Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Identitas Pasien
Nama
Usia
Jenis kelamin
Berat Badan
Tinggi Badan
Alamat
Agama
Suku Bangsa
Nama ibu
: Anak T
: 4 tahun
: Wanita
: 10 kg
: 95cm
: Dumpit RT 02
: Islam
: Jawa
: Ibu M.
Puskesmas Kutai
Menurut keterangan dari ibu pasien, pasien tidak ada riwayat kejang. Riwayat
penyakit paru juga disangkal oleh ibu pasien seperti contohnya pneumonia atau TB paru.
Pasien juga tidak memiliki pernah menderita varicela, morbili, maupun difteri. Pasien
tidak ada riwayat diare akut maupun diare kronik. Pasien juga tidak pernah menderita
demma berdarah serta typhoid sebelumnya.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu dalam keadaan yang baik dan sehat, tidak mengalami keluhan yang serupa. Ayah
sedang mengalami batuk selama seminggu belakangan ini. Orang tua pasien tidak
mengalami hipertensi, dan tidak ada riwayat asma, diabetes, kanker, dan penyakit
jantung, penyakit ginjal maupun hati.
d. Lain Lain
Pasien menyangkal adanya alergi makanan maupun obat-obatan. Pasien mengkuti
imunisasi lengkap, pasien dilahirkan secara normal. Pasien tinggal di lingkungan yang
kurang bersih. Tetangga dan keluarga pasien yang tinggal satu rumah dengan pasien
belum ada yang mengalami sakit yang serupa. Pasien lahir dengan persalinan normal
dengan berat 2,5 kg. Pasien belum pernah dirawat di rumah sakit, pasien selama ini tidak
menggunakan obat obatan rutin Pasien mengonsumsi ASI sampai umur 2 tahun. Dalam
satu tahun pertama berat badan pasien menunjukkan adanya peningkatan walaupun
sedikit. Dari umur 2 tahun sampai 3 tahun berat badan tetap dan tidak berubah.
Sedangkan dari umur 3 tahun ke 4 tahun berat badan pasien malah cenderung berkurang.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum: Sakit sedang, agak lemas
Kesadaran: compos mentis
Tanda tanda vital
Temperatur
= 38OC
Tekanan Darah
= 110 / 80 mmHg
Tekanan nadi
= 80 / menit
RR
= 18 / menit
Status general
Kepala dan wajah:
o Turgor kulit yang normal, hiperpigmentasi (-), asianotik. Bentuk kepala
Mesocephal, simetris, deformitas (-), rambut tipis berwarna hitam
o Konjungtiva anemis +/+, Sklera ikterik -/-, diameter pupil 2,5 mm, Refleks
cahaya langsung +/+, Refleks cahaya tidak langsung +/+
o Pada hidung tidak ada deformitas, septum nasi ditengah, sekret -/-, , nafas
cuping hidung (-), Rongga hidung normal, tidak terdapat tonjolan maupun
kemerahan.
Puskesmas Kutai
o Daun telinga normal, ukuran telinga normal, tidak Nampak adanya deformitas,
tidak terdapat fistel preaurecular. Liang telinga bersih, kulit tidak Nampak
adanya benjolan maupun bisul, gendang telinga tampak baik.
