Você está na página 1de 14

Prevalensi Hasil Sitologi Payudara Jinak dan Ganas di Laboratorium

Patologi Anatomi RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Periode 2008-2011
Rizki Mauli Handayani1, Fajriah2, Farizal Fadil3
Mahasiswa FK Unsyiah, 2Dosen Bagian Ilmu Patologi Anatomi, 3Dosen Bagian Ilmu
Bedah .

ABSTRAK
Penyakit payudara jinak merupakan persentase kasus terbesar sekitar 90%
dari keseluruhan masalah payudara, yang dapat terjadi pada pria maupun wanita.
Diagnosis dini dapat ditegakkan dengan pemeriksaan sitologi FNAB yang
memiliki nilai sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui prevalensi hasil sitologi payudara jinak dan ganas di
RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh periode 2008-2011. Jenis penelitian ini
adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh penyakit payudara jinak dan ganas yang didiagnosis
berdasarkan pemeriksaan FNAB di Laboratorium Patologi Anatomi RSUD dr.
Zainoel Abidin Banda Aceh dan sampel ditentukan berdasarkan total populasi
dengan jumlah 343 kasus. Hasil penelitian didapatkan bahwa kasus penyakit
payudara jinak terbanyak yaitu fibroadenoma 137 kasus (51%), dengan jenis
kelamin perempuan 255 kasus (95%), kelompok usia 21-30 tahun 88 kasus (33%),
dan lokasi sinistra 131 kasus (50,0%), sedangkan kasus penyakit payudara ganas
terbanyak yaitu karsinoma infiltrating duktus 68 kasus (91%), dengan jenis
kelamin perempuan 73 kasus (97%), kelompok usia 41-50 tahun 27 kasus (36%),
dan lokasi sinistra 42 kasus (56,0%). Kesimpulan penelitian ini didapatkan bahwa
mayoritas penyakit payudara jinak adalah fibroadenoma, sedangkan mayoritas
penyakit payudara ganas yaitu karsinoma infiltrating duktus.
Kata kunci: Prevalensi, penyakit payudara, sitologi

ABSTRACT
Benign breast disease is the largest percentage cases accounting about 90%
of all breast problems, which can occur in men and women. Early diagnosis could
be enforced by cytologic examination of FNAB which has high sensitivity and
specificity. The purpose of this study was to investigate prevalence of cytology
result benign and malignant breast in anatomical pathology laboratory of RSUD
dr. Zainoel Abidin Banda Aceh in period 2008-2011. The type of this research
was a descriptive review with cross sectional approaching. The population in this
study were all of benign and malignant breast disease which were diagnosed by
fine needle aspiration biopsy in anatomical phatology laboratory of RSUD dr.
Zainoel Abidin Banda Aceh and the sample was determined based on total
population by the number of 343 cases. The result was found that most cases of
benign breast disease were fibroadenoma 137 (51%), with female gender 255
cases (95%), a total of 88 cases (33%) in age group 21-30 years, and the left
location of breast 131 cases (50,0%), while cases of malignant breast disease
were infiltrating ductal carcinoma 68 cases (91%), with female gender 73 cases
(97%), a total of 27 cases (36%) in age group 41-50 years, and the left location of
breast 42 cases (56,0%). The conclusion in this research found that the majority
of benign breast disease is fibroadenoma, While the majority of malignant breast
disease is infiltrating ductal carcinoma.
Keywords: Prevalence, breast disease, cytology

I. PENDAHULUAN

Benjolan pada payudara dapat


bersifat jinak atau ganas. Adanya
benjolan pada payudara merupakan
keluhan utama yang sering terjadi
pada wanita (Soepriatno, 2003).
Kebanyakan penyakit payudara
adalah jinak. Penyakit payudara jinak
merupakan persentase kasus terbesar
sekitar 90% dari keseluruhan
masalah payudara, yang dapat terjadi
pada
pria
maupun
wanita
(Sammarco, 2007).
Di Amerika keganasan payudara
merupakan
penyebab
kematian
tertinggi oleh karena kanker pada
wanita.
Pada
akhir-akhir
ini
keganasan payudara terus meningkat
terutama terjadi pada kelompok usia
muda. Pada kenyataannya keganasan
payudara pada waktu dideteksi
secara klinis telah mengadakan

metastasis
(mikrometastase)
ke
jaringan sekitar atau jaringan limfe
regional (Novianto, 2004).
Dari hasil penelitian di klinik
bedah Rumah Sakit London pada
tahun 2002, didapatkan 30% tidak
ada
penyakit,
40%
penyakit
fibrokistik, 10% kanker payudara,
7% fibroadenoma dan sisanya adalah
lesi jinak lainnya (Soepriatno, 2003).
Di Yaman mulai Januari 2006
Desember 2009 ditemukan sebanyak
635 kasus yang didiagnosis sebagai
penyakit tumor payudara. Terdapat
kelainan sebanyak 493 (77,6%) yang
merupakan penyakit payudara jinak
dan 142 (22,4%) penyakit payudara
ganas pada rentang usia 40-49 tahun.
Dari 493 penyakit payudara jinak
tersebut
yang
paling
sering
fibroadenoma 40,5% dengan rentang
usia 20-29 tahun diikuti oleh
kelainan fibrokistik 16% dengan

