Você está na página 1de 24

SANDI PUSPITA PRATIWI

1102012259
SASARAN BELAJAR
LO.1 Anatomi Kulit
1.1 Makroskopis
1.2 Mikroskopis
Kulit adalah organ tunggal terberat di tubuh dengan berat sekitar 15% dari berat
badan total dengan luas permukaan sekitar 1,2 - 2,3 m2 pada orang dewasa. Kulit terdiri
atas lapisan epidermis yang berasal dari ektoderm permukaan dan lapisan dermis yang
berasal dari mesoderm. Berdasarkan ketebalan epidermis kulit dapat dibedakan menjadi
kulit tebal dan kulit tipis. Turunan epidermis meliputi rambut, kuku, kelenjar sebasea,
dan kelenjar keringat.

EPIDERMIS
Epidermis terdiri dari 5 lapisan dan tidak mempunyai pemubuluh darah maupun limpa
sehingga semua nutrisi dan oksigen di dapat dari pembuluh kapiler pada lapisan dermis
yang berdifusi melalui cairan jaringan serta membran basal untuk mencapai epidermis.
Sel-sel epidermis

a. Keratinosit
Sel terbanyak dengan jumlah mencapai 85%-95% pada epidermis. Berasal dari
ektoderm permukaan. Sel berbentuk gepeng ini memiliki sitoplasma yang dipenuhi oleh
skleroprotein birefringen, yakni keratin. Keratin ini mengandung sedikitnya 6 macam
polipeptida dengan berat molekul 40kDa sampai 70 kDa. Sel basal mengandung berat
molekul yang lebih rendah. Proses keratinisasi berlangsung selama 2-3 minggu yang
dimulai dari proses proliferasi, diferensiasi, kematian sel dan pengelupasan. Pada tahap
akhir diferensiasi diikuti penebalan membran sel, kehilangan inti dan organel lain di
dalam sel. Selama proses keratinisasi berlangsung enzim hidrolitik lisosom berperan
pada penghancuran organel sitoplasma.
b. Melanosit
Warna kulit ditentukan oleh berbagai faktor penting seperti kandungan melanin
dan karoten, jumlah pembuluh darah dalam dermis, dan warna darah yang mengalir di
dalamnya. Eumelanin adalah pigmen coklat tua yang dihasilkan oleh melanosit. Sel ini
berjumlah 7%-10% dan berasal dari neuroektoderm. Melanosit memiliki badan sel yang
bulat dengan cabang dendritik yang panjang dan tipis. Hemidesmosom mengikat
melanosit ke lamina basalis.
Melanosit paling banyak terdapat pada kulit muka dan genitalia eksterna. Jumlah
melanosit tiap individu hampir sama, hanya jumlah produksi melanin berbeda. Sintesis
melanin berlangsung di dalam melanosit dengan tirosinase berperan penting. Tirosin
mula-mula diubah menjadi 3,4-dihidroksifenilalanin (dopa) dan kemudian menjadi
dopaquinon yang kemudian bertransformasi dan dikonversi menjadi melanin. Dalam
melanosit, melanin berkumpul dalam vesikel yang disebut premelanosom. Vesikel
kemudian matang menjadi melanosom yang disebarkan melalui cabang sitoplasma
melanosit ke keratinosit di sekitarnya terutama yang berada di stratum basale. Setelah
granula melanin bermigrasi di dalam juluran sitoplasma, granula melanin akan
berkumpul di daerah supranuklear sehingga inti sel terlindungi dari radiasi matahari
yang merusak. Menggelapnya kulit karena sinar uv adalah hasil proses dua tahap yakni

reaksi fisikokimia menghitamkan melanin dan melepaskannya dengan cepat ke


keratinosit. Pada tahap kedua kecepatan sintesis melanin menjadi meningkat dan
mengakibatkan peningkatan jumlah pigmen.
c. Sel langerhans
Merupakan sel dendritik yang berbentuk bintang, ditemukan terutama di antara
keratinosit dalam lapisan atas stratum spinosum. Sel ini mempunyai reseptor penanda
imunologis yang mirip makrofag. Sel ini mengikat antigen asing di permukaannya dan
merupakan sel pembawa antigen yang menyebabkan limfosit T dapat bereaksi terhadap
antigen yang dibawanya. Sel ini berasal dari sekelompok sel prekursor dalam sumsum
tulang.
d. Sel Merkel
Sel ini memiliki jumlah paling sedikit dan berasal dari krista neuralis. Sel ini
terdapat pada lapisan basal kulit tebal, terutama banyak ditemukan di ujung jari, folikel
rambut dan mukosa mulut. Sel ini memiliki peranan sebagai mekanoreseptor.
Lapisan Epidermis Kulit
1. Stratum korneum
Lapisan kulit yang terluar dan terdiri dari beberapa sel-sel gepeng yang mati,
tidak berinti, dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin. Selama proses
keratinisasi berlangsung enzim-enzim hidrolitik lisosom berperan dalam penghancuran
sitoplasma.
2. Stratum lusidum
Stratum lusidum ini terdiri atas lapisan tipis sel epidermis eosinofilik yang
sangat gepeng. Sel-sel gepeng tanpa inti ini memiliki protoplasma yang telah berubah
menjadi protein yang disebut eleidin. Desmosom masih tampak di antara sel-sel yang
bersebelahan
3. Stratum granulosum
Stratum granulosum ini terdiri atas 3-5 lapis sel poligonal gepeng yang
sitoplasmanya berisikan granul basofilik kasar yang disebut granul keratohialin. Protein
granul ini kaya akan histidin berfosfor selain protein yang mengandung sistin. Struktur
khas lainnya adalah granul lamela, yakni suatu struktur lonjong yang mengandung
cakram berlamel yang dibentuk oleh lapisan lipid ganda. Granula lamela ini
mengeluarkan suatu materi ke dalam ruang antar sel di stratum granulosum. Materi ini
berfungsi sebagai sawar terhadap materi asing dan menyediakan suatu efek pelindung
bagi kulit.

4. Stratum spinosum
Stratum spinosum terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk poligonal.
Protoplasmanya jernih karena banyak mengandung glikogen, dan inti terletak di tengahtengah. Sel-sel spinosum saling terikat erat melalui spina sitoplasma yang berisi filamen
dan desmosom sehingga memberi corak berduri pada permukaan sel ini. Berkas keratin
tersebut disebut tonofilamen. Filamen ini penting untuk mempertahankan kohesi antar
sel dan melawan efek abrasi. Epidermis di daerah-daerah yang terkena gesekan secara
terus menerus memiliki stratum spinosum yang tebal dengan lebih banyak tonofilamen
dan desmosom.
5. Stratum basale
Stratum basale terdiri atas sel-sel berbentuk kubus yang tersusun vertikal pada
perbatasan dermo-epidermal. Sel-sel basal ini berfungsi reproduktif. Lapisan ini terdiri
atas dua jenis sel yaitu sel yang berbentuk kolumnar dengan protoplasma basofilik inti
lonjong dan besar dan sel pembentuk melanin yang berwarna muda, inti gelap, dan
memiliki butir pigmen. Sejumlah besar desmosom saling mengikat sel-sel pada lapisan
ini pada permukaan lateral dan atas sedangkan hemidesmosom membantu mengikat sel
ini pada lamina basalis.
Epidermis manusia diperbaharui setiap 15-30 hari bergantung pada usia, bagian tubuh
dan faktor lain. Semua sel dalam stratum basale mengandung filamen keratin
intermediet. Sewaktu sel berpindah ke atas, jumlah filamen juga bertambah sehingga
mencapai setengah jumlah protein total begitu sel berada di stratum korneum.

