang sudah optimal setelah jangka waktu yang
tepat, dapat diganti dengan obat antipsikosis lain (sebaiknya dan golongan yang tidak sama)
dengan dosis ekivalennya. Apabila dalam riwayat penggunaan obat antipsikosis sebelumnya
sudah terbukti efektif dan efek sampingnya ditolerir baik, maka dapat dipilih kembali untuk
pemakaian sekarang. Bila gejala negatif lebih menonjol dari gejala positif pilihannya adalah obat
antipsikosis atipikal, Sebaliknya bila gejala positif lebih menonjol dibandingkan gejala negatif
pilihannya adalah tipikal. Begitu juga pasien-pasien dengan efek samping ekstrapiramidal pilihan
kita adalah jenis atipikal.
Obat antipsikotik yang beredar dipasaran dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu
antipsikotik generasi pertama (APG I) dan antipsikotik generasi ke dua (APG ll). APG I bekerja
dengan memblok reseptor D2 di mesolimbik, mesokortikal, nigostriatal dan tuberoinfundibular
sehingga dengan cepat menurunkan gejala positif tetapi pemakaian lama dapat memberikan efek
samping berupa: gangguan ekstrapiramidal, tardive dyskinesia, peningkatan kadar prolaktin yang
akan menyebabkan disfungsi seksual / peningkatan berat badan dan memperberat gejala negatif
maupun kognitif. Selain itu APG I menimbulkan efek samping antikolinergik seperti mulut
kering pandangan kabur gangguan miksi, defekasi dan hipotensi. APG I dapat dibagi lagi
menjadi potensi tinggi bila dosis yang digunakan kurang atau sama dengan 10 mg diantaranya
adalah trifluoperazine, fluphenazine, haloperidol dan pimozide.
Obat-obat ini digunakan untuk mengatasi sindrom psikosis dengan gejala dominan apatis,
menarik diri, hipoaktif, waham dan halusinasi. Potensi rendah bila dosisnya lebih dan 50 mg
diantaranya adalah Chlorpromazine dan thiondazine digunakan pada penderita dengan gejala
dominan gaduh gelisah, hiperaktif dan sulit tidur. APG II sering disebut sebagai serotonin
dopamin antagonis (SDA) atau antipsikotik atipikal. Bekerja melalui interaksi serotonin dan
dopamin pada ke empat jalur dopamin di otak yang menyebabkan rendahnya efek samping
extrapiramidal dan sangat efektif mengatasi gejala negatif. Obat yang tersedia untuk golongan ini
adalah clozapine, olanzapine, quetiapine dan rispendon.
Pengaturan Dosis Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan:
o Onset efek primer (efek klinis) : 2-4 minggu
Onset efek sekunder (efek samping) : 2-6 jam
o Waktu paruh : 12-24 jam (pemberian 1-2 x/hr)

SANDI PUSPITA PRATIWI


1102012259-SK4 BISIKAN GAIB

o Dosis pagi dan malam dapat berbeda (pagi kecil, malam besar) sehingga tidak
mengganggu kualitas hidup penderita.
o Obat antipsikosis long acting : fluphenazine decanoate 25 mg/cc atau haloperidol
decanoas 50 mg/cc, IM untuk 2-4ininggu. Berguna untuk pasien yang
tidak/sulitininum
obat,
dan
untuk
terapi
pemeliharaan.

