Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
REVOLUSIONER IRAN
Oleh: Dr. Ahmad Rivauzi, MA
A. Pendahuluan
Islam yang dimasa Nabi dan beberapa zaman sesudah beliau telah
membingkai peradaban gemilang dan ikut menjadi satu rangkaian penyebab
Barat mampu menemukan titik cerah peradabannya. Sebagaimana disebut
oleh Ali Syariati, dengan melupakan sejarah Islam dalam pemahaman kita,
maka pemahaman sejarah akan pincang.
Iran sebagai suatu wilayah Islam yang bermazhab Syiah juga telah
membuktikan kepada dunia bahwa Islam mampu menjadi motor yang
menggerakkan dan membingkai peradaban.
Ali Syariati adalah salah seorang tokoh intelektual Iran telah
membuktikan kepada kita melalui gagasan-gagasan, tulisan-tulisan, karya
dan aksinya bahwa Islam mampu merubah wajah dunia.
Dengan menjadikan Islam sebagai satu mazhab pemikiran, Ali Syariati
membangun tanggung jawab sosial yang kokoh pada dirinya dan mampu
menularkannya kepada orang lain. Ini adalah salah satu keistimewaan Ali
Syariati dibandingkan dengan tokoh-tokoh lain baik yang hidup pada masa
lampau maupun yang hidup pada masa sekarang ini.
Walaupun tidak semua pemikiran Syariati dapat diterima oleh semua
pihak, namun pemahaman yang benar akan seorang Ali Syariati akan
membantu dalam melihat dan mengukur pemahaman ke Islaman kita.
Sebagaimana ditulis oleh Syariati bahwa pemahaman yang benar
akan terbuktikan pada diri kita pada sejauh mana pemahaman itu
mempunyai nilai pengaruh dan mamfaatnya pada diri kita dalam kehidupan
kita. Karena tugas kita barangkali adalah menjawab pertanyaan: Apa
mamfaat ke Islaman saya bagi diri saya dan kehidupan saya?
penyendiri, tidak punya kontak dengan dunia luar dan sepertinya punya sifat
acuh tak acuh. Kendatipun Ali Syariati biasa bersama ayahnya, membaca
sampai larut malam dan kadang sampai subuh, dia tidak pernah membaca
bacaan yang diwajibkan sekolah, juga tidak mengerjakan pekerjaan
rumahnya.[3]
Setelah menamatkan Sekolah Dasar, Syariati melanjutkan studinya ke
Akademi dengan Sastra sebagai pilihan dan berhasil meraih gelar B.A. dalam
bahasa Arab dan Perancis pada tahun 1958. Pada tahun 1960, Syariati
berkesempatan studi di Sarbon Paris dengan mendapat beasiswa sebagai
imbalan prestasinya. Ketika berada di Paris inilah Syariati berkesempatan
menelaah karya-karya pilosof, sosilog, dan Islamolog [4] dan pada tahun 1964,
Syariati kembali ke Iran; ditahan di perbatasan dan dipenjara selama enan
bulan.[5] Ali Syariati ditahan dan dibawa ke penjara Khoy di Azarbaijan.
Kemudian Ali Syariati dipindahkan ke penjara Qezel Qaleh dekat Taheran.
Adapun alasan penangkapannya adalah karena dituduh telah melakukan
upaya melawan pemerintah di Paris. Syariati baru dibebaskan setelah
adanya desakan dunia internasional.[6]
Setelah dibebaskan, Ali Syariati aktif dalam berbagai kegiatan;
diantara aktivitas Syariati antara tahun 1964 1969 adalah sebagai pengajar
sementara di sekolah lanjutan dan di Akademi Pertanian. Pada tahun 1969 ini
Syariati melawat ke Taheran untuk mendirikan Husayniah Irsyad dan
mengajar di sana. Tahun ini adalah tahun yang paling produktif bagi Ali
Syariati dengan pengertian apa yang dinamakan Syariati sebagai Islamic
Renaissance dan pada tahun ini juga Syariati pergi haji pertama ke
Makkah.[7]
Pada tahun 1970, Syariati naik haji untuk yang kedua kalinya dan
menyempatkan diri melakukan lawatan ke negeri-negeri lain di wilayah itu.