o Lidah bersih, uvula ditengah, T1/T1, tidak hiperemis, tonsil tidak hiperemis,
faring tidak hiperemis
Leher: pergerakkan bebas, trakea ditengah, tidak teraba pembesaran kelenjar getah
bening, kelenjar tiroid, dan massa
Toraks (paru-paru):
o Inspeksi: Gerak nafas simetris dalam keadaan statis dan dinamis, tidak ada
scar, tidak terlihat adanya deformity, tidak ada hipopigmentasi dan
hiperpigmentasi
o Palpasi: stem fremitus kanan dan kiri sama, rongga paru saat inspirasi
mengembang
o Perkusi: sonor pada kedua lapangan paru
o Auskultasi: suara nafas normal (vesicular), tidak terdapat stidor, ronchi
maupun wheezing
Toraks (jantung):
o Inspeksi: tidak terlihat iktus kordis, bentuk prekordium normal (tidak cembung
maupun cekung)
o Palpasi: tidak teraba iktus kordis pada ruang interkostal V sisi kiri agak medial
dari linea midclavicularis sinistra
o Perkusi: batas jantung-paru dalam batas normal
o Auskultasi: bunyi jantung normal, murmur -, gallop
Abdomen:
o Inspeksi: datar, tidak terlihat adanya deformitas, tidak ada hipopigmentasi dan
hiperpigmentasi
o Palpasi: McBurney sign (-), supel, tidak teraba pembesaran hepar dan lien
o Perkusi: timpani
o Auskultasi: bising usus positif
Punggung dan pinggang: kifosis -, lordosis -, skoliosis
Anggota gerak:
Extremitas atas
Pergerakkan luas ke segala arah sesuai sumbu sendi, edema-, kuatan gerak otot
extrimitas atas normal
Extremitas bawah
Pergerakkan luas ke segala arah sesuai sumbu sendi, edema-, kuatan gerak otot
extrimitas atas normal
Resume
Seorang anak laki laki berusia 4 tahun atang bersama ibunya, ibu pasien mengeluh
anaknya sulit makan semenjak 5 hari yang lalu. Jika makan, makanannya sering diemut
sehingga butuh waktu yang lama untuk menghabiskan makanannya. Terkadang satu kali
makan membutuhkan waktu satu jam. Selain susah makan, anak juga mengalami keluhan
batuk ringan selama 4hari ini. Batuknya tidak berdahak. Batuknya ini tidak sepanjang hari,
biasanya beberapa kali dipagi hari dan di malam hari, disiang hari agak jarang.
3
Puskesmas Kutai
Analisis
Differential diagnosis
Marasmus
Malnutrisi dapat akibat dari masukan makanan yang tidak sesuai atau tidak cukup
akibat dari penyerapan makanan yang tidak cukup, kebiasaan diet jelek, mengikuti mode
makanan dan faktor-faktor emosi dapat membatasi masukan.
Marasmus adalah salah satu bentuk gizi buruk yang sering ditemui pada Balita.
Penyebabnya multifaktorial antara lain masukan makanan yang kurang, faktor penyakit
dan faktor lingkungan serta ketidaktahuan untuk memilih makanan yang bergizi dan
keadaan ekonomi yang tidak menguntungkan.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis; untuk menentukan penyebab
perlu anamnesis makanan dan penyakit lain. Pencegahan terhadap marasmus ditujukan
kepada penyebab dan memerlukan pelayanan kesehatan dan penyuluhan yang baik.
Pengobatan marasmus ialah pemberian diet tinggi kalori dan tinggi protein dan
penatalaksanaan di rumah sakit yang dibagi atas: tahap awal, tahap penyesuaian dan
rehabilitasi.
Marasmus adalah permasalahan gizi serius yang terjadi di negara-negara
berkembang. Menurut data WHO sekitar 49% dari 10,4 juta kematian di negara
berkembang pada anak-anak dibawah usia 5 tahun berkaitan dengan defisiensi energi dan
protein sekaligus.
Marasmus merupakan keadaan dimana seorang anak mengalami defisiensi energi
dan protein. Umumnya kondisi ini dialami masyarakat yang menderita kelaparan.
Gizi buruk tipe marasmus adalah suatu keadaan dimana pemberian makanan tidak cukup
atau higiene jelek disebabkan oleh defisiensi karbohidrat.
Pada umumnya masyarakat indonesia telah mampu mengkonsumsi makanan yang
cukup secara kuantitatif. Namun dari segi kualitatif masih cukup banyak yang belum
mampu mencukupi kebutuhan gizi minimum
Marasmus ialah suatu bentuk kurang kalori-protein yang berat. Keadaan ini
merupakan hasil akhir dari interaksi antara kekurangan makanan dan penyakit infeksi.