rentang usia 30-39 tahun dan lesi


inflamasi 8% dengan rentang usia
30-39 tahun (Bafaker dan Banafa,
2010).
Insiden keganasan payudara bagi
wanita di Indonesia dalam dekade
terakhir ini menempati urutan kedua
setelah keganasan mulut rahim
dengan frekuensi relatif sekitar 18%.
Data dari Jakarta Breast Center,
klinik
di
Jakarta
yang
mengkhususkan untuk penanganan
keluhan
pada
payudara,
menunjukkan bahwa dari 2.495
pasien yang datang pada tahun 2001
sampai
2002,
ternyata
79%
menderita penyakit payudara jinak
dan hanya 14% yang menderita
penyakit payudara ganas (Diananda,
2009). Data dari klinik bedah di
Surabaya sebagian besar penderita
keganasan payudara datang terlambat
dalam keganasan stadium lanjut
sebanyak 50% penderita datang
dengan stadium IIIb dan IV, 26%
stadium IIIa dan hanya 15%
penderita datang pada stadium I dan
II (stadium dini) (Novianto, 2004).
Pada penelitian di Rumah Sakit Dr.
M. Djamil Padang pada tahun 2000
dilakukan
pemeriksaan
sitologi
biopsi aspirasi jarum halus pada 45
penderita tumor payudara dari hasil
tersebut didapatkan 17 kasus tumor
jinak (37,8%), 8 kasus karsinoma
payudara (17,8%), penyakit kista 11
kasus (24,5%), 6 kasus radang
(13,4%) dan mencurigakan 3 kasus
(6,7%) (Rossa, 2000).
Saat ini diagnosis yang akurat
untuk lesi payudara tergantung pada
beberapa pendekatan penilaian,
antara lain anamnesa yang cermat,
pemeriksaan
secara
klinis,
pemeriksaan
pencitraan,
dan
pemeriksaan patologi dengan sitologi
biopsi aspirasi jarum halus (BAJAH)
atau Fine Needle Aspiration Biopsy

(FNAB).
Metode
pemeriksaan
FNAB menunjukkan sensitifitas dan
spesifisitas yang tinggi, serta mudah,
cepat, dan dapat dilakukan dengan
komplikasi trauma yang kecil
(Mendoza et al., 2011). Pada
umumnya
sensitivitas
sitologi
aspirasi jarum halus berkisar antara
77% sampai 98%, dan nilai
spesifisitas berkisar antara 97,6%
sampai 100% (Sari, 2011).
Sitologi FNAB (Fine Needle
Aspiration Biopsy) merupakan suatu
teknik diagnostik sitologi dengan
cara mengambil sejumlah kecil
bahan pemeriksaan dari tubuh
manusia (Mulandari, 2003). Di
Indonesia khususnya di Medan
konsep biopsi aspirasi jarum halus
(BAJAH) diterima dan dipergunakan
sebagai
prosedur
diagnosis
pendahuluan berbagai tumor di RS.
Dr. Pirngadi dan di berbagai rumah
sakit ataupun klinik swasta di Medan
(Tambunan, 1992).
Di beberapa negara maju,
penelitian mengenai prevalensi hasil
sitologi payudara telah banyak
dilakukan. Namun, penelitian tentang
ini di Indonesia khususnya di Banda
Aceh belum pernah dilakukan,
sehingga peneliti merasa tertarik
untuk mengadakan penelitian tentang
prevalensi hasil sitologi payudara
jinak dan ganas di Labolatorium
Patologi Anatomi RSUD dr. Zainoel
Abidin Banda Aceh periode 20082011.
II. METODOLOGI
Jenis penelitian

Metode yang akan digunakan


dalam penelitian ini adalah metode
penelitian
deskriptif
dengan
menggunakan pendekatan cross
sectional study (Notoadmojo, 2010).

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian
dilakukan
di
Laboratorium Patologi Anatomi
RSUD dr. Zainoel Abidin Banda
Aceh. Penelitian ini dilakukan pada
bulan Januari 2012 - Juni 2013.
Pengambilan data dimulai tanggal 6
November - 31 Desember 2013.
Perencanaan jadwal pelaksanaan
penelitian dapat
dilihat pada
Lampiran 1.
Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini


adalah seluruh penderita yang
didiagnosis penyakit payudara jinak
dan ganas berdasarkan hasil dari
pemeriksaan
sitologi
di
Laboratorium Patalogi Anatomi di
RSUD Dr. Zainoel Abidin Banda
Aceh pada periode 2008-2011.
Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah keseluruhan
populasi yang memenuhi kriteria
inklusi.
Kriteria Inkulusi

Semua data penderita penyakit


payudara jinak dan ganas yang
dilakukan pemeriksaan sitologi di
Laboratorium RSUD dr. Zainoel
Abidin Banda Aceh periode 20082011 serta lengkap dengan data
nama, usia, jenis kelamin, diagnosis
berdasarkan jenis sitologi, dan lokasi
lesi.
Kriteria Eksklusi

Semua data hasil pemeriksaan


sitologi payudara pada Laboratorium
Patologi Anatomi yang tidak jelas
dan lengkap.
Definisi Operasional
Untuk memudahkan memahami
pengertian dari variabel-variabel
dalam penelitian ini, akan dijelaskan
dalam definisi operasional sebagai