DERMIS
Dermis berasal dari lapisan mesoderm embrional. Terdiri dari jaringan
penyambung dengan beberapa lapisan serat kolagen dan serat elatis. Epidermis
dilekatkan pada dermis melalui lamina basal dan ikatan ini diperkuat oleh adanya
tonjolan-tonjolan dermis ke epidermis yang disebut papila. Epidermis dipermukaan
tonjolan dermis ini membentuk rigi (pematang) dengan alur diantaranya. Pola rigi dan
alur ini yang terbentuk pada bulan ketiga dan keempat kehidupan janin, gambarannya
khas pada tiap individu. Gambaran khas pada telapak tangan, kaki, dan jemari ini
disebut sidik jari. Dermis bagian permukaan yang membentuk papila atau tonjolan ke
epidermis, lapisan ini disebut stratum papilare. Stratum pailare tersusun lebih longgar
ditandai oleh banyak papila dermis yang berjumlah 50-250 per mm2. Jumlah papila
terbanyak dan lebih dalam pada daerah yang menerima tekan dan gesekan paling besar
misalkan pada telapak kaki. Sebagian besar papila mengandung pembuluh kapiler yang
memberi nutrisi pada epitel diatasnya. Papila lainnya mengandung badan akhir saraf
sensorik untuk reseptor perabaan yang disebut badan meissner.
Lapisan dermis dibawah strtum papilare disebut stratum retikulare. Lapisan ini lebih
padat, tebal dan dalam. Terdiri atas berkas-berkas kolagen kasar tersusun rapat. Rongga-

rongga diantara berkas serat terisi jaringan lemak, kelenjar keringat, dan kelenjar
sebasea serta folikel rambut. Serat otot polos juga ditemukan pada tempat-tenpat
tertentu seperti m.arector pili yang menempel pada folikel rambut membentuk lapisan
tipis pada scrotum, prepusium, dan puting payudara. Otot ini turut berperan dalam
ekspresi fasial. Lapisan retikular dibagian yang lebih dalam menyatu dengan hipodermis
atau fasia superfisialis dibawahnya yang terdiri atas jaringan ikat longgar yang banyak
mengandung jaringan lemak. Jumlah sel dalam dermis relatif sedikit. Merupakan sel-sel
jaringan ikat seperti fibroblas, fibrosit, sel lemak, sedikit makrofag dan sel mast. Pada
daerah yang berpigmen ditemukan melanosit.
Turunan Kulit
Kelenjar Sebasea
Kelenjar ini mensekresikan subtansi berminyak yang disebut sebum. Satu atau
beberapa kelenjar sebasea bermuara dan mencurahkan sekretnya ke folikel rambut
bagian atas. Kelenjar ini bertambah jumlahnya pada daerah muka, dahi, dan kulit
kepala. Sebum berperan melembabkan dan membuat kedap air rambut dan permukaan
kulit. Pada tempat peralihan kulit misalkan di daerah bibir, kelopak mata, glans penis,
labia minora dan puting payudara ditemukan kelenjar sebasea yang tak bermuara ke
folikel rambut dan mencurahkan sekretnya langsung ke permukaan tubuh. Kelenjar
sebasea merupakan contoh kelenjar holokrin karena produk sekresinya dilepaskan
bersama sisa sel mati. Sebum tidak memiliki andil dalam mencegah kehilangan air.
Rambut
Rambut merupakann bangunan berzat tanduk yang diproduksi oleh folikel
rambut yang merupakan pertumbuhan epitel permukaan kedalam lapisan dermis
dibawahnya. Pertumbuhan rambut berlangsung dalam bagian pangkal folikel yang
menggelembung dan disebut bulbus pili, yang terdiri atas sel-sel epitelial yang aktif
membelah dan mengitari suatu papila jaringan ikat yang banyak mengandung pembuluh
darah, dan saraf yang penting bagi kelangsungan hidup folikel rambut. Papila dermis
dalam bulbus pili ini disebut papila pili. Batang rambut dibentuk oleh sel folikel yang
paling dalam yang membatasi papila yang disebut sel matriks. Sel-sel folikel rambut
merupakan lanjutan dari startum basal dan spinosum epidermis kulit. Pada permulaan
perkembangan semua sel pada folikel aktif bermitosis akan tetapi seltelah folikel
terdiferensiassi sempurna hanya tinggal sel-sel matriks yang aktif bermitosis dan
menghasilkan berbagai bagian rambut yaitu, medula, korteks, dan kutikula rambut.
Pigmen melanin ditemukan terjepit diantara dan di dalam sel tersebut sehingga
mewarnai rambut. M. arector pili melekat ke sarung folikel dan berinsersi di daerah
papila dermis pada epidermis. Kontraksi ini menyebabkan rambut menegak dan
menarik ke dalam daerah tempat insersinya pada papila sehingga terjadi keadaan yang
tampak pada kulit yang merinding. Muskulus arektor pili dipersarafi oleh sistem saraf

simpatis dan penegakan rambut terjadi apabila kedinginan atau ketakutan.


Kelenjar Keringat
Kelenjar keringat ini merupakan kelenjar merokrin dimana vesikel/gelembung sekret di
bawa ke permukaan sel kemudian membran vesikel menyatu dengan membran sel dan
sekret dicurahkan ke lumen kelenjar tanpa kehilangan bagian dari sitoplasma sel.
Terdapat dua jenis sel pada sekresi kelenjar keringat yaitu sel gelap dan sel bening. Sel
gelap memiliki granula sekretoris dan sel bening sebaliknya. Kelenjar keringat berperan
dalam termoregulator. Bila tubuh perlu melepaskan panas, aliran darah kulit dan sekresi
keringat meningkat. Kelenjar merokrin dipersarafi oleh serabut koligernik sistem saraf
simpatis.
Kelenjar apokrin adalah sejenis kelenjar keringat yang berbeda ditemukan pada kulit
bagian ketiak, areola, dan anus. Kelenjar ini bersekresi secara apokrin dimana sekret
yang dikeluarkan lebih kental dan dicurahkan ke dalam folikel rambut. Kelenjar apokrin
dipersarafi oleh serabut adrenergik sistem saraf simpatis, dan perkembangannya
dipengaruhi secara hormonal, dan karenanya kelenjar ini baru mulai aktif setelah
puberitas. Kelenjar ini menghasilkan sekret yang pada awalnya tidak berbau namun
akan terdapat bau yang khas bila terdekomposisi oleh bakteri.
Kuku
Kuku berasal dari sel yang sama pada epidermis, mempunyai matriks yang aktif
bermitosis menghasilkan dasar kuku, yang merupakan lanjutan stratum germinatif kulit.
Bagian pangkal kuku diliputi suatu lipatan kulit yang disebut eponikium atau kutikula.
Lempeng kuku tumbuh dari dasar kuku sebagai suatu lempeng zat tanduk.
Dasar kuku merupakan lanjutan stratum germinatif, terdiri atas sel-sel basal di atas
membran basal dan dua atau tiga lapisan spinosum. Di bagian proksimal kuku terdapat
daerah putih yang berbentuk bulan , disebut lunula. Stratum korneum yang mengeras di
bawah ujung bebas kuku disebut hiponikium.
Pertumbuhan kuku bersifat kontinu dan bisa digunakan sebagai indikator kesehatan
seseorang seperti, adanya lekukan dan kekeruhan sering ditemukan pada infeksi
kuku.Kuku yang tipis, mudah sobek, konkaf atau kuku sendok, menandakan adanya
penyakit seperti anemia kronik, sifilis dan demam rematik. Kuku yang kering dan rapuh
menunjukan defisiensi vitamin atau keadaan hipotiroid.
LO.2 Memahami dan menjelaskan Fisiologi Kulit
Kulit berfungsi untuk :
Proteksi
Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau mekanis, gangguan
kimiawi, gangguan bersifat panas, serta gangguan infeksi luar terutama kuman/bakteri
maupun jamur.
Gangguan fisik dan mekanik ditanggulangi dengan adanya bantalan lemak subkutis,

tebalnya lapisan kilit, dan serabut penunjang yang berfungsi sebagai pelindung bagian
luar tubuh. Gangguan sinar UV diatasi oleh sel melanin yang menyerap sebagian sinar
tersebut. Gangguan kimiawi ditanggulangi dengan adanya lemak permukaan kulit yang
berasal dari kelenjar palit kulit yang mempunyai pH 5,0 6,5. Lemak permukaan kulit
juga berperan dalam mengatasi banyak mikroba yang ingin masuk ke dalam kulit.
Absorpsi
Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan, maupun benda padat. tetapi cairan
yang mudah menguap lebih mungkin diserap kulit, begitu pula zat yang larut dalam
minyak. Permeabilitas kulit terhadap gas CO2 atau O2 mengungkapkan kemungkinan
kulit mempunyai peran dalam fungsi respirasi. Kemampuan absorpsi tersebut
dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban, metabolisme dan jenis
vehikulum.
Eksresi
Kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat sisa metabolisme berupa NaCl. Urea, asam
urat, dan ammonia. Sebum yang dihasilkan berfungsi untuk melindungi kulit karena
selain meminyaki kulit juga menahan evaporasi air yang berlebihan sehingga kulit tidak
menjadi kering.
Persepsi
Rangsang panas : badan-badan Ruffini di dermis dan subkutis.
Rangsang dingin : badan-badan Krause yang terletak di dermis.
Rangsang rabaan : badan taktil Meissner di papilla dermis dan badan Merkel Ranvier di
epidermis.
Rangsang tekan : badan Paccini di epidermis.
Pengaturan suhu tubuh
Termoregulasi kulit dilakukan dengan mengeluarkan keringat dan mengerutkan
pembuluh darah kulit.
Pembentukan pigmen
Perbandingan jumlah sel basal : melanosit adalah 10 : 1. Jumlah melanosit dan jumlah
serta besarnya butiran pigmen menentukan warna kulit ras maupun individu. Pajanan
sinar matahari mempengaruhi produksi melanosom. Pigmen disebar ke epidermis
melalui tangan-tangan dendrite, sedangkan pada dermis melalui sel melanofag. Warna
kulit juga dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, reduksi Hb, oksi Hb dan karoten.
Keratinisasi
Keratinosit dimulai dari sel basal yang mengadakan pembelahan, sel basal yang lain
akan berpindah ke atas dan berubah bentuknya menjadi sel spinosum, makin ke atas
makin gepeng dan bergranula menjadi sel granulosum. Makin lama inti menghilangdan
keratinosit ini menjadi sel tanduk yang amorf. Proses ini berlangsung normal selama
kira-kira 14-21 hari dan member perlindungan kulit terhadap infeksi secara mekanis
fisiologik.