Dua tahun sesudah itu yaitu pada tahun 1972, Husayniah Irsyad terpaksa
menghentikan berbagai aktivitasnya dan Syariati ditahan karena berbagai
aktivitas politiknya. Pada masa beberapa tahun ini Syariati sering keluar
masuk penjarabaru pada tahun 1975 Ali Syariati dibebaskan setelah ditahan
dan setelah Organisasi Internasional, para intelektual Paris dan Aljazair
membanjiri Taheran berikut petisi untuk membebaskan Syariati. Pada tahun
1975 sampai dengan tahun 1977, Ali Syariati menjalani tahanan rumah. [8]
Pada bulan Mei tahun 1977 Ali Syariati meninggalkan Iran menuju
Inggris dan pada bulan Juni pada tahun yang sama, Syariati ditemukan
meninggalkan misterius dan dikebumikan di Damaskus, Syria. [9] Dalam
penjelasan Ali Rahnema dalam bukunya Para Perintis Zaman Baru Islam
lebih tegas menyatakan bahwa meninggalnya pada tanggal 19 Juni 1977. Ali
Syariati ditemukan meninggal dan tergeletak di lantai rumah kerabatnya
secara misterius.[10]
Syariati melihat abad-20 sebagai abad analisis ilmiah, dan juga abad
saat filsafat sejarah dikesampingkan; abab ketika iman dipecah-pecah dan
dikalahkan oleh materialitas dan kaum ilmuan telah kehilangan kesadaran
ilmiah dan komitmen sosialnya; abad ketika kemanusiaan secara umum telah
kehilangan kepercayaan pada cita-citanya yang luhur dan Iran berada dalam
kelumpuhan ideologis dalam artian bahwa walaupun rakyat Iran tidak senang
dengan penguasa tiran waktu itu, namun tidak mampu berbuat. Jadi Islam
Syiah mereka Cuma sebagai simbolik belaka.
Dalam menggambarkan kondisi masyarakat Iran pada waktu itu,
penulis memakai analogis yang diintrodusir oleh Ali Syariati sendiri ketika dia
melakukan upaya analisis ilmiah terhadap setiap peradaban dalam perspektif
sejarah dan sosiologi.
Menurut Ali Syariati, analogi yang tepat untuk memahami sejarah dan
sosiologi adalah kerucut. Katanya:
Kerucut adalah kerangka acuan atas berbagai pemikiran, keputusan dan
berbagai persepsi kita. Dalam tiap-tiap peradaban, tiap-tiap masyarakat, dan
tiap-tiap zaman, sejarah berhubungan manusia lalu tidak sebagai hubungan
sesaat, tetapi berbentuk mata rantai yang saling terkait Jadi untuk
memahami tiap-tiap periode, diperlukan kerucut ini, dan masing-masing
periode secara akurat dapat dibagi sesuai dengan gambaran ini. [12]
Lapisan kerucut terbawah adalah kaum awam. Masyarakat atau massa
yang kalau dihubungkan dengan kondisi massa di Iran berada dalam kondisi
yang dipercundang dan ditindas. Hak-hak mereka didustakan dan kebebasan
mereka dihancurkan.
Lapisan berikutnya adalah kaum kaum terpelajar, intelektual, ulama,
seniman, penulis dan lain sebagainya. Kelas ini sering dikecam Ali Syariati
karena sering menjilat pada penguasa, dan mengokohkan status quo. Mereka
adalah warisan budaya mapan dan mendapatkan posisi kelas di tengahtengan tatanan stratifikasi sosial. Mereka dikritik Syariati karena telah
melakukan penghianatan dengan memutar balikkan penafsiran dari ajaranajaran Syiah.[13]
Selain dari dua kelas di atas, adalagi beberapa orang jenius yang
berjumlah kecil yang tidak memiliki kelas dan berseberangan dengan status
quo serta warisan budaya dan metode berpikir yang ada. Mereka datang
dengan semangat yang baru dan metode berpikir baru. Kelompok ini pada
masanya nanti menurut Ali Syariati akan bertambah banyak dan akan
mendapat posisi kelas di masyarakat seiring dengan meningkatnya kekuatan
dukungan kepadanya.[14] Kelompok jenius ini menurut Syariati disebut
raushanfikr[15].