berikut:
1. Prevalensi adalah jumlah total
kasus penyakit tertentu yang
terjadi pada waktu tertentu di
wilayah tertentu. Alat ukur yang
digunakan adalah data hasil
pemeriksaan dengan cara ukur
menggunakan analisa data hasil
pemeriksaan.
Hasil
ukur
dinyatakan
dalam
tinggi,
sedang, rendah, dengan skala
ukur ordinal.
2. Sitologi
payudara
jinak
merupakan suatu pemeriksaan
morfologi sel tumor secara
mikroskopis pada kondisi jinak
payudara. Alat ukur yang
digunakan adalah data hasil
pemeriksaan.
Hasil
ukur
dinyatakan dalam dilakukan
atau tidak dilakukan dengan
skala ukur ordinal.
3. Sitologi
payudara
ganas
merupakan suatu pemeriksaan
morfologi sel tumor secara
mikroskopis pada kondisi ganas
payudara. Alat ukur yang
digunakan adalah data hasil
pemeriksaan.
Hasil
ukur
dinyatakan dalam dilakukan
atau tidak dilakukan dengan
skala ukur ordinal.
Alat/Instrumen dan Bahan Penelitian
Alat/instrumen
dan
bahan
penelitian yang akan digunakan
adalah data hasil pemeriksaan dan
atau
rekam
medik penderita
penyakit payudara jinak dan ganas
yang telah dilakukan pemeriksaan
sitologi di Laboratorium Patologi
Anatomi RSUD dr. Zainoel Abidin
Banda Aceh periode 2008-2011.
Prosedur Penelitian
Persiapan
Menyediakan lembar kertas untuk
mengambil data prevalensi hasil

sitologi payudara jinak dan ganas di


Laboratorium Patologi Anatomi
RSUD dr. Zainoel Abidin Banda
Aceh periode 2008-2011.
Pelaksanaan
Peneliti memperkenalkan diri dan
memberi penjelasan terhadap petugas
kesehatan yang berada diruang
Patologi Anatomi, tentang tujuan,
cara dan manfaat penelitian ini.
Selanjutnya dilakukan pengumpulan
data dengan mengambil data
sekunder berupa hasil pemeriksaan
dan atau rekam medik penderita
penyakit payudara jinak dan ganas
yang telah dilakukan pemeriksaan
sitologi. Setelah itu dilakukan
rekapitulasi data. Yang terakhir
adalah dilakukan analisa data.
Pengolahan Data
Setelah data dikumpulkan maka
langkah
selanjutnya
adalah
pengolahan data. Pengolahan data
dilakukan secara manual dengan
mengikuti langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Colecting: Mengumpulkan data
hasil
sitologi
payudara
di
Laboratorium Patologi Anatomi
RSUD dr. Zainoel Abidin.
2. Editing: Mengoreksi variabel
karakteristik penelitian sebelum
dilakukan kegiatan entri data
sehingga bila ada kesalahan atau
kekurangan data dapat segera
diklarifikasi.
3. Tabulating: Menyajikan data
dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi yang akan diteliti.
4. Cleaning: Mengevaluasi kembali
data sehingga tidak ada kesalahan
dalam pengolahan data.

Analisis Data
Analisis data yang digunakan
pada penelitian ini adalah analisis
univariat, yang bertujuan untuk
mendeskripsikan prevalensi hasil
sitologi dari tiap variabel. Data-data
yang diperoleh akan dicatat dan
dikumpulkan,
kemudian
akan
diinterpretasikan secara deskriptif
dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi dan persentase berdasarkan
usia, jenis kelamin, diagnosis
berdasarkan jenis sitologi, dan lokasi
lesi dengan bantuan komputer
III.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian
Data yang diambil hanya data dari
pemeriksaan FNAB (Fine Needle
Aspiration Biopsy) karena tidak
ditemukannya data dari pemeriksaan
Imprint
maupun
scraping.
Pengambilan
data
penelitian
dilakukan mulai tanggal 6 November
hingga 31 Desember 2012, pada
Instalasi Patologi Anatomi RSUD dr.
Zainoel Abidin Banda Aceh dari
bulan Juli 2008 - Desember 2011
terdapat
268
kasus
penyakit
payudara jinak, dan 75 kasus
penyakit payudara ganas.
Tabel 4.1 Kasus penyakit payudara jinak dan
ganas pada bulan juli 2008-Desember 2011.
Bulan/tahun
JuliDesember
2008
JanuariSeptember
2009
MaretDesember
2010
JanuariDesember
2011

Jinak
n

Bulan/tahun

Ganas
n

53

OktoberNovember
2008

71

FebruariOktober 2009

22

137

FebruariDesember
2010
JanuariDesember
2011

44

Dari 268 kasus penyakit payudara


jinak dan 75 kasus penyakit payudara
ganas
tersebut
didapatkan
bahwasannya angka kejadian pada
wanita dengan kasus penyakit
payudara jinak jauh lebih banyak
daripada laki-laki, yaitu 255 kasus
(95%), sedangkan laki-laki hanya 13
kasus (5%), dan angka kejadian pada
wanita dengan penyakit payudara
ganas sebanyak 73 kasus (97%),
sedangkan laki-laki hanya 2 kasus
(3%).
Distribusi
Frekuensi
Penyakit
Payudara
Jinak
dan
Ganas
Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia,
dan Lokasi
Hasil
penelitian
mengenai
distribusi
frekuensi
penyakit
payudara
jinak
dan
ganas
berdasarkan jenis kelamin, usia, dan
lokasi dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Penyakit
Payudara Jinak dan Ganas Berdasarkan Jenis
Kelamin, Usia, dan Lokasi.
Karakteristik