Pembentukan vitamin D
Dimungkinkan dengan mengubah 7 dihidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar
matahari.
Fungsi Ekspresi Emosi
Hasil gabungan fungsi yang telah disebut di atas menyebabkan kulit mampu berfungsi
sebagai alat untuk menentukan emosi yang terdapat dalam jiwa manusia. Kegembiraan
dapat dinyatakan oleh otot kulit muka yang relaksasi dan tersenyum, kesedihan
diutarakan oleh kelenjar air mata yang meneteskan air matanya, ketegangan dengan otot
kulit dan kelenjar keringat, ketakutan oleh kontraksi pembuluh darah kapiler kulit
sehingga kulit menjadi pucat dan rasa erotik oleh kelenjar minyak dan pembuluh darah
kulit yang melebar sehingga kulit tampak semakin merah, berminyak, dan menyebarkan
bau khas.Semua fungsi kulit pada manusia berguna untuk mempertahankan
kehidupannya sama seperti organ tubuh lain.
LO.3 Memahami dan menjelaskan Infeksi Jamur
3.1 Definisi
Penyakit yang disebabkan oleh golongan jamur dermatofit disebut " Dermatofitosis ".
Golongan jamur ini dapat mencerna keratin kulit oleh karena mempunyai daya tarik
kepada keratin (keratinofilik) sehingga infeksi jamur ini dapat menyerang lapisanlapisan kulit mulai dari stratum korneurm sampai dengan stratum basalis.
3.2 Etiologi
Dermatofitosis disebabkan jamur golongan dermatofita yang terdiri dari tiga genus yaitu
genus: Mikrosporum, Trichophyton dan Epidermophyton. Dari 41 spesies dermafito
yang sudah dikenal hanya 23 spesies yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia
dan binatang yang terdiri dari 15 spesies Trikofiton, 7 spesies Mikrosporon dan 1
spesies Epidermafiton.
Cara penentuan dermatofitosis terlihat pada gambaran lesi dan lokasi. Selain sifat
keratinofilik ini, setiap spesies dermatofita mempunyai afinitas terhadap hospes tertentu.
Dermatofita yang zoofilik terutama menyerang binatang, dan kadang-kadang
menyerang manusia. Misalnya : Microsporum canis dan Trichophyton verucosum.
Dermatofita yang geofilik adalah jamur yang hidup di tanah dan dapat menimbulkan
radang yang moderat pada manusia, misalnya Mikrosporon gipsium.
3.3 Klasifikasi
TINEA KAPITIS
(Scalp ring worm ;Tinea Tonsurans)
Biasanya penyakit ini banyak menyerang anak-anak dan sering ditularkan melalui
binatang- binatang peliharaan seperti kucing, anjing dan sebagainya.
Berdasarkan bentuk yangkhas Tinea Kapitis dibagi dalam 4 bentuk :
1. Gray pacth ring worm

Penyakit ini dimulai dengan papula merah kecil yang melebar ke sekitarnya dan
membentuk bercak yang berwarna pucat dan bersisik. Warna rambut jadi abu-abu dan
tidak mengkilat lagi, serta mudah patah dan terlepas dari akarnya, sehingga
menimbulkan alopesia setempat.
Dengan pemeriksaan sinar wood tampak flouresensi kekuning-kuningan pada rambut
yang sakit melalui batas "Grey pacth" tersebut. Jenis ini biasanya disebabkan spesies
Microsporum dan Trichophyton.
2. Black dot ring worm
Terutama disebabkan oleh T. tonsurans, T. violaseum, mentagrofites. infeksi jamur
terjadi di dalam rambut (endotrik) atau luar rambut (ektotrik) yang menyebabkan
rambut putus tepat pada permukaan kulit kepala. Ujung rambut tampak sebagai titiktitik hitam diatas permukaan ulit, yang berwarna kelabu sehingga tarnpak sebagai
gambaran back dot". Biasanya
bentuk ini terdapat pada orang dewasa dan lebih sering pada wanita. Rambut sekitar lesi
juga jadi tidak bercahaya lagi disebabkan kemungkinan sudah terkena infeksi penyebab
utama adalah T. tonsusurans dan T.violaseum.
3. Kerion
Bentuk ini adalah yang serius, karena disertai dengan radang yang hebat yang bersifat
lokal, sehingga pada kulit kepala tampak bisul-bisul kecil yang berkelompok dan
kadang-kadang ditutupi sisik-sisik tebal. Rambut di daerah ini putus-putus dan mudah
dicabut. Bila kerion ini pecah akan meninggalkan suatu daerah yang botak permanen
oleh karena terjadi sikatrik. Bentuk ini terutama disebabkan oleh Mikosporon kanis, M.
gipseum , T.tonsurans dan T. Violaseum.
4. Tinea favosa
Kelainan di kepala dimulai dengan bintik-bintik kecil di bawah kulit yang berwarna
merah kekuningan dan berkembang menjadi krusta yang berbentuk cawan (skutula),
serta memberi bau busuk seperti bau tikus "moussy odor". Rambut di atas skutula putusputus dan mudah lepas dan tidak mengkilat lagi. Bila menyembuh akan meninggalkan
jaringan parut dan alopesia yang permanen. Penyebab utamanya adalah Trikofiton
schoenleini, T. violasum dan T. gipsum.
Oleh karena Tinea kapitis ini sering menyerupai penyakit-penyakit kulit yang
menyerang daerah kepala, maka penyakit ini harus dibedakan dengan penyakit-penyakit
bukan oleh jamur seperti: Psoriasis vulgaris dan Dermatitis seboroika.
TINEA KORPORIS
(Tinea circinata=Tinea glabrosa)
Penyakit ini banyak diderita oleh orang-orang yang kurang mengerti kebersihan dan
banyak bekerja ditempat panas, yang banyak berkeringat serta kelembaban kulit yang

lebih tinggi. Predileksi biasanya terdapat dimuka, anggota gerak atas, dada, punggung
dan anggota gerak bawah.
Bentuk yang klasik dimulai dengan lesi-lesi yang bulat atau lonjong dengan tepi yang
aktif. Dengan perkembangan ke arah luar maka bercak-bercak bisa melebar dan
akhirnya dapat memberi gambaran yang polisiklis, arsiner, atau sirsiner. Pada bagian
tepi tampak aktif dengan tanda-tanda eritema, adanya papula-papula dan vesikel,
sedangkan pada bagian tengah lesi relatif lebih tenang. Bila tinea korporis ini menahun
tanda-tanda aktif jadi menghilang selanjutnya hanya meningggalkan daerah-daerah yang
hiperpigmentasi saja. Kelainan-kelainan ini dapat terjadibersama-sama dengan Tinea
kruris.
Penyebab utamanya adalah : T.violaseum, T.rubrum, T.metagrofites. M. gipseum, M.
kanis, M. audolini. penyakit ini sering menyerupai:
1. Pitiriasis rosea
2. Psoriasis vulgaris
3. Morbus hansen tipe tuberkuloid
4. Lues stadium II bentuk makulo-papular.
TINEA KRURIS
(Eczema marginatum."Dhobi itch", "Jockey itch")
Penyakit ini memberikan keluhan perasaan gatal yang menahun, bertambah hebat bila
disertai dengan keluarnya keringat. Kelainan yang timbul dapat bersifat akut atau
menahun. Kelainan yang akut memberikan gambaran yang berupa makula yang
eritematous dengan erosi dan kadang-kadang terjadi ekskoriasis. Pinggir kelainan kulit
tampak tegas dan aktif.
Apabila kelainan menjadi menahun maka efloresensi yang nampak hanya makula yang
hiperpigmentasi disertai skuamasi dan likenifikasi. Gambaran yang khas adalah
lokalisasi kelainan, yakni daerah lipat paha sebelah dalam, daerah perineum dan sekitar
anus. Kadang-kadang dapat meluas sampai ke gluteus, perot bagian bawah dan bahkan
dapat sampai ke aksila.
Penyebab utama adalah Epidermofiton flokkosum, T. rubrum dan T. mentografites.
Diagnosa Banding:
1. Kandidiasis inguinalis
2. Eritrasma
3. Psoriasis vulgaris
4. Pitiriasis rosea
TINEA MANUS DAN TINEA PEDIS
Tinea pedis disebut juga Athlete's foot = "Ring worm of the foot". Penyakit ini sering
menyerang orang-orang dewasa yang banyak bekerja di tempat basah seperti tukang
cuci, pekerja-pekerja di sawah atau orang-orang yang setiap hari harus memakai sepatu
yang tertutup seperti anggota tentara. Keluhan subjektif bervariasi mulai dari tanpa