Selain faktor lingkungan, ada beberapa faktor lain pada diri anak sendiri yang dibawa
sejak lahir, diduga berpengaruh terhadap terjadinya marasmus Secara garis besar sebab4
Puskesmas Kutai
sebab marasmus ialah sebagai berikut: Pemasukan kalori yang tidak cukup, marasmus
terjadi akibat masukan kalori yang sedikit, pemberian makanan yang tidak sesuai dengan
yang dianjurkan akibat dari ketidaktahuan orang tua si anak; misalnya pemakaian secara
luas susu kaleng yang terlalu encer. Kebiasaan makan yang tidak tepat. Malformasi
kongenital
Misalnya: penyakit jantung bawaan, penyakit Hirschprung, deformitas palatum,
palatoschizis, micrognathia, stenosis pilorus, hiatus hernia, hidrosefalus, cystic fibrosis
pancreas
Pada keadaan ini yang mencolok adalah pertumbuhan yang kurang atau terhenti
disertai atrofi otot dan menghilangnya lemak dibawah kulit. Pada mulanya keadaan
tersebut adalah proses fisiologis untuk kelangsungan hidup jaringan, ubuh memerlukan
energi yang tidak dapat dipenuhi oleh makanan yang masuk, sehingga harus didapat dari
tubuh sendiri, sehingga cadangan protein digunakan juga untuk memenuhi kebutuhan
gizi tersebut.
Marasmus sering sekali terjadi pada bayi di bawah 12 bulan. Terdapat beberapa
tanda khusus pada marasmus ialah kurangnya (bahkan tidak ada) jaringan lemak di
bawah kulit, Sehingga seperti bayi yang memakai pakaian yang terlalu besar ukurannya.
Selain itu terdapat pula beberapa tanda khusus bayi terkena marasmus, diantaranya:
- Bayi akan merasa lapar dan cengeng.
- Wajahnya tampak menua (old man/monkey face).
- Atrofi jaringan, otot lemah terasa kendor/lembek ini dapat dilihat pada paha dan
pantat bayi yang seharusnya kuat dan kenyal dan tebal.
- Oedema (bengkak) tidak terjadi.
- Warna rambut tidak berubah.
Pada marasmus tingkat berat, terjadi retardasi pertumbuhan, berat badan dibanding
usianya sampai kurang 60% standar berat normal. Sedikitnya jaringan adipose pada
marasmus berat tidak menghalangi homeostatis, oksidasi lemak tetap utuh namun
menghabiskan cadangan lemak tubuh. Keberadaan persediaan lemak dalam tubuh adalah
faktor yang menentukan apakah bayi marasmus dapat bertahan/survive (Cameron &
Hofvander 1983:19-21).
Marasmic Kwashiorkor.
Anak/bayi yang menderita marasmic-kwashiorkor mempunyai gejala (sindroma)
gabungan kedua hal di atas. Seorang bayi yang menderita marasmus lalu berlanjut
menjadi kwashiorkor atau sebaliknya tergantung dari makanan/gizinya dan sejauh mana
cadangan energi dari lemak dan protein akan berkurang/habis terpakai
Apabila masukan energi kurang dan cadangan lemak terpakai, bayi/anak akan jatuh
menjadi marasmus. Sebaliknya bila cadangan protein dipakai untuk energi, gejala
kwashiorkor akan menyertai. Hal ini dapat terjadi pada anak yang dietnya hanya
mengandung karbohidrat saja seperti beras, jagung atau singkong yang miskin akan
protein. Gagalnya pertumbuhan kemungkinan akan menyertai pada kasus KEPmarasmus, Kwashiorkor atau keduanya.