Jinak

Ganas

Jenis
Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Jumlah

13
255
268

5
95
100

2
73
75

3
97
100

Usia (Tahun)
11-20
21-30
31-40
41-50
51-60
> 60

73
88
63
32
7
5

27
33
23
12
3
2

1
4
16
27
15
12

1
5
21
36
20
16

Jumlah

268

100

75

100

119

50

33

44

131
12
262

45,4
4,6
100

42
0,0
75

56
0,0
100

Lokasi
Kanan
(dextra)
Kiri (sinistra)
Bilateral
Jumlah

Berdasarkan
tabel
diatas
didapatkan bahwa penyakit payudara
jinak dan ganas berdasarkan jenis
kelamin
yang
paling
sering
ditemukan pada wanita yaitu
sebanyak 255 kasus (95%) pada
penyakit payudara jinak, dan
sebanyak 73 kasus (97%) pada
penyakit payudara ganas.
Berdasarkan usia didapatkan
bahwa penyakit payudara jinak
paling sering ditemukan pada
kelompok usia 21-30 tahun yaitu
sebanyak
88
kasus
(33%).
Sedangkan pada penyakit payudara
ganas paling sering ditemukan pada
kelompok usia 41-50 tahun sebanyak
27 kasus (36%).
Berdasarkan lokasi didapatkan
bahwa penyakit payudara jinak dan
ganas jauh lebih sering didapatkan
pada payudara sebelah kiri (sinistra)
yaitu sebanyak 131 pasien (50,0%)
pada penyakit payudara jinak, dan
sebanyak 42 pasien (56,0%) pada
penyakit payudara ganas.
Distribusi
Frekuensi
Penyakit
Payudara
Jinak
dan
Ganas
Berdasarkan Jenis Sitologi
Dari hasil analisis data penelitian
didapatkan
persentase
penyakit
payudara jinak berdasarkan jenis
sitologi yang terbanyak yaitu
fibroadenoma sebanyak 137 kasus
(51%). Hasil analisis gambaran
sitopatologi distribusi frekuensi
penyakit payudara jinak berdasarkan
jenis sitologi dapat dilihat pada
gambar 4.1.

dan jumlah kasus penyakit payudara


ganas sebanyak 75 kasus.

Gambar
4.1
Gambaran
Sitopatologi
Distribusi Frekuensi Penyakit Payudara
Jinak Berdasarkan Jenis Sitologi pada Juli
2008 Desember 2011 di RSUD dr. Zainoel
Abidin Banda Aceh

Diikuti
dengan
persentase
penyakit payudara ganas berdasarkan
jenis sitologi yang terbanyak yaitu
karsinoma
infiltrating
duktus
sebanyak 68 kasus (91%). Hasil
analisis
gambaran
sitopatologi
distribusi
frekuensi
penyakit
payudara ganas berdasarkan jenis
sitologi dapat dilihat pada gambar
4.2.

Gambar
4.2
Gambaran
Sitopatologi
Distribusi Frekuensi Penyakit Payudara
Ganas Berdasarkan Jenis Sitologi Pada Juli
2008 Desember 2011 di RSUD dr. Zainoel
Abidin Banda Aceh

Pembahasan
Berdasarkan dari hasil penelitian
pada periode Juli 2008 Desember
2011 didapatkan bahwa jumlah kasus
penyakit payudara jinak yang telah
dilakukan
pemeriksaan
sitologi
biopsi aspirasi jarum halus di
RSUDZA yaitu sebanyak 268 kasus,

Distribusi
Frekuensi
Penyakit
Payudara
Jinak
dan
Ganas
Berdasarkan Jenis Sitologi
Berdasarkan jenis sitologi, hasil
penelitian
ini
menunjukkan
bahwasannya penyakit payudara
jinak yang paling sering terjadi yaitu
fibroadenoma sebanyak 137 kasus
(51%), diikuti oleh mammary
dysplasia (19%). Penelitian ini
hampir sama dengan penelitian yang
dilakukan oleh Bafaker et al. (2010)
di central laboratorium Rumah Sakit
Ibn-Sinna Hospital pada Januari
2006-Desember
2009
yang
melaporkan
bahwa
penyakit
payudara jinak yang paling sering
terjadi yaitu fibroadenoma (40,5%),
dan juga penelitian Anyikam et al.
(2008) di departemen morbid
anatomi Rumah Sakit Pendidikan
pada Januari 2000-Desember 2004
yang melaporkan bahwa penyakit
payudara jinak yang paling sering
terjadi yaitu fibroadenoma sebanyak
318 kasus (44%). Fibroadenoma
lebih sering menyerang remaja
dibawah
30
tahun
karena
dipengaruhi oleh faktor hormonal
pada saat siklus menstruasi dan saat
kehamilan. Penyebabnya karena
sensitifitas jaringan setempat yang
berlebihan terhadap hormon estrogen
(Kumar et al., 2010).
Sedangkan penyakit payudara
ganas yang paling sering terjadi yaitu
karsinoma
infiltrating
duktus
sebanyak 68 kasus (91%), diikuti
oleh papillary adenocarcinoma
sebanyak 3 kasus (4%). Penelitian ini
sesuai dengan penelitian yang
didapatkan oleh Saxena (2005) di
India yang menyatakan bahwa
prevalensi
tertinggi
penyakit
payudara ganas yaitu infiltrating

ductal carcinoma sebesar 88,2%.


Begitu juga dengan penelitian
Wahyuni (2006) di RS Kanker
Dharmais yang menyatakan bahwa
penyakit payudara ganas terbanyak
yaitu infiltrating ductal carcinoma
sebanyak 59 kasus (76,6%).
Karsinoma infiltrating duktus
merupakan kanker payudara yang
paling umum terjadi yang berawal
dari saluran susu dan menyerang
jaringan payudara di sekitarnya. Jika
tidak ditangani pada stadium awal,
IDC dapat menjalar ke bagian tubuh
lain melalui system aliran darah dan
limfatik. IDC sering dialami oleh
wanita usia lebih dari 40 tahun, pada
usia ini bukan usia produktif untuk
produksi ASI sehingga menyebabkan
faktor resiko terjadinya kanker
payudara meningkat (American
Cancer Society, 2010).
Distribusi
Frekuensi
Penyakit
Payudara
Jinak
dan
Ganas
Berdasarkan Jenis Kelamin
Dari
hasil
penelitian
ini
didapatkan bahwa pasien perempuan
yang terdiagnosis penyakit payudara
jinak sebanyak 255 kasus (95%) dan
pasien laki-laki hanya 13 kasus (5%),
sedangkan pasien perempuan yang
terdiagnosis penyakit payudara ganas
sebanyak 73 kasus (97%), dan pada
laki-laki hanya 2 kasus (3%). Disini
terdapat perbedaan yang sangat jelas
diantara
jumlah
pasien
yang
mengalami penyakit payudara jinak
dan ganas berdasarkan jenis kelamin.
Wanita lebih beresiko mengalami
penyakit payudara dibandingkan
dengan pria. Hal ini dikarenakan
secara fisiologis telah terbukti bahwa
setelah mengalami pubertas, anak
laki-laki dan perempuan memiliki
sedikit jaringan payudara. Selepas
pubertas,
ovarium
perempuan
menghasilkan hormon estrogen dan