keluhan sampai rasa gatal yang hebat dan nyeri bila ada infeksi sekunder.
Ada 3 bentuk Tinea pedis:
1. Bentuk intertriginosa
Keluhan yang tampak berupa maserasi, skuamasi serta erosi, di celah-celah jari
terutama jari IV dan jari V. Hal ini terjadi disebabkan kelembaban di celah-ceIah jari
tersebut membuat jamur-jamur hidup lebih subur. Bila menahun dapat terjadi fisura
yang nyeri bila kena sentuh. Bila terjadi infeksi dapat menimbulkan selulitis atau
erisipelas disertai gejala-gejala umum.
2. Bentuk hiperkeratosis
Terjadi penebalan kulit disertai sisik terutama ditelapak kaki, tepi kaki dan punggung
kaki. Bila hiperkeratosisnya hebat dapat terjadi fisura-fisura yang dalam pada bagian
lateral telapak kaki.
3. Bentuk vesikuler subakut
Kelainan-kelainan yang timbul di mulai pada daerah sekitar antar jari, kemudian meluas
ke punggung kaki atau telapak kaki. Tampak ada vesikel dan bula yang terletak agak
dalam di bawah kulit, diserta perasaan gatal yang hebat. Bila vesikel-vesikel ini
memecah akan meninggalkan skuama melingkar yang disebut Collorette. Bila terjadi
infeksi akan memperhebat dan memperberat keadaan sehingga dapat terjadi erisipelas.
Semua bentuk yang terdapat pada Tinea pedis, dapat terjadi pada Tinea manus, yaitu
dermatofitosis yang menyerang tangan. Penyebab utamanya ialah : T .rubrum, T
.mentagrofites, dan Epidermofiton flokosum.
Tinea manus dan Tinea pedis harus dibedakan dengan:
1. Dermatitis kontak akut alergis
2. Skabiasis
3. Psoriasispustulosa
TINEA UNGUIUM
(Onikomikosis = ring worm of the nails)
Penyakit ini dapat dibedakan dalam 3 bentuk tergantung jamur penyebab dan permulaan
dari dekstruksi kuku. Subinguinal proksimal bila dimulai dari pangkal kuku,
Subinguinal distal bila di mulai dari tepi ujung dan Leukonikia trikofita bila di mulai
dari bawah kuku. Permukaan kuku tampak suram tidak mengkilat lagi, rapuh dan
disertai oleh subungual hiperkeratosis. Dibawah kuku tampak adanya detritus yang
banyak mengandung elemen jamur.
Onikomikosis ini merupakan penyakit jamur yang kronik sekali, penderita minta
pertolongan dokter setelah menderita penyakit ini setelah beberapa lama, karena
penyakit ini tidak memberikan keluhan subjektif, tidak gatal, dan tidak sakit. Kadangkadang penderita baru datang berobat setelah seluruh kukunya sudah terkena penyakit.
Penyebab utama adalah : T. rubrum, T. mentagrophytes

Diagnosis banding:
1. Kandidiasis kuku
2. Psoriasis yang menyerang kuku
3. Akrodermatitis persisten
TINEA BARBAE
Penderita Tinea barbae ini biasanya mengeluh rasa gatal di daerah jenggot, jambang dan
kumis, disertai rambut-rambut di daerah itu menjadi putus. Ada 2 bentuk yaitu
superfisialis dan kerion
1)
Superfisialis
Kelainan-kelainan berupa gejala eritem, papel dan skuama yang mula-mula kecil
selanjutnya meluas ke arah luar dan memberi gambaran polisiklik, dengan bagian tepi
yang aktif. Biasanya gambaran seperti ini menyerupai tinea korporis.
2)
Kerion
Bentuk ini membentuk lesi-lesi yang eritematous dengan ditutupi krusta atau abses kecil
dengan permukaan membasah oleh karena erosi.
Tinea barbae ini didiagnosa banding dengan :
1. Sikosis barbae (folikulitis oleh karena piokokus)
2. Karbunkel
3. Mikosis dalam
TINEA IMBRIKATA
Penyakit ini adalah bentuk yang khas dari Tinea korporis yang disebabkan oleh
Trikofiton konsentrikum. Gambaran klinik berupa makula yang eritematous dengan
skuama yang melingkar.
Apabila diraba terasa jelas skuamanya menghadap ke dalam. Pada umumnya pada
bagian tengah dari lesi tidak menunjukkan daerah yang lebih tenang, tetapi seluruh
makula ditutupi oleh skuama yang melingkar. Penyakit ini sering menyerang seluruh
permukaan tubuh sehingga menyerupai :
1. Eritrodemia
2. Pempigus foliaseus
3. Iktiosis yang sudah menahun
3.4 Patofisiologi
CARA PENULARAN
Cara penularan jamur dapat secara langsung dan secara tidak langsung melalui 3 cara
anthropofilik (penyebaran dari manusia ke manusia), zoofilik (penyebaran dari hewan
ke manusia) dan geofilik (penyebaran dari tanah, air dan udara ke manusia). Penularan
langsung dapat secara fomitis, epitel, rambut-rambut yang mengandung jamur baik dari

manusia, binatang atau dari tanah. Penularan tak langsung dapat melalui tanaman, kayu
yang dihinggapi jamur, barang-barang atau pakaian, debu atau air. Disamping cara
penularan tersebut diatas, untuk timbulnya kelainan-kelainan di kulit tergantung dari
beberapa faktor:
1. Faktor virulensi dari dermatofita
Virulensi ini tergantung pada afinitas jamur itu, apakah jamur Antropofilik, Zoofilik
atau Geofilik. Selain afinitas ini masing-masing jenis jamur ini berbeda pula satu
dengan yang lain dalam afinitas terhadap manusia maupun bagian-bagian dari tubuh
Misalnya : Trichophyton rubrum jarang menyerang rambut, Epidermatophyton
floccosum paling sering menyerang lipat pada bagian dalam.
2. Faktor trauma
Kulit yang utuh tanpa lesi-lesi kecil, lebih sulit untuk terserang jamur.
3. Faktor suhu dan kelembaban
Kedua faktor ini sangat jelas berpengaruh terhadap infeksi jamur, tampak pada
lokalisasi atau lokal, di mana banyak keringat seperti lipat paha dan sela-sela jari paling
sering terserang penyakit jamur ini.
4. Keadaan sosial serta kurangnya kebersihan
Faktor ini memegang peranan penting pada infeksi jamur di mana terlihat insiden
penyakit jamur pada golongan sosial dan ekonomi yang lebih rendah, penyakit ini lebih
sering ditemukan dibanding golongan sosial dan ekonomi yang lebih baik.

5. Faktor umur dan jenis kelamin


Penyakit Tinea kapitis lebih sering ditemukan pada anak-anak dibandingkan orang
dewasa, dan pada wanita lebih sering ditemukan infeksi jamur di sela-sela jari
dibanding pria dan hal ini banyak berhubungan dengan pekerjaan. Di samping faktorfaktor tadi masih ada faktor-faktor lain seperti faktor perlindungan tubuh (topi, sepatu
dan sebagainya), serta pemakaian pakaian yang serba nilon, dapat mempermudah
penyakit jamur ini.
LOKASI
Secara etiologis dermatofitosis disebabkan oleh tiga genus dan penyakit yang
ditimbulkan sesuai dengan penyebabnya. Diagnosis etiologi ini sangat sukar oleh karena
harus menunggu hasil biakan jamur dan ini memerlukan waktu yang agak lama dan
tidak praktis. Disamping itu sering satu gambaran klinik dapat disebabkan oleh
beberapa jenis spesies jamur, dan kadang-kadang satu gambaran klinis dapat disebabkan
oleh beberapa spesies dermatofita sesuai dengan lokalisasi tubuh yang diserang.