Cara / Lama pemberian Mulai dengan dosis awal sesuai dengan dosis anjuran dinaikkan
setiap 2-3 hr sampai mencapai dosis efektif (sindrom psikosis reda), dievaluasi setiap
2ininggu bila pertu dinaikkan sampai dosis optimal kemudian dipertahankan 8-12ininggu.
(stabilisasi). Diturunkan setiap 2ininggu (dosis maintenance) lalu dipertahankan 6 bulan
sampai 2 tahun ( diselingi drug holiday 1-2/hari/minggu) setelah itu tapering off (dosis
diturunkan
2-4ininggu)
lalu
stop.
Untuk pasien dengan serangan sindrom psikosis multiepisode, terapi pemeliharaan paling
sedikit 5 tahun (ini dapat menurunkan derajat kekambuhan 2,5 sampai 5 kali). Pada
umumnya pemberian obat antipsikosis sebaiknya dipertahankan selama 3 bulan sampai 1
tahun setelah semua gejala psikosis reda sama sekali. Pada penghentian mendadak dapat
timbul gejala cholinergic rebound gangguan lambung, mual, muntah, diare, pusing dan
gemetar. Keadaan ini dapat diatasi dengan pemberian anticholmnergic agent seperti
injeksi sulfas atropin 0,25 mg IM, tablet trhexyphenidyl 3x2 mg/hari.
II. Terapi Psikososial Ada beberapa macam metode yang dapat dilakukan antara lain :
Psikoterapi individual
o Terapi suportif
o Sosial skill training
o Terapi okupasi
o Terapi kognitif dan perilaku (CBT)
Psikoterapi kelompok
Psikoterapi keluarga
Manajemen kasus
Assertive Community Treatment (ACT)
III. Rehabilitasi
Program rehabilitasi ini biasanya dilakukan dilembaga rahabilitasi misalnya dibahagian lain
di Rumah Sakit Jiwa khusus untuk untuk penderita yang kronis. Di lembaga itu penderita
tidak hanya diberi terapi psikofarmaka tetapi juga menintegrasikan dengan jenis jenis terapi
yang lainnya termasuk keterampilan. Dalam lembaga rehabilitasi ini para penderita
merupakan kelompok atau komunitas diman terjadi interaksi antar sesama penderita dengan
para pelatih. Program rehabilitasi ini tidak hanya diikuti oleh penderita yang dirawat jalan.
Program rehabilitasi sebagai persiapan kembali ke keluarga dan masyarakat meliputi
berbagai macam kegiatan, antara lain :

Terapi kelompok
Menjalankan ibadah keagamaan bersama sama (jamaah)
Kegiatan kesenian (menyanyi, musik, tari tarian, seni lukis dsb)
Terapi fisik berupa olah raga

SANDI PUSPITA PRATIWI


1102012259-SK4 BISIKAN GAIB

Keterampilan (membuat kerajinan tangan)


Berbagai macam kursus
Bercocok tanam (bila tersedia lahan)
Rekreasi (darmawisata)
Dan lain sebagainya.

ASPEK KESEHATAN JIWA MASYARAKAT SKIZOFRENIA


Walaupun remisi penuh atau sembuh pada skizofrenia itu ada, kebanyakan orang mempunyai
gejala sisa dengan keparahan yang bervariasi. Secara umum 25% individu sembuh sempurna,
40% mengalami kekambuhan dan 35% mengalami perburukan. Sampai saat ini belum ada
metode yang dapat memprediksi siapa yang akan menjadi sembuh siapa yang tidak, tetapi ada
beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya seperti : usia tua, faktor pencetus jelas, onset akut,
riwayat sosial / pekerjaan pramorbid baik, gejala depresi, menikah, riwayat keluarga gangguan
mood, sistem pendukung baik dan gejala positif ini akan memberikan prognosis yang baik
sedangkan onset muda, tidak ada faktor pencetus, onset tidak jelas, riwayat sosial buruk, autistik,
tidak menikah/janda/duda, riwayat keluarga skizofrenia, sistem pendukung buruk, gejala negatif,
riwayat trauma prenatal, tidak remisi dalam 3 tahun, sering relaps dan riwayat agresif akan
memberikan prognosis yang buruk.