menyebabkan pertumbuhan jaringan


pada payudara meningkat. Namun,
pada anak laki-laki hormon yang
dihasilkan
oleh
testis
dapat
menghambat pertumbuhan jaringan
payudara. Maka, penyakit payudara
pada laki-laki kurang berkembang
dibandingkan
dengan
payudara
perempuan
(American
Cancer
Society, 2010).
Distribusi
Frekuensi
Penyakit
Payudara
Jinak
dan
Ganas
Berdasarkan Usia
Berdasarkan
hasil
penelitian
terhadap penderita penyakit payudara
jinak dan ganas yang telah dilakukan
pemeriksaan biopsi aspirasi jarum
halus didapatkan bahwa 27% kasus
penyakit payudara jinak ditemukan
pada kelompok usia 11-20 tahun,
33% kasus pada kelompok usia 2130 tahun, 23% kasus pada kelompok
usia 31-40 tahun, 12% kasus pada
kelompok usia 41-50 tahun, 3%
kasus pada kelompok usia 51-60
tahun, dan 2% kasus pada kelompok
usia > 60 tahun.
Hasil penelitian ini juga hampir
sama dengan hasil penelitian yang
didapatkan oleh Godwins et al.
(2011) di Pusat Kesehatan Makurdi
selama periode Januari 1997 sampai
dengan Desember 2006 yang
melaporkan bahwa usia penderita
penyakit payudara jinak terbanyak
terdapat pada kelompok usia 21-30
tahun,
yaitu
sebesar
39,3%,
sedangkan untuk kelompok usia di
bawahnya, jumlah kasus penyakit
payudara jinak lebih kecil.
Sedangkan
pada
penyakit
payudara ganas didapatkat 1% kasus
pada kelompok usia 11-20 tahun, 5%
kasus pada kelompok usia 21-30
tahun, 21% kasus pada kelompok
usia 31-40, 36% pada kelompok usia
41-50 tahun, 20% kasus pada

kelompok usia 51-60 tahun, dan 16%


kasus pada kelompok usia > 60
tahun.
Hasil penelitian ini sesuai dengan
hasil penelitian yang didapatkan oleh
Cory Primanturia di Rumah Sakit
Immanuel Bandung pada tahun 2008
yang melaporkan bahwa usia
penderita penyakit payudara ganas
terbanyak terdapat pada kelompok
usia 41-50 tahun, yaitu sebesar 41%.
Menurut Scott dalam New
England Journal of Medicine (2005),
seseorang yang sedang didiagnosis
ataupun
pernah
didiagnosis
menderita tumor jinak payudara,
sudah menjadi faktor resiko untuk
berkembang menjadi tumor ganas
payudara. Salah satu faktor untuk
terjadinya tumor maupun kanker
payudara adalah usia. Bertambahnya
usia merupakan salah satu faktor
risiko paling kuat untuk terjadinya
kanker payudara. Meskipun kanker
payudara dapat terjadi pada wanita
muda, secara umum merupakan
penyakit penuaan. Seorang wanita
berusia > 30 tahun risikonya kirakira 1 dari 250, sedangkan untuk
wanita pada usia 70 tahun adalah
sekitar 1 dari 30. Sebagian besar
kanker payudara yang didiagnosis
adalah setelah menopause dan sekitar
75% dari kasus kanker payudara
terjadi setelah 50 tahun (National
Breast and Ovarian Cancer Centre,
2009).
Faktor reproduktif juga berperan
untuk terjadinya tumor maupun
kanker payudara. Wanita yang
memiliki siklus haid lebih karena
mereka mulai menstruasi pada usia
dini (sebelum usia 12 tahun) dan atau
melalui menopause pada usia
kemudian
(setelah
umur
55)
mempunyai resiko sedikit lebih
tinggi mendapat kanker payudara.
Hal ini mungkin terkait dengan

eksposur seumur hidup yang lebih


tinggi terhadap hormon estrogen dan
progesteron. (American Cancer
Society, 2009).
Distribusi
Frekuensi
Penyakit
Payudara
Jinak
dan
Ganas
Berdasarkan Lokasi
Berdasarkan hasil penelitian ini
didapatkan bahwa dari 262 pasien
yang menderita penyakit payudara
jinak sekitar 50,0% lebih sering
terjadi pada payudara bagian kiri
(sinistra), sekitar 45,4% pada
payudara kanan (dextra), dan sebesar
4,6%
pada
kedua
payudara
(bilateral). Hasil penelitian ini juga
hampir sama dengan penelitian yang
didapatkan oleh Silvyana et al.
(2010) di Rumah Sakit Hasan
Sadikin Bandung selama periode
Januari-Desember
2010
yang
melaporkan bahwa lokasi terbanyak
yaitu pada payudara bagian kiri
(68,8%), diikuti payudara bagian
kanan (31,2%) dan 37,6% pada
kedua bagian payudara.
Sedangkan
pada
penyakit
payudara ganas didapatkan bahwa
dari 42 pasien sekitar 56,0% pada
payudara bagian kiri (sinistra), dan
sebesar 44,0% pada bagian kanan
(dextra), dan sebesar 0,0% pada
kedua payudara (bilateral). Menurut
Kumar et al. (2007) pada keganasan
payudara sering mengenai payudara
kiri.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian pada
prevalensi hasil sitologi payudara
jinak dan ganas di RSUD dr. Zainoel
Abidin Banda Aceh periode 20082011, dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Dari hasil penelitian didapatkan
bahwa kasus penyakit payudara
jinak lebih banyak daripada