Istilah Tinea dipakai untuk semua infeksi oleh dermatofita dengan dibubuhi tempat
bagian tubuh yang terkena infeksi, sehingga diperoleh pembagian dermatofitosis
sebagai berikut:
1. Tinea kapitis : bila menyerang kulit kepala clan rambut
2. Tinea korporis : bila menyerang kulit tubuh yang berambut (globrous skin).
3. Tinea kruris : bila menyerang kulit lipat paha, perineum, sekitar anus dapat meluas
sampai ke daerah gluteus, perot bagian bawah dan ketiak atau aksila
4. Tinea manus dan tinea pedis : Bila menyerang daerah kaki dan tangan, terutama
telapak tangan dan kaki serta sela-sela jari.
5. Tinea Unguium : bila menyerang kuku
6. Tinea Barbae : bila menyerang daerah dagu, jenggot, jambang dan kumis.
7. Tinea Imbrikata : bila menyerang seluruh tubuh dengan memberi gambaran klinik
yang khas.
Tinea kruris disebabkan oleh infeksi jamur golongan dermatofita. Dermatofita adalah
golongan jamur yang menyebabkan dermatofitosis. Golongan jamur ini mempunyai
sifat mencernakan keratin.
Derrmatofita termasuk kelas Fungi imperfecti, yang terbagi dalam tiga genus, yaitu
Microsporum, Trichophyton, dan Epidermophyton. Penyebab Tinea kruris sendiri sering
kali oleh Epidermophyton floccosum, namun dapat pula oleh Trichophyton rubrum,
Trichophyton mentagrophytes, dan Trichophyton verrucosum.
Golongan jamur ini dapat mencerna keratin kulit oleh karena mempunyai daya tarik
kepada keratin (keratinofilik) sehingga infeksi jamur ini dapat menyerang lapisanlapisan kulit mulai dari stratum korneum sampai dengan stratum basalis. Selain sifat
keratofilik masih banyak sifat yang sama di antara dermatofita, misalnya sifat faali,
taksonomis, antigenik, kebutuhan zat makanan untuk pertumbuhannya, dan penyebab
penyakit. Jamur ini mudah hidup pada medium dengan variasi pH yang luas. Jamur ini
dapat hidup sebagai saprofit tanpa menyebabkan suatu kelainan apapun di dalam
berbagai organ manusia atau hewan. Pada keadaan tertentu sifat jamur dapat berubah
menjadi patogen dan menyebabkan penyakit bahkan ada yang berakhir fatal. Beberapa
jamur hanya menyerang manusia (antropofilik), dan yang lainnya terutama menyerang
hewan (zoofilik) walau kadang-kadang bisa menyerang manusia. Apabila jamur hewan
menimbulkan lesi kulit pada manusia, keberadaan jamur tersebut sering menyebabkan
terjadinya suatu reaksi inflamasi yang hebat. Penularan biasanya terjadi karena adanya
kontak dengan debris keratin yang mengandung hifa jamur.
3.5 Manifestasi Klinis
Umumnya gejala-gejala klinik yang ditimbulkan oleh golongan geofilik pada manusia
bersifat akut dan sedang namun lebih mudah sembuh. Dermatofita yang antropofilik
terutama menyerang manusia, karena memilih manusia sebagai hospes tetapnya.

Golongan jamur ini dapat menyebabkan perjalanan penyakit menjadi menahun dan
residif , karena reaksi penolakan tubuh yang sangat ringan. Contoh jamur yang
antropofilik ialah: Microsporum audoinii dan Trichophyton rubrum.
3.6 Diagnosis dan Diagnosis Banding
Pemeriksaan mikologik dapat membantu dalam menegakan diagnosis. Pemeriksaan
dalam menentukan diagnosis infeksi dermatofitosis terdiri dari pemeriksaan langsung
sediaan basah dan biakan.

Pemeriksaan langsung
Pengambilan spesimen
Pengambilan specimen dimulakan dengan membersihkan lokasi lesi dengan
alcohol/spiritus 70%. Untuk pengambilan specimen pada kulit tidak berambut (kulit
glabrosa) pengerokan dilakukan dari bagian tepi lesi sampai ke bagian sedikit di luar
kelainan sisik kulit menggunakan skapel tumpul steril. Untuk pengambilan spesimen di
kulit berambut, rambut pada kulit yang mengalami kelainan dicabut dan kulit di bagian
itu dikerok untuk mengumpulkan sisik kulit dan pus. Dalam pengambilan specimen di
kuku, spesimen diambil dari permukaan kuku yang sakit dan dipotong sedalamdalamnya sehingga mengenai seluruh tebal kuku dan bahan di bawah kuku diambil.
Pemeriksaan mikroskopis
Pemeriksaan mikroskopis dimulai dengan penyediaan slide, bahan diletakan di atas
gelas alas kemudian di tambah 1-2 tetes larutan KOH. Konsentrasi larutan KOH untuk
sediaan rambut adalah 10%, untuk kulit 20% dan untuk kuku 30%. Setelah sediaan
dicampurkan dengan larutan KOH, sediaan ditunggu 15-20 menit untuk melarutkan
jaringan. Untuk mempercepatkan proses pelarutan dapat dilakukan pemanasan sediaan
basah dia atas api kecil sehingga berlaku penguapan. Untuk melihat elemen jamur
ditambahkan zat pewarna pada sediaan KOH, tinta parker blue-black. Elemen jamur
dapat diperhatikan di bawah mikroskop cahaya dengan pembesaran 100x dan 400x.
Pada sediaan kuku dan kulit dapat dilihat hifa sebagai garis sejajar terbahagi oleh sekat
lengkap dan bercabang. Terlihat juga spora berderet (artrospora).Pada sediaan rambut
terlihat spora kecil (mikrospora) dan spora besar (makrospora). Spora yang kelihatan
bisa tersusun di luar rambut (ektotriks) atau di dalam rambut (endotriks). Kadangkadang dapat terlihat hifa pada sediaan rambut.

Pemeriksaan dengan pembiakan


Pemeriksaan pembiakan dapat dilakukan untuk menyokong pemeriksaan sediaan
langsung dan menentukan spesies dermatofita.Pemeriksaan ini dilakukan dengan
menanam bahan klinis dalam media buatan, medium agar dekstrosa Sabouraud. Pada

medium ditambahkan antibiotic, Kloramfenikol untuk menghindarkan kontaminasi


bakterial maupun jamur kontaminan.
3.7 Penatalaksanaan
Terapi lokal
Infeksi pada badan dan lipat paha dan lesi-lesi superfisialis, di daerah jenggot,
telapak tangan dan kaki, biasanya dapat diobati dengan pengobatan topikal saja.
1.) Lesi-lesi yang meradang akut dengan vesikula dan eksudat harus dirawat dengan
kompres basah secara terbuka, dengan berselang-selang atau terus menerus. Vesikel
harus dikempeskan tetapi kulitnya harus tetap utuh.
2. Toksilat, haloprogin, tolnaftate dan derivat imidazol seperti mikonasol, ekonasol,
bifonasol, kotrimasol dalam bentuk larutan atau krem dengan konsentrasi 1-2%
dioleskan 2 x sehari akan menghasilkan penyembuhan dalam waktu 1-3 minggu.
3. Lesi hiperkeratosis yang tebal, seperti pada telapak tangan atau kaki memerlukan
terapi lokal dengan obat-obatan yang mengandung bahan keratolitik seperti asam
salisilat 3-6%. Obat ini akan menyebabkan kulit menjadi lunak dan mengelupas. Obatobat keratolitik dapat mengadakan sensitasi kulit sehingga perlu hati-hati kalau
menggunakannya.
4. Pengobatan infeksi jamur pada kuku, jarang atau sukar untuk mencapai kesembuhan
total. Kuku yang menebal dapat ditipiskan secara mekanis misalnya dengan kertas
amplas, untuk mengurangi keluhan-keluhan kosmetika. Pemakaian haloprogin lokal
atau larutan derivat asol bisa menolong. Pencabutan kuku jari kaki dengan operasi,
bersamaan dengan terapi griseofulvin sistemik, merupakan satu-satunya pengobatan
yang bisa diandalkan terhadap onikomikosis jari kaki.
Terapi sistemik
Pengobatan sistemik pada umumnya mempergunakan griseofulvin. Griseofulvin adalah
suatu antibiotika fungisidal yang dibuat dari biakan spesies penisillium. Obat ini sangat
manjur terhadap segala jamur dermatofitosis. Griseofulvin diserap lebih cepat oleh
saluran pencernaan apabila diberi bersama-sama dengan makanan yang banyak
mengandung lemak, tetapi absorpsi total setelah 24 jam tetap dan tidak dipengaruhi
apakah griseofulvin diminum bersamaan waktu makan atau diantara waktu makan.
Dosis rata-rata orang dewasa 500 mg per hari. Pemberian pengobatan dilakukan 4 x
sehari, 2 x sehari atau sekali sehari. Untuk anak-anak dianjurkan 5 mg per kg berat
badan dan lamanya pemberian adalah 10 hari. Salep ketokonasol dapat diberikan 2 x
sehari dalam waktu 14 hari.
3.8 Pencegahan
Pengobatan Pencegahan :
1.) Perkembangan infeksi jamur diperberat oleh panas, basah dan maserasi. Jika faktorfaktor lingkungan ini tidak diobati, kemungkinan penyembuhan akan lambat. Daerah