KOMPLIKASI SKIZOFRENIA
Percobaan bunuh diri yang bisa menyebabkan kecacatan atau kematian

PENCEGAHAN SKIZOFRENIA
Menurut Prof. Tuti, terdapat tiga bentuk pencegahan primer. Pertama, pencegahan universal,
ditujukan kepada populasi umum agar tidak terjadi faktor risiko. Caranya adalah mencegah
komplikasi kehamilan dan persalinan. Kedua, pencegahan selektif, ditujukan kepada kelompok
yang mempunyai risiko tinggi dengan cara, orang tua menciptakan keluarga yang harmonis,
hangat, dan stabil. Ketiga, pencegahan terindikasi, yaitu mencegah mereka yang baru
memperlihatkan tanda-tanda fase prodromal tidak menjadi skizofrenia yang nyata, dengan cara
memberikan obat antipsikotik dan suasana keluarga yang

FAKTOR-FAKTOR
SKIZOFRENIA

YANG

MEMPENGARUHI PROGNOSIS

Prognosis untuk skizofrenia pada umumnya kurang begitu menggembirakan. Sekitar 25%
pasien dapat kembali pulih dari episode awal dan fungsinya dapat kembali pada tingkat
prodromal (sebelum munculnya gangguan tersebut). Sekitar 25% tidak akan pernah pulih dan
perjalanan penyakitnya cenderung memburuk. Sekitar 50% berada diantaranya, ditandai dengan
kekambuhan periodik dan ketidakmampuan berfungsi dengan efektif kecuali untuk waktu yang
singkat. (Imam Setiadi daam Skizofrenia, Refika Aditama, 2006).
Faktor-faktor yang mempengaruhi prognosis skizofrenia

SANDI PUSPITA PRATIWI


1102012259-SK4 BISIKAN GAIB

1.Keluarga
Skizofrenia tidak hanya menimbulkan penderitaan bagi individu penderitanya, tapi juga bagi
orang-orang terdekat kepadanya. Biasanya, keluarganyalah yang paling terkena dampak dari
hadirnya skizofrenia. Pasien membutuhkan perhatian dari masyarakat, terutama dari
keluarganya. jangan membeda-bedakan antara orang yang mengalami Skizofrenia dengan orang
yang normal, karena orang yang mengalami gangguan Skizofrenia mudah tersinggung.
2.Inteligensi
Pada umumnya pasien Skizofrenia yang mempunyai Inteligensi yang tinggi akan lebih mudah
sembuh dibandingkan dengan orang yang inteligensinya rendah. Karena orang yang mempunyai
inteligensi tinggi biasanya mudah diberi pemahaman, mudah mengerti akan pentingnya
pengobatan.
3.Pengobatan
Obat memiliki dua kekurangan utama. Pertama hanya sebagian kecil pasien (kemungkinan 25%)
cukup tertolong untuk mendapatkan kembali jumlah fungsi mental yang cukup normal. Kedua
antagonis reseptor dopamine disertai dengan efek merugikan yang mengganggu dan serius.
Namun pasien skkizofrenia perlu di beri obat Risperidone serta Clozapine.
4.Reaksi Pengobatan
Dalam proses penyembuhan skizofrenia, orang yang bereaksi terhadap obat lebih bagus
perkembangan kesembuhan daripada orang yang tidak bereaksi terhadap pemberian obat.
5.Stressor Psikososial
Dengan semakin bertambah meningkatnya perkembangan teknologi, akan mempengaruhi juga
pada proses penyembuhan penyakit skizofrenia. Biasanya negara berkembang, penderita
skizofrenia bisa lebih cepat disembuhkan karena adanya dukungan dari masyarakat sekitar.
Sedangkan pada Negara-negara maju, prognosis lebih susah dikarenakan, biasanya pada Negaranegara maju masyarakatnya cenderung individual, tidak mengenal tetangga, dan tidak perdui
terhadap lingkungan sekitar.
Apabila stressor dari skizofrenia ini berasal dari luar, maka akan mempunayi dampak yang
positif, karena tekanan dari luar diri individu dapat diminimalisir atau dihilangkan. Begitu pula
sebaliknya apabila stressor datangnya dari luar individu dan bertubi-tubi atau tidak dapat
diminimalisir maka prosgnosisnya adalah negatif atau akan bertambah parah.
6.Kekambuhan
penderita skizofrenia yang sering kambuh prognosisnya lebih buruk. Dengan seringnya penderita
skizofrenia kambuh maka akan semakin lemah pula system yang ada pada dirinya.
7.Gangguan Kepribadian
Pada gangguan kepribadian ini, orang yang mempunyai tipe introvert lebih susah dideteksi
apakah ia mempunyai gejala skizofrenia karena orang tersebut cenderung menutup diri.
Prognosis untuk orang yang mempunyai gangguan kepribadian akan sulit disembuhkan. Besar
kecilnya pengalaman akan memiliki peran yang sangat besar terhadap kesembuhan.8.Onset
Jenis onset yang mengarah ke prognosis yang baik berupa onset yang lambat dan akut,
sedangkan onset yang tidak jelas memiliki prognosis yang lebih baik.
9.Proporsi
Orang yang mempunyai bentuk tubuh normal (proporsional) mempunyai prognosis yang lebih
baik dari pada penderita yang bentuk tubuhnya tidak proporsional.
10.Perjalanan penyakit
Pada penderita skizofreniayang masih dalam fase prodromal prognosisnya lebih baik dari pada
orang yang sudah pada fase aktif dan fase residual.