penyakit payudara ganas. Kasus


penyakit payudara jinak terbanyak
yaitu fibroadenoma, dan kasus
penyakit
payudara
ganas
terbanyak
yaitu
karsinoma
infiltrating duktus.
2. Berdasarkan
jenis
kelamin
didapatkan bahwa angka kejadian
pada perempuan lebih banyak
dibandingkan dengan laki-laki.
3. Dilihat dari usia, didapatkan
bahwa
mayoritas
penyakit
payudara jinak ditemukan pada
kelompok usia 21-30 tahun, dan
mayoritas penyakit payudara
ganas ditemukan pada kelompok
usia 41-50 tahun.
4. Berdasarkan lokasi, penelitian ini
menunjukkan bahwa mayoritas
kasus penyakit payudara jinak dan
ganas ditemukan pada payudara
sinistra (kiri).
Daftar Pustaka
Almasad J., 2001. Mammary Duct
Ectasia
and
Periductal
Mastitis in Males. [Online]
Available
at:
http://wwww.smj.org.sa/PDFFi
les/Nov01/
Mammary.pdf
[Diakses 20 Maret 2011].
Anyikam A, Nzeqwu MA, Ozumba
BC, Okoye I, Olusina DB.
2008. Benign Breast Lesions in
Eastern Nigeria. School of
Medicine, University of Texas
Health Science Center at San
Antonio. Texas, USA. Page:
241-244.
Bafaker S. & Banafa N., 2010.
Breast Disease in southern
Yemen. [Online] Available at:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/p
ubmed [Diakses 16 September
2012].

Bartow S., Rubin E. & Farbel J.,


1993. The Breast Pathology.
Philadelphia, pp. 1039-1046.
Chandrasoma P. & Taylor C., 2006.
Ringkasan Patologi Anatomi.
Jakarta: EGC, pp. 742-748.
Char-Hong N., Nur-Aishah T. &
Cheng-Har Y., 2009. Is It
Necessary to Excise All Breast
Lesion? Experience From A
University-Based
Unit.
Malaysian Family Physician
2009. [Online] Available at:
http://www.afpm.org.my/elear
ning
2009v4n2_3/pdf/Breast_lesion.
pdf. [Diakses 10 Januari 2012].
Crum C., Lester S. & Coran R.,
2003. The Breast (Robbins
Basic Pathology). Kumar,
Cotran & Robbins, Editor.
Ed7th . Philadelphia, pp. 705717.
Diananda
R.,
2009.
Kanker
Payudara. Dalam: Saleh AQ,
ed. Mengenal Seluk Beluk
Kanker. Yogyakarta: s.n., pp.
61-74.
Godwins E., David, D. & Akeem J.,
2011. Histopatologic Analysis
of Benign Breast Disease in
Makurdi,
North
Central
Nigeria. International Journal
of Medicine and Medical
Science 3 (5):8-125. [Online]
Available
at:
http://www.academicjournals.o
rg/IJMMs/PDF/Pdf2011/May.
Echejoh%20et%20al.pdf.
[Diakses 10 Februari 2013].

Gottilieb and Scott., 2005. Women


with Benign Breast Disease
Face Higher Cancer Risk. New
England Journal of Medicine,
353:229-37 and 297-9.

Lester S., 2005. The Breast.. Dalam:


I. Kumar, Abbas & Fausto,
penyunt. Robbin and Cotran
Pathologic Basis of Disease.
s.l.: Philadelphia, pp. 51-1119.

Hartmann L., 2005. Benign Breast


Disease and the Risk of Breast
Cancer. [Online] Available at:
http://www.nejm.org/doi/full/1
0.156/
NEJM0a0044383.pdf
[Diakses 21 Juni 2012].

Lindholm K., Steretti G. & Whitaker


D.,
2005.
Find
Needle
Aspiration Cytology. Ed. 4.
Philadelphia, pp. 8-166.

Heffner L & Schuse D., 2006. At a


Glance Sistem Reproduksi. Ed.
2 . Jakarta: Erlangga.
Kingsnorth A. & Bowley D., 2011.
Fundamental
of
Surgical
Practice: A preparation with
for the intercollegiate MRCS
Examination.
Dalam:
3
penyunting. U.K: Cambridge
University Press, pp. 30-226.
Kissane
J.,
1991.
Female
Reproductive System, Vol. 6.
New York. pp. 215-218.
Kumala P., 1998. Kamus Saku
Kedokteran Dorland, Edisi 25.
Jakarta: EGC.
Kumar M., Ray K., Harode S. &
Wagh, D., 2010. The Pattern of
Benign Breast Disease in Rural
Hospital in India,. East in
Central African Journal of
Surgery.,
15(2)
http://www.bioline.org.br/requ
est?js10035 [Diakses: 22 Juli
2012]), pp. 59-64.
Kumar V., Cotran R. S. & Robbins
S. L., 2007. Buku Ajar
Patologi. Edisi 7. Jakarta:
EGC. pp.94-186, 11-200, 801788.