intertrigo atau daerah antara jari-jari sesudah mandi harus dikeringkan betul dan diberi
bedak pengering atau bedak anti jamur.
2.) Alas kaki harus pas betul dan tidak terlalu ketat.
3.) Pasien dengan hiperhidrosis dianjurkan agar memakai kaos dari bahan katun yang
menyerap keringat, jangan memakai bahan yang terbuat dari wool atau bahan sintetis.
4.) Pakaian dan handuk agar sering diganti dan dicuci bersih-bersih dengan air panas.
3.9 Prognosis
Perkembangan penyakit dermatofitosis dipengaruhi oleh bentuk klinik dan penyebab
penyakitnya disamping faktor-faktor yang memperberat atau memperingan penyakit.
Apabila faktor-faktor yang memperberat penyakit dapat dihilangkan, umumnya
penyakit ini dapat hilang sempurna.
3.1o. Koplikasi
Pada penderita Tinea kruris dapat terjadi komplikasi infeksi sekunder oleh organisme
candida atau bakteri. Pemberian obat steroid topikal dapat mengakibatkan eksaserbasi
jamur sehingga menyebabkan penyakit menyebar.
LO.4 Memahami dan menjelaskan bercak merah di selangkangan (Tinea Cruris)
TINEA KRURIS
Tinea adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya lapisan
teratas pada kulit pada epidermis, rambut, dan kuku, yang disebabkan golongan jamur
dermatofita (jamur yang menyerang kulit). Tinea kruris sendiri merupakan penyakit
kulit yang disebabkan oleh jamur pada daerah genitokrural (selangkangan), sekitar anus,
bokong dan kadang-kadang sampai perut bagian bawah.
Tinea Cruris adalah dermatofitosis pada sela paha, perineum dan sekitar anus. Kelainan
ini dapat bersifat akut atau menahun, bahkan dapat merupakan penyakit yang
berlangsun seumur hidup. Lesi kulit dapat terbatas pada daerahgenito-krural saja atau
bahkan meluas ke daerah sekitar anus, daerah gluteus dan perut bagian bawah atau
bagian tubuh yang lain. Tinea cruris mempunyai nama lain eczema marginatum, jockey
itch, ringworm of the groin, dhobie itch (Rasad, Asri, Prof.Dr. 2005)
ETIOLOGI
Penyebab utama dari tinea cruris Trichopyhton rubrum (90%) danEpidermophython
fluccosum Trichophyton mentagrophytes (4%), Trichopyhton tonsurans (6%) (Boel,
Trelia.Drg. M.Kes.2003)
Pria lebih sering terkena daripada wanita. Maserasi dan oklusi kulit lipat paha
menyebabkan peningkatan suhu dan kelembaban kulit yang akan memudahkan infeksi.
Tinea kruris biasanya timbul akibat penjalaran infeksi dari bagian tubuh lain. Penularan
juga dapat terjadi melalui kontak langsung dengan individu yang terinfeksi atau tidak
langsung melalui benda yang mengandung jamur, misalnya handuk, lantai kamar mandi,

tempat tidur hotel dan lain-lain.


III. EPIDEMIOLOGI
Tinea cruris dapat ditemui diseluruh dunia dan paling banyak di daerah tropis. Angka
kejadian lebih sering pada orang dewasa, terutama laki-laki dibandingkan perempuan.
Tidak ada kematian yang berhubungan dengan tinea cruris.Jamur ini sering terjadi pada
orang yang kurang memperhatikan kebersihan diri atau lingkungan sekitar yang kotor
dan lembab
IV. PATOFISIOLOGI
Cara penularan jamur dapat secara angsung maupun tidak langsung. Penularan langsung
dapat secara fomitis, epitel, rambut yang mengandung jamur baik dari manusia,
binatang, atau tanah. Penularan tidak langsung dapat melalui tanaman, kayu yang
dihinggapi jamur, pakaian debu. Agen penyebabjuga dapat ditularkan melalui
kontaminasi dengan pakaian, handuk atau sprei penderita atau autoinokulasi dari tinea
pedis, tinea inguium, dan tinea manum. Jamur ini menghasilkan keratinase yang
mencerna keratin, sehingga dapat memudahkan invasi ke stratum korneum. Infeksi
dimulai dengan kolonisasi hifa atau cabang-cabangnya didalam jaringan keratin yang
mati. Hifa ini menghasilkan enzim keratolitik yang berdifusi ke jaringan epidermis dan
menimbulkan reaksi peradangan. Pertumbuhannya dengan pola radial di stratum
korneum menyebabkan timbulnya lesi kulit dengan batas yang jelas dan meninggi
(ringworm). Reaksi kulit semula berbentuk papula yang berkembang menjadi suatu
reaksi peradangan.
Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya kelainan di kulit adalah:
a. Faktor virulensi dari dermatofita
Virulensi ini bergantung pada afinitas jamur apakah jamur antropofilik, zoofilik,
geofilik. Selain afinitas ini massing-masing jamur berbeda pula satu dengan yang lain
dalam hal afinitas terhadap manusia maupun bagian-bagian dari tubuh misalnya:
Trichopyhton rubrum jarang menyerang rambut, Epidermophython fluccosum paling
sering menyerang liapt paha bagian dalam.
b. Faktor trauma
Kulit yang utuh tanpa lesi-lesi kecil lebih susah untuk terserang jamur.
c. Faktor suhu dan kelembapan
Kedua faktor ini jelas sangat berpengaruh terhadap infeksi jamur, tampak pada
lokalisasi atau lokal, dimana banyak keringat seperti pada lipat paha, sela-sela jari
paling sering terserang penyakit jamur.
d. Keadaan sosial serta kurangnya kebersihan

Faktor ini memegang peranan penting pada infeksi jamur dimana terlihat insiden
penyakit jamur pada golongan sosial dan ekonomi yang lebih rendah sering ditemukan
daripada golongan ekonomi yang baik
e. Faktor umur dan jenis kelamin

V. MANIFESTASI KLINIS
a. Anamnesis
Keluhan penderita adalah rasa gatal dan kemerahan di regio inguinalis dan dapat meluas
ke sekitar anus, intergluteal sampai ke gluteus. Dapat pula meluas ke supra pubis dan
abdomen bagian bawah. Rasa gatal akan semakin meningkat jika banyak berkeringat.
Riwayat pasien sebelumnya adalah pernah memiliki keluhan yang sama. Pasien berada
pada tempat yang beriklim agak lembab, memakai pakaian ketat, bertukar pakaian
dengan orang lain, aktif berolahraga, menderita diabetes mellitus. Penyakit ini dapat
menyerang pada tahanan penjara, tentara, atlit olahraga dan individu yang beresiko
terkena dermatophytosis.
b. Pemeriksaan Fisik
Efloresensi terdiri atas bermacam-macam bentuk yang primer dan sekunder. Makula
eritematosa, berbatas tegas dengan tepi lebih aktif terdiri dari papula atau pustula. Jika
kronis atau menahun maka efloresensi yang tampak hanya makula hiperpigmentasi
dengan skuama diatasnya dan disertai likenifikasi. Garukan kronis dapat menimbulkan
gambaran likenifikasi.
Manifestasi tinea cruris :
1.
Makula eritematus dengan central healing di lipatan inguinal, distal lipat paha,
dan proksimal dari abdomen bawah dan pubis
2.
Daerah bersisik
3.
Pada infeksi akut, bercak-bercak mungkin basah dan eksudatif
4.
Pada infeksi kronis makula hiperpigmentasi dengan skuama diatasnya dan
disertai likenifikasi
5.
Area sentral biasanya hiperpigmentasi dan terdiri atas papula eritematus yang
tersebar dan sedikit skuama
6.
Penis dan skrotum jarang atau tidak terkena
7.
Perubahan sekunder dari ekskoriasi, likenifikasi, dan impetiginasi mungkin
muncul karena garukan
8.
Infeksi kronis bisa oleh karena pemakaian kortikosteroid topikal sehingga
tampak kulit eritematus, sedikit berskuama, dan mungkin terdapat pustula folikuler
9.
Hampir setengah penderita tinea cruris berhubungan dengan tinea pedis.