SANDI PUSPITA PRATIWI


1102012259-SK4 BISIKAN GAIB

11.Kesadaran
Kesadaran orang yang mengalami gangguan skizofrenia adalah jernih. Hal inilah yang
menunjukkan prognosisnya baik nantinya.

LI.III Memahami dan menjelaskan Ibadah Mahdzoh

A.Pengertian Ibadah
Secara etomologis diambil dari kata abada, yabudu, abdan, fahuwa aabidun. Abid, berarti
hamba atau budak, yakni seseorang yang tidak memiliki apa-apa, hatta dirinya sendiri milik
tuannya, sehingga karenanya seluruh aktifitas hidup hamba hanya untuk memperoleh keridhaan
tuannya dan menghindarkan murkanya.
Manusia adalah hamba Allah Ibaadullaah jiwa raga haya milik Allah, hidup matinya di tangan
Allah, rizki miskin kayanya ketentuan Allah, dan diciptakan hanya untuk ibadah atau
menghamba kepada-Nya:
56
Tidak Aku ciptakan Jin dan Manusia kecuali hanya untuk beribadah kepadaKu (QS.51(alDzariyat ): 56).
B.Jenis Ibadah
Ditinjau dari jenisnya, ibadah dalam Islam terbagi menjadi dua jenis, dengan bentuk dan sifat
yang berbeda antara satu dengan lainnya;
1. Ibadah Mahdhah, artinya penghambaan yang murni hanya merupakan hubung an antara
hamba dengan Allah secara langsung. Ibadah bentuk ini memiliki 4 prinsip:
a. Keberadaannya harus berdasarkan adanya dalil perintah, baik dari al-Quran maupun alSunnah, jadi merupakan otoritas wahyu, tidak boleh ditetapkan oleh akal atau logika
keberadaannya.
b. Tatacaranya harus berpola kepada contoh Rasul saw. Salah satu tujuan diutus rasul oleh
Allah adalah untuk memberi contoh:
64
Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul kecuali untuk ditaati dengan izin Allah(QS. 4: 64).
7
Dan apa saja yang dibawakan Rasul kepada kamu maka ambillah, dan apa yang dilarang, maka
tinggalkanlah( QS. 59: 7).
Shalat dan haji adalah ibadah mahdhah, maka tatacaranya, Nabi bersabda:

SANDI PUSPITA PRATIWI


1102012259-SK4 BISIKAN GAIB

. . .
Shalatlah kamu seperti kamu melihat aku shalat. Ambillah dari padaku tatacara haji kamu
Jika melakukan ibadah bentuk ini tanpa dalil perintah atau tidak sesuai dengan praktek
Rasul saw., maka dikategorikan Muhdatsatul umur perkara meng-ada-ada, yang populer
disebut bidah: Sabda Nabi saw.:
. .
.
.
.
Salah satu penyebab hancurnya agama-agama yang dibawa sebelum Muhammad saw. adalah
karena kebanyakan kaumnya bertanya dan menyalahi perintah Rasul-rasul mereka:

.

c. Bersifat supra rasional (di atas jangkauan akal) artinya ibadah bentuk ini bukan ukuran
logika, karena bukan wilayah akal, melainkan wilayah wahyu, akal hanya berfungsi memahami
rahasia di baliknya yang disebut hikmah tasyri. Shalat, adzan, tilawatul Quran, dan ibadah
mahdhah lainnya, keabsahannnya bukan ditentukan oleh mengerti atau tidak, melainkan
ditentukan apakah sesuai dengan ketentuan syariat, atau tidak. Atas dasar ini, maka ditetapkan
oleh syarat dan rukun yang ketat.
d. Azasnya taat, yang dituntut dari hamba dalam melaksanakan ibadah ini adalah kepatuhan
atau ketaatan. Hamba wajib meyakini bahwa apa yang diperintahkan Allah kepadanya, sematamata untuk kepentingan dan kebahagiaan hamba, bukan untuk Allah, dan salah satu misi utama
diutus Rasul adalah untuk dipatuhi:
Jenis ibadah yang termasuk mahdhah, adalah :
1.Wudhu,
2.Tayammum
3.Mandi_hadats
4.Adzan
5.Iqamat
6.Shalat
7.Membaca_al-Quran
8.Itikaf
9.Shiyam(Puasa)
10.Haji
11.Umrah
12. Tajhiz al- Janazah

SANDI PUSPITA PRATIWI


1102012259-SK4 BISIKAN GAIB

Hikmah IbadahMahdhah
Pokok dari semua ajaran Islam adalah Tawhiedul ilaah (KeEsaan Allah) , dan ibadah mahdhah
itu salah satu sasarannya adalah untuk mengekpresikan ke Esaan Allah itu, sehingga dalam
pelaksanaannya diwujudkan dengan:
a. Tawhiedul wijhah (menyatukan arah pandang). Shalat semuanya harus menghadap ke arah
kabah, itu bukan menyembah Kabah, dia adalah batu tidak memberi manfaat dan tidak pula
memberi madharat, tetapi syarat sah shalat menghadap ke sana untuk menyatukan arah pandang,
sebagai perwujudan Allah yang diibadati itu Esa. Di mana pun orang shalat ke arah sanalah
kiblatnya (QS. 2: 144).
b. Tawhiedul harakah (Kesatuan gerak). Semua orang yang shalat gerakan pokoknya sama,
terdiri dari berdiri, membungkuk (ruku), sujud dan duduk. Demikian halnya ketika thawaf dan
sai, arah putaran dan gerakannya sama, sebagai perwujudan Allah yang diibadati hanya satu.

c. Tawhiedul lughah (Kesatuan ungkapan atau bahasa). Karena Allah yang disembah
(diibadati) itu satu maka bahasa yang dipakai mengungkapkan ibadah kepadanya hanya satu
yakni bacaan shalat, tak peduli bahasa ibunya apa, apakah dia mengerti atau tidak, harus satu
bahasa, demikian juga membaca al-Quran, dari sejak turunnya hingga kini al-Quran adalah
bahasa al-Quran yang membaca terjemahannya bukan membaca al-Quran