Lubis., 2010. Profil Penderita


karsinoma Payudara Pada
Laboratorium
Patologi
Anatomi di Kota Medan Tahun
2009.
Medan:
Fakultas
Kedokteran
Universitas
Sumatera Utara.
Lumongga F., 2008. Karsinoma
Papiler
Pada
Payudara.
Medan: Fakultas Kedokteran
Sumatera Utara.
Lumongga F., 2009. Perbedaan Nilai
Numerik
Kuantitas
Sitomorfometri
Terhadap
Keliling dan Densitas Inti
Pada
Fibroadenoma,
Karsinoma
Ductus
dan
Karsinoma Lobular Payudara.
Medan: Fakultas Kedokteran
Sumatera Utara.
Luya M., 2003. Problematik dan
Perawatan Payudara. Jakarta:
Kawan Pustaka.
Malik MAN., Salahuddin O., Azhar
M., Dilawar O., Irshad H.,
Sadia. & Salahuddin A., 2010.
Breast Disease. Profesional
Med J. pp. 72-366.
Mckenzie J., Pinger R. & Kotecky J.,
2006. Kesehatan Masyarakat,
Ed.4. Jakarta: EGC.

Mubarak W. & Nurul C., 2009. Ilmu


Kesehatan Masyarakat: Teori
dan Aplikasi. Jakarta: EGC.
Mulandari T., 2003. Perbandingan
Akurasi Diagnostik Antara
Biopsi Jarum Besar dengan
Potong Beku pada Tumor
Payudara. Semarang: Fakultas
Kedokteran Undip/SMF Bedah
RSUP dr. Karyadi.
National Cancer Institute., 2010.
Breast
Cancer.
http://www.cancer.gov/
cancertopics/types/breast
[Diakses pada 9 Juli 2011].
National Breast and Ovarian Cancer
Center., 2009. What You Need
to Know About Breast Cancer.
USA:
National
Cancer
Institute.
Available
from:
http://www.cancer.gov/cancert
opics/wyntk/breast/WYNTK_b
reast.pdf [Diakses pada 6 Juni
2012].
Notoatmojo S., 2005. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rhineka Cipta.
Notoatmojo S., 2010. Metodologi
Penelitian Kesehatan, ed.
Revisi
Cetakan
Pertama.
Jakarta: Rhineka Cipta, pp. 837.
Novianto
C.,
2004.
Akurasi
Pemeriksaan
Klinis,
Ultrasonografi Payudara dan
Sitologi Biopsi Aspirasi Dalam
Menegakkan
Diagnosis
Keganasan Payudara Stadium
5.
Semarang:
Fakultas
Kedokteran Diponegoro

Primanturia C., 2009. Prevalensi


Karsinoma Mammae di Rumah
Sakit Immanuel Bandung.
Bandung: Fakultas Kedokteran
UKM. pp. 5-44.
Ramli M., 2008. Kumpulan Kuliah
Ilmu Bedah, ed. 1. Jakarta:
Balai Penerbit FK UI, pp. 56342.
Reksoprotjo S., 1994. Kumpulan
Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta:
Bagian Bedah Staf Pengajar
Fakultas
Kedokteran
Universitas Indonesia, pp. 355.
Rosai J., 2004. Breast Ackerman's
Surgical Pathology, Vol. 2.
New York. pp. 3-179.
Sammarco A., 2007. Problem of The
Breast. In: Manahan FD, Sands
JK, Neighbors M, Marek JF,
and
Green
CJ.
Phipps'
Medical-Surgical
Nursing:
Health
and
Illness
th
Perspectives.
8
edition.
Mosby: Elsevier. Canada.
Page: 1752-77.
Sander M., 2004. Atlas Berwarna
Patologi
Anatomi,
Ed.1.
Dalam: Jakarta: s.n., pp. 70-93.
Sari K., 2011. Profil Penderita
Tumor
Payudara
yang
Dilakukan Tindakan Biopsi
Aspirasi Jarum Halus di
Laboratorium
Centra
Diagnostik Patologi Anatomi
Fakultas Kedokteran USU
Januari
2009-Mei
2011.
Medan: Fakultas Kedokteran
USU.

Saxena S., Rekhi, Bharat., Bansal,


Anju.,
Bagga,
Ashok.,
Chintamani., Murthy, N. S.,
2005. Clinico-Morphological
Patterns of Breast Cancer
Including Family History in a
New Delhi Hospital. World J
Surg Oncol (3): 67. [Online]
Available
at:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/p
mc/articles/ PMC1277852.pdf.
[Diakses 25 Januari 2013].

Society AC. 2009. Breast Cancer


Facts & Figures 2009-2010.
http://www.cancer.org/acs/grou
ps/content/@nho/documents/d
ocument/f86100final90809pdf.
pdf [Diakses pada 30 April
2013].

Schwartz S., 2000. Intisari Prinsipprinsip Ilmu Bedah. Jakarta:


EGC.

Society A. C., 2010. Non-Cancerous


Breast Condition. [Online]
Available
at:
htpp://www.cancer.org/acs/gro
ups/cid/document/webcontent/
003185-pdf.
[Diakses
05
November 2011].

Sielvyana S., Ivone J. & Nadya S.,


2010. Gambaran Penderita
Rawat Inap Tumor Payudara
di Rumah Sakit Hasan Sadikin
Periode
Januari-Desember
2010.
Bandung:
Fakultas
Kedokteran UKM.

Society A. C., 2010. Testing Biopsy


and Cytology Specimens For
Cancer. [Online] Available at:
http://www.cancer.org/acs/grou
ps/cid/document/webcontent/
003185-pdf
[Diakses
15
September 2012].