Hal inilah yang terjadi pada kasus-kasus abad pertengahan seperti
pemikiran baru para ilmuan yang berlawanan dengan pemikiran umum yang
berkembang seperti ajaran pemikiran gereja. Pada proses awal ilmuan
mendapat tantangan dan permusuhan, namun akhirnya ilmuan dengan
pemikirannya memperoleh tempat dan berkembang menjadi sesuatu yang
dimapankan pada sejarah peradaban.
Pada puncak kerucut adalah penguasa. Di Iran, kelompok penguasa
adalah tiran otoriter dan menjadikan kelompok dan pemikiran syiah
konservatif sebagai tameng mengekalkan status quo.
Pada masa Ali Syariati ini juga sebagaimana dijelaskan Floor, Iran
adalah negara pra industri. Masyarakat macam ini dikuasai oleh suatu elite
kekuatan kecil, yang mengontrol fungsi-fungsi atau posisi-posisi tersebut baik
pada aspek politis, ekonomis, ataupun religius. Kekuasaan elite ini seringkali
berlanjut melebihi kehidupan satu dinasti. [16]
Di Iran terdapat kelompok-kelompok kelas menegah tardisional yang
bisa berfungsinya melegalkan kekuasaan politik syah. [17] Hal ini yang
ditentang keras Ali Syariati walaupun pada perkembangannya dalam
dinamika politik Iran muncul sekelompok ulama yang menentang penguasa
seperti barisan perjuangan Ayatullah Khomeini. Dua tokoh ini walaupun
memiliki banyak perbedaan, namun saling melengkapi dalam revolusi Iran.
Perbedaan antara kedua tokoh ini dapat dilihat di antaranya dari latar
belakang mereka; yang satu dari kelompok revolusioner modernis dan yang
satu dari kelompok tradisional revolusioner. Akan tetapi banyak kesamaan
pada diri mereka terutama dari tujuan perjuangan mereka dan kesamaan
ideology Syiah mereka yang membangun bingkai perjuangan mereka.
Kontribusi besar Ali Syariati adalah sebagai tokoh yang membangunkan
rakyat Iran untuk ikut dalam revolusi yang akhirnya dipimpin oleh Ayatullah
dan mampu menumbangkan kekuasaan tiran Syah Iran pada tahun setelah
meninggalnya Syariati pada tahun 1977.
D. Pokok-Pokok Pikiran Ali Syariati
Eropa, tetapi tidak boleh mengikutinya. [19] Hal ini disampaikan Syariati
karena dia melihat bahwa metode pemikiran Barat dibangun atas
materialisme[20].
Menurut Syariati, Islam bukanlah agama yang berdimensi satu [21].
Melihat Islam dari satu dimensi sama artinya dengan melihat satu dimensi
lampu kristal dan bahkan al-Quran sekalipun mengandung banyak dimensi.
[22]
a.
b.
c.
d.
e.
Ali
Syariati
mengutip
pendapat
Gaston
Bachelard
yang
disejajarkannya dengan Descartes dan Plato tentang bahasa ekspresi sebuah
gagasan yang menentukan keshahihannya. Katanya, manakala sebuah
gagasan dapat dikonseptualkan dalam bentuk geometris, ia telah
menemukan bahasanya yang tepat guna mengekspresikan dan menjelaskan
dirinya sendiri. Gagasan apapun yang bisa dikonseptualkan dan kemudian
diekspresikan dalam bentuk geometris dengan sendirinya membuktikan
gagasan itu shahih dan logis. Ini artinya setiap mazhab pemikiran
mengupayakan pengekspresian yang geometris dan matematis untuk
membuktikan kebenarannya. Syariati tetap mengakui bahwa tidak
semuanya dapat diekspresikan secara geometris seperti agama yang
membutuhkan argumentasi dan perbandingan-perbandingan sebagai bahasa
ekspresinya. Tetapi ekspresi geometris sesuatu akan membantu orang lain
dalam memahami kebenaran sebuah gagasan.[27]
Ali Syariati menjelaskan antara sesuatu yang dipahami dengan
sesuatu yang dipelajari. Seseorang mungkin saja tahu banyak hal tentang
sesuatu apakah seorang tokoh atau agama dan pemikiran, tetapi belum tentu
seseorang itu memahami seorang tokoh, agama atau sebuah pemikiran.