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan mikologik untuk membantu penegakan diagnosis terdiri atas pemeriksaan
langsung sediaan basah dan biakan. Pada pemeriksaan mikologik untuk mendapatkan
jamur diperlukan bahan klinis berupa kerokan kulit yang sebelumnya dibersihkan
dengan alkohol 70%.
a.
Pemeriksaan Dengan Sediaan Basah
Kulit dibersihkan dengan alkohol 70% kerok skuama dari bagian tepi lesi dengan
memakai scalpel atau pinggir gelas taruh di obyek glass tetesi KOH 10-15 % 1-2
tetes tunggu 10-15 menit untuk melarutkan jaringan lihat di mikroskop dengan
pembesaran 10-45 kali, akan didapatkan hifa, sebagai dua garis sejajar, terbagi oleh
sekat, dan bercabang, maupun spora berderet (artrospora) pada kelainan kulit yang lama
atau sudah diobati, dan miselium
b.
Pemeriksaan Kultur Dengan Sabouraud Agar
Pemeriksaan ini dilakukan dengan menanamkan bahan klinis pada medium saboraud
dengan ditambahkan chloramphenicol dan cyclohexamide (mycobyotic-mycosel) untuk
menghindarkan kontaminasi bakterial maupun jamur kontaminan. Identifikasi jamur
biasanya antara 3-6 minggu (Wiederkehr, Michael. 2008)
c.
Punch biopsi
Dapat digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis namun sensitifitasnya dan
spesifisitasnya rendah. Pengecatan dengan Peridoc AcidSchiff, jamur akan tampak
merah muda atau menggunakan pengecatan methenamin silver, jamur akan tampak
coklat atau hitam (Wiederkehr, Michael. 2008).
d.
Penggunaan lampu wood bisa digunakan untuk menyingkirkan adanya eritrasma
dimana akan tampak floresensi merah bata(Wiederkehr, Michael. 2008).

PENATALAKSANAAN
Pada infeksi tinea cruris tanpa komplikasi biasanya dapat dipakai anti jamur topikal saja
dari golongan imidazole dan allynamin yang tersedia dalam beberapa formulasi.
Semuanya memberikan keberhasilan terapi yang tinggi 70-100% dan jarang ditemukan
efek samping. Obat ini digunakan pagi dan sore hari kira-kira 2-4 minggu. Terapi
dioleskan sampai 3 cm diluar batas lesi, dan diteruskan sekurang-kurangnya 2 minggu
setelah lesi menyembuh. Terapi sistemik dapat diberikan jika terdapat kegagalan dengan
terapi topikal, intoleransi dengan terapi topikal. Sebelum memilih obat sistemik
hendaknya cek terlebih dahulu interaksi obat-obatan tersebut. Diperlukan juga
monitoring terhadap fungsi hepar apabila terapi sistemik diberikan lebih dari 4
mingggu.
Pengobatan anti jamur untuk Tinea cruris dapat digolongkan dalam emapat golongan
yaitu: golongan azol, golongan alonamin, benzilamin dan golongan lainnya seperti

siklopiros,tolnaftan, haloprogin. Golongan azole ini akan menghambat enzim lanosterol


14 alpha demetylase (sebuah enzim yang berfungsi mengubah lanosterol ke ergosterol),
dimana truktur tersebut merupakankomponen penting dalam dinding sel jamur.
Goongan Alynamin menghambat keja dari squalen epokside yang merupakan enzim
yang mengubah squalene ke ergosterol yang berakibat akumulasi toksik squalene
didalam sel dan menyebabkan kematian sel. Dengan penghambatan enzim-enzim
tersebut mengakibatkan kerusakan membran sel sehingga ergosterol tidak terbentuk.
Golongan benzilamin mekanisme kerjanya diperkirakan sama dengan golongan
alynamin sedangkan golongan lainnya sama dengan golongan azole. Pengobatan tinea
cruris tersedia dalam bentuk pemberian topikal dan sistemik:
Obat secara topikal yang digunakan dalam tinea cruris adalah:
1.
Golongan Azol
a.
Clotrimazole (Lotrimin, Mycelec)
Merupakan obat pilihan pertama yang digunakan dalam pengobatan tinea cruris karena
bersifat broad spektrum antijamur yang mekanismenya menghambat pertumbuhan ragi
dengan mengubah permeabilitas membran sel sehingga sel-sel jamur mati. Pengobatan
dengan clotrimazole ini bisa dievaluasi setelah 4 minggu jika tanpa ada perbaikan klinis.
Penggunaan pada anak-anak sama seperti dewasa. Obat ini tersedia dalam bentuk kream
1%, solution, lotion. Diberikan 2 kali sehari selama 4 minggu. Tidakada kontraindikasi
obat ini, namun tidak dianjurkan pada pasien yang menunjukan hipersensitivitas,
peradangan infeksi yang luas dan hinari kontak mata.
b.
Mikonazole (icatin, Monistat-derm)
Mekanisme kerjanya dengan selaput dinding sel jamur yang rusak akanmenghambat
biosintesis dari ergosterol sehingga permeabilitas membran sel jamur meningkat
menyebabkan sel jamur mati. Tersedia dalam bentuk cream 2%, solution, lotio, bedak.
Diberikan 2 kali sehari selama 4 minggu. Penggunaan pada anak sama dengan dewasa.
Tidak dianjurkan pada pasien yang menunjukkan hipersensitivitas, hindari kontak
dengan mata.
c.
Econazole (Spectazole)
Mekanisme kerjanya efektif terhadap infeksi yang berhubungan dengan kulit yaitu
menghambat RNA dan sintesis, metabolisme protein sehingga mengganggu
permeabilitas dinding sel jamur dan menyebabkan sel jamur mati. Pengobatan dengan
ecnazole dapat dilakukan dalam 2-4 minggu dengan cara dioleskan sebanyak 2kali atau
4 kali dalam sediaan cream 1%.. Tidak dianjurkan pada pasien yang menunjukkan
hipersensitivitas, hindari kontak dengan mata.
d.
Ketokonazole (Nizoral)
Mekanisme kerja ketokonazole sebagai turunan imidazole yang bersifat broad spektrum
akan menghambat sintesis ergosterol sehingga komponen sel jamur meningkat
menyebabkan sel jamur mati. Pengobatan dengan ketokonazole dapat dilakukan selama
2-4 minggu. Tidak dianjurkan pada pasien yang menunjukkan hipersensitivitas, hindari
kontak dengan mata.

e.
Oxiconazole (Oxistat)
Mekanisme oxiconazole kerja yang bersifat broad spektrum akan menghambat sintesis
ergosterol sehingga komponen sel jamur meningkat menyebabkan sel jamur mati.
Pengobatan dengan oxiconazole dapat dilakukan selama 2-4 minggu. Tersedia dalam
bentk cream 1% atau bedak kocok. Penggunaan pada anak-anak 12 tahun penggunaan
sama dengan orang dewasa. Tidak dianjurkan pada pasien yang menunjukkan
hipersensitivitas dan hanya digunakan untuk pemakaian luar.
f.
Sulkonazole (Exeldetm)
Sulkonazole merupakan obat jamur yang memiliki spektrum luas. Titik tangkapnya
yaitu menghambat sintesis ergosterol yang akan menyebabkan kebocoran komponen
sel, sehingga menyebabkan kematian sel jamur. Tersedia dalam bentuk cream 1% dan
solutio. Penggunaan pada anak-anak 12 tahun penggunaan sama dengan orang dewasa
(dioleskan pada daerah yang terkena selama 2-4 minggu sebanyak 4 kali sehari).
LO.5 Menjaga Kesehatan Kulit dan Menutup Aurat dalam Islam
Menjaga kulit dan menutup aurat berdasarkan ajaran Islam.
Menjaga kulit dari sinar Matahari Matahari memiliki peran utama dalam merusak
kulit. Anda perlu melindungi kulit dari matahari guna mencegah penuaan pada kulit.
Matahari sangat berpengaruh dalam membuat kulit berkerut, kering, dan membuat
warna kulit berubah; Penjarangan kulit, tekstur kulit, penipisan kulit serta penyakit kulit
yang berhubungan dengan paparan sinar matahari.

Perintah menutup aurat


Aurat diambil dari perkataan Arab 'Aurah' yang berarti keaiban. Manakala dalam istilah
fiiah aurat diartikan sebagai bagian tubuh badan seseorang yang wajib ditutup atau
dilindungi dari pandangan.
Perintah menutup aurat telah difirmankan oleh Allah s.w.t dalam surah al-ahzab ayat 33
Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah
laku seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat
dan ta'atilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak
menghilangkan dosa dari kamu dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.
Manfaat menutup aurat:
1.
Selamat dari adzab Allah (adzab neraka)
Ada dua macam penghuni Neraka yang tak pernah kulihat sebelumnya; sekelompok
laki-laki yang memegang cemeti laksana ekor sapi, mereka mencambuk manusia
dengannya. Dan wanita-wanita yang berpakaian namun telanjang, sesat dan
menyesatkan, yang dikepala mereka ada sesuatu mirip punuk unta. Mereka (wanitawanita seperti ini) tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya. Sedangkan
bau surga itu tercium dari jarak yang jauh (HR. Muslim).