Simatupang F., 2009. Keakuratan


Potong Beku, Sitologi Imprint
Intraoperasi dan Gambaran
USG Dalam Diagnosis Kanker
Ovarium di RSUP.H. Adam
Malik.
Medan:
Fakultas
Kedokteran USU.

Take Z., Kabay B., Akbulut M. &


Erdem E., 2008. Primary
Infiltrating Ductal Carcinoma
Arising in Aberrant Tissue of
the Axilla: A Rare Entity
Tumor
2008.
Issue
http://www.tumorionline.it/alle
gati/00371_2008_04/
fulltext/22-Teke%20%28577583%29.pdf [Diakses: 17 Juli
2012], pp. 557-583.

Sjamsuhidajat R. & De jong W.,


2005. Buku Ajar Ilmu Bedah,
Ed. 2. Jakarta: EGC, pp. 388395.
Sloane & John, P., 2001. Biopsy
Pathology of the Breast Biopsy
Pathology. New York. pp. 6269.
Snell & Richard, S., 2006. Anatomi
Klinik
Untuk
Mahasiswa
Kedokteran. Jakarta: EGC, pp.
420-421.

Tambunan G., 1992. Penerapan


Biopsi Aspirasi Jarum Halus
Dalam Deteksi Dini Kanker,
Ed.80. Medan: Bagian Patologi
Anatomi Kedokteran USU, pp.
7-9.

Tim Penanggulangan dan Pelayanan


Kanker Payudara Terpadu
Paripurna
RS
Kanker
Dharmawais.,
2002.
Penatalaksanaan
Kanker
Payudara Terkini, Jakarta:
Pustaka Populer Obor.
Wahyuni A. S., 2006. Hubungan
Jenis
Histologi
dengan
Ketahanan Hidup 5 Tahun
Penderita Kanker Payudara.
Medan: Fakultas Kedokteran
USU.
Wilms L., Schneiderman, H. &
Algranati P., 2005. Diagnostik
Fisik: Evaluasi Diagnosis
Fungsi di Bangsal. Jakarta:
EGC, pp. 178-183.
Yoon N. & Hong S. P., 2011.
Aberrant
Breast
Tissue
Associated with Acanthosis
Nigricans. [Online] Available
at:
http://www.koreamed.
org/SearchBasic.phb?
RID=0048KJD/2011.49.1.93&
DT=1 [Diakses 10 Februari
2012].

Você também pode gostar

  • Penyakit Akibat Kerja
    Penyakit Akibat Kerja
    Documento9 páginas
    Penyakit Akibat Kerja
    MeLi Beiiby Dudunk
    Ainda não há avaliações
  • Vignette Radiologi Una
    Vignette Radiologi Una
    Documento2 páginas
    Vignette Radiologi Una
    MeLi Beiiby Dudunk
    Ainda não há avaliações
  • Penyakit Akibat Kerja
    Penyakit Akibat Kerja
    Documento9 páginas
    Penyakit Akibat Kerja
    MeLi Beiiby Dudunk
    Ainda não há avaliações
  • Lapkas Neuro Diana
    Lapkas Neuro Diana
    Documento39 páginas
    Lapkas Neuro Diana
    MeLi Beiiby Dudunk
    Ainda não há avaliações
  • Lapkas Neuro
    Lapkas Neuro
    Documento35 páginas
    Lapkas Neuro
    MeLi Beiiby Dudunk
    Ainda não há avaliações
  • Lapkas DM
    Lapkas DM
    Documento35 páginas
    Lapkas DM
    MeLi Beiiby Dudunk
    Ainda não há avaliações
  • Lapkas Neuro
    Lapkas Neuro
    Documento35 páginas
    Lapkas Neuro
    MeLi Beiiby Dudunk
    Ainda não há avaliações
  • Lapkas Neuro
    Lapkas Neuro
    Documento35 páginas
    Lapkas Neuro
    MeLi Beiiby Dudunk
    Ainda não há avaliações
  • Presbi-referat
    Presbi-referat
    Documento20 páginas
    Presbi-referat
    MeLi Beiiby Dudunk
    Ainda não há avaliações
  • Refrat Bedah
    Refrat Bedah
    Documento1 página
    Refrat Bedah
    MeLi Beiiby Dudunk
    Ainda não há avaliações
  • VIGNATE RADIOLOGI Ainul
    VIGNATE RADIOLOGI Ainul
    Documento2 páginas
    VIGNATE RADIOLOGI Ainul
    MeLi Beiiby Dudunk
    Ainda não há avaliações
  • Lapkas Stase Anak
    Lapkas Stase Anak
    Documento34 páginas
    Lapkas Stase Anak
    MeLi Beiiby Dudunk
    Ainda não há avaliações
  • Gga Memel
    Gga Memel
    Documento45 páginas
    Gga Memel
    MeLi Beiiby Dudunk
    Ainda não há avaliações
  • Vingete Radiology Ressi Fix
    Vingete Radiology Ressi Fix
    Documento2 páginas
    Vingete Radiology Ressi Fix
    MeLi Beiiby Dudunk
    Ainda não há avaliações
  • Joernal Radiologi
    Joernal Radiologi
    Documento20 páginas
    Joernal Radiologi
    MeLi Beiiby Dudunk
    Ainda não há avaliações
  • Mengatasi PTSD
    Mengatasi PTSD
    Documento8 páginas
    Mengatasi PTSD
    MeLi Beiiby Dudunk
    Ainda não há avaliações
  • Artikel Skripsi PDF
    Artikel Skripsi PDF
    Documento14 páginas
    Artikel Skripsi PDF
    MeLi Beiiby Dudunk
    Ainda não há avaliações