Menurut Syariati, memahami berarti mempunyai perasaan yang mendalam
terhadap suatu agama atau ideologi, menemukan spirit dan makna yang
tersembunyi dalam sebuah gagasan. [28]
Dari pernyataan di atas, Syariati menjelaskan antara Islam sebagai
sebuah budaya dan Islam sebagai sebuah ideologi. Islam sebagai sebuah
ideologi, bukanlah sebagai satu spesialisasi ilmiah, melainkan perasaan yang
dimiliki seseorang berkenaan dengan mazhab pemikiran sebagai satu sistem
keyakinan dan bukan sebagai satu kebudayaan. Kebudayaan yang
dimaksudkan adalah informasi-informasi, teori ilmiah dan lain sebagainya
yang belum tentu menjadi spirit, ruh atau terjiwai oleh seseorang. [29]
Seseorang yang memiliki mazhab pemikiran kata Syariati , maka
semua tindakan, gagasan, baik ekonomi, politik, tujuan, arah dan lain
sebagainya maka akan berjalan seirama dan utuh serta padu karena dia
adalah ruh dan spirit dalam semua hal yang ada dan lahir daripada
seseorang itu.[30]
Ketika Islam menjadi sebuah mazhab pemikiran, maka ruh Islam akan
menjiwai semua yang timbul pada diri seseorang baik hal ihwal politik,
ekonomi, sastra dan lainnya. Oleh karenanya tidak akan kita temui istilah
seni untuk seni, ilmu untuk ilmu dan lain sebagainya yang kering dari muatan
tanggung jawab ruh Islam.Kemudian Syariati juga menjelaskan bahwa setiap
ideologi memiliki pijakan infrastruktur yang merupakan sistem penopang
dasar yang darinya semua gagasan berkembang. Infrastruktur itu adalah
pandangan dunia. Contoh dari pandangan dunia itu adalah pandangan
keyakinan seseorang apakah monoteistis, matrealistis, multiteistis dan lain
sebagainya. Jadi pandangan dunia itu adalah pemahaman yang dimiliki
seseorang tentang wujud atau eksistensi. Idelogi berkembang dari
konteks menyeluruh pandangan dunia. Seseorang yang yakin bahwa dunia
ini mempunyai pencipta yang sadar yang memiliki kehendak, dan semua
yang dilakukan akan diperetanggung jawabkan kepada-Nya, maka dia
memiliki pandangan dunia yang religius. Berdasarkan keyakinan ini
seseorang itu akan mengatakan: Jalan hidup saya mesti begini, akan harus
mengerjakan ini .[31] Inilah bangunan ideologi seseorang itu.
Syariati juga menjelaskan bahwa ada tiga hal yang menjadi tiang
menegakkan mazhab pemikiran yaitu pandangan tentang manusia, sejarah,
dan masyarakat yang landasannya adalah pandangan dunia seseorang. [32]
Syariati melakukan analisis dan penafsiran terhadap doktrin Syiah [33]
yang disalah artikan penguasa dan agamawan pro penguasa. Konsep-konsep
itu bagi Syariati memiliki nilai revolusinaer seperti gaibnya Imam bukanlah
menyebabkan Iran harus menunggu begitu saja kehadiran Imam untuk
memperbaiki kekacauan, tetapi memiliki makna bahwa masing-masing orang
memiliki tanggung jawab pribadi dan sosial untuk memperbaiki dalam jalan
yang diyakini mengantarkan pada keshalehan.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Bagi Syariati, hidup adalah iman dan jihad sehingga dia sering
bertutur setiap tempat adalah Karbala dan setiap saat adalah jihad. Tidak
ada pilihan bagi seorang muslim kecuali menyadari eksistensi diri dan
menyadarinya. Ke-Islaman yang menjadi perhatiannya bukanlah ke-Islaman
orang alim (intelektual), dan Islamnya orang awam. Yang penting adalah keIslamannya orang yang sadar dan ke-Islaman orang yang ingat.