Imam An-Nawawi rahimahullah menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan Wanitawanita yang berpakaian namun telanjang ialah mereka yang menutup sebagian
tubuhnya dan menampakkan sebagian lainnya dengan maksud menunjukkan
kecantikannya.
2.
Terhindar dari pelecehan
Banyaknya pelecehan seksual terhadap kaum wanita adalah akibat tingkah laku mereka
sendiri. Karena wanita merupakan fitnah (godaan) terbesar. Sebagaiman sabda Nabi
Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam,
Sepeninggalku tak ada fitnah yang lebih berbahaya bagi laki-laki daripada wanita.
(HR. Bukhari)
ASAS AURAT
Islam telah menggariskan batasan aurat pada lelaki dan wanita.Aurat asas pada lelaki
adalah menutup antara pusat dan lutut. Manakala aurat wanita pula adalah menutup
seluruh badan kecuali muka dan tapak tangan.
1. Aurat Ketika Sembahyang
Aurat wanita ketika sembahyang adalah menutup seluruh badan kecuali muka dan tapak
tangan.
2. Aurat Ketika Sendirian
Aurat wanita ketika mereka bersendirian adalah bahagian anggota pusat dan lutut. Ini
bererti bahagian tubuh yang tidak boleh dilihat antara pusat dan lutut.
3. Aurat Ketika Bersama Mahram
Pada asasnya aurat seseorang wanita dengan mahramnya adalah antara pusat dan lutut.
Walau pun begitu wanita dituntut agar menutup mana-mana bahagian tubuh badan yang
boleh menaikkan syahwat lelaki walaupun mahram sendiri.
Perkara ini dilakukan bagi menjaga adab dan tatsusila wanita terutana dalam menjaga
kehormatan agar perkara-perkara sumbang yang tidak diingini tidak akan berlaku.
Syarak telah menggariskan golongan yang dianggap sebagai mahram kepada seseorang
wanita iaitu :
1.Suami
2.Ayah mertua
3.Anak-anak lelaki termasuk cucu sama ada dari anak lelaki atau perempuan
4. Saudara lelaki kandung atau seibu atau sebapak
5. Anak saudara lelaki karena mereka ini tidak boleh dinikahi selama-lamanya

6. Anak saudara dari saudara perempuan


7. Sesama wanita sama ada kaitan keturunan atau seagama
8. Hamba sahaya
9. Pelayan yang tidak ada nafsu syahwat
10. Anak-anak kecil yang belum mempunyai syahwat terhadap wanita. Walau pun
begitu, bagi kanak-kanak yang telah mempunyai syahwat tetapi belum baligh,wanita
dilarang menampakkan aurat terhadap mereka.

Berwudhu
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang
menyucikan/membersihkan diri. (Al-Baqarah : 222)
Ajaran kebersihan dalam Agama Islam berpangkal atau merupakan konsekusensi dari
pada iman kepada Allah, berupaya menjadikan dirinya suci/bersih supaya Ia berpeluang
mendekat kepada Allah SWT.
Kebersihan itu bersumber dari iman dan merupakan bagian dari iman. Dengan demikian
kebersihan dalam Islam mempunyai aspek ibadah dan aspek moral, dan karena itu
sering juga dipakai kata bersuci sebagai padanan kata membersihkan/melakukan
kebersihan.
Ajaran kebersihan tidak hanya merupakan slogan atau teori belaka, tetapi harus
dijadikan pola hidup praktis, yang mendidik manusia hidup bersih sepanjang masa,
bahkan dikembangkan dalam hukum Islam. Dalam rangka inilah dikenal sarana-sarana
kebersihan yang termasuk kelompok ibadah, seperti : wudhlu, tayamum, mandi (ghusl),
pembersihan gigi (siwak).
Adanya kewajiban shalat 5 waktu sehari merupakan jaminan terpeliharanya kebersihan
badan secara terbatas dan minimal, karena ibadah shalat itu baru sah kalau orang
terlebih dahulu membersihkan diri dengan berwudhlu. Demikian juga ibadah tersebut
baru sah jika pakaian dan tempat dimana kita melakukannya memang bersih. Jadi
jaminan kebersihan diri, pakaian dan lingkungan mereka yang melaksanakannya.
Disinilah letaknya ibadah itu ikut berperan membina kesehatan jasmani selain tentunya
peran utamanya membina kesehatan jiwa/rohani manusia.

Você também pode gostar

  • LI2 Neuro
    LI2 Neuro
    Documento10 páginas
    LI2 Neuro
    Sandi Puspita Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • SK 3print
    SK 3print
    Documento35 páginas
    SK 3print
    Sandi Puspita Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • LI 1 Neuro
    LI 1 Neuro
    Documento34 páginas
    LI 1 Neuro
    Sandi Puspita Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • sk4 Neuro
    sk4 Neuro
    Documento24 páginas
    sk4 Neuro
    Sandi Puspita Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • sk2 Kehamilan
    sk2 Kehamilan
    Documento29 páginas
    sk2 Kehamilan
    Sandi Puspita Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • Hormon Tiroid
    Hormon Tiroid
    Documento17 páginas
    Hormon Tiroid
    Sandi Puspita Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • Katabolisme
    Katabolisme
    Documento3 páginas
    Katabolisme
    Junaidi Poenya Mu
    Ainda não há avaliações
  • Gizi 2
    Gizi 2
    Documento11 páginas
    Gizi 2
    Sandi Puspita Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • MENINGKATKAN KEMANDIRIAN MASYARAKAT DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT TB PARU DI KABUPATEN ROTE NDAO
    MENINGKATKAN KEMANDIRIAN MASYARAKAT DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT TB PARU DI KABUPATEN ROTE NDAO
    Documento4 páginas
    MENINGKATKAN KEMANDIRIAN MASYARAKAT DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT TB PARU DI KABUPATEN ROTE NDAO
    Sandi Puspita Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • Kabupaten Sidenreng Rappang
    Kabupaten Sidenreng Rappang
    Documento12 páginas
    Kabupaten Sidenreng Rappang
    Sandi Puspita Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • Ikm Infark Miokard Akut PBL b12
    Ikm Infark Miokard Akut PBL b12
    Documento7 páginas
    Ikm Infark Miokard Akut PBL b12
    Sandi Puspita Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • Anamnesis Terstruktur
    Anamnesis Terstruktur
    Documento8 páginas
    Anamnesis Terstruktur
    Sandi Puspita Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • Materi Anatomi Dari Buku Dokter Inmar
    Materi Anatomi Dari Buku Dokter Inmar
    Documento3 páginas
    Materi Anatomi Dari Buku Dokter Inmar
    Sandi Puspita Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • Kardio SK 1
    Kardio SK 1
    Documento18 páginas
    Kardio SK 1
    Sandi Puspita Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • Pemeriksaan Jantung
    Pemeriksaan Jantung
    Documento6 páginas
    Pemeriksaan Jantung
    Sandi Puspita Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • All About Cardiovascular
    All About Cardiovascular
    Documento5 páginas
    All About Cardiovascular
    Sandi Puspita Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • PENYAKIT IMUNODEFISIENSI
    PENYAKIT IMUNODEFISIENSI
    Documento18 páginas
    PENYAKIT IMUNODEFISIENSI
    Sandi Puspita Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • Pemeriksaan Jantung
    Pemeriksaan Jantung
    Documento6 páginas
    Pemeriksaan Jantung
    Sandi Puspita Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • Agama Materi Uts
    Agama Materi Uts
    Documento23 páginas
    Agama Materi Uts
    Sandi Puspita Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • SK 1 Anemia Def Besi Sandi
    SK 1 Anemia Def Besi Sandi
    Documento4 páginas
    SK 1 Anemia Def Besi Sandi
    Sandi Puspita Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • Hematologi
    Hematologi
    Documento12 páginas
    Hematologi
    Sandi Puspita Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • Hiv
    Hiv
    Documento25 páginas
    Hiv
    Sandi Puspita Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • Malaria
    Malaria
    Documento2 páginas
    Malaria
    Sandi Puspita Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • Pemeriksaan Penunjang Demam Thypoid
    Pemeriksaan Penunjang Demam Thypoid
    Documento3 páginas
    Pemeriksaan Penunjang Demam Thypoid
    Sandi Puspita Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • Origo Dan Insersio
    Origo Dan Insersio
    Documento4 páginas
    Origo Dan Insersio
    Sandi Puspita Pratiwi
    100% (1)
  • Bakteri
    Bakteri
    Documento6 páginas
    Bakteri
    Sandi Puspita Pratiwi
    Ainda não há avaliações
  • 5 Mikroba Lingk Ekstrim
    5 Mikroba Lingk Ekstrim
    Documento14 páginas
    5 Mikroba Lingk Ekstrim
    Sandi Puspita Pratiwi
    Ainda não há avaliações