Você também pode gostar

  • SK Tinea
    SK Tinea
    Documento24 páginas
    SK Tinea
    Sandi Puspita Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • LI2 Neuro
    LI2 Neuro
    Documento10 páginas
    LI2 Neuro
    Sandi Puspita Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • SK 3print
    SK 3print
    Documento35 páginas
    SK 3print
    Sandi Puspita Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • Katabolisme
    Katabolisme
    Documento3 páginas
    Katabolisme
    Junaidi Poenya Mu
    Ainda não há avaliações
  • sk2 Kehamilan
    sk2 Kehamilan
    Documento29 páginas
    sk2 Kehamilan
    Sandi Puspita Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • LI 1 Neuro
    LI 1 Neuro
    Documento34 páginas
    LI 1 Neuro
    Sandi Puspita Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • Kabupaten Sidenreng Rappang
    Kabupaten Sidenreng Rappang
    Documento12 páginas
    Kabupaten Sidenreng Rappang
    Sandi Puspita Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • Anamnesis Terstruktur
    Anamnesis Terstruktur
    Documento8 páginas
    Anamnesis Terstruktur
    Sandi Puspita Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • Pemeriksaan Jantung
    Pemeriksaan Jantung
    Documento6 páginas
    Pemeriksaan Jantung
    Sandi Puspita Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • Ikm Infark Miokard Akut PBL b12
    Ikm Infark Miokard Akut PBL b12
    Documento7 páginas
    Ikm Infark Miokard Akut PBL b12
    Sandi Puspita Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • Gizi 2
    Gizi 2
    Documento11 páginas
    Gizi 2
    Sandi Puspita Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • Kardio SK 1
    Kardio SK 1
    Documento18 páginas
    Kardio SK 1
    Sandi Puspita Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • MENINGKATKAN KEMANDIRIAN MASYARAKAT DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT TB PARU DI KABUPATEN ROTE NDAO
    MENINGKATKAN KEMANDIRIAN MASYARAKAT DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT TB PARU DI KABUPATEN ROTE NDAO
    Documento4 páginas
    MENINGKATKAN KEMANDIRIAN MASYARAKAT DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT TB PARU DI KABUPATEN ROTE NDAO
    Sandi Puspita Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • Hormon Tiroid
    Hormon Tiroid
    Documento17 páginas
    Hormon Tiroid
    Sandi Puspita Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • Materi Anatomi Dari Buku Dokter Inmar
    Materi Anatomi Dari Buku Dokter Inmar
    Documento3 páginas
    Materi Anatomi Dari Buku Dokter Inmar
    Sandi Puspita Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • Pemeriksaan Penunjang Demam Thypoid
    Pemeriksaan Penunjang Demam Thypoid
    Documento3 páginas
    Pemeriksaan Penunjang Demam Thypoid
    Sandi Puspita Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • All About Cardiovascular
    All About Cardiovascular
    Documento5 páginas
    All About Cardiovascular
    Sandi Puspita Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • Pemeriksaan Jantung
    Pemeriksaan Jantung
    Documento6 páginas
    Pemeriksaan Jantung
    Sandi Puspita Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • PENYAKIT IMUNODEFISIENSI
    PENYAKIT IMUNODEFISIENSI
    Documento18 páginas
    PENYAKIT IMUNODEFISIENSI
    Sandi Puspita Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • Hematologi
    Hematologi
    Documento12 páginas
    Hematologi
    Sandi Puspita Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • SK 1 Anemia Def Besi Sandi
    SK 1 Anemia Def Besi Sandi
    Documento4 páginas
    SK 1 Anemia Def Besi Sandi
    Sandi Puspita Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • 5 Mikroba Lingk Ekstrim
    5 Mikroba Lingk Ekstrim
    Documento14 páginas
    5 Mikroba Lingk Ekstrim
    Sandi Puspita Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • Hiv
    Hiv
    Documento25 páginas
    Hiv
    Sandi Puspita Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • Agama Materi Uts
    Agama Materi Uts
    Documento23 páginas
    Agama Materi Uts
    Sandi Puspita Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • Origo Dan Insersio
    Origo Dan Insersio
    Documento4 páginas
    Origo Dan Insersio
    Sandi Puspita Pratiwi
    100% (1)
  • Bakteri
    Bakteri
    Documento6 páginas
    Bakteri
    Sandi Puspita Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • Malaria
    Malaria
    Documento2 páginas
    Malaria
    Sandi Puspita Pratiwi
    Ainda não há avaliações