Pada setiap karya tulis dan ceramah yang disampaikan dengan fasih
dan serat dengan muatan ideologis, dia selalu berangkat pada aspek
ontologis dan epistim filosofis yang dibangun atas basis tauhid. Beberapa
karyanya yang fundamental yang banyak beredar adalah diantaranya:
Haji, yang merupakan rumusan pengalaman yang diperolehnya dari
pengembaraan spiritualnya sewaktu melaksanakan ibadah haji
Islam Agama protes, yang berisi gagasan cerdas ideologis Islam terhadap
berbagai fenomena social termasuk politik
Agama Melawan Agama, yang berisi penjelasan yang mendalam tentang
bahwa peradaban manusia dalam sejarahnya selalu terdapat pergulatan
antara keyakinan monotheis dan politheis, antara kezaliman dan yang
dizalimi, antara kebenaran dan kebatilan dan lain sebagainya.
Kritik Islam atas Marxisme dan Sesat-sesat Pikir Barat lainnya, yang berisi
penjelasan yang menelanjangi kerapuhan dan kebobrokan serta kekeliruan
Marxis dan pemikiran Barat yang dilandasai oleh pemikiran pilosofis
smaterialistik.
Abu Zar al-Ghiffari, yang merupakan karya Ali Syariati yang mengungkap
kebesaran Abu Zar bahkan Syariati sering mengidentifikasikan dirinya
sebagai Abu Zar.
Dan banyak lagi buku-buku baik yang merupakan kumpulan tulisan dan
ceramahnya, maupun karya terjemahan karya pemikir besar baik Barat
maupun Timur yang diterjemahkannya yang semuanya merupakan hasil
kreasi manusia tauhid yang bernama Ali Syariati.
G. Penutup
Catatan Akhir
Mazinan adalah sebuah dusun kecil yang terletak di pinggir gurun provinsi Khurasan.
Lihat: Ali Rahnema, Ali Syariati Guru Penceramah Pemberontak, dalam Buku: Para
Perintis Zaman Baru Islam, Editor Ali Rahnema , Bandung: Mizan,
[2] Ali Syariati, Islam Agama Protes, Penj: Laleh Bakhtiar dan Husen Shaleh. Bandung:
Pustaka Hidayah, Buku ini yang merupakan kumpulan dari rekaman dan tulisan ceramah
dan kuliah Ali Syariati.
[3]
Ali Rahnema,
[4]
Di antara filosof, sosiolog, dan Islamolog yang dianggap Ali Syariati memberikan
pencerahan pemikiran pada dirinya adalah Jaques Berque yang membantu Syariati
mencapai pandangan tentang sosiologi agama, Sartre tentang prinsip-prinsip kebebasan
manusia dari peninidasan, Jean Cocteau tentang pandangan sejauh mana jiwa manusia
bisa berkembang, dan Alexis Carel dengan pandangan keselarasan antara ilmu
pengetahuan dan agama.
[5]
Ali Syariati, Islam Agama Protes,
[6]
Ali Rahnema, Para Perintis Zaman Baru Islam,
[7]
Ali Syariati, Islam Agama Protes,
[8]
Ibid.,
[9]
Ibid.
[10]
Ali Rahnema, Para Perintis Zaman Baru Islam,
[11]
Bahkan pada tahun 1935, Reza Khan pernah melarang guru-guru dan murid-murid
wanita memakai cadar yang merupakan salah satu budaya Islam Iran. Lihat: Ali Syariati ,
Ideolpgi Kaum Intelektual Suatu Wawasan Islam, Penyunting: Syaiq Basri dan Haidir
Bagir, Bandung: Nizam,.
[12]
Ali Syariati, Islam Agama Protes, op cit.