5
Puskesmas Kutai
Diagnosis Kerja
Kwashiorkor
Penyebab terjadinya kwashiorkor adalah inadekuatnya intake protein yang berlansung
kronis. Faktor yang dapat menyebabkan hal tersbut antara lain
1. Pola makan
Protein (dan asam amino) adalah zat yang sangat dibutuhkan anak untuk tumbuh dan
berkembang. Meskipun intake makanan mengandung kalori yang cukup, tidak semua
makanan mengandung protein/ asam amino yang memadai. Bayi yang masih menyusui
umumnya mendapatkan protein dari ASI yang diberikan ibunya, namun bagi yang tidak
memperoleh ASI protein adri sumber-sumber lain (susu, telur, keju, tahu dan lain-lain)
sangatlah dibutuhkan. Kurangnya pengetahuan ibu mengenai keseimbangan nutrisi anak
berperan penting terhadap terjadi kwashiorkhor, terutama pada masa peralihan ASI ke
makanan pengganti ASI
2. Faktor sosial
Hidup di negara dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, keadaan sosial dan
politik tidak stabil ataupun adanya pantangan untuk menggunakan makanan tertentu dan
6
Puskesmas Kutai
Reasoning
Puskesmas Kutai
Dari data mengenai BB dan TB pada penderita, diketahui bahwa penderita memiliki TB yang
normal tetapi memiliki BB yang kurang dari normal. Untuk anak laki-laki seusianya, BB
seharusnya adalah berkisar antara 12,9 20,7 kg (WHO NCHS). Untuk berat badan <10,9
kg untuk anak laki-laki usia 4 tahun dapat digolongkan ke dalam kategori gizi buruk.
Jika dilihat dari pola makan pasien, pasien masih mendapat asupan karbohidrat. Seperti pada
nasi, tetapi asupan proteinnya sangat minim sekali. Pasien tidak suka mengkonsumsi telur
muapun daging. Kekurangan Protein ini membuat pertumbuhan anak terganggu. Pada kasus
ini anak makan hanya nasi ditambah lauk dan snack-snack kecil sehingga anak kekurangan
asupan kalori dan nutrisi yang cukup. Kurangnya kalori dan protein akan mengganggu
pertumbuhan karena kalori adalah sumber energi. Kekurangan energi akan mengganggu
pertumbuhan dan sistem kekebalan tubuh, sehingga anak ini lebih rentan tertular penyakit
(tertular batuk dari ayahnya).
Therapeutic Reasoning
Natural History
Pada saat terjadinya malnutrisi seluruh organ akan mengalami penurunan masanya
kecuali otak dimana malnutrisi tidak menyebabkan perubahan pada masa otak. Pada saat
malnutrisi akan terjadi proses penghancuran dari lean body mass untuk melepaskan asam
amino untuk proses glukoneogenesis. Protein sangat penting dalam tubuh untuk system imun
dan proses penyembuhan penyaki. Apabila hal ini berlangsung terus menerus, asam amino di
tubuh akan berkurang dan otot otot paru juga akan mengalami kelemahan dan akirnya
menyebabkan penurunan system imun dan pasien menjadi rentan untuk terserang pneumonia
dan akirnya dappat menyebabkan kematian.
Anak dengan kwashiorkor akan lebih mudah untuk terkena infeksi dikarenakan
lemahnya sistem imun. Tinggi maksimal dan kempuan potensial untuk tumbuh tidak akan
pernah dapat dicapai oleh anak dengan riwayat kwashiorkor. Bukti secara statistik
mengemukakan bahwa kwashiorkor yang terjadi pada awal kehidupan (bayi dan anak-anak)
dapat menurunkan IQ secara permanen
Rencana Penanganan
Pengobatan
Reaksi Pasien
Feelings
Insights
Function
Expectation
Puskesmas Kutai
Prognosis
1. Ad vitam (hidup) : Dubia ad bonam
2. Ad functionam (fungsi) : Dubia ad bonam
3. Ad sanationam (sembuh) : Dubia ad bonam
Referensi
Markum, A.H. 1991. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 1. Jakarta :
FKUI
Malnutrisi Energi Protein-MEP-Kwashiorkor [on-line]. Tersedia
http://idmgarut.wordpress.com/2009/02/03/malnutrisi-energi-protein-mepkwashiorkor/
http://emedicine.medscape.com/article/1104623-overview
http://emedicine.medscape.com/article/984496-overview