[13]
Ibid,
[14]
Ibid,
[15]
Raushanfikr, secara harfiah diartikan dengan pemikir tercerahkan. Pada awalnya
istilah ini Cuma digunakan kepada kelompok intelektual modernis liberal yang
memperoleh pengaruh dari filosof Eropa abad 18. Kelompok ini profesional, dan
terpanggil untuk melakukan perubahan-perubahan politik, sosial, dan kultural. Istilah ini
berbeda dengan mullah yang Iran merupakan kelompok ulama Syiah konservatif. Bagi
Ali Syariati Istilah raushanfikr berkembang meliputi para ulama yang berpihak pada
revolusi. Lihat: Ali Syariati, Krtik Islam atas Marxisme dan Sesat Pikir
BaratLainnya,Penj : Husin Anis al-Habsyi dan Penyunting: Jalaluddin
Rahmat , Bandung: Mizan
[16]
Lihat : W.M.Floor, The Office of Kalanter In Quyar Persia, Journal of The Economic
and social History of The Orient (Jesho),
[17]
Lihat: Michael M. Fischer, Iran, From Religious Dispute to Revolution, Harvar
University Press,
[1]
Lihat: Ali Syariati, Islam Agama Protes dan Ali Syariati, Sosiologi Islam, Terj:
Parsi Inggris oleh Hamid Algar, Inggris Indonesia oleh Saifullah Mahyudin ,Yokyakarta:
Ananda,
[19]
Ali Syariati, Islam Agama Protes
[18]
[20]
Untuk hal ini Ali Syariati merasa perlu menulis sebuah buku khusus untuk menghantam Marxis dan
Barat. Lihat: Ali Syariati, Kritik Islam atas Marxisme dan Sesat Pikir Barat Lainnya.
[21]
Yang dimaksudkan Syariati adalah tidak boleh memahami Islam Cuma dari dimensi
mistisisme saja, akan tetapi perlu menggunakan pendekatan metode sosiologi dan sejarah
terutama Islam yang berkenaan dengan cara hidup seorang muslim di muka bumi. Baca:
Ali Syariati, Islam Agama Protes
Dimensi al-Quran yang sedikit diketahui menurut Syariati adalah aspek manusia,
dimensi sosial, sejarah dan psikologi.
Ibid.,
Ibid., h.
Ibid., h.
Tradisi yang dimaksudkan di sini adalah hukum-hukum dan adat istiadat manusia dan
alam yang tidak dapat diubah yaitu berbentuk sunatullah. Misalnya untuk menundukkan
sebuah peperangan memerlukan kekuatan yang lebih dari kekluatan lawan.Lihat : Ibid,h.
Ali Syariati, Islam Mazhab Pemikiran dan Aksi, ed. Afif Mahmud, Bandung: Mizan,
Ibid., h.
Ibid, h.
Ali Syariati mengumpamakannya dengan sebuah galaksi yang diputari oleh planetplanet. Semua planet bersumbu pada pusat galaksi dan bergerak seirama dan selaras dan
searah. Ibid., h
Ibid., h.
Ibid., h.
[22]
[23]
[24]
[25]
[26]
27]
[28]
[29]
[30]
[31]
[32]
[33]
Itrah ( para pengganti Nabi Suci yang shaleh),Ishmah (kesucian para Imam dari dosa),Wishayah
(pengangkatan washi dan wali oleh Nabi Suci),Wilayah (menerima kepemimpinan seorang Imam),Imamah
(kepemimpinan orang-orang shaleh),Taqiyah (menyembunyikan dan berhati-hati dalam masalah
agama),Sunnah (praktik Nabi Suci),Ghaybah (gaibnya Imam Mahdi),Syafaah (pertolongan 14 orang suci
di akhirat kelak),Ijtihad,Doa,dan Taqlid. Ibid., h60-61
Ali Rahnema, Ali Syariati Guru Pencerama Pemberontak, dalam Buku: Para
Perintis Zaman Baru Islam, Editor Ali Rahnema
, Bandung: Mizan,
[35]
Ibid., h.
[36] Ibid., h.
[37]
Ibid., h
[38]
Ibid., h
[39]
Ibid., h.
[34]